Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HEMORRHAGE FEVER (DHF)

Oleh :
KELOMPOK 2

Efrina Rizi Azhari (211211898)

Fajri Ahmad Alfarizi (211211900)

Kamila Sari (191211535)

Indah Shavira (201211666)

Putri Monela (191211548)


Mella Monica putri (191211583)
Yuyun Fahfiola (211211886)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG


2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah KMB. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga penulis. Kami menyadari sepenuhnya dalam
penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang
disebabkan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan juga pengalaman
penulis. Namun demikian, makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak pihak yang berkepentingan.

Kami berusaha semaksimal mungkin dalam pembuatan makalah ini, namun


kami menyadari banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu
kami meminta kritik yang bersifat membangun.

Padang, 19 Agustus

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................


DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
1.1Latar Belakang ..........................................................................................
1.2Tujuan .......................................................................................................
a.Tujuan Utama ......................................................................................
b.Tujuan Khusus ....................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
2.1Konsep Penyakit ...........................................................................
a.Definisi DHF ............................................................................
b.Klasifikasi DHF ........................................................................

c.Penyebab DHF ..........................................................................

d.Manifestasi klinis DHF .............................................................


e.Patofisiologi DHF .....................................................................
f.WOC DHF ................................................................................
g.Penatalaksanaan DHF ...............................................................

h.Pemeriksaan Penunjang DHF ...................................................

i.Komplikasi DHF .......................................................................


2.2Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis ..........................................
a.Pengkajian .................................................................................

b.Diagnosa Keperawatan .............................................................


c.Intervensi ..................................................................................
d.Implementasi .............................................................................
e.Evaluasi .....................................................................................

BAB II LAPORAN KHUSUS ............................................................................


3.1Pengkajian ................................................................................
3.2Diagnosa Keperawatan.............................................................
3.3Intervensi ..................................................................................
3
3.4Implementasi ...........................................................................
3.5Evaluasi ....................................................................................

BAB IV PENUTUP .............................................................................................


4.1Kesimpulan ...............................................................................................
4.2Saran ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................


LAMPIRAN .........................................................................................................

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Dengue Hemorrhage Fever (DHF) umumnya ditularkan melalui
nyamuk yang terinfeksi virus dengue. Pada pasien DHF dapat ditemukan
beberapa gejala seperti suhu tubuh tinggi serta mengigil, mual, muntah, pusing,
pegal-pegal, bintik-bintik merah pada kulit. Pada hari ke 2-7 demam dapat
meningkat hingga 40-410C serta terdapat beberapa perdarahan yang
kemungkinan muncul berupa perdarahan dibawah kulit (ptekia), hidung dan
gusi berdarah, serta perdarahan yang terjadi didalam tubuh, tanda dan gejala
tersebut menandakan terjadinya kebocoran plasma (Centre of Health
Protection, 2018). Kien dengan DHF akan mengalami kekurangan volume
cairan pada tubuh yang disebabkan adanya kebocoran plasma. Tubuh
mengeluarkan zat-zat sikotin sebagai reaksi imun terhadap virus dengue.
Kemudian zat-zat tersebut berkumpul dipembuluh darah yang mengakibatkan
kebocoran plasma. Kondisi lebih lanjut pada pasien yang mengalami
kekurangan volume cairan dapat menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi.
Pada dehidrasi berat, akan terjadi penurunan kesadaran (Musyayyadah, 2015).
World Health Orgnization (WHO) (2019) mencatat terjadi penurunan
signifikan pada kasus Dengue Hemorrhage Fever (DHF) di Amerika pada
tahun 2017 mencapai 584.263 kasus sedangkan pada tahun 2016 mencapai
2.177.171 kasus. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementrian Kesehatan 2
Indonesia (2019), di Indonesia pada bulan Januari 2019 terdapat 133 jiwa
meninggal dunia dari 13.683 kasus DHF. Demikian pula pada bulan Februari
2019 kasus DHF terus mengalami peningkatan yang mencapai 16.692 kasus,
sedangkan pasien meninggal mencapai 169. Sementara itu di Jawa Timur pada
tahun 2016, penderita DHF dengan masalah resiko kekurangan volume cairan
mencapai 34,8 % (16 orang dari 46 orang) (Yuniarsih, 2019). Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasuruan (2018) mencatat terdapat penurunan pada kasus DHF
yaitu dari 317 kasus pada tahun 2017, sedangkan pada pertengahan Oktober
2018 menjadi 138 kasus. DHF disebabkan nyamuk Aedes Aegepty dan nyamuk
Aedes Albopictus yang terinfeksi atau membawa virus dengue.

1.2Rumusan Masalah
a.Apa Defenisi DHF?
b.Apa Klasifikasi DHF?
c.Apa Penyebab DHF?
d.Bagaimana Manifestasi Klinis DHF?
5
e.Apa Patofisiologi DHF?
f.Bagaimana Penatalaksanaan DHF?
g.Apa Pemeriksaan Penunjang DHF?
h.Apa Komplikasi DHF?

1.3Tujuan Penulisan
a.Mengetahui Defenisi DHF.
b.Mengetahui Klasifikasi DHF.
c.Mengetahui Penyebab DHF.
d.Mengetahui Manifestasi Klinis DHF.
e.Mengetahui Patofisiologi DHF.
f.Mengetahui Penatalaksanaan DHF.
g.Mengetahui Pemeriksaan Penunjang DHF.
h.Mengetahui Komplikasi DHF.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep Penyakit
A.Definisi Dengue Hemoragic Fever(DHF)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus
Flavivirus, dan famili Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk
dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus (KEMENKES
RI, 2018). Virus dengue dapat menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk
genus Aedes terutama Ae. aegypti dan Ae. Albopictus. Keduanya merupakan
vektor penting yang mampu menyebarkan penyakit DBD pada host (manusia).
Nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus adalah nyamuk tropis yang berasal dari
Afrika Tengah dan biasanya ditemukan pada habitat yang berbeda.
Perbedaan habitat kedua jenis genus Aedes merupakan salah satu mekanisme
untuk mempertahankan koeksistensi geografis. Ae. Aegyptilebih menyukai
daerah perkotaan dan domestik, yaitu di sekitar tempat tinggal manusia dan
cenderung berkembang biak di kontener buatan, sedangkan Ae.
Albopictusbanyak ditemukan pada daerah pedesaan dan lebih banyak
berkembang di habitat alami, tetapi ditemukan pula pada tempat penampungan
air. Honorio et al. menjelaskan bahwa Ae. aegypti dan Ae. albopictus
merupakan spesies yang cenderung berkembang biak yang sama dan sering
ditemukan dalam kontener buatan. Spesies nyamuk ini hidup hidup
berdampingan dalam wadah buatan manusia di pemukiman perkotaan,
pinggiran kota dan pedesaan di daerah tropis dan subtropis (Tomia, dkk, 2016)
Faktor utama penyakit DHF adalah nyamuk aedes Aegypti (didaerah
perkotaan) dan Aedes Albopticus(di daerah pedesaan). Nyamuk yang menjadi
faktor penyakit DHF adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat mengigit
manusia yang sedang sakit dan viremia (terhadap virus dalam darahnya). Virus
berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar
liurnya dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan
dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan
berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalamai sakit Dengue
Haemorragic Fever. Virus Dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia
dan berada dalam darah selama satu minggu. Orang yang didalam tubuhnya
terdapat virus dengue tidak semua akan sakit Dengue Haemorragic Fever
(DHF), ada yang mengalami demam ringan dan sembuh dengan sendirinya atau
bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit, tetapi semuanya merupakan
pembawa virus Dengue selama satu minggu, sehingga dapat menularkan
7
kepada orang lain diberbagai wilayah yang ada nyamur penularnya. Sekali
terinfeksi, nyamuk menjadi infektif seumur hidupnya.

B.Klasifikasi DHF
Derajat penyakit dari derajat 1 sampai dengan 4 yaitu
1.DHF grade I : demam disertai dua atau lebih tanda : sakit kepala, nyeri di
belakang bola mata, pegal pegal dan nyeri sendi dengan uji bendung
positif.
2.DHF grade II : gejala diatas disertai perdarahan spontan seperti bintik
bintik merah di kulit, mimisan, perdarah gusi, muntah darah atau berak
hitam.
3.DHF grade III : gejala diatas disertai kegagalan sirkulasi (kulit dingin
dan lembab serta gelisah)
4.DHF grade IV: Renjatan/ syok berat dengan tekanan darah dan nadi tidak
terukur. Keempat derajat tersebut selalu disertai parameter
laboratorium tombosit.
Derajat penyakit dari derajat 1 sampai dengan 4 yaitu
5.DHF grade I : demam disertai dua atau lebih tanda : sakit kepala, nyeri
di belakang bola mata, pegal pegal dan nyeri sendi dengan uji bendung
positif.
6.DHF grade II : gejala diatas disertai perdarahan spontan seperti bintik
bintik merah di kulit, mimisan, perdarah gusi, muntah darah atau berak
hitam.
7.DHF grade III : gejala diatas disertai kegagalan sirkulasi (kulit dingin
dan lembab serta gelisah)
8.DHF grade IV: Renjatan/ syok berat dengan tekanan darah dan nadi tidak
terukur. Keempat derajat tersebut selalu disertai parameter
laboratorium tombosit.

C.Etiologi DHF
Dengue Virus memiliki sifat yang hampir sama dengan genus Flavivirus
lainnya. Genom virus dengue terdiri dari (Ribo-Nucleat-Acid) RNA
dengan rantai tunggal, RNA dikelilingi dengan nukleokapsid
ikosahedral dan ditutup envelopedengan komposisi lemak. Virus ini
berbentuk batang, bersifat thermolabil, sensitif terhadap
inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, dan stabil pada suhu
70oC. Diameter virus berkisar 50nm. Genom flavivirus berukuran
panjang 11 (kilobase), tersusun oleh tiga protein struktural yang bertugas
melakukan enkripsi kode nukleokapsid atau protein inti (core C),
protein membran (membrane M), dan protein amplop (envelope E),
dan tujuh tambahan gen protein non struktural (NS).
8
1. Diagnosa Klinis
a. Demam tinggi mendadak 2-7 hari (38-40 C)
b. Manifestasi perdarahan dalam bentuk: Uji Turnequetpositif,
petekie, purpura, ekomosis, perdarahan konjungtiva, epistaksis, perdarahan
gusi, hematemesis, melena, dan hematuri.
Rasa sakit pada otot persendian. c.
d. Pembesaran hati (Hepatomegali).
e. Renjatan (syok), tekanan nadi turun menjadi 20 mmHg atau
kurang, tekanan sistolik 80 mmHg atau lebih rendah
f. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia,
lemah, mual muntah, sakit perut, diare, dan sakit kepala.
1. Diagnosa laboratories
a. Trombositopenia (jumlah trombosit kurang dari 100.000/µL)
Hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit )

D.Manifestasi klinis
Berikut ini tanda dan gejala penyakit DHF yang dapat dilihat dari penderita
kasus DHF dengan gejala klinik dan laboratorium menurut Nurarif (2015)
adalah:
a. Gejala Klinik
1. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 – 40 º C).
2.Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji Tourniquet positif,
Petekie (bintik merah pada kulit), Purpura (pendarahan kecil di
dalam kulit), Ekimosis, Perdarahan konjungtiva (pendarahan pada
mata), Epistaksis (pendarahan hidung), Perdarahan gusi,
Hematemesis (muntah darah), Melena (BAB darah) dan Hematuri
(adanya darah dalam urin).
1)Perdarahan pada hidung dan gusi.
2)Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah
pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
3)Pembesaran hati (hepatomegali).
4)Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau
kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
5)Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia
(hilangnya selera makan), lemah, mual, muntah, sakit perut,
diare dan sakit kepala.

E.Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, penderita akan
mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit
9
kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, hyperemia di tenggorok,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada system
retikolo endothelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening,
hati dan limpa.
Peningkatan premeabilitas dinding kapiler mengakibatka
berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan ( Shock ). Sebagai akibat dari
pelepasan zat anafilatoxin, histamine dan serotonin serta aktivitas
system kalikrein yang mangakibatkan ekstravasasi cairan intravaskuler
ke ekstravaskuler.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler juga berakibat
pembesaran kapiler yang kamudian bisa terjadi perdarahan berupa
petekie, epistaksis, haematemesis dan melena, yang dalam hal ini
beresiko terjadinya shock hipovolemik.
Homokonsentrasi ( peningkatan kematokrit > 20 % ) menunjukkan
adanya kebocoran plasma, sehingga nilai hematokrit sangat penting
untuk patokan pemberian cairan intravena.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah eritrosit
menunjukkan kabocoran plasta telah teratasi, sehingga pamberian cairan
intravena harus dikurang untuk mencegah edema paru dan gagal
jantung. Sebaliknmya bila tidak mendapatkan cairan yang cukup
penderita akan mengalami kekurangan cairanyang dapat mengalami
hipovolemik / renjatan yang bisa timbul anoksia jaringan, metabolic
asidosis dan kematian apabila tidak teratasi segera.
10
G.Penatalaksanaan
Dengue Haemoragic Fever Penatalaksanaan DHF ditujukan untuk
mengganti trombosit yang hilang. Pemberian paracetamol 10-15 mg/kgBB
setiap 3-4 jam sekali dapat mengatasi panas tinggi diatas 38,5°C. Cairan
kristaloid dapat mengantisipasi terjadinya syok. (Desmawati, 2013) Adapun
penatalaksanaan medis maupun keperawatan pada DHF sesuai derajat yang
telah ditentukan, berikut penatalaksanaannya :
1.Derajat I dan II
a.Obat oral b
b.Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 50,l/kgBB/hari disertai
minum air putih.
2. Derajat III
a. Berikan infus Ringer Laktat 20ml/kgBB/jam Apabila
menunjukan perbaikan (tensi terukur >80mmHg dan nadi teraba
dengan frekuensi
3.Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang
sebagai akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan
peninggian permeabilitas sehingga mengakibatkan kebocoran plasma.
Selain itu, perlu juga diberikan obat penurun panas (Rampengan 2017).
Penatalaksanaan DHF yaitu :
a.Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok
Penatalaksanaan disesuaikan dengan gambaran klinis maupun fase,
dan untuk diagnosis DHF pada derajat I dan II menunjukkan bahwa
anak mengalami DHF tanpa syok sedangkan pada derajat III dan
derajat IV maka anak mengalami DHF disertai dengan syok.
Tatalaksana untuk anak yang dirawat di rumah sakit meliputi:
1)Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air
sirup, susu untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran
plasma, demam, muntah, dan diare
2)Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal
atau ibuprofen karena dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3)Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang
4)Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau
asetat.
5)Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa
laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan
hemoglobin) tiap 6 jam.
6)Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,
turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan
stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu
12
24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.
7)Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana
sesuai dengan tatalaksana syok terkompensasi.
b.Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan Syok
Penatalaksanaan DHF menurut WHO (2016), meliputi:
1)Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/
menit secara nasal.
2)Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer
laktat/asetan secepatnya
3)Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi
pemberian kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya (maksimal 30
menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-20 ml/
kg BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4)Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan
hemoglobin menurun pertimbangkan terjadinya
perdarahan tersembunyi: berikan transfusi darah atau
komponen.
5)Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi
perifer mulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah
cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB dalam 2-4 jam dan
secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi
klinis laboratorium.
6)Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan
setelah 36-48 jam. Perlu diingat banyak kematian terjadi
karena pemberian cairan yang terlalu banyak dari pada
pemberian yang terlalu sedikit.

H.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada Pemeriksaan darah
lengkap
a.Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu
dijumpai pada DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
1.Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari
kedua atau hari ketiga.
2.Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan
hemokonsentrasi.
13
3.Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia,
hipokloremia, SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah
mungkin meningkat.

b.Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi


didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi
setelah infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau antigen
didasarkan pada manifestasi reaksi antigen-antibody. Ada tiga
kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Reaksi primer
merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi
sekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan
berlangsung sangat cepat, visualisasi biasanya dilakukan dengan
memberi label antibody atau antigen dengan flouresens, radioaktif,
atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan lanjutan dari reaksi
primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro seperti
prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier merupakan
lanjutan reaksi sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi
dengan gejala klinik

c.Uji hambatan hemaglutinasi Prinsip metode ini adalah mengukur


campuran titer IgM dan IgG berdasarkan pada kemampuan
antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi
darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi
inhibitor (HI).

d.Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test) Merupakan uji serologi


yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue. Menggunakan
metode plague reduction neutralization test (PRNT). Plaque adalah
daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang jelas akan
dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.

e.Uji ELISA anti dengue Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan
uji Hemaglutination Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive
dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah mendeteksi adanya
antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita.

f.Rontgen Thorax Pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan
sebagian besar grade II) di dapatkan efusi pleura Pemeriksaan
penunjang pada DHF menurut buku Nurarif (2015) adalah :
1.Trombositpenia (100.000/ mm3)
2.Hb dan PCV meningkat 20 %
14
3.Leukopenia (Normal atau lekositosis)
4.Isolasi virus
5.Serologi (uji H): respon antibody sekunder
6.Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang
kali (setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah
menunjukkan tanda perbaikan).

I.Komplikasi
1) Dehidrasi sedang sampai berat.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan.
3) Kejang karena demam terlalu tinggi yang terus menerus.
Selain itu komplikasi dari pemberian cairan yang berlebihan akan
menyebabkan gagal nafas, gangguan pada elektrolit, gula darah menurun,
kadar 12 natrium, kalsium juga menurun, serta dapat mengakibatkan gula
darah diatas normal atau mengalami peningkatan (Jannah, 2019).

15
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1Pengkajian
a.Identitas
Identitas terdiri dari nama, No. RM, alamat tanggal pengkajian dan
diagnosa medis.
b.Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
kerumah sakit adalah panas tinggi dan lemah
c.Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit sekarang a.
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang dusertau
menggil dan saat demam kesadaran composmetis. Turunnya
panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7. Kadang-kadang disertai
keluhan pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri ulu hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya pendarahan
pada kulit, gusi, melena atau hema temesis.
b.Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan dahulu meliputi pernah menderita DHF atau
tidak, riwayat kurang gizi, riwayat aktivitas sehari-hari, pola
hidup.
c.Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF dalam anggota keluarga.
d.Pola kebiasaan sehari-hari
a.Pola pemenuhan Nutrisi
Biasanya klien akan merasa mual dan muntah, penurunan nafsu
makan atau anoreksia, dengan tanda-tanda tidak menghabiskan porsi
makan, muntah, dan mukosa bibir kering.
b.Pola eliminasi
Melena, hematuria, konstipasi, diare.
c.Aktivitas latihan
Biasanya klien akan kelemahan, kelelahan, nyeri otot dan
persendian, serta mengalami gangguan pola tidur Karen
ketidaknyamanan yang dirasakan.
d.Pola tidur dan istirahat
Klien sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit
atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas
tidur maupun istirahatnya berkurang.
16
e.Pola cairan dan elektrolit
Biasanya klien akan mengalami dehidrasi ringan sampai berat

b.Pemeriksaan Fisik
meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak
adalah sebagai berikut :
a.Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah,
tanda - tanda vital dan nadi lemah.
b.Grade II yaitu kesadaran composmetis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
c.Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum
lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah
menurun.
d.Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak
teraba, tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur,
ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.
1.Sistem Integumen
a.Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan
muncul keringat dingin, dan lembab
b.Kuku sianosis atau tidak
2.Kepala dan leher kepala terasa nyeri, muka tampak
kemerahan karena demam, mata anemis, hidung kadang
mengalami perdarahan atau epitaksis pada grade II, III, IV.
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara
tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi
perdarahan ditelinga (pada grade II, III, IV).
3.Dada Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak.
Pada poto thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru
sebelah kanan (efusi pleura), rales +, ronchi +, yang
biasanya terdapat pada grade III dan IV
4.Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau
hepatomegaly dan asites
5.Ekstremitas: dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan
tulang.

c.Pemeriksaan Penunjang
a.HB dan PVC meningkat (≥20%)
17
b.Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
c.Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
d.Ig. D dengue positif
e.Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
f.Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g.Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah h.SGOT /
SGPT mungkin meningkat
3.2Diagnosa Keperawatan
1.Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu
tubuh diatas nilai normal
2.Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan)
3.Resiko syok berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif

3.3Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


(SDKI)
Hipertermia b.d proses Selama dilakukan Observasi
penyakit intervensi a.Identifikasi
keperawatan selama 3x24 penyebab hipertermia
jam maka termoregulasi (mis.
membaik dengan kriteria Dehidrasi,
hasi : terpapar
1.Tidak menggigil lingkungan panas,
2.Warna kulit penggunaan
menjadi normal incubator)
3.Suhu tubuh normal b.Monitor suhu
tubuh c.Monitor
kadar
elektrolit
d.Monitor haluaran
urine

Terapeutik
a.Sediakan
lingkungan
yang
dingin
b.Longgarkan atau
18
eksternal (mis,
kompres dingin
pada dahi,
leher, dada,
abdomen,
aksila)
f.Hindari
pemberian
antipiretik atau
aspirin
g.Berikan oksigen,
jika perlu

Edukasi
a.Anjurkan tirah
baring

Kolaborasi
a.Kolaborasi
Defisit nutrisi Selama Observasi
berhubungan dengan dilakukan a.Identifikasi status
faktor psikologis intervensi nutrisi
(keengganan untuk keperawatan selama 3x24 b.Identifikasi alergi
makan) jam maka status nutrisi dan intoleransi
membaik dengan kriteria makanan
hasil : c.Identifikasi
1.Porsi makanan yang
makanan yang disukai
dihabiskan meningkat d.Monitor asupan
2.Frekuensi makan makan
membaik e.Monitor berat
3.Nafsu badan f.Monitor hasil
makan membaik pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik
a.Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi b.Berikan
makanan

19
Edukasi
a.Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
b.Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
a.Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan
(mis, Pereda
nyeri,
antimietik), jika
perlu
b.Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
Risiko syok b.d Selama dilakukan jumlah kalori dan
Observasi
kehilangan cairan intervensi a.Monitor status
secara aktif keperawatan selama 3x24 kardiopulmonal
jam maka tingkat syok (frekuensi dan
meninkat dengan kriteria kekuatan nadi,
hasil : frekuensi napas,
1.Tingkat kesadaran TD) b.Monitor status
composmentis cairan (masukan
2.TTV dalam batas dan
normal haluaran, turgor
kulit, CRT)
c.Monitor tingkat
kesadaran dan
respon pupil
Terapeutik
d.Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%

Edukasi
20
a.Jelaskan
penyebab atau
faktor risiko
syok
b.Anjurkan
melapor jika
menemukan
atau merasakan
tanda dan
gejala
awal syok
c.Anjurkan
menghindari
allergen

Kolaborasi
a.Kolaborasi
pemberian IV,
jika perlu
b.Kolaborasi
pemberian

21
BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan
kematian, terutama anak serta sering menimbulkan wabah. Menurut klasifikasi pada
DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i : demam disertai gejala klinis lain atau
perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi. derajat ii
: derajat i di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain. derajat iii :
kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah,hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah.
Derajat IV : Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia berhubungan
dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia), Gangguan pemenuhan kubutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, Resiko tinggi
terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia, Gangguan aktivitas
sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah, Resiko tinggi syok
hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat perdarahan
dan Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan
pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.

B.Saran
Sebagai mahasiswa kita harus mampu memahami cara penanganan pada pasien
DHF serta bisa menerapkan ilmu pengetahuan yang di dapat agar keselamatan pasien
tetap terjaga. Dengan adannya makalah ini diharapkan agar mahasiswa mampu
memahami apa itu DHF.

22
DAFTAR PUSTAKA

Desak Putu Rendang Indriyani1*, W. G. (2020). Manifestasi klinis dan penanganan


demam berdarah dengue grade 1: sebuah tinjauan pustaka. 1016-1017.

23

Anda mungkin juga menyukai