Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

DEMAM DENGUE

Disusun oleh :
dr. Christina Siuwandy Bu’ulolo

Pembimbing :
dr. Ratna Setia Asih, Sp.A

Pendamping
dr. M. Thamrin

Internsip Periode November 2019-2020


RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang
2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkatnya saya dapat
menyelesaikan Laporan kasus berjudul “DEMAM DENGUE”. Laporan kasus ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas wajib Program Dokter Internsip Periode
IV 2019-2020 di RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian Laporan kasus
ini, terutama kepada :
1. dr. Ratna Setia Asih, Sp.A selaku pembimbing Laporan kasus ini.
2. Direktur, Dokter Pendamping Internsip, Seluruh dokter dan staf di RSUD
Depati Hamzah Pangkalpinang.
3. Rekan-rekan dokter Intrensip di RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang.

Dalam proses penyelesaiannya, Laporan kasus ini masih terdapat banyak


kesalahan dan jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran sangat penulis
harapkan dari berbagai pihak.
Semoga Laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
ataupun pembaca, baik untuk menambah wawasan di bidang kedokteran
umumnya, serta di bidang ilmu penyakit anak khususnya. Terima kasih.

Pangkapinang, Agustus 2020

Penyusun
Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD/Dengue Hemmoragic Fever) merupakan


masalah kesehatan yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis, terutama di
daerah perkotaan. DBD merupakan penyakit dengan potensi fatalitas yang cukup
tinggi, yang ditemukan pertama kali pada tahun 1950an di Filipina dan Thailand,
saat ini dapat ditemukan di sebagian besar negara di Asia. Jumlah negara yang
mengalami wabah DBD telah meningkat empat kali lipat setelah tahun 1995.
Sebagian besar kasus DBD menyerang anak-anak. Angka fatalitas kasus DBD
dapat mencapai lebih dari 20%, namun dengan penanganan yang baik dapat
menurun hingga kurang dari 1 % (WHO,2008).
Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama
30 tahun terakhir. Jumlah kasus DBD pada tahun 2007 telah mencapai 139.695
kasus, dengan angka kasus baru (insidensi rate) 64 kasus per 100,000 penduduk.
Total kasus meninggal adalah 1.395 kasus /Case Fatality Rate sebesar 1%
(Depkes RI, 2008a).
Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai pasien anak berumur 10
tahun dengan Riwayat demam naik turun selama 4 hari SMRS disertai rasa nyeri
tenggorokan saat menelan. Penanganan yang tepat pada kasus ini memberikan
dampak positif pada prognosis penyakit.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam Berdarah Dengue (DBD/Dengue Hemmoragic Fever) merupakan
masalah kesehatan yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis, terutama di
daerah perkotaan. DBD merupakan penyakit dengan potensi fatalitas yang cukup
tinggi, yang ditemukan pertama kali pada tahun 1950an di Filipina dan Thailand,
saat ini dapat ditemukan di sebagian besar negara di Asia. Jumlah negara yang
mengalami wabah DBD telah meningkat empat kali lipat setelah tahun 1995.
Sebagian besar kasus DBD menyerang anak-anak. Angka fatalitas kasus DBD
dapat mencapai lebih dari 20%, namun dengan penanganan yang baik dapat
menurun hingga kurang dari 1 % (WHO,2008).

Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama


30 tahun terakhir. Jumlah kasus DBD pada tahun 2007 telah mencapai 139.695
kasus, dengan angka kasus baru (insidensi rate) 64 kasus per 100,000 penduduk.
Total kasus meninggal adalah 1.395 kasus /Case Fatality Rate sebesar 1%
(Depkes RI, 2008a).
Pada saat ini kasus DBD dapat ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia
dan 200 kota telah melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD (Depkes RI,
2008). Pola penularan DBD dipengaruhi iklim dan kelembaban udara.
Kelembaban udara yang tinggi dan suhu panas justru membuat nyamuk Aedes
aegypti bertahan lama. Sehingga kemungkinan pola waktu terjadinya penyakit
mungkin akan berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat yang lain tergantung
dari iklim dan kelembaban udara. Di Jawa, umumnya kasus DBD merebak mulai
awal Januari sampai dengan April-Mei setiap tahun (Dinas Kesehatan Propinsi
Jawa Tengah, 2006).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang


disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di ronnga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (dengue syok syndrome) adalah demam darah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok.

Fever Dengue (DF) adalah penyakit febris-virus akut, seringkali ditandai


dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam, dan leukopenia
sebagai gejalanya. Demam berdarah dengue (Dengue Haemoragick Frever/DHF)
ditandai dengan empat gejala klinis utama: demam tinggi/ suhu meningkat tiba-
tiba, sakit kepala supra, nyeri otot dan tulang belakang, sakit perut dan diare, mual
muntah. Fenomena hemoragi, sering dengan hepatomegali dan pada kasus berat
disertai tanda – tanda kegagalan sirkulasi. Pasien ini dapat mengalami syok yang
diakibatkan oleh kebocoran plasma. Syok ini disebut Sindrom Syock Dengue
(DSS) dan sering menyebabkan fatal.

2.2. Etiologi DBD

Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang terdapat dalam tubuh
nyamuk Aedes aegepty (betina). Virus ini termasuk famili Flaviviridae yang
berukuran kecil sekali yaitu 35-45 mm. Virus ini dapat tetap hidup (survive) di
alam ini melalui 2 mekanisme. Mekanisme pertama, transmisi vertikal dalam
tubuh nyamuk, dimana virus yang ditularkan oleh nyamuk betina pada telurnya
yang nantinya akan menjadi nyamuk. Virus juga dapat ditularkan dari nyamuk
jantan pada nyamuk betina melalui kontak seksual. Mekanisme kedua, transmisi
virus dari nyamuk ke dalam tubuh manusia dan sebaliknya. Nyamuk mendapatkan
virus ini pada saat melakukan gigitan pada manusia yang pada saat itu sedang
mengandung virus dengue pada darahnya (viremia). Virus yang sampai ke
lambung nyamuk akan mengalami replikasi (memecah diri/berkembang biak),
kemudian akan migrasi yang akhirnya akan sampai di kelejar ludah. Virus yang
berada di lokasi ini setiap saat siap untuk dimasukkan ke dalam tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk.

2.3. Epidemiologi DBD

a. Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang


DBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini DBD
lebih banyak pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD
terlihat kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok dewasa, karena
pada kelompok umur ini mempunyai mobilitas yang tinggi dan sejalan
dengan perkembangan transportasiyang lancar, sehingga memungkinkan
untuk tertularnya virus dengue lebih besar, dan juga karena adanya infeksi
virus dengue jenis baru yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 yang
sebelumya belum pernah ada pada suatu daerah.Pada awal terjadinya
wabah disuatu negara, distribusi umur memperlihatkanjumlah penderita
terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun (86-95%).
Namun pada wabah-wabah selanjutnya jumlah penderita yang
digolongkan dalam usia dewasa muda meningkat. Di Indonesia penderita
DBD terbanyak pada golongan anak berumur 5-11 tahun, proporsi
penderita yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat sejak tahun 1984.

b. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat


Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat
dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat
yang tinggi dengan suhu yang rendah perkembangbiakan Aedes aegypti
tidak sempurna. Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan virus
dengue di Surabaya dan Jakarta tahun 1968 angka kejadian sakit infeksi
virus dengue meningkat dari 0,05 per 100.000 penduduk menjadi 35,19
per 100.000 penduduk tahun 1998. Sampai saat ini DBD telah ditemukan
diseluruh propinsi di Indonesia. Meningkatnya kasus serta bertambahnya
wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin baiknya sarana
transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan terdapatnya vektor
nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat tipe virus
yang menyebar sepanjang tahun.

c. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu


Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan
kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-320C) dengan kelembaban
yang tinggi, nyamuk Aedes aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka
waktu lama. Di Indonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak sama
di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap
tempat. Di pulau Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai
awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada
sekitar bulan April-Mei setiap tahun.

2.4. Patofisiologi dan Patogenesis DBD

Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa


mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah
dengue dan sindrom renjatan dengue. Respon imun yang diketahui berperan
dalam patogenesis DBD adalah :

a) Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam


proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan
sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue
berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag.
Hipotesis ini disebut dengan antibodi dependent enchancement (ADE).
b) Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam
respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu
TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin. Sedangkan
TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10.
c) Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi
antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi
virus dan sekresi sitokin oleh makrofag.
d) Aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya C3a
dan C5a.

Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead


dan peneliti lain; menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi
makrofag yang memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga
virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue
menyebabkan aktivasi T helper dan T sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan
interferon gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga
disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-_, IL-1, PAF (platelet
activating factor), IL-6, dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi
endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui
aktivasi oleh kompleks virusantibodi yang juga mengakibatkan terjadinya
kebocoran plasma.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme :
a) Supresi sumsum tulang
b) Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit.
Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (<5 hari) menunjukkan keadaan
hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi
peningkatan hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar tromobopoietin
dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan kenaikan. Hal
ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme
kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi
melalui pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD, konsumsi trombosit
selama proses koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit
terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar b-
tromboglobulin dan PF4 yang merupakan pertanda degranulasi trombosit.
Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virusdengan endotel yang
menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukkan terjadinya
koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi
koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur intrinsik
(tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivasi faktor Xia
namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein C1-inhibitor complex).

2.5. Manifestasi klinik

Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DBD dengan


masa inkubasi antara 3-15 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut atau
suhu meningkat tiba-tiba, sering disertai menggigil, saat demam pasien compos
mentis. Gejala klinis lain yang sangat menonjol adalah terjadinya perdarahan pada
saat demam dan tak jarang pula dijumpai pada saat penderita mulai bebas dari
demam. Perdarahan yang terjadi dapat berupa:
 Perdarahan pada kulit atau petechie, echimosis, hematom.
 Perdarahan lain seperti epistaksis, hematemesis, hematuri dan melena.
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DBD, gambaran klinis
lain yang tidak khas dijumpai pada penderita DBD adalah:
a) Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit pada waktu
menelan.
b) Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare,
konstipasi.
c) Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot
tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri uluhati, pegal-pegal pada
seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi dan fotofobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan
pergerakan bola mata terasa pegal.
Pada hari pertama sakit, penderita panas mendadak secara terus-menerus
dan badan terasa lemah atau lesu. Pada hari kedua atau ketiga akan timbul bintik-
bintik perdarahan, lembam atau ruam pada kulit di muka, dada, lengan atau kaki
dan nyeri ulu hati serta kadang-kadang mimisan, berak darah atau muntah. Antara
hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang
selanjutnya adalah penderita sembuh atau keadaan memburuk yang ditandai
dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin dan banyak mengeluarkan keringat.
Bila keadaan berlanjut, akan terjadi renjatan (lemah lunglai, denyut nadi lemah
atau tidak teraba) kadang kesadarannya menurun.

2.6. Perbedaan Demam Dengue Dan Demam Berdarah Dengue

1. Demam dengue
 Demam mendadak dan berkesinambungan
 Sakit kepala
 Nyeri orbita
 Mual dan muntah
 Nyeri otot, sendi dan tulang belakang
 Nyeri perut
 Leukopeni
2. Demam berdarah dengue
 Pada awal seperti demam dengue, kemudian tes tourniquet
positif, petekie/ekimosis/purpura, perdarahan (pada gusi, epistaksis,
hematemesis, melena, hematuria), efusi pleura, dan asites.
 Laboratorium (trombosit ≤100.000, peningkatan hematokrit ≥
20%, atau penurunan hematokrit ≥ 20% setelah terapi cairan)

2.7. Diagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD)

Diagnosis demam berdarah dengue dapat ditegakkan bila semua hal dibawah
ini terpenuhi:
a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik
b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan seperti uji tourniquet positif,
terdapat petekie, perdarahan mukosa atau perdarahan dari bagian tubuh lain
danhematemesis atau melena
c. Trombositopenia (jumlah trombosit kurang dari 100.000/ul)
d. Terdapat minimal satu tanda dari kebocoran plasma seperti peningkatan
hematokrit lebih dari 20%, penurunan hematokrit lebih dari 20% setelah
mendapat terapi cairan dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya dan
tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, ascites, atau hipoproteinemia.
Seorang penderita DBD dikatakan mengalami Sindrom Syok Dengue (SSD)
apabila seluruh kriteria diatas terjadi ditambah tanda-tanda kegagalan sirkulasi
dengan manifestasi nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah turun sampai
diastolik dibawah 20 mmHg, kulit dingin serta pasien gelisah.

Derajat penyakit DBD terbagi empat derajat :


Derajat 1
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan (uji
tourniquet positif).
Derajat II
Seperti derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain pada
hidung (epistaksis).
Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (kurang dari 20 mm/Hg) / hipotensi disertai kulit dingin dan lembab
serta gelisah.
Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur, akral dingin dan akan mengalami syok.

2.8. Diagnosis Banding

Pada hari-hari pertama diagnosis DBD sulit dibedakan dari morbili dan
idiapathic thrombocytopenic purpura (ITP) yang disertai demam. Pada hari ke 3-
4 demam, kemungkinan diagnosis DBD akan lebih besar apabila gejala klinis lain
seperti manifestasi perdarahan dan pembesaran hati menjadi nyata Kadang-
kadang sulit dalam membedakan renjatan pada DBD dengan renjatan karena
sepsis.

2.9. Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan DBD

Untuk mencegah penyakit DBD nyamuk penularnya harus diberantas


(Aedes aegypti) sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara cepat
memberantas nyamuk Aedes aegypti memberantas jentik-jentiknya di tempat
berkembang biaknya. Cara ini dikenal dengan pemberantasan nyamuk DBD
(PSN-DBD). Oleh karena tempat berkembang biaknya dirumah-rumah dan di
tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD
sekurang kurangnya seminggu sekali.
PSN-DBD bisa melalui penggunaan insektisida untuk langsung
membunuh nyamuk Aedes aegypti dewasa. Malation adalah insektisida yang
lazim dipakai saat ini. Cara penggunaan malation adalah dengan pengasapan
(thermal fogging), atau pengabutan (cold fogging). Ada juga insektisida yang
bertujuan membunuh jentik-jentik nyamuk yakni abate. Cara penggunaan bubuk
abate adalah dengan menaburkan bubuk abate pada tempat yang menjadi sarang
nyamuk. Sedangkan PSN-DBD tanpa menggunakan insektisida adalah 3M,
menguras bak mandi, tempayan minimal seminggu sekali, karena perkembangan
nyamuk memerlukan waktu 7-10 hari. Selanjutnya menutup tempat penampungan
air rapat-rapat dan langkah terakhir dari 3M adalah membersihkan halaman rumah
dari barang-baranng yang memungkinkan nyamuk tersebut bersarang dan
bertelur.

2.10. Kriteria Memulangkan Pasien

Pasien dapat pulang jika syarat-syarat sebagai berikut terpenuhi:


1. Tidak demam selama 24 jam tanpa pemberian antipiretik.
2. Nafsu makan membaik.
3. Tampak perbaikan secara klinis.
4. Hematokrit stabil.
5. Tiga hari setelah syok teratasi.
6. Jumlah trombosit >50.000/ml. Perlu diperhatikan, kriteria ini berlaku bila
pada sebelumnya pasien memiliki trombosit yang sangat rendah, misalnya
12.000/ml.
7. Tidak dijumpai distres pernapasan.

2.11. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Pengobatan penderita DBD pada dasarnya bersifat simptomatik dan


suportif
yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.
1) Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi
 Istirahat total di tempat tidur
 Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air
ditambah garam/oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh
karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut berlebihan, maka
cairan inravena harus diberikan
 Berikan makanan lunak
 Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpireksia dapat
diberikan kompres, antipiretik yang bersifat asetaminofen, eukinin,
atau dipiron dan jangan diberikan asetosal karena dapat menyebabkan
perdarahan
 Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi
sekunder.
2) Penatalaksanaan pada pasien syok
 Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer
laktat dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok diatasi
 Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan
tiap jam, serta Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam
pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
Nilai normal Hemoglobin:
Anak-anak : 11,5 – 12,5 gr/100 ml darah
Laki-laki dewasa : 13 – 16 gr/100 ml darah
Wanita dewasa : 12 – 14 gr/100 ml darah
Nilai normal Hematokrit:
Anak-anak : 33 – 38 vol %
Laki-laki dewasa : 40 – 48 vol %
Wanita dewasa : 37-43 vol %
Bila pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht
maka diberi transfusi darah

2.12. Komplikasi DBD

Infeksi primer pada demam dengue dan penyakit mirip dengue


biasanya ringan dan dapat sembuh sendirinya. Kehilangan cairan dan
elektrolit, hiperpireksia, dan kejang demam adalah komplikasi paling sering
pada bayi dan anak-anak. Epistaksis, petekie, dan lesi purpura tidak umum
tetapi dapat terjadi pada derajat manapun. Keluarnya darah dari epistaksis,
muntah atau keluar dari rektum, dapat memberi kesan keliru perdarahan
gastrointestinal. Pada dewasa dan mungkin pada anak-anak, keadaan yang
mendasari dapat berakibat pada perdarahan signifikan. Kejang dapat terjadi
saat temperatur tinggi, khususnya pada demam chikungunya. Lebih jarang
lagi, setelah fase febril, astenia berkepanjangan, depresi mental, bradikardia,
dan ekstrasistol ventrikular dapat terjadi.
Komplikasi akibat pelayanan yang tidak baik selama rawatan inap juga
dapat terjadi berupa kelebihan cairan (fluid overload), hiperglikemia dan
hipoglikemia, ketidak seimbangan elektrolit dan asam-basa, infeksi
nosokomial, serta praktik klinis yang buruk.
Di daerah endemis, demam berdarah dengue harus dicurigai terjadi
pada orang yang mengalami demam, atau memiliki tampilan klinis
hemokonsentrasi dan trombositopenia.
2.13. Prognosis DBD

Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya


antibodi yang didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian
telah terjadi pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif
yang adekuat kematian dapat ditekan <1% kasus. Keselamatan secara langsung
berhubungan dengan penatalaksanaan awal dan intensif. Pada kasus yang jarang,
terdapat kerusakan otak yang disebabkan syok berkepanjangan atau perdarahan
intrakranial.
BAB III

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. T.

Tanggal Lahir : 04 Juni 2010

Umur : 10 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Bukit Intan

Autoanamnesis

Keluhan Utama : Demam

Telaah : Dialami pasien dalam empat hari ini, demam bersifat naik
turun, biasanya suhu badan tinggi di pagi hari dan mereda di sore hari. Pasien juga
mengeluhkan nyeri pada otot punggung, nyeri tenggorokan terutama saat
menelan, nafsu makan menurun, minum air putih kurang.

ANAMNESA (AUTOANAMNESA + ALLOANAMNESA)


Keluhan Utama Demam
Telaah Dialami pasien dalam satu hari ini, demam
bersifat naik turun, turun dengan obat
penurun panas. Menggigil (+)
Keluhan tambahan Nyeri otot dan persendian, nyeri tenggorokan,
nyeri retroorbital (-), BAB(-) hari ini, batuk
(-), gusi berdarah (-), petekie (-), mimisan (-),
mual (-), muntah (-)
Riwayat penyakit terdahulu -
Riwayat obat Paracetamol
Riwayat imunisasi Lengkap
Riwayat penyakit keluarga Adik pasien demam 1 hari
Habitualitas/Riwayat Keluarga pasien mengatakan tidak ada
perjalanan atau kontak melakukan perjalanan ke luar kota, dan tidak
ada keluarga dari luar kota yang datang ke
rumah

PEMERIKSAAAN FISIK

Keadaan pasien Keadaan umum: lemas


Keadaaan penyakit: sedang
Keadaan gizi: baik
Vital sign Sensorium : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 116 x/i
Pernafasan : 20 x/i
Temperatur : 36,80C
BB: 23 kg
Pemeriksaan Fisik Inspeksi
Kepala : normocephali
Rambut : Normal (tidak mudah dicabut, dan
warna hitam)
Wajah : Simetris, normal
Mata : Pupil :isokor
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Refleks cahaya : (+/+), normal
Telinga : simetris, massa (-), sekret (-),
benda asing (-)
Hidung : septum nasi simetris, sekret (-),
massa (-)
Mulut : Bibir kering, mukosa eritem, T1/T1
Leher : TVJ :R-2cm H2O (normal)

Thorax
Inspeksi : Fusiformis (bentuk dan ukuran
kedua dada normal dan simetris)
Palpasi : Stem fermitus: kiri=kanan (normal)
Perkusi : Sonor (kedua lapangan paru)
Auskultasi : SP : Vesikuler
ST : Tidak ada (-)

Abdomen
Inspeksi : Simetris, distensi (-), asites (-)
Auskultasi : peristaltik (+) menurun
Perkusi : Shifting dullnes (-) Timpani
Palpasi : Soepel (+) Hepar, limpa dan
pankreas tidak teraba, nyeri tekan epigastrium

Ekstremitas
Superior: Akral hangat
Inferior : Akral hangat

Tourniquet Test (+)


PEMERIKSAAN PENUNJANG

HEMATOLOGI

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI


NORMAL
DARAH LENGKAP
(FBC)
Haemoglobin 13,4 g/dl 11,5-15,5
Leukosit 2,5 103/uL 4,5-14,5
Jumlah Trombosit 78 103/uL 150-400
Hematokrit 37 % 35,0-45,0
Eritrosit 4,81 106/uL 4,00-5,20
MCV 76 fL 80-100
MCH 28 pg 26-37
MCHC 37 g/dL 32-36
Hitung Jenis
Leukosit
Eosinofil 0 % 1-3
Basofil 1 % 0-1
Neutrofil Batang 0 % 2-6
Neutrofil Segmen 44 % 50-70
Limfosit 45 % 20-40
Monosit 10 % 2-8
GDS 98 mg/dL < 180
IgG COVID 19 Non Reaktif
IgM COVID 19 Non Reaktif
Diferensial diagnosa:

1. Demam Berdarah Dengue


2. Morbili

Diagnosa kerja: Demam Dengue

Pengobatan dan plan:

 Tirah Baring
 Diet Lunak
 IVFD RL 21 gtt makro
 Inj. Omeprazole 20mg/24jam iv
 Tab Paracetamol 3x250 mg po prn demam
 Cek darah rutin per 24 jam, cek lab Dengue IgG/IgM

Follow up An. T. (10 tahun/23 kg)


S: Demam (+), pusing P:
O: Tirah Baring
Kesadaran: CM Diet Lunak
TD: 110/70 mmHg IVFD RL 21 gtt makro
HR: 116 x/menit Inj. Omeprazole 20mg/24jam iv
RR: 20 x/menit Tab Paracetamol 3x250 mg po
17/07/20
T: 36,8℃ prn demam
Trombosit: 78.000/uL
Leukosit: 2500/uL Planning:
Cek darah rutin per 24 jam, cek
A: Obs. Febris H-4 ec. lab Dengue IgG/IgM
Demam dengue
18/07/20 S: Pusing, nyeri seluruh P:
badan Tirah Baring
O: Diet Lunak bubur 3x1 porsi
Kesadaran: CM IVFD RL 21 gtt makro
TD: 100/70 mmHg Inj. Omeprazole 20mg/24jam iv
HR: 108 x/menit Tab Paracetamol 3x250 mg po
RR: 22 x/menit prn demam
T: 36,6℃ Syrup Sucralfat 2x7,5ml ac
Trombosit: 67.000/uL Syrup PSIDII 2x5ml
Leukosit: 4000/uL
Dengue IgM: Reaktif Planning:
Dengue IgG: Non Reaktif Cek darah rutin per 24 jam
Pantau urine output
A: Demam Dengue
S: Nyeri seluruh badan P:
O: Tirah Baring
Kesadaran: CM Diet Lunak bubur 3x1 porsi
TD: 100/70 mmHg IVFD RL 21 gtt makro
HR: 100 x/menit Inj. Omeprazole 20mg/24jam iv
RR: 20 x/menit Tab Paracetamol 3x250 mg po
19/07/20 T: 36.2℃ prn demam
Trombosit: 86.000 Syrup Sucralfat 2x7,5ml ac
Urine output 24jam: 2400 Syrup PSIDII 2x5ml
cc
Diuresis: 4,35 cc/kgBB/jam Planning:
Cek darah rutin per 24 jam
A: Demam Dengue Pantau urine output
20/07/20 S: Pusing P:
O: Tirah Baring
Kesadaran: CM Diet Lunak bubur 3x1 porsi
TD: 90/60 mmHg IVFD RL 21 gtt makro
HR: 88 x/menit Inj. Omeprazole 20mg/24jam iv
RR: 20 x/menit Tab Paracetamol 3x250 mg po
T: 36,5℃ prn demam
Trombosit: 107.000 Syrup Sucralfat 2x7,5ml ac
Urine output 24jam: 2800 cc Syrup PSIDII 2x5ml
Diuresis: 5,07 cc/kgBB/jam
Planning:
Cek darah rutin per 24 jam
A: Demam Dengue
Pantau urine output
S: Nafsu makan menurun P:
O: Tirah Baring
Kesadaran: CM Diet Lunak bubur 3x1 porsi
TD: 90/60 mmHg IVFD RL 21 gtt makro
HR: 92 x/menit Inj. Omeprazole 20mg/24jam iv
RR: 19 x/menit Tab Paracetamol 3x250 mg po
21/07/20
T: 36,5℃ prn demam
Trombosit: 165.000/uL Syrup Sucralfat 2x7,5ml ac
Syrup PSIDII 2x5ml

Planning:
A: Dengue Fever BLPL
S: (-) P:
O: Obat pulang:
Kesadaran: CM Tab Paracetamol 3x250 mg po
TD: 100/60 mmHg prn demam
HR: 90 x/menit Syrup Sucralfat 2x7,5ml ac
22/07/20 RR: 20 x/menit Syrup PSIDII 2x5ml
T: 36,6℃
Trombosit : 168.000/uL Planning:
Kontrol ke poli anak
A: Dengue Fever
BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang anak berumur 10 tahun datang dibawa orangtuanya ke Instalasi


Gawat Darurat RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang pada tanggal 17 Juli 2020
pukul 10.00 WIB. Pasien masuk dengan keluhan utama demam onset 4 hari naik
turun sebelum masuk rumah sakit, sudah minum obat demam namun belum
membaik. Adik pasien juga mengalami demam sejak satu hari yang lalu.

Dari hasil pemeriksaan fisik umum didapatkan keadaan umum pasien


sedang, GCS E4M6V5, Kesadaran Compos Mentis, frekuensi nadi 116 x/menit,
frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 36,8 C, mulut tampak kering dan eritem, dan saat
dilakukan test tourniquet terdapat petekie. Gejala klinis yang dialami pasien yaitu
demam 4 hari naik turun, mual dan muntah, nyeri pada otot punggung, nyeri
tenggorokan terutama saat menelan dan nafsu makan menurun, serta nyeri pada
ulu hati.

Terapi yang diberikan kepada pasien di IGD adalah IVFD RL 1560 ml/
24jam, injeksi Omeprazole 20 mg/ 24jam iv, paracetamol tablet 3x250mg p.o.

Pada tanggal 17 Juli 2020 pasien didiagnosa menderita demam dengue


ditandai dengan demam tinggi selama 4 hari, nyeri otot dan nyeri tenggorokan,
serta nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 17 Juli
2020 menunjukkan bahwa nilai hematokrit 37% yaitu masih dalam batas normal,
sehingga disimpulkan bahwa belum terjadi plasma leakage, sementara jumlah
Trombosit 78000/uL dan Leukosit 2500/uL. Pada Demam Dengue, dilakukan
maintenance cairan melalui infus intravena RL dengan rumus maintenance anak
untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien.

Pada keluhan mual dan muntah serta nyeri pada ulu hati diberikan
injeksi intravena Omeprazole 20 mg dan sirup Sucralfat 3x5ml sebelum makan
peroral untuk menanggulangi serta mencegah masalah ketidaknyamanan
gastrointestinal terutama pada lambung yang diakibatkan oleh meningkatnya
produksi asam lambung dikarenakan asupan makanan dan minuman yang tidak
optimal. Untuk keluhan demam diberikan paracetamol tablet 250 mg peroral 3
kali sehari. Untuk meningkatkan jumlah trombosit dibantu dengan asupan sirup
Psidii.

Pada pasien ini dilakukan pengecekan darah rutin per 24 jam untuk
mengontrol jumlah trombosit darah. Selain pengobatan dengan obat, pasien juga
dianjurkan untuk beristirahat, diet lunak dan perbanyak minum air putih.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan kasus di atas, sesuai dengan hasil anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan labor, disimpulkan bahwa pasien didiagnosa
menderita Demam Dengue, dan dilakukan terapi cairan yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan cairan serta terapi simptomatik untuk gejala yang ada.

Pasien disarankan untuk beristirahat, diet lunak dan perbanyak minum


air putih.
DAFTAR PUSTAKA

Indrayani A Yoeyoen, Tri Wahyudi, 2018, InfoDATIN: Situasi Penyakit


Demam Berdarah di Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Kemenkes RI.

Suhendro.2014. Demam Berdarah Dengue Dalam Ilmu Penyakit Dalam.


Jakarta: Interna Publishing.

Nainggolan, Leonard. Penyakit Demam berdarah dengue.


http://www.respiratory.usu.ac.id/bitstraem/123456789/16366/2/ChapterII.pdf

Candra, Ayu. .Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi, Patogenesis,


Dan Faktor Resiko Penularan.

Anda mungkin juga menyukai