Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“DHF (DENGUE HAEMORAGIC FEVER) ”

Dosen Pengampuh: Ns. Maria E. Mangundap, S.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Eko Triantoro 22 21 0017


Meyske T. Santiago 22 21 0041
Tasya G. Damongayo 22 21 0064
Amelia A. Huntua 22 21 0004
Heifi V. Makasaehe 22 21 0029
Ramla Talalu 22 21 0054
Natasya Patoh 22 21 0044
Andien Putri 22 21 0006
Ribka Tariuntung 20 19 0049

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Dengue Haemoragic Fever”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

Dalam menyusun makalah ini ,kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karna itu,kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah dan kepada teman-teman yang saya cintai. Kami
menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna,untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah
ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi semua
orang telah mendukung serta bekerja sama dalam pembuatan dan terselesaikannya makalah ini.

Manado, September 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

C.Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3

A. Definisi DHF ................................................................................................ 3

B. Etiologi ......................................................................................................... 3

C. Klasifikasi .................................................................................................... 4

D. Patofisiologi ................................................................................................. 5

E. Manifestasi Klinis ........................................................................................ 6

F. Komplikasi ................................................................................................... 6

G. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 6

H. Penatalaksanaan ............................................................................................ 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 9

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 9

B. Saran ............................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DHF (Dengue Haemoragic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai demam
berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit terutama yang
sering dijumpai, yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam, nyeri oto,
dan sendi di ikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti: bitnik merah pada kulit,mimisan,
bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, dengan genusnya adalah
flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1,DEN-2, DEN-3
dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda,
tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara
Tropis dan Subtropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang
berbeda. Di Indonesia penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan
sekarang menyebar keseluruh provinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD di tenggarai
adanya korelasi antara strain dan genetic, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab
DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor genetik dari hospesnya.
Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara
konvensial sudah berubah. Infewksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius
pada banyak negara tropis dan sub tropis.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi DHF
2. Etiologi
3. Klasifikasi
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinis
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Penatalaksanaan

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi DHF
2. Untuk mengetahui etiologi DHF
3. Untuk mengetahui klasifikasi DHF
4. Untuk mengetahui patofisiologi DHF
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis DHF
6. Untuk mengetahui komplikasi DHF
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang DHF
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan DHF

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi DHF
Dengue Haemoragic Fever adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya
manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419). Demam berdaarh
dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam,
nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama ( Soeparman,
1987;16). Dan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
haemoragic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus
yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam,
nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

B. Etiologi
1. Virus Dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn Virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3
dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan
satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus
flavivirus ini berdiameter 40 nometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya
sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel-sel Arthropoda misalnya sel aedes
albopictus (Soedarto, 1990; 36).
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1,2,3 dan 4 yang ditularkan melalui vector yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensi dan beberapa spesies
lain merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe
akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi
tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis lainnya (Arief Mansjoer &
Suprohaita; 2000; 420). Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus
merupakan vector penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya

3
melalui gigitannya nyamuk aedes aegypti merupakan vector penting di daerah
perkotaan (viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut
berperan dalam penularan. Nyamuk aedes berkembang biak pada genangan air
bersih yang terdapat bejana-bejana yang terdapat di dalam rumah (aedes aegypti)
maupun yang terdapat di luar rumah di lubang-lubang pohon di dalam potongan
bamboo, di lipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya (aedes albopictus).
Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari
terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue
tipe lainnya. Dengue Hemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang
pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.

C. Klasifikasi
Demam berdarah dapat diklasifikasikan menjadi 4 derajat, yaitu:
1. Derajat 1
Ditandai dengan demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah uji bending (uji tourniquet).
2. Derajat 2
Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
3. Derajat 3
Di dapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi
menurun atau hipotensi, sianosis sekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak
tampak gelisah.
4. Derajat 4
Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah tidak
teratur.

4
D. Patofisiologi
Terdapat 4 virus dengue, yaitu virus DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Virus
dengue juga menginfeksi dan berkembang biak di dalam sel Langerhans, sel kekebalan
khusus yang ada di lapisan kulit. Sel Langerhans normalnya bekerja membatasi
penyebaran infeksi secara terus-menerus. Namun, sel yang sudah terinfeksi virus itu
selanjutnya pergi ke kelenjar getah bening dan menginfeksi lebih banyak sel sehat.
Penyebaran virus dengue menghasilkan antibody khusus yang menetralkan partakel
virus dengue, sementara system kekebalan cadangan diaktifkan untuk membantu
antibody dan sel darah putih melawan virus. Respons imun juga mencakup sel-T
sitotoksik (limfosit), yang mengenali dan membunuh sel yang terinfeksi. Proses inilah
yang kemudianj memunculkan berbagai gejala demam berdarah. Selain itu munculnya
binti-bintik merah di tubuh merupakan reaksi netralisasi. Namun, jika netralisasikan
tidak berhasil, virus dengue terus mengganggu fungsi pembekuan darah. Apabila
kondisi tersebut tidak terganggu lagi maka akan timbul kebocoran plasma darah.
Plasma darah dalam pembuluh darah akan memasuki rongga perut dan paru-paru.
Keadan yang fatal tersebut disebut demam berdarah dengue. Penderita yang telah
terjangkit demam berdarah dengue yang tidak segera ditangani akan menderita
sindrom syok dengue (SSD). Memasuki sindrom syok dengue, penderita mengalami
penurunan demam yang mendadak. Keadaan ini harus diwaspadai karena sering
dianggap penderita akan segera sembuh karena suhu tubuh yang telah menurun.
Padahal keadaan ini merupakan gejala awal penderita demam berdarah dengue
memasuki tahap sindrom syok dengue. Beberapa gejala yang tampak pada penderita
yang mengalami sindrom syok dengue yaitu tampak gelisah, mengalami sakit di ulu
hati/perut, wajah pucat, tekanan nadi melemah dan hilang kesadaran. Penurunan suhu
yang mendadak pada penderita diakibatkan oleh gagalnya peredaran darah. Perdarahan
di lambung menyebabkan penderita mengalami sakit perut dan ulu hati. Keadaan
sindrom syok dengue biasanya terjadi pada hari ke 4-5. Setelah fase kritis sudah di
lewati dengan penanganan tepat, umumnya pasien DBD akan mengalami demam
kembali, akan tetapi tidak perlu khawatir. Umumnya saat demam kembali naik,
trombosit pun juga akan perlahan naik. Cairan tubuh yang tadinya turun selama dua
fase pertama juga pelan-pelan mulai kembali normal.

5
E. Manifestasi Klinis
1. Panas tinggi diserati mengigil pada saat serangan
2. Lemah
3. Nafsu makan berkurang
4. Anoreksi
5. Muntah
6. Nyeri sendi dan otot
7. Pusing
8. Trombositopenia
9. Manifestasi perdarahan seperti petekie, epitaksis, gusi berdarah, melena,
hematuria massif (Renira, 2019).

F. Komplikasi
Komplikasi pada DHF, yaitu:
1. Dehidrasi sedang sampai berat
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Kejang karena demam terlalu tinggi yang terus-menerus

Selain itu, komplikasi dari pemberian cairan yang berlebihan akan menyebabkan
gagal nafas, gangguan pada elektrolit, gula darah menurun, kadar natrium dan kalsium
juga menurun, serta dapat mengakibatkan gula darah di atas normal atau mengalami
peningkatan (Jannah, 2019).

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Klinis
Gejala klinis berikut yang ada, yaitu:
a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berkelanjutan terus-menerus
selama 2-7 hari.
b. Area manifestasi perdarahan diketahui dengan:
- Uji bending positif
- Petekie, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa, epitaksis, perdarahan gusi
- Hematemesis dana tau melena
c. Pembesaran hati

6
d. Syok, nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi (20
mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab,
capillary refill time (CRT) memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.
2. Laboratorium
a. Trombositopenia (100.000/ul atau kurang)
b. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan
manifestasi sebagai berikut:
- Peningkatan hematocrit >20% dari nilai standar
- Penurunan hematokrit >20%, setelah mendapat terapi cairan
- Efusi pleura/pericardial, asites, hipoproteinemia

Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau
hanya peningkatan hematocrit) cukup untuk menegakkan diagnose DBD
(Sidik, 2016).

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue tanpa syok:
a. Berikan banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajim, air sirup, susu,
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
muntah/diare.
b. Berikan paracetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
c. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
1) Berikan hanya larutan isotonic seperti Ringer Laktat/asetat
2) Kebutuhan cairan parenteral
 Berat badan <15 kg: 7 ml / kgBB / jam
 Berat badan 15-40 kg: 5 ml / kgBB / jam
 Berat badan >40 kg: 3 ml / kgBB /jam
3) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematocrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
4) Apabila terjadi penurunan hematocrit dan meningkat secara bertahap,
turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan
intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak
pembuluh kapiler spontan setelah mempersembahkan ciran.

7
d. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tatalaksana
syok terkompensasi.
2. Penatalaksanan Demam Berdarah Dengue dengan syok:
a. Pelakukan hal ini sebagai gawat darutat. Berikan oksigen 2-4 L / menit secara
nasal.
b. Berikan 20 ml / kg larutan kristaloid seperti Ringer Laktat / asetat ciptanya.
c. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml /
kgBB ciptanya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-
2- ml / kgBB / jam maksimal 30 ml/ kgBB / 24 jam.
d. Jika tidak ada kesalahan secara klinis hematocrit dan hemoglobin terjadi dalam
kejadian perdarahan tersembunyi; memberikan tranfusi darah / komponen.
e. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler perifer mulai
membaik,tekanan nadi melebar), jumlah cairan hingga 10 ml / kgBB /jam
dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis
dan laboratorium.

Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat warna setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian yang terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak
memberikan yang terlalu sedikit.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala umum demam, nyeri oto dan nyeri sendi yang disertai ruam
atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk ke dalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

B. Saran
Diharapkan agar dapat memberi masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun tentang DHF dalam konteks pelayanan keperawatan khususnya konsep
DHF.

9
DAFTAR PUSTAKA

www.academia.education.com

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.


WHO. Demam Berdarah Dengue Edisi 2. EGC.

http://www.depkes.go.id/article/view/1602900002/controlling-dhf-with-psn-3m-plus.html.
Diakses 23 April 2018.

Judith, M. W., & Nancy, R. A. (2012). Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC. Jakarta:
EGC.

Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.

Suwarsono H. 1997. Berbagai cara pemberantasan jentik Ae. Aegypti. Jakarta : Cermin Dunia
Kedokteran

https://eprints.umm.ac.id/86447/3/BAB%20II.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai