Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DHF


MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK
Dosen Pengampu: Walin, SST., M.KES.

Disusun oleh Kelompok 4 Tingkat 2B:


1. Evi Sena Lestari (P1337420220067)
2. Nazatul Hidayah (P1337420220068)
3. Anis Selvia Ramadhan (P1337420220069)
4. Safinatul Inayah (P1337420220071)
5. Intan Maulid Dameyanti (P1337420220072)
6. Reza Putrianjani (P1337420220082)
7. Fauziah Rahmah (P1337420220086)
8. Hasna Muthia Latifah (P1337420220087)

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO
PROGRAM DIPLOMA III
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat-Nya
kepada kita semua, sehingga kita bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan berkat-Nya.
Atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan
rencana. Makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak DHF” disusun guna
mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan DHF.
Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada segala pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini hingga selesai. Penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan didalamnya.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Aamiin.

Purwokerto, 16 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI MEDIS...............................................................................
A. Pengertian................................................................................................................
B. Etiologi....................................................................................................................
C. Tanda dan Gejala.....................................................................................................
D. Patofisiologi.............................................................................................................
E. Pathway...................................................................................................................
F. Klasifikasi................................................................................................................
G. Cara Penularan.........................................................................................................
H. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................
I. Penatalaksanaan.......................................................................................................
J. Komplikasi...............................................................................................................
K. Pencegahan..............................................................................................................
BAB III Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................................
A. Pengkajian................................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................
C. Rencana Keperawatan..............................................................................................
D. Implementasi............................................................................................................
E. Evaluasi....................................................................................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Kritik dan Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengue Haemorhagic Fever (DHF) atau yang biasa disebut dengan Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan karena
infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty yang
dapat memicu terjadinya demam atau hipertermi (Wijayanti & Anugrahati, 2019).

Hipertermi merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai Akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat Menyerang sistem
tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan
imunitas spesifik dan nonspesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan
terhadap infeksi (Fitrianda, 2016).

Arbovirus yang menyebarkan melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia akan


Masuk racun melalui aliran darah, badan menjadi panas akibat toksin yang dikelola
oleh nyamuk, akibat toksin tersebut hipotalamus tidak bisa mengontrol yang
akhirnya menjadi suhu tubuh menjadi panas tinggi atau demam sehingga dapat
terjadi perdarahan spontan dan mengalami syok hipovolemik sehingga menyebabkan
perubahan kebutuhan volume cairan dan akhirnya suhu tubuh meningkat atau
demam akut (Fitrianda, 2016).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi DHF?
2. Apa etiologi DHF?
3. Bagaimana Tanda dan gejala DHF?
4. Bagaimana patofisiologi DHF?
5. Apa Saja Klasifikasi DHF?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostic DHF?
7. Bagaimana penatalaksanaan DHF?
8. Apa saja komplikasi dari DHF?
9. Bagaimana pencegahan DHF?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi DHF.
2. Untuk mengetahui etiologi DHF.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala DHF.
4. Untuk mengetahui patofisiologi DHF.
5. Untuk mengetahui klasifikasi DHF.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic DHF.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan DHF.
8. Untuk mengetahui komplikasi dari DHF.
9. Untuk mengetahui pencegahan DHF.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi DHF
Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus, genus
flavivirus, famili flaviviridae. DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes spp,
aedes aegypti, dan aedes albopictus merupakan vektor utama penyakit DHF. Penyakit
DHF dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur.
Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Dinkes,
2015).
B. Etiologi
Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk penular dengue tersebut hampir ditemukan di seluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut
(Rahayu & Budi, 2017).
Penyebab penyakit adalah virus dengue kelompok Arbovirus B, yaitu
arthropod-bornevirus atau virus yang disebabkan oleh artropoda. Virus ini termasuk
genus Flavivirus dan family Flaviviridae. Sampai saat ini dikenal ada 4 serotipe virus
yaitu :
a. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
b. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
c. Dengue 3 diisolasi oleh Sather.
d. Dengue 4 diisolasi oleh Sather.
Keempat virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan
yang terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di Indoneisa menunjukkan Dengue
tipe 3 merupakan serotipe virus yang dominan menyebabkan kasus DHF yang berat
(Masriadi, 2017). Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap
serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotipe lain
sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai
terhadap serotipe lain (Wijaya, 2013).

3
C. Tanda dan Gejala
Diagnosis penyakit DHF bias ditegakkan jika ditemukan tanda dan gejala
seperti :
a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama
2-7 hari.
b. Manifestasi perdarahan :
1) Uji turniket (Rumple leede) positif berarti fragilitas kapiler
meningkat.Dinyatakan positif apabila terdapat >10 petechie dalam diameter 2,8cm
(1 inchi persegi) dilengan bawah bagian volar termasuk fossa cubiti.
2) Petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis.
3) Trombositopenia yaitu jumlah trombosit dibawah 150.000/mm3, biasanya
ditemukan antara hari ke 3-7 sakit.
4) Monokonsentrasi yaitu meningkatnya hematocrit, merupakan indicator yang
peka terhadap jadinya renjatan sehingga perlu dilaksanakan penekanan berulang
secara periodik. Henaikan hematocrit 20% menunjang diagnosis klinis DHF
(Masriadi, 2017).
D. Patofisiologi
Patofisiologi Masalah yang sering muncul pada penderita DHF yaitu
peningkatan suhu tubuh di atas 37,5 derajat C karena virus dengue masuk dalam
tubuh dan mengacaukan termoregulasi pada hipotalamus. Untuk mengantisipasi
terjadinya syok karena terjadi kebocoran dan kehilangan plasma yang hebat, maka
peningkatan suhu tubuh harus segera di turunkan. Dengan turunnya suhu tubuh pada
pasien, maka pasien tidak akan mengalami syok karena tidak terdapat perembesan /
kebocoran plasma pada tubuh pasien yang di sebabkan oleh virus dengue. Perjalanan
penyakit DHF terbagi menjdi 3 fase, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase 8
penyembuhan. Fase demam (berlangsung selama 2-7 hari). pada fase demam terdapat
pengobatan simtomatik yaitu dengan melakukan tindakan kompres hangat dan
pemberian obat antipiretik, ada pula dengan cara pengobatan suportif yaitu memenuhi
kebutuhan cairan tubuh seperti pemberian jus buah atau susu, larutan oralit dan lain-
lain. Fase kritis (berlangsung 24-48 jam) umumnya pada fase ini pasien tidak nafsu
makan dan minum karena anoreksia atau muntah. Yang terakhir yaitu fase
penyembuhan, pada fase penyembuhan sebagian besar pasien DHF akan sembuh

4
tanpa komplikasi dalam waktu 24 - 48 jam setelah syok, indikasi paisen masuk fase
penyembuhan yaitu, keadaan umum membaik, meningkatnya nafsu makan, tanda-
tanda vital stabil.
E. Pathway

5
F. Klasifikasi

Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:

1. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya


manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia,
himokonsentrasi.
2. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau
tempat lain.
3. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat
dan lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi
disertai dengan kulit dingin dan gelisah.
4. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
terukur.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara
lain adalah (Wijayaningsih 2017):
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai
pada DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma
1) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari ketiga.
2) Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan hemokonsentrasi.
3) Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT,
SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat.
b. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)
Uji serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi
setelah infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada
manifestasi reaksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer, sekunder,
dan tersier. Reaksi primer merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut
menjadi reaksi sekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan
berlangsung sangat cepat, visualisasi biasanya dilakukan dengan memberi label

6
antibody atau antigen dengan flouresens, radioaktif, atau enzimatik. Reaksi
sekunder merupakan lanjutan dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat
dilihat secara in vitro seperti prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier
merupakan lanjutan reaksi sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi
dengan gejala klinik.
c. Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan
pada kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi
darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
d. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue.
Menggunakan metode plague reduction neutralization test (PRNT). Plaque
adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang jelas akan dilihat
terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.
e. Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition
(HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah
mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita.
f. Rontgen Thorax
Pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di
dapatkan efusi pleura.

H. Penatalaksanaan
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang
sebagai akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian
permeabilitas sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga
diberikan obat penurun panas (Rampengan 2017).
Penatalaksanaan DHF yaitu:
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok
Penatalaksanaan disesuaikan dengan gambaran klinis maupun fase, dan untuk
diagnosis DHF pada derajat I dan II menunjukkan bahwa anak mengalami DHF
tanpa syok sedangkan pada derajat III dan derajat IV maka anak mengalami DHF
disertai dengan syok. Tatalaksana untuk anak yang dirawat di rumah sakit
meliputi:

7
1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah, dan
diare.
2) Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
a) Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.
b) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan
jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena
biasanya hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran
pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
d) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai
dengan tatalaksana syok terkompensasi.
b. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan Syok
Penatalaksanaan DHF menurut WHO (2016), meliputi:
1) Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara nasal.
2) Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan secepatnya.
3) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20 ml/kg BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi: berikan transfusi darah
atau komponen.
5) Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai
kondisi klinis laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36- 48 jam.
Perlu diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu
banyak dari pada pemberian yang terlalu sedikit
I. Komplikasi dengan proses terjadinya

8
Infeksi primer pada demam dengue dan penyakit mirip dengue biasanya
ringan dan dapat sembuh sendirinya. Kehilangan cairan dan elektrolit, hiperpireksia,
dan kejang demam adalah komplikasi paling sering pada bayi dan anak-anak.
Epistaksis, petekie, dan lesi purpura tidak umum tetapi dapat terjadi pada derajat
manapun. Keluarnya darah dari epistaksis, muntah atau keluar dari rektum, dapat
memberi kesan keliru perdarahan gastrointestinal. Pada dewasa dan mungkin pada
anak- anak, keadaan yang mendasari dapat berakibat pada perdarahan signifikan.
Kejang dapat terjadi saat temperatur tinggi, khususnya pada demam chikungunya.
Lebih jarang lagi, setelah fase febril, astenia berkepanjangan, depresi mental,
bradikardia, dan ekstrasistol ventrikular dapat terjadi. Komplikasi akibat pelayanan
yang tidak baik selama rawatan inap juga dapat terjadi berupa kelebihan cairan (fluid
overload), hiperglikemia dan hipoglikemia, ketidak seimbangan elektrolit dan asam-
basa, infeksi nosokomial, serta praktik klinis yang buruk (Dengue: Guidelines for
diagnosis, treatment, prevention and control, WHO, 2009). Di daerah endemis,
demam berdarah dengue harus dicurigai terjadi pada orang yang mengalami demam,
atau memiliki tampilan klinis hemokonsentrasi dan trombositopenia (Halstead, 2007).

J. Pencegahan
1) Pengasapan/fogging berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai
batas waktu tertentu.
2) Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air.
3) Melaksanakan 3M + (menutup, menguras, mengubur). Selain itu juga melakukan
beberapa plus seperti memlihara ikan pemakan jentik, menggunakan kelambu
pada waktu tidur, memasang obat nyamuk, memriksa jentik berkala dan
disesuaikan dengan kondisi setempat.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur (sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun),
jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orangtua, pendidikan orangtua, dan
pekerjaan orangtua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas yang disertai gemetar dan saat demam
kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak
semakin lemah.Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telinga, mual,
muntah, anoreksia,diareatau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian,
nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
pendarahan pada kulit, gusi (nilai AKU AKU AKU. IV), melena atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah menderita penyakit Apa saja yang pernah diderita.
Pada DHF anak biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
5. Riwayat imunisasi ketika anak memiliki kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan munculnya komplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat bahaya, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DBD sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan.
Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan jadi status gizinya
berkurang.
7. Kondisi lingkungan sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan
lingkunganya yang kurang bersih (seperti udara yang menggenang atau gantungan
baju dikamar).

10
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan nafsu makan berkurang
dan menurun,
b. Eliminasi (buang air besar): kadang-kadang anak mengalami diare atau
kontipasi. Sementara DHF pada nilai IV sering terjadi hematuria.
c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit
atau nyeri otot dan persendian jadi kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya berkurang.
d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk
aedesaegepthy.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk mejaga
kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik
Termasuk inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Berdasarkan tingkat DHF, keadaan anak adalah sebagai berikut:
a. Kelas I: kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan
sayaelma.
b. Kelas II: kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada pendarahan
spontan ptechiae, pendarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.
c. Kelas III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil
dan tidak teratur, serta tekanan darah menurun.
d. Kelas IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tekanan darah
tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin. tangan dan kulit
tampak biru.
10. Sistem integumen
a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin,
dan lembab.
b. Kuku sianosis atau tidak
c. Kepala dan leher: kepala terasa sakit, muka tampak merah karena demam
(gelisah). Mata anemis, hidung kadang mengalami pendarahan(epitaksis) pada
nilai II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi

11
pendarahan gusi, dan nyeri telinga. Sementara tenggorokan mengalami
hiperemia dan terjadi pendarahan ditelinga (pada nilai II, III, IV).
d. Dada: bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada pototorak terdapat
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales+, ronchi+,
yang biasanya terdapat pada nilai AKU AKU AKU danIV.
e. Perut mengalami nyeri tekan, sedangkan hati (hepatomegali) dan asites
f. Ekstremitas: dingin serta terjadi nyeri otot dan tulang.
11. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan terkenal:
a. HB dan PVC meningkat (≥20%)
b. Trombositopenia (≤100.000/ml)
c. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
d. AKU g. D demam berdarah positife.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hiponatremia.
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolisme: pCO2<35-40mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah / viremia).
c. Resiko tinggi terjadinya pendarahan berhubungan dengan trombositopenia.

3. Rencana Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah semua penanganan (treatment) yang didasarkan


pada penilaian dan keilmuan pada tatanan klinik, dimana perawat melakukan tindakan
untuk meningkatkan hasil atau outcome pasien atau klien (Bulecheck, Buthcer,
Dochterman, 2016).

12
Diagnosis Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil (NOC) INTERVENSI (NIC)

Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan a) Pertahankan catatan intake dan
keperawatan diharapkan terjadi output yang akurat
Definisi : penurunan cairan
keseimbangan cairan dengan kriteria
intravaskular, interstisial, dan b) Monitor status hidrasi
hasil :
atau intraseluler. Ini mengacu
c) Monitor vital sign
pada dehidrasi. a) Tekanan darah tidak terganggu
d) Monitor masukan atau cairan
Faktor risiko : b) Keseimbangan intake dan output
dan hitung intake kalori harian
tidak terganggu
a) Perubahan status mental
e) Monitor status nutrisi
c) Berat badan stabil tidak terganggu
b) Penurunan tekanan darah
f) Dorong pasien untuk
d) Turgor kulit tidak terganggu
c) Penurunan tekanan nadi menambah asupan oral
e) Hematokrit sedikit terganggu
d) Penurunan volume nadi i) Monitor hasil laboratorium
f.) Berat jenis urin tidakterganggu
e) Penurunan turgor kulit

f) Membran mukosa kering

g) Kulit kering

h) Peningkatan suhu tubuh

Faktor yang berhubungan


dengan :

Kehilangan cairan aktif

Hipertermia Setelah dilakukan tindakan a) Pantau suhu dan tanda-tanda


keperawatan diharapkan vital lainnya
Definisi : peningkatan suhu
termoregulasi normal dengan kriteria
tubuh diatas kisaran normal b) Monitor warna kulit dan suhu
hasil:
Batasan karakteristik :
c) Berikan obat atau cairan IV
a) Tidak ada peningkatan suhu tubuh
a) Kunvulsi (antipiretik, agenantibakteri)
b) Tidak ada hipertermia
d) Monitor penurunan tingkat

13
b) Kulit kemerahan c) Tidak ada sakit kepala kesadaran

c) Peningkatan suhu tubuh d) Tidak ada sakit otot e) Tutup pasien dengan selimut
diatas kisaran normal atau pakaian ringan
e) Tidak ada perubahan warna kulit
d) Kejang f) Dorong konsumsi cairan
f) Tidak ada dehidrasi
e) Takhikardi

f) Takhipnea

g) Kulit terasa hangat

Faktor yang berhubungan


dengan :

Proses penyakit (virus


dalam darah / viremia).

Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan a.) Monitor ketat tanda-tanda


keperawatan diharapkan keparahan perdarahan
Definisi : beresiko mengalami
kehilangan darah tidak terjadi
penurunan b) Catat nilai Hb dan Ht sebelum
dengan kriteria hasil :
dan sesudah terjadinya perdarahan
volume darah yang dapat
a) Tidak ada kehilangan darah yang
mengganggu kesehatan c) Monitor nilai labor
terlihat
Faktor resiko : d) Monitor status cairan yang
b) Tidak ada hematuria
meliputi intake dan ouput
a) Aneurisme
c) Tidak ada keluar darah dari anus
e) Observasi adanya darah dalam
b) Defisiensi pengetahuan
d) Tidak ada hematemesis sekresi cairan tubuh
Faktor yang berhubungan
e) Tidak ada penurunan tekanan f) Instruksikan pasien untuk
dengan :
darah sistolik meningkatkan makanan yang kaya
trombositopenia. vitamin K
f) Tidak ada penurunan tekanan
darah diastolik g) Instruksikan keluarga untuk
memonitor tanda tanda
perdarahan dan mengambil
tindakan yang tepat jika terjadi

14
perdarahan

4. Pelaksanaan/ Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi
(Wartonah, 2015).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).
Adapun implementasi yang digunakan untuk mengatasi diagnosa :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
a) Mertahankan catatan intake dan output yang akurat
b) Memonitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi
adekuat, dan tekanan darah)
c) Memonitor vital sign
d) Memonitor masukan atau cairan dan hitung intake kalori harian
e) Memonitor status nutrisi
f) Mendorong pasien untuk menambah asupan oral (misalnya, memberikan
sedotan, menawarkan cairan diantara waktu makan)
g) Menawari makanan ringan(misalnya minuman ringan dan buahan segar/ jus
buah)
h) Mengkolaborasikan pemberian cairan IV
i) Memonitor hasil laboratorium
2. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah /
viremia).
a) Memantau suhu dan tandatanda vital lainnya
b) Memonitor warna kulit dan suhu
c) Memberikan obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan
agen anti menggil)

15
d) Memonitor penurunan tingkat kesadaran
e) Menutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase
demam (yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin, menyediakan
pakaian atau linen tempat tidur untuk demam
f) Mendorong konsumsi cairan
g) Memfasilitasi istirahat
3. Resiko tinggi terjadinya pendarahan berhubungan dengan trombositopenia.
a) Memonitor ketat tanda-tanda perdarahan
b) Mencatat nilai Hb dan Ht sebelum dan sesudah terjadinya perdarahan
c) Memonitor nilai labor
d) Memonitor status cairan yang meliputi intake dan ouput
e) Mengobservasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh
f) Menginstruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya vitamin K
g) Menginstruksikan keluargan untuk memonitor tanda-tanda perdarahan dan
mengambil tindakan yang tepat jika terjadi perdarahan (misalnya: lapor kepada
perawat)
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan guna
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017)
Diagnosa Keperawatan :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah / viremia).
3. Resiko tinggi terjadinya pendarahan berhubungan dengan trombositopenia.

Evaluasi meliputi :
S (Subjektif) : data berupa keluhan pasien/respon pasien secara verbal
O (Objektif) : data yang diperoleh dari respon pasien secara non verbal atau
pengamatan perawat.
A (Assesment) : tindak lanjut dan penentuan apakah implementasi akan
dilanjutkan atau sudah terlaksana dengan baik.
P (Planning) : rencana selanjutnya

16
BAB IV

A. KESIMPULAN
DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat
menghisap darah manusia (NIC NOC 2015) atau penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendesi mengakibatkan renjatan yang
dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer dan Suprohaita, 2000 dalam Susilowati,
2007), dan menurut Hindra (2004).
Penyebab penyakit ini termasuk kedalam arbovirus (Arthropodborn virus) group
B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dngue tipe 1, 2, 3, dan 4. Nyamuk aedes aegepti
maupun aedes albopictus merupakan vector penularan virus dengue dari penderita
kepada orang lainnya melalui gigitannya. Tanda gejala dari kriteria kliniknya yaitu
demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari, sedangkan kriteria
laboratoriknya adalah trombositopenia: jumlah trombosit 100.000/mm3 dan
hemokonsentrasi: meningginya nilai hematokrit atau Hb 20% dibandingkan dengan
nilai pada masa konvalesense. Masalah yang sering muncul pada penderita DHF yaitu
peningkatan suhu tubuh di atas 37,5 derajat C karena virus dengue masuk dalam tubuh
dan mengacaukan termoregulasi pada hipotalamus.
Menurut (Mubin, 2008) derajat penyakit DBD terbagi empat derajat:
1. Derajat 1
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan.
2. Derajat II
Seperti derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan perdarahan pada hidung
(epistaksis).
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi dengan adanya nadi cepat dan lemah.
4. Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur,
akral dingin dan akan mengalami syok.
Menurut Susalaningrum, R. (2013) pada pemeriksaan darah pasien DHF: Hb dan
PCV meningkat (>20%), trombositopenia (<100.000/ml), leukopenia (mungkin normal
atau lekositosis), Ig. G dengue positif, hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
hipoproteinemia, hipokloremia, hyponatremia, urin dan pH darah mungkin meningkat,

17
asidosis metabolic: PCO2 < 35-40 mmHg, HCO3 rendah dan SGOT?SGPT mungkin
meningkat.
Penatalaksanaan medis DHF tanpa renjatan demam tinggi, anoreksia, dan sering
muntah dengan pemberian minum pada anak sedikt demi sedikit yaitu 1,5-2 liter dalam
24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik dan kompres hangat. Jika
anak mengalami kejang-kejang diberi luminal. DHF disertai renjatan (syok) harus
segara dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
Kehilangan cairan dan elektrolit, hiperpireksia, dan kejang demam adalah
komplikasi paling sering pada bayi dan anak-anak. Pada dewasa dan mungkin pada
anak- anak, keadaan yang mendasari dapat berakibat pada perdarahan signifikan.
Kejang dapat terjadi saat temperatur tinggi, khususnya pada demam chikungunya.
Pencegahan yang dilakukan dengan cara menghindari gigitan nyamuk di waktu pagi
sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari).
Beberapa cara paling efektif dalam mencegah penyakit DBD:
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) di tempat air kolam
3. Pengasapan (fogging) dengan menggunakan malathion dan fenthion.
4. Memberikan bubuk abate (themophos) pada tempat-tempat penampungan air, seperti
gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.

B. KRITIK DAN SARAN


Selesai sudah makalah mengenai penyakit DHF (Dengue Hemorragic Fever) yang
kelompok kami buat, dari hasil yang sudah kelompok kami paparkan mengenai definisi
DHF sampai dengan pencegahannya sudah lengkap dan terperinci, semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

18
DAFTAR PUSTAKA

repo.stikesicme-jbg.ac.id, (2017), ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGUE HEMORAGIC FEVER GRADE II DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH BANGIL, Diakses pada tanggal 16 Februari 2022, http://repo.stikesicme-
jbg.ac.id/214/1/RIRIN.pdf.

NOVALIANA, LITA KRESTI. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. P


DENGAN DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF) DI RUANG CEMPAKA RSUD dr.R.
GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA, Diakses pada tanggal 17 Februari 2022,
http://repository.ump.ac.id/1097/.

Suwiyanto, I. K. (2019). GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN


TERAPI TEPID SPONGE UNTUK MENGATASI HIPERTERMIA PADA ANAK
DENGAN DHF DI RUANG CILINAYA RSUD MANGUSADA BADUNG TAHUN
2019 (Doctoral dissertation, Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan
Keperawatan).

Hikmatul F. (2017). Asuhan Keperawatan pada An. H dan An. N dengan Demam
Berdarah Dengue (DBD) DI RSI IBNU SINA Padang.

Fitriani, Tiara Rizki. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak dengan Dengue
Hemorrahic Fever (DHF) yang Dirawat Di Rumah Sakit, Diakses pada 6 Maret
2022,http://repository.poltekkes- kaltim.ac.id/1082/1/KTI%20TIARA%20RIZKI
%20FITRIANI.pdf

Sari, Novia Puspita. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN HIPERTENSI YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT, Diakses pada 6 6 Maret
2022, http://repository.poltekkeskaltim.ac.id/1069/1/KTI%20NOVIA%20PUSPITA
%20SARI.pdf

Asikin, Ady Nur. (2016). Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S Khususnya pada An.
M dengan Demam Hemoragic Fever (DHF) Di Desa Ambokembang Kecamatan
Kedungwuni Kabupaten Pekalongan, Diakses pada 6 Maret 2022,
file:///C:/Users/muhammad.fauzi/downloads/dwn72BAB%201%20,3,4,5%terbaru
%20sekali.pdf

repository.poltekkes-denpasar.ac.id, Diakses pada 6 Maret 2022, http://repository.poltekkes-


denpasar.ac.id/2394/3/BAB%20II.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai