Oleh:
Pembimbing:
RSUP.DR.M.DJAMIL PADANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya
sehingga laporan kasus yang berjudul “Dengue Hemorrhagic Fever” ini dapat penulis
selesaikan. Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu
menyusun makalah ini, khususnya kepada dr. Eka Kurniawan Sp. PD selaku preseptor dan
juga kepada rekan-rekan dokter muda.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dalam menambah pengetahuan dan pemahaman serta dapat meningkatkan pelayanan,
khususnya untuk pelayanan primer kasus-kasus kompetensi 4, pada masa yang akan datang.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Infeksi virus dengue merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Infeksi virus dengue pada manusia
mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit yang paling
ringan (mild undiffrentiated febrile illness), demam dengue, demam berdarah dengue (DBD)
sampai demam berdarah dengue disertai syok (dengue shock syndrome). Patofisiologi utama
penyakit DBD adalah kebocoran plasma yang disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas
Demam Dengue atau DF dan demam berdarah/ DBD (dengue hemorrhagic fever/
DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/ nyeri sendi yang dsertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome)/ DSS adalah demam berdarah
dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok. Diagnosis klinis DBD didasarkan kriteria klinis
dengan ditemukannya virus dengue sebagai penyebab infeksi virus di tubuh penderita.
Menemukan virus dengue pada penderita hanya dapat dilakukan isolasi virus, deteksi antigen
virus dengue dalam serum atau jaringan tubuh, dan deteksi antibodi spesifik dalam serum
untuk menurunkan suhu tubuh, pemberian cairan untuk mengatasi renjatan (syok), dan
mengatasi perdarahan.2
Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama di daerah
perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di Brazil dan bagian lain Amerika
Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang terinfeksi diperkirakan sekitar
50 sampai 100 juta orang, setengahnya dirawat di rumah sakit dan mengakibatkan 22.000
kematian setiap tahun; diperkirakan 2,5 miliar orang atau hampir 40 persen populasi dunia,
tinggal di daerah endemis DBD yang memungkinkan terinfeksi virus dengue melalui gigitan
nyamuk setempat.8
Jumlah kasus DBD tidak pernah menurun di beberapa daerah tropik dan subtropik
bahkan cenderung terus meningkat dan banyak menimbulkan kematian pada anak, 90% di
antaranya menyerang anak di bawah 15 tahun. Di Indonesia, setiap tahunnya selalu terjadi
KLB di beberapa provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah
penderita 79.480 orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih. Pada tahun-tahun
berikutnya jumlah kasus terus naik tapi jumlah kematian turun secara bermakna
dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah kasus tahun 2008 sebanyak 137.469 orang
dengan kematian 1.187 orang atau case fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun 2009
sebanyak 154.855 orang dengan kematian 1.384 orang atau CFR 0,89%.9
karena DHF.
Laporan kasus ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang
DHF.
1.4 Metode penulisan
Laporan kasus ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh
infeksi virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, melalui perantara gigitan vektor nyamuk Aedes
serotype dengue terdapat di Indonesia, DEN-3 merupakan serotype dominan. 1 Demam dengue
adalah infeksi virus dengue yang ditandai oleh demam 2 – 7 hari, yang timbul mendadak,
tinggi, terus – menerus dan ditambah dengan adanya 2 atau lebih gejala lain yaitu manifestasi
perdarahan baik spontan (ptekie, perdarahan gusi, purpura, epistaksis, hematemesis, atau
melena) maupun berupa uji tourniquet positif, nyeri kepala, leukopenia (< 4.000/mm3), dan
virus dengue dengan ditandai 2 atau lebih manifestasi klinis ditambah dengan bukti
Dengue Shock Syndrome (DSS) merupakan syok hipovolemik yang terjadi pada
DHF yang diakibatkan peningkatan permeabilitas kapiler yang disertai perembesan plasma.
Syok dengue pada umumnya terjadi di sekitar penurunan suhu tubuh (fase kritis), yaitu pada
hari sakit ke 4-5 (rentang hari ke 3-7), dan sering kali didahului oleh tanda bahaya (warning
signs).2
2.2 Epidemiologi
paling cepat di dunia. Dalam 50 tahun terakhir kejadiannya meningkat 30 kali lipat dengan
penyebaran yang meluas ke berbagai negara baru dengan karakteristik geografis yang
beragam dari area pemukiman ke perkotaan. Sekitar 70% populasi yang berada dalam resiko
terinfeksi dengue berada di kawasan asia tenggara dan pasifik bagian barat. Semenjak tahun
2000 angka kematian akibat dengue mencapai rata rata 1% di area ini, namun di Indonesia,
Tahun 2008 telah dilaporkan jumlah kasus DBD 137.469 orang, kemudian meningkat
pada tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2011 terjadi penurunan kasus lebih dari setengahnya,
namun meningkat kembali tahun 2012. Walaupun angka kematian (CFR) telah berhasil
Etiologi penyakit DHF adalah virus dangue termasuk famili Flaviviridae, genus
Flavivirus yang terdiri dari 4 serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Indonesia memiliki keempat serotipe virus dengue ini. Virus dengue termasuk dalam
kelompok virus yang relatif labil terhadap suhu dan faktor kimiawi lain serta memiliki masa
viremia yang pendek. Virion virus dengue tersusun oleh genom RNA yang dikelilingi oleh
nukleokapsid, ditutupi oleh suatu selubung dari lipid yang mengandung dua protein yaitu
Jika seseorang terinfeksi pertama kali (primer) dengan satu serotipe maka orang
tersebut akan mendapatkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe tersebut, tetapi pada
infeksi sekunder dengan serotipe virus yang berbeda (secondary heterologous infection)
pada umumnya memberikan manifestasi klinis yang lebih berat dibandingkan dengan infeksi
primer.2
2.4 Klasifikasi
2.5 Patofisiologi
a. Volume Plasma
membedakan antara demam dengue (DD) dengan demam berdarah dengue (DHF)
mencapai puncak pada masa syok. Pada kasus berat, syok terjadi secara akut, nilai
meningkatnya berat badan, ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa
b. Trombositopenia
sebagian besar kasus DBD. Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam
dan mencapai nilai terendah pada masa syok. Trombositopenia diduga disebabkan
sistem komplemen, kerusakan sel endotel dan aktivasi sistem pembekuan darah
secara bersamaan atau secara terpisah. Lebih lanjut fungsi trombosit pada DHF
c. Sistem Komplemen
hipovolemik. Komplemen juga bereaksi dengan epitop virus pada sel endotel,
permukaan trombosit dan limfosit T, yang mengakibatkan waktu paruh trombosit
2.6 Patogenesis
syndrome (DSS) masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori yang
berulang dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat
yang lebih besar untuk menderita DHF atau DSS. Antibodi heterolog yang
telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan
dari membran sel leukosit terutama makrofag. Sifat antibodi yang heterolog
dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Terbentuknya virus
yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel
serosa (efusi pleura, asites). Virus dengue dapat mengalami perubahan genetik
akibat tekanan sewaktu virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia
maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam
kerusakan sel endotel pembuluh darah. Kedua faktor tersebut akan menyebabkan
perdarahan pada DHF. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan
ADP (adenosin di phosphat), sehingga trombosit melekat satu sama iain. Hal ini
sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik.
(akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan dinding endotel kapiler.
Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalanan infeksi
dengue, yaitu:
bergejala, demam yang tidak khas/sulit dibedakan dengan infeksi virus lain
syndrome.
Gambar 3. Skema kriteria diagnosis infeksi dengue menurut WHO 20115
timbul saat demam reda. Gejala dari saluran pernapasan dan saluran cerna sering
dijumpai.2
kurva kontinua), bifasik, biasanya berlangsung antara 2 – 7 hari. Pada hari ketiga,
sakit pada umumnya suhu tubuh menurun, namun masih di atas normal, kemudian
suhu naik kembali, pola ini disebut sebagai demam pola bifasik. Demam disertai
dengan myalgia, sakit punggung, atralgia, muntah, fotofobia dan nyeri retroorbital
pada saat mata digerakkan. Pada hari sakit ke 3-4 timbul ruam kulit
berupa uji tourniquet yang positif (≥ 10 ptekie dalam area 2,8 x 2,8 cm) atau
Manifestasi DHF dimulai dengan demam tinggi, 2-7 hari. Demam disertai
gejala lain yang sering ditemukan pada demam dengue seperti muka kemerahan,
anoreksia, nyeri kepala, dan nyeri otot dan sendi. Gejala lain dapat berupa nyeri
epigastrik, mual, muntah, nyeri di daerah subcostal kanan atau nyeri abdomen
difus, kadang disertai sakit tenggorok. Faring dan konjungtiva yang kemerahan.
ptekie spontan, yang ditemukan pada ekstremitas, ketiak, muka, palatum lunak.
kanan. 2
Terdapat tiga fase dalam perjalanan penyakit, meliputi fase demam, kritis,
1. Fase demam
menghilangnya demam. Penurunan demam terjadi secara lisis, artinya suhu tubuh
keringat dan perubahan pada laju nadi dan tekanan darah, hal ini merupakan
gangguan ringan system sirkulasi akibat kebocaran plasma yang tidak berat. Pada
kasus sedang sampai berat terjadi kebocoran plasma yang bermakna sehingga akan
yang tinggi. 2
2. Fase kritis
Fase kritis terjadi pada saat perembesan plasma yang berawal pada masa
transisi dari saat demam ke bebas demam (disebut fase time of fever
yaitu dengan mengenal tanda dan gejala yang mendahului syok. Warning signs
umumnya terjadi menjelang akhir fase demam, yaitu antara hari sakit ke 3 – 7.
Muntah terus menerus dan nyeri perut hebat merupakan petunjuk awal perembesan
plasma dan bertambah hebat saat pasien masuk ke keadaan syok. Pasien tampak
semakin lesu, tetapi pada umumnya tetap sadar. Perdarahan mukosa spontan atau
trombosit yang cepat dan progresif menjadi di bawah 100.000 sel/mm3 serta
kenaikan hematocrit di atas dasar merupakan tanda awal perembesan plasma, dan
paling awal yang sensitive dalam mendeteksi perembesan plasma yang umumnya
tekanan darah serta volume nadi, oleh karena itu, pengukuran hematocrit berkala
sangat penting, apabila makin meningkat berarti kebutuhan cairan intravena untuk
atau mungkin lebih rendah karena efek dilusi cairan yang direabsorbsi. Jumlah
leukosit mulai meningkat segera setelah penurunan suhu tubuh akan tetapi
jatuh ke dalam syok dekompensasi yang dapat berupa syok hipotensif dan
criteria DBD disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi cepat dan lemah,
tekanan darah turun, hipotensi dibandingkan standar sesuai dengan umur, kulit
2.8 Diagnosis
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena; maupun berupa uji
tourniquet positif
rumah.
5. Leukopenia < 4.000/mm3
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena; maupun berupa uji
tourniquet positif
rumah.
5. Hepatomegali
- Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
dan tanda lain, ditambah bukti perembesan plasma dan trombositopenia cukup
Tanda bahaya :
1. Klinis :
- Letargi, gelisah
- Perdarahan mukosa
- Pembesaran hati
- Akumulasi cairan
- Oliguria
2. Laboratorium:
trombosit
Syok Terkompensasi
Tanda dan gejala syok terkompensasi :9
1. Takikardi
2. Takipnea
5. Kulit dingin
7. Gelisah
Syok Dekompensasi
1. Takikardi
2. Hipotensi
4. Pernafasan kusmaull
5. Sianosis
7. Profound shock: nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur
Pemeriksaan Penunjang
diagnosis infeksi dengue. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah: (1) isolasi
dengan pemeriksaan NS-1 antigen virus dengue, (4) deteksi respon imun serum
berupa pemeriksaan serologi IgG dan IgM anti dengue, (5) analisis parameter
trombosit.2
penurunan jumlah leukosit yang mencapai titik terendah pada akhir fase demam.
Perubahan jumlah leukosit (< 5.000 sel/mm3) dan rasio antara neutrophil dan
perembesan plasma. PAda awal fase demam juga jumlah trombosit normal,
ditemukan pada DD, namun selalu ditemukan pada DHF. Penurunan trombosit
yang mendadak di bwah 100.000/mm3 terjadi pada akhir fase demam memasuki
fase kritis atau saat penurunan suhu. Trombositopenia pada umumnya ditemukan
pada hari sakit ketiga sampai kedelapan, dan sering mendahului peningkatan
awal demam juga ditemukan nilai hematocrit masih normal. Peningkatan ringan
Peningkatan hematocrit lebih dari 20% merupakan tanda dari adanya kebocoran
lebih dari 20% merupakan bagian dari diagnosis klinis DHF. 2 Pemeriksaan
radiologi juga dilakukan untuk menunjang diagnosis. Pemeriksaan foto dada dalam
20%-40%
Gambar 5. Tatalaksana cairan pada pasien dewasa dengan kecurigaan DBD tanpa syok
Gambar 6. Tatalaksana DBD pada pasien dengan peningkatan Ht > 20%
Gambar 7. Penatalaksanaan Perdarahan spontan pada DBD dewasa
Gambar 8. Tatalaksana DSS pada pasien dewasa
6. Tidak tampak distress pernafasan yang disebabkan efusi pleura atau asites
Apabila masih rendah namun klinis baik, pasien boleh pulang dengan
selama 1-2 minggu (sampa trombosit normal). Pada umumnya apabila tidak ada
penyulit atau penyakit lain yang menyertai (misalnya ITP), trombosit akan
2.10 Komplikasi
1. Demam Dengue :
1. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.
ginjal akut.
3. Edema paru dan/ atau gagal jantung seringkali terjadi akibat overloading
BAB 3
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Usia : 17 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Alamat : Solok
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
PendidikanTerakhir : SLTP
Suku : Minangkabau
Nomor MR : 95 96 80
2. Anamnesis
Seorang anak laki-laki, 17 tahun datang ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang
a. KeluhanUtama
b. RiwayatPenyakitSekarang
- Demam sejak 4 hari yang lalu, demam tinggi (400C), disertai menggigil,
(-)
pasien
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien
e. Riwayat Pengobatan
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Vital Sign
Keadaan Umum : Sedang
TekananDarah : 110/70
Nadi : 120x/menit
Suhu : 39,2 oC
Kulit
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening coli, aksila, inguinal
Kepala
Normocephal
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis dan dinamis.
Jantung
Palpasi : Pulsasi iktus teraba kuat angkat, Iktus teraba 1 jari medial dari
Atas : RIC II
Abdomen
Palpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, ginjal tidak teraba ada
pembesaran
Perkusi : timpani
Punggung
Anus
Anggota Gerak
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
4. Diagnosis Kerja
- DHF Grade II
5. Diagnosis Banding
- Pansitopenia ec aplasia
6. Penatalaksanaan
- Paracetamol 3x500 mg
BAB 4
DISKUSI
demam tinggi, terus menerus, disertai menggigil, dan tidak berkeringat malam.
Manifestasi DHF dimulai dengan demam tinggi, 2-7 hari serta gejala klinik yang
tidak spesifik seperti anoreksia, lemah, nyeri kepala. Demam sebagai gejala utama
Buang air besar dan buang air kecil normal. Demam disertai gejala lain
yang sering ditemukan pada demam dengue seperti muka kemerahan, anoreksia,
nyeri kepala, dan nyeri otot dan sendi. Ini merupakan gejala khas yang dapat
ditemukan pada demam yang disebabkan oleh virus. Gejala lain dapat berupa nyeri
epigastrik, mual, muntah, nyeri di daerah subcostal kanan atau nyeri abdomen
tetangga di sekitar rumah pasien yang menderita DHF dalam satu bulan ini, ± 3
orang. Saat nyamuk menghisap darah manusia yang sedang mengalami viremia,
virus masuk ke dalam tubuh nyamuk, yaitu dua hari sebelum timbul demam
lain. Kerentanan untuk timbulnya penyakit pada individu antara lain ditentukan
C, berat badan 60 kg, tinggi badan 165 cm. Pada pemeriksaan khusus anemis (-),
sklera ikterik (-), mata cekung tidak ada, cor dan pulmo dalam batas normal,
abdomen supel, nyeri tekan epigastrium (-) dan pada ekstremitas akral dingin
tanda infeksi virus seperti adanya demam tinggi yang mendadak disertai gejala
nyeri sendi, dan anoreksia. Hasil ini dapat memperkuat kemungkinan terjadinya
infeksi virus berupa DHF. Apabila ditemukan gejala demam ditambah dengan
adanya 2 / lebih gejala dan tanda lain, ditambah bukti perembesan plasma dan
ditemukan demam berlangsung sudah 3 hari, tinggi terus menerus, ptekie positif,
Grade II.
Pada pasien ini didapatkan hasil pemeriksaan hematokrit menurun. Hasil
yang normal/ turun ini dapat disebabkan oleh berbagai sebab, seperti
hemokonsentrasi yang terjadi masih minimal, sehingga hasil lab yang didapatkan
masih dalam batas normal. Hal ini juga dapat terjadi jika sudah terdapat
perdarahan di organ dalam, seperti di dalam saluran cerna. Jika terjadi perdarahan
maka sebanyak apapun perdarahan yang terjadi hematokrit hasilnya akan tetap
normal, karena darah yang keluar saat perdarahan adalah whole blood, berbeda
jika yang terjadi kebocoran plasma, jika plasma bocor, maka konsentrasi darah
pasien DBD normal bisa jadi karena pasien tersebut sudah mendapat penanganan
awal sebelumnya berupa terapi cairan sebelum dirujuk. Pada pasien DHF hal yang
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini antara lain terapi cairan agar
cairan infus RL 8 jam/ kolf, serta dianjurkan untuk banyak minum air putih.
karena DHF merupakan infeksi virus /self limited disease, maka terapi spesifik
untuk DHF ini tidak ada. Demam pada pasien diatasi dengan pemberian
perdarahan saluran cerna, sehingga diberikan PPI. Pasien juga dipuasakan 8 jam
cairan. Penyebab kematian pada DBD adalah terjadinya Dengue Shock Syndrome/
DSS, akibat terjadinya kebocoran plasma tersebut. Kematian karena DBD banyak
terjadi pada anak. DSS sebenarnya dapat dicegah dengan pemberian cairan
faktor yaitu umur pasien, seberapa cepat mengenali kebocoran plasma, ada atau
tidaknya tanda-tanda bahaya DHF dan apakah sudah terdapat komplikasi dimana
paling sering adalah DSS. Dengan deteksi dini pada kebocoran plasma yang baik
maka pengobatan atau terapi cairan yang adekuat dan pengobatan suportif yang
baik dapat diberikan sehingga dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan
akibat DHF. Maka prognosis pada pasien ini quo ad vitam dubia ad bonam dan
Hal lain yang harus diperhatikan pada pasien dengan DBD adalah edukasi
mengenai penyakit DBD itu sendiri. Mulai dari penyebabnya, bagaimana dapat
terjadinya DBD, apa saja gejala dan tanda yang dapat muncul, serta tanda bahaya
menutup tempat penampungan air). Selain itu juga melakukan beberapa plus
DAFTAR PUSTAKA
1. Hadinegoro SR, Moedjito I, Chairulfatah A. Pedoman diagnosis dan tata
laksana infeksi virus dengue pada anak. Edisi ke-1. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014.
2. World Health Organization. Dengue: Guidelines for diagnosis, treatment,
prevention and control. Geneva: WHO Library Cataloguing; 2009
3. Suhendro, dkk. Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, ed 6, jilid I. Jakarta: Internal Publishing; 2014: 539-548
4. World Health Organization. Dengue: Comprehensive Guidelines for
Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorraghic Fever. India :
WHO Library Cataloguing; 2011
5. Soedarmo S., Gama H., Hadinegoro SR. 2008. Buku Ajar Infeksi dan
Pediatri Tropis Edisi 2. Jakarta: IDAI.