Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

DENGUE HEMORRAGIC FEVER (DHF) PADA ANAK

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak I)

Dosen Pengampu :

Ria Andriani, M.Kep., Sp.Kep. An

Disusun oleh :

Febbi Adha Hardiani (2032311029)

PENDIDIKAN PROFESI NERS 2020/2021

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dengue Hemorragic Fever Pada Anak”. Berkat
petunjuk dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah
ditentukan. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah yang diampu oleh Ibu
Ria Andriani tentang “Dengue Hemorragic Fever Pada Anak”. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Konsep Penyuluhan Kesehatan bagi para
pembaca dan juga saya sebagai penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa,
maupun penulisannya. Oleh karna itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik
lagi dalam menyusun makalah di masa mendatang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
2.1 Pengertian DHF................................................................................................................5
2.3 Ciri – Ciri Nyamuk Aedes Aegypti..................................................................................6
2.4 Tahap penyakit DHF........................................................................................................6
2.5 Tanda dan Gejala penyakit DHF......................................................................................7
2.6 Derajat beratnye penyakit DHF....................................................................................7
2.7 Pencegahan penyakit DHF...............................................................................................8
2.8 Patofisiologi......................................................................................................................8
2.9 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................9
2.10 Cara pengobatan penyakit DHF.....................................................................................9
2.11 Pathway DHF...............................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................12
KONSEP DASAR KEPERAWATAN...................................................................................12
BAB IV....................................................................................................................................21
LITERATUR RIVIEW............................................................................................................21
4.1 Latar Belakang...........................................................................................................21
4.2 Tujuan........................................................................................................................21
4.3 Metode.......................................................................................................................21
4.4 Penelitian Terkait............................................................................................................21
4.4 Kesimpulan................................................................................................................22
4.5 Daftar Pustaka...........................................................................................................22
BAB V......................................................................................................................................23
PENUTUP................................................................................................................................23
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai
demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit
(terutama sering dijumpai .) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama
demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti; bintik
merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB
berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, dengan
genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan
DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan
manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit
DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di
Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan
sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD
ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi
agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor
geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam
manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah.
Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara
tropis dan sub tropis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dari penyakit DHF pada anak?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari penyakit DHF pada anak?
3. Bagaimana contoh literature review journal DHF pada anak?
1.3 Tujuaan
1. Mengetahui dan memahami konsep dasar penyakit DHF pada anak
2. Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan dari penyakit DHF pada anak
3. Mengetahui dan memahami literature review journal dari penyakit DHF pada anak
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian DHF

DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan
oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes
Albopictus dan Aedes Aegepty ). Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue
Haemoragic Fever ( DHF ).

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemi akut yang
disebabkan oleh virus yang di transmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan sampai tinggi, disertai
dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian, hingga pendarahan spontan.

Menurut pengertian para ahli pengertian DHF adalah sebagai berikut :

- DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain
yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik.
(Sir,Patrick manson,2001)

- Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus
yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).

Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, yang dapat menyebabkan penyakit
demam berdarah. Virus dengue merupakan virus dari genus Flaviviridae, famili flaviviridae.
Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dcm subtropics di berbagai belahan
dunia terutama di musim hujan yang lembab. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan
setiap tahunnya terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia. Penyakit
demam berdarah akut yang disertai dengan adanya manifestasi pendarahan yang bertendensi
mengakibatkan rejatan yang dapat menyebabkan kematian, penyakit ini berlangsung akut
menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak berusia di bawah 15 tahun.

2.2 Etiologi DHF pada anak

1) Vector
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus
dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes
Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah
pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes
berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang
terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di
lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air
bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap
darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
2) Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta.

2.3 Ciri – Ciri Nyamuk Aedes Aegypti

nyamuk aedes aegypti telah lama diketahui sebagai vektor utama dalam penyebaran-penyakit
DBD, adapun ciri-ciri adalah sebagai berikut:

A. Badan kecil berwarna hitam dengan bintik-bintik putih.


B. Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter.
C. Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.
D. Menghisap darah pada pagi hari dan sore hari.
E. Nyamuk betina menghisap darah untuk pematangan sel telur sedangkan nyamuk
jantan memakan sari-sari tumbuhan.
F. Hidup di air bersih bukan di got.
G. Di dalam rumah dapat hidup dibak mandi, tempayan, vas bunga, dan tempat air
minum burung.
H. Di luar rumah dapat hidup di tampungan air yang ada di dalam drum, dan ban bekas

2.4 Tahap penyakit DHF

Tahap penyakit demam berdarah meliputi demam biasa, demam berdarah klasik, demam
berdarah dengue atau hemoragik dan sindrom syok dengue, yakni sebagai berikut :

A. Demam berdarah (klasik)

Gejala demam berdarah yang terjadi berbeda-beda tergantung pada usia pasien. Pada bayi
dan anak-anak ditandai dengan ruam yang muncul. Pada usia remaja dan dewasa,
penyakit demam berdarah ditandai dengan sakit kepala parah, demam tinggi dan nyeri
dibelakang mata, nyeri pada tulang dan sendi, muntah dan mual dan ruam pada kulit.

B. Demam berdarah dengue

Demam berdarah dengue atau sering disingkat menjadi DBD biasanya ditinjukkan dengan
gejala seperti penderita demam berdarah klasik dan empat gejala utama lainnya yakni
demam tinggi, pendarahan hebat dan diikuti pembesaran hati serta sistem sirkulasi udara
yang memiliki kegagalan. Diagnosis lainnya pada DBD adalah kerusakan pembuluh
darah, kerusakan pembuluh limfa,pendarahan di bawah kulit seperti memarkebiruan,
trombositopenia dan jumlah sel darah merah merah yang meningkat.
C. Sindrom syok dengue

Sindrom syok dengue adalah tingkat yang paling tinggi dari infeksi virus dengue. Hal ini
ditandai dengan pasien akan mengalami seluruh gejla penyakit demam berdarah klasik
dan demam berdarah dengue dan kebocoran cairan yang terjadi dipembuluh darah,
perdarahan dan syok yang menyebabkan tekanan darah rendah dan berlangsung demam
selama 2-7 hari. Awal terjadinya akan ditandai dengan tubuh dingin, sakit perut dan sulit
tidur.

2.5 Tanda dan Gejala penyakit DHF

Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya
penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :

 Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).


 Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
 Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan
(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur
darah (Melena), dan lain-lainnya.
 Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
 Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
 Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit
diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
 Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit
kepala.
 Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
 Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
 Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

2.6 Derajat beratnye penyakit DHF

Derajat penyakit DBD diklarifikasikan dalam 4 derajat:

 Derajat I: demam dan satu-satunya manifestasi pendarahan ialah uji


Tourniquet positif.
 Derajat II: terdapat pendarahan spontan antara lain pendarahan kulit (ptekie),
pendarahan gusi, epistaksis atau pendarahan lain (menstruasi berlebihaan,
perdarahan saluran cerna).
 Derajat III: derajat I atau II disertai kegagalan sisrkulasi, yaitu nadi cepat dan
lambat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang ) atau hipotesi sianosis
disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.
 Derajat IV: seperti derajat III disertai syok berat (profound syok), nadi
tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur (Kemenkes RI, 2011)
2.7 Pencegahan penyakit DHF

Saat ini, metode utama yang digunakan untuk mengontrol dan mencegah terjadinya
demam berdarah dengue adalah dengan melakukan pemberantasan terhadap nyamuk
Aedes aegypti sebagai penyebar virus dengue.

Nyamuk Aedes aegypti ini dapat berada di dalam rumah ataupun luar rumah. Di
dalam rumah biasanya nyamuk tersebut suka bersembunyi di tempat yang gelap seperti di
lemari, gantungan baju, di bawah tempat tidur dll. Sedangkan apabila di luar rumah nyamuk
Aedes aegypti tersebut menyukai tempat yang teduh & lembab. Nyamuk betinanya biasanya
akan menaruh telur-telurnya pada wadah air di sekitar rumah, sekolah, perkantoran dll,
dimana telur tersebut dapat menetas dalam waktu 10 hari. Oleh sebab itu, lakukan 3 M

1. Menguras : Menguras tempat penampungan air secara rutin, seperti bak mandi dan
kolam. Sebab bisa mengurangi perkembangbiakan dari nyamuk itu sendiri. Atau
memasukan beberapa ikan kecil kedalam bak mandi atau kolam. Sebab ikan akan
memakan jentik nyamuk.
2. Menutup : Menutup tempat-tempat penampungan air. Jika setelah melakukan aktivitas
yang berhubungan dengan tempat air sebaiknya anda menutupnya agar nyamuk tidak
bisa meletakan telurnya kedalam tempat penampungan air. Sebab nyamuk demam
berdarah sangat menyukai air yang bening.
3. Mengubur. Kuburlah barang – barang yang tidak terpakai yang dapat memungkinkan
terjadinya genangan air.

2.8 Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya: peningkatan
suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang
menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang
menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari penurunan produksi
trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani 2018).

Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan
kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat
menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa virus
dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di
seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain
yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati atau hepatomegali
(Murwani 2018).

Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi. Dalam
sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan di lepas
C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke
ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan atau syok. Hemokonsentrasi
atau peningkatan hematokrit >20% menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran atau
perembesan sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena (Murwani 2018).

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan ditemukan


cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura, dan perikardium
yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian
cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk
mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang
buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama
akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik (Murwani 2018).

2.9 Pemeriksaan Penunjang

1. Rumple Leed
2. Pemeriksaan Darah
3. Hitung Trombosit
4. Hitung Leukosit
5. Hitung Hematokrit
6. Imunoserologi IgM dan IgG

2.10 Cara pengobatan penyakit DHF

Pada banyak kasus yang terjadi, DBD sering berujung pada kematian. Banyaknya
kasus kematian yang terjadi sering kali diakibatkan karena ketidak tahuan dan lampannya
penanganan terhadap penderita sehingga begitu penderita di bawa ke Rumah Sakit kondisinya
sudah parah.

Sebenarnya tidak ada pengobatan yang spesifik ataupun vaksin untuk demam
berdarah. Bila anda pikir sesorang terkena demam berdarah, berikan mereka cairan sebanyak
mungkin, bawa mereka ke puskesmas terdekat, dan hindarkan mereka dari nyamuk untuk
menghindari yang lain terjangkiti juga. Penyakit ini dapat berlangsung hingga 10 hari, dan
pemulihannya dapat memakan maktu 1 minggu hingga 4 minggu.

Pengobatan terhadap penyakit ini terutama ditujukan untuk mengatasi perdarahan,


mencegah/mengatasi keadaan syok / presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita
banyak minum, bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infus.
Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin, atau pemberian antipiretika
Jika anda mengalami panas tinggi yang berkepanjangan (lebih dari 1 hari) dan tidak sembuh
dengan meminum obat, cobalah mendatangi rumah sakit terdekat dan cek darah anda.

Ada cara yang bisa ditempuh tanpa harus diopname di rumah sakit, tapi butuh usaha yang
lebih untuk melakukannya. Cara itu adalah sbb:

 Minumlah air putih minimal 20 gelas berukuran sedang setiap hari (lebih banyak lebih
baik)
 Cobalah menurunkan panas dengan minum obat penurun panas
 Beberapa teman dan dokter menyarankan untuk minum minuman ion tambahan (tapi
banyak juga yang tidak menganjurkannya)
 Minuman lain yang disarankan: Jus jambu merah untuk meningkatkan trombosit (ada
juga yang menyarankan: daun angkak, daun jambu, dsb)
 Makanlah makanan yang bergizi dan usahakan makan dalam kuantitas yang banyak
(meskipun biasanya minat makan akan menurun drastis).

Sebenarnya, semua usaha di atas bertujuan untuk menambah daya tahan tubuh terhadap
serangan demam berdarah, karena pada dasarnya demam berdarah tidak perlu obat tertentu
(dan memang tidak ada obat untuk itu). Ketahanan tubuh dapat dilihat dari jumlah leukosit
dalam darah. Ketika leukosit mulai meningkat (membaik), maka biasanya trombosit yang
kemudian akan bertambah.
2.11 Pathway DHF
BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari
15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,
dan pekerjaan orang tua.

3.1.2 RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan Utama :
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang
disertai menggigil dan saat demam kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi
antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan
batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III. IV), melena atau
hematemesis.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak
biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan :

3.1.3 POLA FUNGSI KESEHATAN

 Riwayat Imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya koplikasi
dapat dihindarkan.

 Riwayat Gizi

Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk
dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering
mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan. Apabila kondisi berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan
berat badan sehingga status gizinya berkurang.

 Kondisi Lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti
air yang menggenang atau gantungan baju dikamar)
 Pola Kebiasaan

1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, nafsu makan berkurang dan menurun.

2) Eliminasi (buang air besar): kadang-kadang anak yang mengalami diare atau konstipasi.
Sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria.

3) Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau
nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya
berkurang.

4) Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk Aedes aegypty.

5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.

3.1.4 PEMERIKSAAN FISIK

Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah sebagai berikut :

1) Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi
lemah.

2) Grade II yaitu kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada perdarahan


spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.

3) Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil
dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.

4) Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tekanan darah
tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak
biru.

 Sistem Integumen

1) Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab

2) Kuku sianosis atau tidak

3) Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam, mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan atau epitaksis pada grade II,III,IV. Pada
mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering , terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan ditelinga (pada
grade II,III,IV).

4) Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak.

5) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau

hepatomegaly dan asites

6) Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.


3.2 Diagnosaa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus DHF yaitu (Erdin 2018) (SDKI
DPP PPNI 2017) :

 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas


 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas
nilai normal
 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri
 Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
 Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan
kebocoran plasma darah
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
 Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)
 Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan

3.3 Intervensi Keperawatan


 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

napas Tujuan : Mempertahankan pola pernafasan normal/efektif

Kriteria Hasil :

1. Kapasitas vital meningkat


2. Dispneu menurun
3. Frekuensi napas membaik

Intervensi :

 Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurgling, mengi, wheezing, ronkhi basah)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
 Terapeutik
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Berikan oksigen, jika perlu
 Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

Tujuan : Suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal

Kriteria Hasil :

1. Menggigil menurun
2. Kulit merah menurun
3. Suhu tubuh membaik
4. Tekanan darah

membaik Intervensi :

 Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan incubator)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
 Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Lakukan pendinginan eksternal (mis, kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
 Edukasi
- Anjurkan tirah baring
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Tujuan : Diharapkan nyeri yang dirasakan klien berkurang

Kriteria Hasil :

1. Keluhan nyeri menurun


2. Meringis menurun
3. Gelisah menurun
4. Pola napas membaik

Intervensi :

 Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis, terapi musik,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
 Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
 Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk

makan) Tujuan : Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat


2. Frekuensi makan membaik
3. Nafsu makan membaik

Intervensi :

 Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Monitor asupan makan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 Terapeutik
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
 Kolaborasi

Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis, Pereda nyeri, antimietik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

 Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

kapiler Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi

Kriteria Hasil :

1. Turgor kulit meningkat


2. Output urine meningkat
3. Tekanan darah dan nadi membaik
4. Kadar Hb

membaik Intervensi :

 Observasi
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis, frekuensi nadi meningkat, nadi terasa
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus lemah)
- Monitor intake dan output cairan
 Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
 Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis, NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis, glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis, albumin, plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah

 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan Tujuan : Aktivitas sehari-hari klien kembali

normal. Kriteria Hasil :

1. Frekuensi nadi meningkat


2. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
3. Frekuensi napas membaik

Intervensi :

 Observasi
1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
2. Monitor pola dan jam tidur
 Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis, cahaya, suara, kunjungan)
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahantidak berkurang
 Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi Tujuan : Pengetahuan klien/ keluarga bertambah.

Kriteria Hasil :

1. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat


2. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
3. Persepsi yang keliru terhadap masalah

menurun Intervensi :

 Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
 Edukasi
- Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat
 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang

Kriteria Hasil :

1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun


2. Perilaku gelisah menurun
3. Konsentrasi

membaik Intervensi :

 Observasi
- Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
 Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Edukasi
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
 Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)

Tujuan : Perdarahan tidak terjadi.

Kriteria Hasil :

1. Kelembapan kulit meningkat


2. Hemoglobin membaik
3. Hematokrit

membaik Intervensi :

 Observasi
- Monitor tanda dan gejala perdarahan
- Monitor nilai hamatokrit atau hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah
- Monitor tanda-tanda vital

Terapeutik

- Pertahankan bed rest selama

perdarahan Edukasi

- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan


- Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
- Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
- Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu


- Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
 Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik.

Kriteria Hasil :

1. Tingkat kesadaran meningkat


2. Tekanan darah, frekuensi nadi dan napas

membaik Intervensi :

 Observasi
- Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD)
- Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
- Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
 Terapeutik
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
 Edukasi
- Jelaskan penyebab atau faktor risiko syok
- Anjurkan melapor jika menemukan atau merasakan tanda dan gejala awal syok
- Anjurkan menghindari allergen
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu

3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan.
3.5 evaluasi Keperwatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu
masalah.
BAB IV

LITERATUR RIVIEW

4.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) atauDengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan


penyakit akut, bersifatendemik dan dapat mendatangkan kejadian luar biasa (KLB). Sejak
kasus DBD dilaporkanpertama kali pada tahun 1968 di Surabaya dan di Jakarta, kasus DBD
terus meningkat tajam dan memperlihatkan KLB yang cenderung terjadisetiap tahun. Hingga
saat ini belum ditemukanobat spesifik maupun vaksin untuk pencegahan nya, sehingga
pencegahan dan pengendaliannyasangat tergantung pada upaya pengendalian vector
utamanya, yaitu Aedes aegypti. DBD hampir ditemukan di semua provinsi di Indonesia.
Jumlah kasus DBD di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Jumlah penderita dan
meninggal dunia.

4.2 Tujuan

Untuk mengetahui apa saja factor yang berhubungan dengan penyakit DHF.

4.3 Metode

Pencarian menggunakan google shcoolar

4.4 Penelitian Terkait

Judul & Peneliti Sampel Metode Hasil


Faktor-Faktor yang Populasi studi Penelitian ini
Berpengaruh terhadap adalah semua anak menggunakan Hasil penelitian
Kejadian Demam usia 6-12 tahun mengkobinasikan ini menunjukkan
Berdarah yang tinggal di bentuk kuantitatif bahwa uji
Dengue pada Anak Usia Kecamatan dan kualitatif. statistik
6-12 Tahun Di Tembalang. Jumlah Spesifikasi diperoleh nilai p
Kecamatan Tembalang subyek sebanyak penelitian value
Peneliti : Tuti Sandra, 140 responden yang kuantitatif yang 0,001 yang
Muchlis AU Sofro, terdiri atas 70 kasus digunakan adalah berarti ada
Suhartono, Martini, dan 70 kontrol yang jenis penelitian pengaruh faktor
Suharyo, Hadisaputro. memenuhi kriteria observasional penggunaan obat
inklusi dan analitik desain case anti nyamuk
eksklusi. control study. terhadap
kejadian DBD
pada anak.
Temuan di
lapangan
sebagian
responden tidak
pernah
menggunakan
anti
nyamuk pada
siang hari, tetapi
sebaliknya
menggunakan
anti nyamuk
seperti
menyemprot
atau
menggunakan
kelambu
hanya pada
malam hari saja,
anggapan
mereka bahwa
pada siang hari
lebih
banyak
beraktifitas
sehingga
perlindungan
terhadap gigitan
nyamuk tidak
perlu
dilakukan.

4.4 Kesimpulan

Faktor yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian DBD pada anak usia 6-12 tahun yaitu
pendidikan ibu rendah, kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk dan kebiasaan tidak
memakai pakaian panjang. Probabilitas untuk terjadinya DBD jika terdapat 3 faktor risiko
tersebut secara bersamaan adalah 85,3%, faktor yang terbukti tidak berpengaruh: kebiasaan
tidur siang, kebiasaan menggantung pakaian, forum penyampaian informasi dan rutinitas
pemeriksaan jentik dan praktik PSN.

4.5 Daftar Pustaka

Tuti Sandara, dkk. 2019. Faktor – factor yang Berpengaruh terhadap Kejadia Demam
Berdarah Dengue Pada Usia 6-12 Tahun Di Kecamatan Tembalang. Jurnal Epidemiologi
Kesehatan Komunitas 4 (1), 2019, 1-10.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong
arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang
betina. Penyebab utama adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk
Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). DHF adalah penyakit yang mematikan yang
patut kita waspadai. Yang vektor utamanya adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :

 Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.


 Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
 Penyedaiaan air bersih yang langka.

DBD dapat dicegah dengan rutin melakukan 3M,menjaga sanitasi lingkungan tetap bersih,
mengkonsumsi makanan-makanan bergizi.
DAFTAR PUSTAKA
Dodi Girsang. 2014. . https://www.academia.edu/4201416/Pemeriksaan_Penunjang_ Demam
_Berdarah. Diunduh tanggal 29 mei 2022.

Rizki Fitriani, Tiara. 2020. Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak
Dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) Yang Dirawat Di Rumah Sakit. Politeknik
Kementian Kesehatan Kalimantan Timur.

Sandra, Tuti. dkk. 2019. Faktor – factor yang Berpengaruh terhadap Kejadia Demam
Berdarah Dengue Pada Usia 6-12 Tahun Di Kecamatan Tembalang. Jurnal Epidemiologi
Kesehatan Komunitas 4 (1), 2019, 1-10.

Anda mungkin juga menyukai