Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PENYAKIT INFEKSI

TROPIS DHF, MORBILI DAN VARICELLA

Mata Kuliah : Keperawatan Anak

Dosen Pengampu : Ahmad Zakiudin, SKM.,S.Kep.,Ns.,M.Kes.,M.Kep.

Disusun Oleh :
Meliza Shofarina [20.034]
Novi Amalia [20.038]
Trio Fadriana [20.067]

YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL HIKMAH 2BENDA


AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH 2 BENDA
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kami ucapkan.
Atas rahmat dan karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tercurah pada Rasulullah
SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kami kelak. Adapun judul makalah ini
yaitu “Asuhan Keperawatan Anak Dengan Penyakit Infeksi Tropis DHF,
MORBILI Dan VARICELLA

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung


serta membantu penyelesaian makalah ini. Kami berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan juga penulis.
Dengan kerendahan hati, kami memohon maaf apabila ada kesalahan
penulisan. kritik yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah. Demikian kata pengantar ini kami sampaikan. Terima
kasih atas semua pihak yang membantu penyusunan dan membaca makalah ini.

Sirampog, Maret 2022

penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................3
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................4

A. Konsep Dasar DHF.................................................................................................4


B. Asuhan Keperawatan DHF ....................................................................................9
C. Konsep Dasar Morbili .........................................................................................13
D. Asuhan Keperawatan Morbili..............................................................................18
E. Konsep Dasar Varicella........................................................................................23
F. Asuhan Keperawatan Varicella............................................................................28

BAB III PENUTUP.............................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. DHF
DHF ( Dengue Haemorrhagic Fever) atau DBD (Demam Berdarah
Dengue) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
Indonesia yang semakin hari kejadian dan penyebarannya semakin
meningkat (widoyono, 2017).
Pravelensi penderita DHF berdasarkan data World Health
Organization (WHO) adalah terdapat sekitar 2,5 milyar orang di dunia
berisiko terinfeksi virus dengue terutama di daerah tropis maupun
subtropic, dengan perkiraan 500.000 orang memerlukan rawat inap
setiap tahunnya dan 90 % dari penderitanya merupakan anak-anak
yang berusia kurang dari 15 tahun. Di wilayah Asia, DHF banyak
dijumpai di Cina Selatan, Pakistan, India dan seluruh Kawasan Asia
Tenggara (Widoyono, 2017)
Pravelensi penderita DHF di Indonesia pada tahun 2018 jumlah
kabupaten atau kota di Indonesia yang terjangkit DHF sebanyak 412
kabupaten atau kota dan meningkat menjadi 433 kabupaten atau kota
pada tahun 2019 (Kementeruan Kesehatan RI, 2020)
Kasus kematian DHF terbanyak dialami oleh anak-anak , kondisi
ini disebabkan karena daya tahan tubuh anak yang belum sempurna .
Perawatan DHF yang belum memadai dan gejala klinis yang memberat
dapat berakibat gangguan pembuluh darah dan hati. Pasien dapat
mengalami perdarahan massif, syok, hingga kematian ( Hanifah, 2018)
2. Morbili
Campak atau rubeola adalah salah satu penyakit yang sangat
menular, dengan setidaknya 90% tingkat infeksi sekunder dan dapat
mempengaruhi orang-orang dari segala usia, meskipun paling sering
terjadi pada anak-anak.

1
Campak ditandai dengan demam prodromal, batuk, konjungtivitis,
dan enanthem patognomonik atau bintik koplik, diikuti oleh ruam
makulopapular eritematosa pada hari ketiga hingga ketujuh.
Anak-anak kecil yang tidak divaksinasi berada pada risiko
tertinggi. Tingkat serangan spesifik usia mungkin tertinggi pada bayi
di bawah 12 bulan, anak usia sekolah, atau dewasa muda tergantung
pada kondisi imunisasi l dan kejadian penyakit. Komplikasi seperti
otitis media, bronkopneumonia, laringotrakeobronkitis  dan diare lebih
sering terjadi pada anak kecil.
Di negara-negara berpenduduk padat dan terbelakang, campak
paling sering terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun.
Terkait jenis kelamin, Laki-laki dan perempuan yang tidak divaksinasi
sama-sama rentan terhadap infeksi virus campak. Kelebihan kematian
setelah campak akut telah diamati di antara perempuan di segala usia,
tetapi paling  tampak pada remaja dan dewasa muda.
3. Varicella
Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular,
yang disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf,
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. (Prof. Dr. Maswali
Harahap, 2000 : 94)
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara
bermusin empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun.
Pada anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat.
Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak
remaja dan orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen
kasus varisela terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin
bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala varisela semakin
bertambah berat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pasien dengan DHF pada anak
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pasien dengan morbilli
3. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan varicella

2
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan DHF
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan morbili
3. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan varicella

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. DHF
a. Konsep dasar
1. Pengertian DHF
Dengue Hemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue tipe 1-4, dengan manifestasi klinis
berupa demam yang terjadi secara mendadak 2-7 hari. Dapat disertai
gejala perdarahan dengan atau tanpa adanya syok, dengan hasil
pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan adanya
trombositopenia (trombosit kurang dari 100.000) dan peningkatan
hematokrit 20% atau lebih dari nilai normal.1,4,5 Infeksi virus
dengue dapat disertai dengan terjadinya kebocoran plasma.
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi
serius di Indonesia. Orang tua harus waspada terhadap penyakit
DBD jika anak memunculkan gejala. Indonesia yang merupakan
negara tropis menjadi salah satu tempat yang disukai sebagai tempat
tinggal nyamuk Aedes Aegypti. Minimnya pengetahuan tentang
gejala DHF pada anak mengakibatkan banyak kasus yang terlambat
ditangani.
Menurut World Health Organization (WHO), Dengue
Hemmorhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD)
merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes
yang terinfeksi salah satu dari empat tipe virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis
hemoragik (WHO, 2011). Terdapat tiga tahapan yang dialami
penderita penyakit DBD, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase
pemulihan (WHO,2009)
2. Etiologic
Penyakit DHF disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus,
famili Flaviviridae. DHF ditularkan ke manusia melalui gigitan

4
nyamuk Aedes yang terinfeksi virus dengue. Virus Dengue penyebab
Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok B
Arthropod virus Arbovirosis yang sekarang dikenal sebagai genus
Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe,
yaitu : DEN-1, DEN- 2, DEN-3, DEN-4 (Depkes RI, 2016).
3. Klasifikasi DHF menurut WHO

Derajat 1 Demam disertai gejala tidak khas dan satu-


satunya manifestasi pendarahan uji tourniquet
positif
Derajat 2 Derajat 1 disertai pendarahan spontan dikulit
dan/ atau pendarahan lain.
Derajat 3 Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu
nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun
(< 20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit
dingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah
Derajat 4 Syok berat, nadi tidak teraba, dan tekanan
darah tidak dapat diukur.

4. Patofisiologi
DHF merupakan mosquito-borne viral disease yang
disebabkan oleh virus dengue dengan tipe antigen yang berbeda,
Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue berkembang
biak dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan
viremia yang berlangsung 5-7 hari. Akibat infeksi ini, muncul
respon imun baik humoral maupun selular, antara lain anti
netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti komplemen. Antibodi yang
muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue
primer antibodi mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar
antibodi yang telah ada jadi meningkat.

5
Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam
darah sekitar demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama
sampai dengan ketiga, dan menghilang setelah 60-90 hari. Kinetik
kadar IgG berbeda dengan kinetik kadar antibodi IgM, oleh karena
itu kinetik antibodi IgG harus dibedakan antara infeksi primer dan
sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar
demam hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG
meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu diagnosa dini infeksi
primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM
setelah hari sakit kelima, diagnosis (Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun
2010 : 110 –119).
5. Pemeriksaan penunjang
Menurut susalaningrum,R (2013) pada pemeriksaan darah pasien
DHF akan dijumpai sebagai berikut
1) Hb dan PCV meningkat (>20%).
2) Trombosite (< 35-40 mmHg HCO3 rendah)
3) IgD degue positif.
4) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia,
hipokloremia, hiponateremia.
5) Urin dan pH darah mungkin meningkat.
6) Asidosis metabolic: pCO2< 35-40 mmHg HCO3 rendah
6. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, DHF
ditandai dengan :
1) Demam : demam akut, demam tinggi dan continue, dua hingga
tujuh hari di kebanyakan kasus.
2) Terdapat manifestasi perdarahan seperti positifnya Tourniquet,
petechiae, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan pada gusi,
hematemesis dan melena.
3) Pembesaran hati (hepatomegali).

6
4) Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah, penurunan
tekanan nadi, hipotensi kaki dan tangan dgin, kulit lembab, dan
pasien tampak gelisah.

7. penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan kasus demam berdarah dengue
dikutip oleh WHO (2016) menyatakan bahwa dasar pengobatan
demam berdarah Dengue adalah pemberian cairan ganti secara
adekuat. Sebagai contoh jika anak dengan berat 20kg, maka
kebutuhan cairan 2.500 ml/24 jam dengan kecepatan 5
ml/kgBB/jam. Cairan kritaloid isotonik merupakan cairan pilihan.
Pada bayi <6 bulan diberikan cairan NACl 0,45% atau dasar
pertimbangan fungsi fisiologis yang berbeda dengan anak yang
lebih besar. Penderita DBD tanpa renjatan tersebut dapat di beri
minum banyak 1,5-2 liter perhari, berupa air putih, teh manis,
sirup, susu, oralit.
Terhadap penderita DBD yang tidak disertai dengan
renjatan tersebut dapat diberikan dengan penurun panas. Karena
besarnya risiko bahaya yang mengancam, setiap orang yang diduga
menderita DBD harus segera dibawa ke rumah sakit. Perawatan di
rumah sakit diperlukan untuk pemantauan kemungkinan terjadinya
komplikasi yaitu perdarahan dan renjatan (shock). Pada orang
dewasa kemungkinan ini sangat kecil dan banyak terjadi pada
anak-anak. Penderita biasanya mengalami demam 2-7 hari diikuti
fase kritis 2-3 hari. Pada fase kritis ini, suhu menurun tetapi risiko
terjadinya penyakit justru meningkat bahkan bila tidak diatasi
dengan baik dapat menyebabkan kematian.

7
b. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status pernikahan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Panas atau demam.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil
dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari
ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit
4) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami
serangan ulang DHF. (Brunner & Suddart, 2015).
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah keluarga pernah mengalami riwayat penyakit DHF
sebelumnya.
6) Riwatat Psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit pasien
7) Kondisi lingkungan.

8
sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih ( seperti air yang menggenang dan gantungan baju
dikamar ).
8) Pemeriksaan Fisik
1) Status Kesehatan Umum Berdasarkan tingkatan (grade) DHF
keadaan umum adalah sebagai berikut :
a) Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
tanda – tanda vital dan nadi lemah.
b) Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta
nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
c) Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen,
nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.
d) Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas
dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko pendarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi ditandai
dengan trombositopeni
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (penekanan intra
abdomen).
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu
tubuh diatas normal, kulit merah, takikardi, kulit terasa hangat
4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin ditandai dengan akral teraba dingin, warna
kulit pucat.
5. Resiko hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan secara
aktif ditandai dengan pendarahan.

3. Intervensi Asuhan Keperawatan

9
Setelah perumusan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan
intervensi keperawatan. Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk
menghilangkan, mengurangi dan mencegah masalah keperawatan klien.

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria intervensi


Hasil
1 Dx. 1 Termoregulasi Kriteria Pengobatan demam
hasil : 1. Suhu tubuh 1. Monitor suhu sesering
dalam rentang normal mungkin
2. Nadi dan RR dalam 2. Berikan anti piretik
rentang normal 3. Kompres pada lipatan
3.Tidak ada perubahan paha dan aksila
warna kulit dan tidak 4. Kolaborasi pemberian
ada pusing. cairan intravena
2 Dx. 2 Kontrol nyeri Kriteria Manajemen nyeri
hasil : 1.Lakukan pengkajian nyeri
1. klien mampu secara komprehensif
mengontrol nyeri (tahu (P,Q,R,S,T).
penyebab nyeri, 2. Kontrol lingkungan yang
mampu menggunakan dapat mempengaruhi nyeri
teknik non farmakologi 3.(suhuruangan,pencahayaan
untuk mengurangi dan kebsingan).
nyeri, mencari 4. Kurangi factor prespitasi
bantuan ). nyeri.
2. klien dapat 5.Ajarkan teknik non
melaporkan bahwa farmakologi (relaksasi napas
nyeri berkurang dengan dalam).
menggunakan 6. Kolaborasi pemberian
manajemen nyeri skala analgetik.
0-2. 3. Klien mampu
mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi

10
dan tanda nyeri).
4. klien dapat
menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
3 Dx 3 Status sirkulasi Manajemen sensasi perifer
Tissue perfusion 1. Monitor adanya daerah
cerebral Kriteria hasil : tertentu yang hanya peka
1. Tekanan systole dan terhadap panas/ dingin/
diastole dalam rentang tajam/ tumpul
normal 2. Monitor adanya paratese
2. Tidak ada ortostatik 3.Batasi gerakan pada
hipertensi kepala, leher, dan punggung
3. Tidak ada tanda- 4.Kolaborasi pemberian
tanda peningkatan analgetik
tekanan intracranial 5.Monitor adanya trombop
(tidak lebih dari 15 lebitis
mmHg)

4. Implementasi Asuhan Keperawatan


1. Fase orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien
dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan
data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat
ini, serta mengevaluasi hsil tindakan yang telah lalu.
2. Fase Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik. Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam
komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk
membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan
pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan
komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien.

11
3. Fase Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien.

5. Evaluasi Asuhan Keperawatan


Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu
kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses keperawatan
berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses dan
kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut
evaluasi hasil.

B. MORBILI
a. Konsep Dasar
1) Pengertian
Penyakit campak atau juga disebut morbili adalah penyakit pada
waktu yang lampau dianggap penyakit anak biasa saja bahkan
dikatakan lebih baik anak mendapatkannya ketika masih anak-anak
daripada sudah dewasa. Tetapi sekarang termasuk penyakit yang harus
dicegah karena tidak jarang menimbulkan kematian yang disebabkan
komplikasinya. (Soedarto, 2017)
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya
ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan
campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi
2) Etiologi
Morbili adalah virus dengan RNA polaritas negatif yang tidak
tersegmentasi, anggota dari famili Paramyxoviridae, dan genus
morbillivirus. Virus ini Ini berisi sekitar 15.894 nukleotida,
mengkodekan delapan protein virus dalam enam gen yaitu
nukleoprotein (H), fosfoprotein (P), matriks (M), protein fusi (F),
hemagglutinin (H), dan polimerase (L)] serta memiliki RNA polimerase
terikat RNA.

12
Glikoprotein HN memiliki aktivitas neuraminidase dan
hemaglutinasi di berbagai tempat pada molekul yang sama, yang
menjelaskan absorpsi dan lisis reseptor inang.
Glikoprotein fusi bertanggung jawab untuk penetrasi virus ke
dalam sel inang, karena merangsang fusi membran virus dan seluler.
Matriks membentuk dasar dari lapisan lipid. Gen P mengkode mRNA
untuk protein C dan V, dan protein ini terlibat dalam regulasi respon
imun sel inang.
Faktor risiko infeksi virus campak meliputi:
 Anak-anak dengan imunodefisiensi karena HIV
AIDS, leukemia, agen alkilasi, atau terapi kortikosteroid,
terlepas dari status imunisasi
 Bepergian ke daerah endemik campak atau kontak dengan
pelancong ke daerah endemis
 Bayi yang kehilangan antibodi pasif sebelum usia imunisasi
rutin

Faktor risiko campak parah dan komplikasinya adalah sebagai berikut:

 Malnutrisi
 Defisiensi imun
 Kehamilan
 Kekurangan vitamin A
3) Patofisiologi
Virus yang terhirup dari droplet saat terpapar awalnya akan
menginfeksi limfosit saluran pernapasan, sel dendritik,dan makrofag
alveolar. Kemudian menyebar ke jaringan limfoid yang berdekatan lalu
menyebar ke seluruh aliran darah yang mengakibatkan viremia dimana
selanjutnya menyebar ke organ yang lebih jauh.
Virus yang berada di sel dendritik dan limfosit mentransfer dirinya
ke sel epitel saluran pernapasan dan dikeluarkan sebagai droplet selama
batuk dan bersin, menginfeksi orang lain dan melanjutkan siklus.
Peradangan awal menyebabkan konjungtivitis, hidung berair dan

13
batuk atau 3 C (cough, coryza, conjunctivitis) . Munculnya demam
bertepatan dengan perkembangan viremia. Ruam kulit terjadi setelah
penyebaran dan disebabkan oleh infiltrat perivaskular dan limfosit.
Selama fase prodromal, virus campak menekan imunitas pejamu
dengan menekan produksi interferon melalui protein nonstrukturalnya
yaitu  V dan C. Replikasi virus yang meningkat kemudian memicu
respons imunologis humoral dan seluler.
Respon humoral awal terdiri dari produksi antibodi IgM, yang
dapat dideteksi 3 hingga 4 hari setelah ruam muncul dan dapat bertahan
selama 6 hingga 8 minggu. Selanjutnya, antibodi IgG diproduksi,
terutama melawan nukleoprotein virus.
Respon imun seluler sangat penting untuk pemulihan seperti yang
ditunjukkan oleh peningkatan kadar interferon-gamma plasma yang
bergantung pada Th1 selama fase akut, dan peningkatan selanjutnya
dari kadar interleukin 4, interleukin 10, dan interleukin 13.
Biopsi kelenjar getah bening akan menunjukkan karakteristik sel
raksasa Warthin-Finkeldey atau limfosit yang menyatu dengan latar
belakang hiperplasia parakortikal.
Virus campak diketahui menginduksi imunosupresi yang dapat
berlangsung selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, bahkan
bertahun-tahun. Hal ini menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap
infeksi bakteri sekunder dan lainnya.
Mekanisme yang menyebabkan fenomena ini tidak jelas,
dihipotesiskan bahwa infeksi campak menginduksi proliferasi limfosit
spesifik campak yang menggantikan sel memori yang telah terbentuk
sebelumnya yang menyebabkan "amnesia imun".Hal ini menyebabkan
peningkatan kerentanan pejamu terhadap infeksi sekunder, yang
menyebabkan sebagian besar morbiditas dan mortalitas yang terkait
dengan campak.
4) Tanda dan Gejala

14
Dari mulai terinfeksi,  masa inkubasi dari paparan hingga
timbulnya gejala campak berkisar antara 7 sampai 14 hari dengan rata-
rata 10-12 hari. Pasien menular dari 1-2 hari sebelum timbulnya gejala.
Pada anak-anak juga menular selama periode 3-5 hari sebelum
munculnya ruam sampai 4 hari setelah timbulnya ruam. Sedangkan
individu dengan immunocompromised dapat menular selama durasi
penyakit.
Tanda pertama campak biasanya demam tinggi mencapai 40o C
yang biasanya berlangsung 4-7 hari. Fase prodromal ini ditandai dengan
malaise, demam, anoreksia, dan trias klasik yaitu Conjungtivitis Cough
atau batuk, dan coryza (3C). Gejala terkait lainnya yang mungkin
muncul adalah  fotofobia, edema periorbital, dan mialgia.
Enanthem umumnya muncul 2-4 hari setelah timbulnya prodromal
dan berlangsung 3-5 hari. Bintik-bintik kecil atau Koplik spot dapat
terlihat pada pipi selama tahap awal ini.
Eksantema biasanya muncul 1-2 hari setelah munculnya bintik
Koplik dan bisa disertai dengan pruritus ringan. Rata-rata ruam
berkembang sekitar 14 hari setelah terpapar, mulai dari wajah dan leher
bagian atas dan menyebar ke ekstremitas. Namun pada pasien dengan
immunocompromised mungkin tidak mengalami ruam.
Seluruh perjalanan campak tanpa komplikasi, dari prodromal lanjut
hingga resolusi demam dan ruam adalah 7-10 hari. Batuk mungkin
merupakan gejala terakhir yang muncul.
Pada campak atipikal dengan onset akut, bisa muncul demam
tinggi, sakit kepala, sakit perut, dan mialgia. Ruam mungkin minimal
pada anak-anak dengan campak namun pernah menerima vaksin. Selain
itu, mereka mungkin tidak mengalami satu atau lebih trias klasik  yaitu 
batuk, coryza, atau konjungtivitis. Manifestasi klinis campak yang  bisa
muncul namun tidak umum antara lain pneumonia, otitis media,
miokarditis, perikarditis, dan ensefalitis
5) Pemeriksaan Diagnostik

15
Diagnosis campak didasarkan pada tiga komponen, yaitu 
manifestasi klinis, epidemiologi, dan pemeriksaan laboratorium, 
bergantung pada kecurigaan klinis yang tinggi, terutama ketika
mengevaluasi anak-anak dengan penyakit demam dan ruam
makulopapular.
Hitung darah lengkap dapat menunjukkan leukopenia, terutama
limfopenia, dan trombositopenia. Kelainan elektrolit dapat dideteksi
pada anak-anak dengan asupan yang buruk atau diare.
Pemeriksaan serologis dengan pengukuran imunoglobulin G (IgG)
dan imunoglobulin M (IgM) spesifik, teknik biologi molekuler dengan
aplikasi PCR, dan isolasi virus untuk konfirmasi diagnostik.
Antibodi IgM spesifik campak pada infeksi primer yang
merupakan konfirmasi penyakit, dideteksi sejak hari ketiga ruam dan
tetap positif selama 30 hingga 60 hari. Untuk evaluasi IgG biasanya
didapatkan  lebih dari empat kali lipat peningkatan antibodi antara fase
akut dan pemulihan penyakit.
RNA campak dapat dideteksi dengan PCR dari swab faring atau
nasofaring atau sampel urin. Tes ini mengkonfirmasi penyakit dan
memungkinkan genotipe agen penyebab.
6) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan atau pengobatan campak pada dasarnya lebih
keada perawatan suportif dengan pemeliharaan hidrasi yang baik dan
penggantian cairan yang hilang melalui diare atau muntah. Rehidrasi
intravena (IV) mungkin diperlukan jika dehidrasi parah.
Suplementasi vitamin A, terutama pada anak-anak dan pasien
dengan tanda klinis defisiensi vitamin A harus dipertimbangkan.
Profilaksis pasca pajanan harus dipertimbangkan pada kontak yang
tidak divaksinasi, dan  pelacakan kontak yang tepat waktu harus
menjadi prioritas.
a) Terapi Antiviral
Virus campak rentan terhadap ribavirin in vitro. Meskipun
ribavirin baik IV atau aerosol telah digunakan untuk mengobati

16
pasien dewasa immunocompromised yang terkena dampak parah
campak akut atau subakut sclerosing panencephalitis (SSPE),
ribavirin tidak disetujui oleh Food and Drug Administration
(FDA) AS, dan penggunaan tersebut dianggap masih
eksperimental.
b) Suplementasi Vitamin A
 Suplemen vitamin A telah dikaitkan dengan pengurangan
morbiditas dan mortalitas campak sekitar 50% dan tampaknya
membantu mencegah kerusakan mata dan kebutaan.
 Karena kekurangan vitamin A dikaitkan dengan penyakit
campak yang parah,  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
merekomendasikan semua anak yang didiagnosis menderita
campak harus menerima suplementasi vitamin A terlepas dari
negara tempat tinggal mereka. Dosis pemberian disesuaikan
dengan usia yaitu:
 Bayi di bawah 6 bulan : 50.000 IU/hari PO untuk 2 dosis
 Usia 6-11 bulan : 100.000 IU/hari PO untuk 2 dosis
 Lebih dari 1 tahun : 000 IU/hari PO untuk 2 dosis
 Anak-anak dengan tanda-tanda klinis defisiensi vitamin A : 2
dosis pertama sesuai usia, kemudian dosis spesifik ketiga
diberikan 2-4 minggu kemudian.
c) Profilaksis pasca pajanan
Profilaksis pasca pajanan harus dipertimbangkan pada
kontak yang tidak divaksinasi. Pencegahan atau modifikasi
campak pada individu rentan yang terpapar melibatkan pemberian
vaksin virus campak atau human immunoglobulin (Ig).
Vaksin virus campak Di Amerika Serikat, vaksin virus
campak secara rutin diberikan bersama dengan vaksin gondong
dan rubella dalam bentuk vaksin MMR. Vaksin ini bersifat
preventif jika diberikan dalam waktu 3 hari setelah terpapar.
Kontraindikasi vaksin antara lain imunodefisiensi, kanker
seperti leukemia dan limfoma, tuberkulosis aktif yang tidak

17
diobati,  dan terapi dengan imunosupresan. Infeksi HIV hanya
merupakan kontraindikasi dengan adanya imunosupresi berat
yaitu jumlah CD4 lebih rendah dari 15%.
Vaksin harus ditunda sampai setelah melahirkan pada
pasien hamil dan setidaknya selama 5 bulan pada siapa saja yang
telah menerima antibodi dalam plasma, darah lengkap, dan 
imunoglobulin apapun.

b. Konsep Asuhan Keperawatan Morbili

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :

1) Pengumpulan Data
a. Anamnese
a) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-
14 th dengan status gizi yang kurang dan sering
mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P
pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal
masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya
eritema dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan
panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan
palatum mole.
c) Riwayat kesehatan sekarang

18
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya
ditanyakan pada orang tua atau anak tentang kapan
timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak
koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan
untuk mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan
pernah kontak dengan pasien campak.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.

f) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG,
POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
g) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90
kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun
900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan
ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi :
Klasifikasinya sebagai berikut :
- Gizi buruk kurang dari 60%
- Gizi kurang 60 % - <80 %
- Gizi baik 80 % - 110 %
- Obesitas lebih dari 120 %
h) Riwayat tumbuh kembang anak.
b. Pemeriksaan f isik ( had to toe )
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat
badan, dan tanda-tanda vital.
b) Kepala dan leher

19
- Inspeksi : Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala,
konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga,
di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah.
- Palpasi : adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut
mandibula dan didaerah leher belakang
c) Mulut
Inspeksi : Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan
dengan molar bawah, enantema di palatum durum dan palatum
mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.
d) Toraks
- Inspeksi : Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada
nasofaring, perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak,
gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.
- Auskultasi : Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
e) Abdomen
- Inspeksi : Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
- Auskultasi : Bising usus.
- Perkusi : Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat
tanda abnormal, misalnya masa atau pembengkakan.
f) Kulit
- Inspeksi : Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit
bersisik.
- Palpasi : Turgor kulit menurun
2) Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermia b.d proses penyakit
2) Risiko Infeksi

3. Intervensi Asuhan Keperawatan


Dx 1 : manajemen hipertermia b.d proses penyakit

1. Monitor suhu tubuh.

20
2. Monitor kadar elektrolit
3. Monitor haluaran urine
4. Longgarkan atau lepaskan pakaian
5. Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
6. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
7. Batasi oksigen, jika perlu
8. Anjurkan tirah baring
9. Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
10. Regulasi Temperature
11. Monitor suhu bayi sampai stabil ( 36.5 C -37.5 C)
12. Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika perlu
13. Bedong bayi segera setelah lahir, untuk mencegah kehilangan panas
14. Masukkan bayi BBLR ke dalam plastic segera setelah lahir ( mis.
bahan polyethylene, poly urethane)
15. Hindari meletakkan bayi di dekat jendela terbuka atau di area aliran
pendingin ruangan atau kipas angina
16. Gunakan matras penghangat, selimut hangat dan penghangat ruangan,
untuk menaikkan suhu tubuh, jika perlu
17. Kolaborasi pemberian antipiretik jika perlu

Dx 2 : Manajemen pencegahan infeksi

1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik


2. Batasi jumlah pengunjung
3. Berikan perawatan kulit pada daerah edema
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
5. Pertahankan teknik aseptik pada psien beresiko tinggi
6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
7. Ajarkan cara memeriksa luka.

C. VARICELLA

21
a. Konsep Dasar
1. Definisi Varicella
Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit
ini dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal
dengan nama Chicken – pox.
Varisela adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh
virus Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.
Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular
yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala
demam dan timbul bintik-bintik merah yang kemudian mengandung
cairan.
Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular,
yang disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf,
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. (Prof. Dr. Maswali
Harahap, 2000 : 94)
Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh
vesikel di kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus
varisella. Varisela adalah infeksi akut prime yang menyerang kulit dan
mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga
cacar air, chicken pox (Kapita Selekta, 2000).
2. Etiologi
Virus Varicella Zoster, termasuk Famili Herpes Virus. Menurut
Richar E, varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut
juga virus varicella-zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula
menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai
manifestasi klinis yang berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada
kontak dengan virus V-Z akan terjadi varisela; kemudian setelah
penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada dalam
bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z
diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-
Z dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita

22
verisela dapat dilihat dengan mikroskop electron dan dapat diisolasi
dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio
manusia.
3. Klasifikasi
Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :
1) Varisela congenital
Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut
sikatrisial, atrofi ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan
syaraf pusat. Sering terjadi ensefalitis sehingga menyebabkan
kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya varisela congenital
sangat rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan trimester
pertama ibu menderita varisela. Varisela pada kehamilan paruh
kedua jarang sekali menyebabkan kematian bayi pada saat
lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela intrauterin.
Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu
dapat mencegah kelainan fetus.
2) Varisela neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5
hari sebelum sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih
20% bayi yang terpajan akan menderita varisela neonatal.
Sebelum penggunaan varicella-zoster immune globulin
(VZIG), kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun
neonatus dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama
sejak lahir jarang menderita varisela berat karena mendapat
antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari anggota
keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam
masa risiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada saat
lahir atau saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari
setelah lahir. Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari
walaupun telah diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif
(ensefalitis, pneumonia, varisela, hepatitis, diatesis pendarahan)
harus diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang terpajan

23
dengan varisela maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus
diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk memberikan antivirus
pada varisela neonatal atau asiklovir profilaksis bila terpajan
varisela maternal.
4. Manifestasi Klinik
Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari. Didahului stadium
prodromal yang ditandai :
a. Demam
b. Malaise
c. Sakit kepala
d. Anoreksia
e. Sakit punggung
f. Batuk kering
g. Sore throat yang berlangsung 1-3 hari.
 Stadium : erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula
yang khas, seperti tetesan embun (teardrops) vesikula akan
berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi kusta,
sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel baru
sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.
 Penyebaran lesi terutama adalah di daerah badan kemudian
menyebar secara satrifugal ke muka dan ekstremitas. (Prof.dr.
Marwali Harahap, 2000 : 94 – 95 )
5. Patofisiologi
Menyebar Hematogen.
Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di sekitar
Neuron pada ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari
sini virus bisa kembali menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes
Zoster.
Sekitar 250 – 500 benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian
tubuh, tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam,
mata , termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam waktu
kurang dari seminggu , lesi teresebut akan mengering dan bersamaan

24
dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3 minggu bekas pada kulit
yang mengering akan terlepas
Virus Varicella Zoster penyebab penyakit cacar air ini berpindah
dari satu orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari
batuk atau bersin penderita dan diterbangkan melalui udara atau
kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi.
Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar
kebagian tubuh melalui kelenjar getah bening.
Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar dengan
pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami
pada masa kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab
seringkali orang tua membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih
dini.
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara
bermusin empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun.
Pada anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat.
6. Komplikasi
Cacar air jarang menyebabkan komplikasi. Jika terjadi komplikasi
dapat berupa infeksi kulit. Komplikasi yang paling umum ditemukan
adalah :
1) Bekas luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar
air terjadi pada anak yang usianya lebih tua atau cenderung pada
orang dewasa.
2) Acute Cerebral Ataxia Komplikasi ini tidak umum ditemukan dan
cenderung lebih mungkin tejadi pada anak yang lebih tua.
Komplikasi ini ditandai dengan gerakan otot yang tidak
terkoordinasi sehingga anak dapat mengalami kesulitan berjalan,
kesulitan bicara, gerakan mata yang berganti-ganti dengan cepat.
Ataxia ini akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu
beberapa minggu atau bulan.

25
Pada beberapa kelompok, cacar air mungkin menyebabkan
komplikasi yang serius seperti cacar air yang berat dan seluruh tubuh,
pneumonia dan hepatitis yang termasuk dalam kelompok tersebut

1) Bayi dibawah usia 28 hari.


2) Orang dengan kekebalan tubuh rendah
3) Komplikasi yang terjadi pada orang dewasa berupa ensefalitis,
pneumonia, karditis, glomerulonefritis, hepatitis, konjungtivitis,
otitis, arthritis dan kelainan darah (beberapa macam purpura).
4) Infeksi pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan
kelainan congenital, sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari
menjelang kelahiran dapat menyebabkan varisela congenital pada
neonatus.
7. Pencegahan
a) Hindari kontak dengan penderita.
b) Tingkatkan daya tahan tubuh.
c) Imunoglobulin Varicella Zoster
o Dapat mencegah (atau setidaknya meringankan0 terjadinya
cacar air. Bila diberikan dalam waktu maksimal 96 jam
sesudah terpapar.
o Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita
cacar iar beberapa saat sebelum atau sesudah melahirkan.
8. Penatalaksanaan
1) Nyeri diberikan analgetik
2) Terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotic
3) Defisiensi imunitas diberikan antiviral/imunostrimulator.
4) Sejak lesi muncul dalam 3 hari pertama diberikan asiklovir.
5) Untuk mencegah fibrosis ganglion diberikan kortikosteroid.
6) Pengobatan tropical tergantung pada stadium, pada 5 stadium
besikal diberikan bedak untuk mencegah pecahnya vesikel agar
tidak terjadi infekel sekunder.(Arif Mansjoer, 2000 : 129)

b. Konsep Asuhan Keperawatan

26
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Tanda : penurunan kekuatan tahanan
b. Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, kekuatan,
kecacatan.Tanda : ansietas, menangis, menyangkal, menarik diri,
marah.
c. Makan/cairan
Tanda : anorexia, mual/muntah
d. Neuro sensori
Gejala : kesemutan area bebas Tanda : perubahan orientasi, afek,
perilaku kejang (syok listrik), laserasi corneal, kerusakan retinal,
penurunan ketajaman penglihatan
e. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, peruban
suhu.
f. Keamanan
Tanda : umum destruksi jaringan dalam mungkin terbukti selama
3-5 hari sehubungan dengan proses trambus mikrovaskuler pada
kulit.
g. Data subjektif
Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan
sakit kepala.
h. Data Objektif :
1) Integumen : kulit hangat, pucat dan adanya bintik-bintik
kemerahan pada kulit yang berisi cairan jernih.
2) Metabolik : peningkatan suhu tubuh.
3) Psikologis : menarik diri.
4) GI : anoreksia.
5) Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.

2. Diagnosa Keperawatan

27
1) Kerusakan integritas kulit
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3) Nyeri akut
4) Hipertermi
5) Resiko infeksi

3. Intervensi
N Diag Tujuan dan Intervensi
o nosa Kriteria
kepe Hasil
rawa
tan
1 Dx 1 Tujuan : 1. Pressure
Tissue Managemen
Integrity : - Monitor
Skin and kulit akan
Mucous adanya
Membranes kemerahan
Kriteria - Anjurkan
Hasil : pasien
1. Integritas untuk
kulit menggunak
yang baik an pakaian
bisa yang
dipertaha longgar
nkan(sen - Jaga
sasi, kebersihan
elastisitas kulit agar
, tetap bersih
temperat dan kering
ur, - Mobilisasi
hidrasi, pasien
pigmenta (ubah
si) posisi
2. Tidak pasien)
ada setiap dua
luka/lesi jam sekali
pada - Oleskan
kulit lotion atau
3. Perfusi minyak/bab
jaringan y oil pada
baik derah yang
4. Mampu tertekan
melindun - Monitor
gi kulit aktivitas

28
dan dan
mempert mobilisasi
ahankan pasien
kelembab
an kulit
dan
perawata
n alami
2 Dx 2 Tujuan : 1. Nutrition
v  Nutritional Management
Status : food - Kaji adanya
and Fluid alergi
Intake makanan
Kriteria - Kolaborasi
Hasil : dengan ahli
1. Adanya gizi untuk
peningkat menentuka
an berat n jumlah
badan kalori dan
sesuai nutrisi yang
dengan dibutuhkan
tujuan pasien.
2. Berat - Anjurkan
badan pasien
ideal untuk
sesuai meningkatk
dengan an protein
tinggi dan vitamin
badan C
3. Mampu 2.Nutrition
mengiden Monitoring
tifikasi - Monitor
kebutuha interaksi
n nutrisi anak atau
4. Tidak orangtua
ada tanda selama
tanda makan
malnutris - BB pasien
i dalam batas
5. Tidak normal
terjadi - Jadwalkan
penuruna pengobatan
n berat dan
badan tindakan
yang tidak
berarti selama jam
makan
- Monitor

29
mual dan
muntah
- Monitor
kalori dan
intake
nuntrisi
- Catat
adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik
papila lidah
dan cavitas
oral.
§ 
3 Dx 3 Tujuan : 1) Pain
Pain Level, Managem
Pain control, ent
Comfort
- Lakukan
level
Kriteria pengkajian
Hasil : nyeri
1. Mampu termasuk
mengont lokasi,
rol nyeri karakteristi
(tahu k, durasi,
penyeba
frekuensi,
b nyeri,
mampu kualitas dan
menggun faktor
akan presipitasi
tehnik - Kontrol
nonfarm lingkungan
akologi yang dapat
untuk
mempengar
mengura
ngi uhi nyeri
nyeri, seperti suhu
mencari ruangan,
bantuan) pencahayaa
2. Melapor n dan
kan kebisingan
bahwa
- Pilih dan
nyeri
berkuran lakukan
gdengan penanganan
menggun nyeri
akan (farmakolo

30
manajem gi, non
en nyeri farmakolog
3. Mampu i dan inter
mengena
personal)
li nyeri
(skala,int - Berikan
ensitas,fr analgetik
ekuensi untuk
dan mengurangi
tanda nyeri
nyeri) 2) Analgesic
4. Tanda
administra
vital
dalam tion
rentang - Pilih rute
normal pemberian
secara IV,
IM untuk
pengobata
n nyeri
secara
teratur
- Evaluasi
efektivitas
analgesik,
tanda dan
gejala
(efek
samping)
4 Dx 4 Tujuan : 1. Fever i akut
rdi Thermoregul treatment
ation - Berikan
          Kriteria pengobatan
Hasil : untuk
1. Suhu mengatasi
tubuh penyebab
dalam demam
rentang - Monitor
normal warna dan
2. Nadi dan suhu kulit
RR - Monitor
dalam tekanan
rentang darah, nadi
normal dan RR
3. Tidak - Berikan
ada pengobatan
perubaha untuk
n warna mengatasi

31
kulit dan penyebab
tidak ada demam
pusing, - Lakukan
merasa tapid
nyaman sponge
- Berikan
cairan
intravena
- Kompres
pasien pada
lipat paha
dan aksila
2.
Temperature
regulation
- Monitor
suhu
minimal
tiap 2 jam
- Tingkatkan
intake
cairan dan
nutrisi
- Selimuti
pasien
untuk
mencegah
hilangnya
kehangatan
tubuh
- Diskusikan
tentang
pentingnya
pengaturan
suhu dan
kemungkin
an efek
negatif dari
kedinginan
5 Dx 5 Tujuan : 1.Infection
-d Immune Control
Status (Kontrol
v  Knowledge : infeksi)
Infection - Instruksika
control n pada
v  Risk control pengunjung
Kriteria untuk
Hasil : mencuci

32
1. Klien tangan saat
bebas berkunjung
dari dan setelah
tanda berkunjung
dan - Batasi
gejala pengunjung
infeksi bila perlu
2. Mendesk - Gunakan
ripsikan kateter
proses intermiten
penulara untuk
n menurunka
penyakit, n infeksi
factor kandung
yang kencing
mempen - Berikan
garuhi terapi
penulara antibiotik
n serta bila perlu
penatala 2. Infection
ksanaann Protection
ya, (proteksi
3. Jumlah terhadap
leukosit infeksi)
dalam - Monitor
batas tanda dan
normal gejala
4. Menunju infeksi
kkan sistemik
perilaku dan lokal
hidup - Ajarkan
sehat pasien dan
keluarga
tanda dan
gejala
infeksi
- Ajarkan
cara
menghindar
i infeksi
- Laporkan
kecurigaan
infeksi

· 
5. Evaluasi

33
Evaluasi disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
intervensi dan masalah gangguan intebritas kulit dikatakan teratasi
apabila :
1) Fungsi kulit dan membran mukosa baik dengan parut minimal
2) Krusta berkurang
3) Suhu kulit, kelembapan dan warna kulit serta membran mukosa
normal alami, tidak terjadi kelainan neurogik.
4) Tidak terjadi kelainan respiratorik.

34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut World Health Organization (WHO), Dengue Hemmorhagic Fever
(DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat
tipe virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis
hemoragik (WHO, 2011). Terdapat tiga tahapan yang dialami penderita
penyakit DBD, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan.

Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai


dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau
demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi. Faktor risiko infeksi virus
campak meliputi: Anak-anak dengan imunodefisiensi karena HIV
AIDS, leukemia, agen alkilasi, atau terapi kortikosteroid, terlepas dari status
imunisasi, Bepergian ke daerah endemik campak atau kontak dengan
pelancong ke daerah endemis, Bayi yang kehilangan antibodi pasif sebelum
usia imunisasi rutin Faktor risiko campak parah dan komplikasinya adalah
sebagai berikut : Malnutrisi, Defisiensi imun, Kehamilan, Kekurangan
vitamin A

Varicella adalah infeksi akut primer oleh virus Varicella Zooster yang
menyerang kulit dan mukosa. Penyakit ini disebabkan oleh virus Varicella
Zooster. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus
ini menyebabkan penyakit Varicella. Sedangkan kreativitasnya menyebabkan
Herpes Zooster. Pada beberapa kelompok yaitu : Bayi dibawah usia 28 hari
dan Orang dengan kekebalan tubuh rendah.

35
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan


II. DPP PPNI. Jakarta
PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta
PPNI, 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta
Varisela . http://www.aventispasteur.co.id/news.asp?id7
Varisela Klinikku. http://www.klinikku.com/pustaka/medis/integ/varisela-
klinis.html
Cacar Air. http://www.medicastore.com/med/detail_pyk_php?id=&iddtl

36

Anda mungkin juga menyukai