Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

STASE KEPERAWATAN ANAK

Oleh:
Erwindyah Nur Widiyanti
NIM 212311101039

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
DAFTAR ISI

BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................. 3


1.1 Definisi DHF ................................................................................................................. 3
1.2 Klasifikasi DHF ............................................................................................................ 4
1.3 Etiologi DHF ................................................................................................................. 4
1.4 Patofisiologi DHF ......................................................................................................... 4
1.5 Tanda dan Gejala DHF ............................................................................................... 6
1.6 Komplikasi DHF .......................................................................................................... 7
1.7 Penatalaksanaan DHF ................................................................................................. 8
1.8 Pathway DHF ............................................................................................................. 10
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................... 122
A. Pengkajian .................................................................................................................... 122
B. Diagnosa ........................................................................................................................ 133
C. Perencanaan/Nursing Care Plan ................................................................................. 144
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 199

2
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi DHF

Penyakit Demam Berdarah Dengue atau disebut Dengue Hemorrhagic Fever


(DHF) adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus Dengue yang masih
menjadi problem kesehatan masyarakat. Penyakit ini biasanya dapat ditemukan nyaris
di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan subtropik baik sebagai
penyakit endemik maupun epidemik. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue biasanya
terjadi di daerah endemik dan berhubungan dengan datangnya musim penghujan
(Nisa dkk., 2013).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan suatu penyakit yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina yang terinfeksi oleh virus dengue, hal
ini dapat menjadi suatu permasalahan terhadap suatu beban penyakit, tingkat kematian
yang tinggi, kemiskinan, dan beban social dunia terutama pada daerah- daerah intropis
dan subtropic yang menjadi masalah dunia (Wanti dkk., 2019). Penyakit DHF
disebabkan oleh virus Dengue yang merupakan Arbovirus (arthro podborn virus ) dan
dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty
) nyamuk aedes aegepty (Candra dkk., 2019).
Sampai saat ini infeksi virus Dengue masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Indonesia dimasukkan dalam kategori “A” dalam stratifikasi DBD oleh
World Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka
perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak. Menurut data
di Depkes RI (2010), penyakit DBD di Indonesia pada tahun 2008 terdapat 137.469
kasus, 1.187 kasus diantaranya meninggal, CFR (Case Fatality Rate) sebesar 0,86%.
Pada tahun 2009 terdapat 154.855 kasus, 1.384 kasus diantaranya meninggal, CFR
(Case Fatality Rate) sebesar 0,89%. Usia yang paling sering terkena DBD adalah 5 –
15 tahun (Nisa dkk., 2013).

3
1.2 Klasifikasi DHF
Derajat keparahan untuk DHF dapat diklasifikasikan menjadi 4 menurut
(Jayawinata dkk., 2017) sebagai berikut:
1. Grade I : Demam yang disertai dengan gejala yang tidak spesifik, satu-satunya
manifestasi hemoragik adalah dengan cara tes tourniquet positif dan terlihat
mudah memar.
2. Grade II : Perdarahan spontan disamping manisfestasi klien grade 1 biasanya
terjadinya perdarahan yang terjadi di kulit.
3. Grade III : terjadinya kegagalan peredaran darah dimanifestasikan oleh denyut
nadi yang cepat dan lemah serta penyempitan tekanan nadi atau hipotensi dengan
adanya kulit dingin, lembab, dan gelisah.
4. Grade IV : Syok hebat disertai dengan tekanan darah atau denyut nadi tidak
terdeteksi.

1.3 Etiologi DHF


Penyakit Dengue Hemorrhagic Fever ini dapat disebabkan oleh salah satu dari 4
virus asam ribonukleat beruntai tunggal dari famili Flaviviridae yang ditularkan oleh
vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Masa inkubasi penyakit ini
berakhir 4-5 hari setelah timbulnya demam. Faktor yang memperngaruhi terjadinya
DHF menurut Mayoclinic, 2020 yakni :
1. Tinggal atau bepergian di daerah tropis. Berada di daerah tropis dan subtropis
meningkatkan risiko Anda terpapar virus penyebab demam berdarah. Terutama
daerah berisiko tinggi adalah Asia Tenggara, kepulauan Pasifik barat, Amerika
Latin, dan Karibia.
2. Memiliki riwayat dengan Dengue Hemorrhagic Fever akan lebih mudah untuk
Kembali terkena DHF tersebut.

1.4 Patofisiologi DHF


Ketika nyamuk yang membawa DENV menggigit seseorang, virus akan memasuki
kulit bersama dengan air liur nyamuk. Demam berdarah akan terjadi karena telah
terinfeksi oleh dengue pertama dan mendapatkan kembali infeksi dengan virus dengue

4
yang berbeda dalam waktu yang diperkirakan antara 6- 5 tahun. (Srinivas dan
Srinivas, 2015).
Virus dengue yang sudah masuk ke dalam tubuh penderita akan menimbulkan
viremia. Hal ini akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus
sehingga dapat menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin)
terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia dapat menyebabkan pelebaran pada
dinding pembuluh darah yang berakibat perpindahan cairan dan plasma dari
intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia.
Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai
reaksi dari antibodi dalam melawan virus Pada pasien dengan trombositopenia
terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di
mulut. Hal ini mengakibatkan kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan
mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut bisa menimbulkan perdarahan dan
jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi
adalah viremia yang mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit,
hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah
bening, pembesaran hati (hepatomegali). Kemudian virus bereaksi dengan antibodi
dan terbentuklah kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi
sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran
plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai hematokrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Adanya kebocoran plasma ke
daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam
rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura, dan pericardium yang pada otopsi
ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.

5
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik (Candra dkk., 2019).

1.5 Tanda dan Gejala DHF


Infeksi demam berdarah oleh virus dengue dapat menimbulkan variasi gejala
mulai sindroma virus nonspesifik sampai perdarahan yang fatal. Gejala demam
dengue berbeda tergantung pada umur penderita, pada balita dan anak-anak kecil
biasanya dijumpai demam, disertai ruam-ruam makulopapular. Pada anak-anak yang
lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan demam ringan, atau demam tinggi (> 39
derajat C) yang tiba-tiba dan berlangsung 2-7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri
di belakang mata, nyeri sendi dan otot, mual-muntah, dan ruam-ruam.
Bintik-bintik pendarahan yang berlokasi di kulit sering terjadi, kadang-kadang
disertai bintik-bintik pendarahan dipharynx dan konjungtiva. Penderita biasanya juga
sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di tulang rusuk kanan
(costae dexter), dan nyeri seluruh perut. Kadang-kadang demam mencapai 40-41
derajat C, dan terjadi kejang demam pada balita (Dania, 2016).
Tanda gejala DHF menurut WHO, (2020) dan Srinivas, (2015) sebagai berikut:
1. Demam (40oC)
2. Pusing
3. Nyeri otot dan sendi
4. Mual dan muntah
5. Ruam
6. Takikardia
7. Peningkatan waktu pengisian kapiler (2 detik)
8. Kulit dingin, berbintik-bintik atau pucat
9. Denyut nadi perifer berkurang

6
10. Oliguria
11. Hematokrit meningkat secara tiba-tiba atau hematokrit terus meningkat meskipun
telah diberikan cairan
12. Penyempitan tekanan nadi (20 mmHg (2,7 kPa)).
13. Hipotensi (Temuan terlambat yang menunjukkan syok yang tidak dikoreksi).

1.6 Komplikasi DHF

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Khadijah dan Utama, 2017)


ditemukan 24 kasus DBD, seluruh pasien mengeluh mengalami demam, 14 orang
(58,33 %) mengeluh muntah, 13 orang (54,17%) mengeluh nyeri perut, 10 orang
(41,67%) mengeluh mual, dan 9 orang (37,5%) mengeluh nafsu makan dan
minum menurun. Serupa dengan keluhan nafsu makan dan minum berkurang,
sebanyak 9 orang (37,5%) mengeluh nyeri kepala. 9 orang (37,5%) positif dalam
uji tourniquet, 6 orang (25%) ditemukan terdapat ptekie dan 5 orang (20,83%)
mengeluh batuk. Masing-masing sebanyak 3 orang (12,5%), ada yang
mengeluh mengalami nyeri sendi, mencret, lemas, perut kembung, gatal, terdapat
bintik kemerahan ataupun BAB berwarna kehitaman. Sedangkan sebanyak 2 orang
(8,33%) mengeluh nyeri di belakang mata, dengan jumlah yang sama ada yang
mengeluh sesak napas, pilek ataupun episktaksis. Selanjutnya masing-masing
sebanyak 1 orang (4,16%) mengeluhkan muncul ruam pada tubuh setelah panas
turun, bernafas dengan cepat,meriang,dehidrasi, nadi lemah, bibir berdarah, rewel,
BAB tidak lancer dan keras,keringat dingin, nyeri seluruh badan ataupun kulit teraba
dingin.

Derajat keparahan penyakit (disease severity) DBD diklasifikasikan secara arbiter


sebagai kasus non shock dan kasus shock. Kasus non shock mencakup DBD derajat I dan
II, sedangkan kasus shock mencakup DBD derajat III dan IV yang disebut dengan DSS.
Manifestasi patologis sistem organ merupakan dampak dari infeksi virus dengue pada
DBD derajat III dan IV, yang dapat muncul dalam bentuk komplikasi seperti ensefalopati
dengue, kelainan hati, komplikasi iatrogenik, gagal ginjal akut, dan edema paru (Leovani
dkk., 2013).

7
1.7 Penatalaksanaan DHF
Penatalaksaan DHF menurut Hospital Care for Children (2016) sebagai berikut:
1. Penatalaksanaan Farmakologi
a. Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
b. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang
c. Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
d. Kebutuhan cairan parenteral Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam Berat badan
15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
e. Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
f. Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.
g. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata
laksana syok terkompensasi (compensated shock).
2. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok
a. Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra
nasal.
b. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
c. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
d. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi
darah/komponen.
e. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
f. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak
daripada pemberian yang terlalu sedikit.
8
3. Penatalaksanaan Non Farmakologi
a. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup,
susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
muntah/diare
b. Istirahat yang cukup
c. Kompres air hangat

Menurut Lestari (2016) terdapat penatalaksanaan DFH yang dapat dilakukan


berdasarkan adanya renjatan atau tidak ada renjatan, yaitu sebagai berikut :
a. DHF dengan tidak adanya renjatan
Pada kasus DHF terdapat rasa haus dan dehidrasi yang diakibatkan oleh
demam yang tinggi, anoreksia serta muntah. Karena hal ini pasien harus
banyak minum kurang lebih 1,5 liter/24 jam. Minuman dapat berupa air teh
atau sirup. Panas juga dapat di kompres menggunakan air hangat. Pemberian
infus dilakukan apabila klien:
1. Muntah dan sulit makan per oral. Serta muntah tersebut dapat
menimbulkan terjadinya dehidrasi dan asidosis.
2. Tingginya nilai hematokrit
b. DHF dengan renjatan
Untuk mengatasi renjatan tersebut dengan memberikan cairan Ringer Laktat
atau RL. Pada pasien dengan adanya renjayan berat, infus diberikan dengan
cara diguyur. Jika renjatan telah teratasi, kecepatan tetesan dikurangi menjadi
10 ml/kgBB/jam.

9
1.8 Pathway DHF

10
11
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Identitas
Nama, usia, alamat, agama, suku, no rekam medik, DHF dapat
menyerang orang dewasa maupun anak-anak terutama berumur <15
tahun yang tinggal di daerah Asia dengan iklim tropic
2. Keluhan utama
Klien biasanya mengalam demam
3. Riwayat penyakit sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan
tanda lemah, kaki dan kulit, teraba dingin dan lembab, demam disertai
lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi, kepal dan perut.
4. Riwayat Penyakit terdahulu
Pasien yang pernah mengalami DHF bisa terulang kembali.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga juga dapat mengalami hal yang sama apabila mengalami
gejala-gejala DHF
6. Riwayat kesehatan keluarga
Area atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak
genanagan air, vas dan barang bekas lainnya yang memicu terjadi
pekembangan nyamuh DHF ini.
7. ADL
a. Nutrisi : klien mengalami mual, munta, anoreksia
b. Aktifitas : adakah penurunan kemampuan melakukan aktivitas
fisik selamasakit
c. Istirahat tidur : klien dapat merasakan gangguan pola tidur hal
inidisebebkan oleh badan terasa panas, sakit kepa dan nyeri
d. Eliminasi : apat terjadi diare/ konstipasi
e. Personal hygiene: meraskan pegel diseluruh tubuh, panas dan
dapatmeningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri

12
8. Pemeriksaan
a) Keadaan umum : suhu tubuh meningkat (40oC) hipotensi, nadi cepat
danlemah
b) Kulit : terdapat bitnik kemerahan pada kulit
c) Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan gusi
d) Dada: nyeri tekan epigastric, nafas cepat dans erring berat
e) Abdomen : klien mengalami rasa sakit di area abdomen
f) Anus / Gnetalia : terjadinya gangguan yaitu diare/ konstipasi
g) Ektermitas bawah : ektermitas teraba dingin, sianosis

B. Diagnosa

1. Hipertermia b.d respon peradangan dari reaksi antibody terhadap re-


infectionoleh virus dengue
2. Nyeri akut b.d iritasi terhadap ujung-ujung saraf oleh asam laktat karena
penimbunan asam laktat di jaringan
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan dan energi berkurang akibat
metabolismanaerob karena suplai O2 ke jaringan tidak adekuat
4. Risiko defisit nutrisi b.d intake nutrisi kurang karena anoreksia serta
mualdan muntah
5. Risiko ketidakseimbangan elektrolit b.d mual dan muntah karena stimulasi
medulla vomiting akibat dari respon peradangan

13
C. Perencanaan/Nursing Care Plan
No. Diagnosis SLKI SIKI
Keperawatan
1. (D.0130) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Hipertermia (1.15506)
Hipertermia jam diharapkan termoregulasi membaik dengan Observasi
kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
Termoregulasi (L.14134) Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
Skor saat Skor yang penggunaan inkubator)
Indikator ini ingin dicapai 2. Monitor suhu tubuh
Menggigil 1 5 3. Monitor kadar elektrolit
Kulit merah 1 5 Terapeutik
Suhu tubuh 1 5 4. Sediakan lingkungan yang dingin
Kadar glukosa darah 1 5 5. Longgarkan atau lepaskan pakaian
Tekanan darah 1 5 6. Berikan cairan oral
7. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
Keterangan skor: Selimut hipotermia atau kompres dingin
1. Meningkat pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
2. Cukup meningkat Edukasi
3. Sedang 8. Anjurkan tirah baring
4. Cukup menurun Kolaborasi
5. Menurun 9. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang

14
4. Cukup membaik
5. Membaik

2. (D.0077) Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Nyeri (1.08238)
jam diharapkan nyeri dengan kriteria hasil: Observasi
Tingkat Nyeri (L.08066) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Skor saat Skor yang frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Indikator ini ingin 2. Identifikasi skala nyeri
dicapai 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Gelisah 1 5 4. Identifikasi faktor yang memperberat
Kesulitan tidur 1 5 dan memperingan nyeri
Muntah 1 5 Terapeutik
Mual 1 5 5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Keterangan skor: 6. Kontrol lingkungan yang memperberat
1. Menurun rasa nyeri
2. Cukup menurun 7. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Sedang Edukasi
4. Cukup meningkat 8. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
5. Meningkat nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
10. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian analgetic, jika
perlu

15
3. (D.0056) Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Energi (1.05178)
aktivitas jam diharapkan toleransi aktivitas sesuai dengan Observasi
kriteria hasil: 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Toleransi Aktivitas (L.05047) mengakibatkan kelelahan
Skor saat Skor yang 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Indikator ini ingin dicapai 3. Monitor pola dan jam tidur
Frekuensi nadi 1 5 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
Kemudahan dalam 1 5 selama melakukan intervensi
melakukan aktivitas Terapeutik
seari-hari 5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
Kekuatan tubuh 1 5 stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
bagian atas 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif
Kekuatan tubuh 1 5 dan/atau aktif
bagian bawah 7. Berikan aktivitas distraksi yang
Keterangan skor: menenangkan
1. Menurun Edukasi
2. Cukup menurun 8. Anjurkan tirah baring
3. Sedang 9. Anjurkan melakukan aktifitas secara
4. Cukup meningkat bertahap
5. Meningkat Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

16
4. (D.0032) Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Nutrisi (1.03119)
defisit nutrisi jam diharapkan status nutrisi sesuai dengan kriteria Observasi
hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
Status Nutrisi (L.03030) 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
Skor saat Skor yang makanan
Indikator ini ingin dicapai 3. Identifikasi makanan yang disukai
Porsi makanan yang 1 5 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
dihabiskan nutrient
Kekuatan otot 1 5 5. Monitor asupan makanan
pengunyah 6. Monitor berat badan
Kekuatan otot 1 5 7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
menelan Terapeutik
8. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
Keterangan skor: jika perlu
1. Menurun 9. Sajikan makanan secara menarik dan
2. Cukup menurun suhu yang sesuai
3. Sedang 10. Berikan makanan tinggi serat untuk
4. Cukup meningkat mencegah konstipasi
5. Meningkat 11. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
Edukasi
12. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan, jika perlu
14. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

17
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

5. (D.0037) Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Pemantauan Cairan (1.03121)
ketidakseimbangan jam diharapkan keseimbangan cairan sesuai dengan Observasi
elektrolit kriteria hasil: 1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Keseimbangan Cairan (L.03020) 2. Monitor frekuensi napas
Skor saat Skor 3. Monitor tekanan darah
Indikator ini yang 4. Monitor berat badan
ingin 5. Monitor elastisitas atau turgor kulit
dicapai 6. Monitor jumlah, warna dan berat jenis
Asupan cairan 1 5 urin
Haluaran urin 1 5 7. Monitor intake dan output cairan
Kelembaban 1 5 Terapeutik
membrane mukosa 8. Atur interval waktu pemantauan sesuai
Asupan makanan 1 5 dengan kondisi pasien
9. Dokumentasikan hasil pemantauan
Keterangan skor: Edukasi
1. Menurun 10. Jelaskan tujuan dan prosedur
2. Cukup menurun pemantauan
3. Sedang 11. Informasikan hasil pemantauan, jika
4. Cukup meningkat perlu
5. Meningkat

18
DAFTAR PUSTAKA

Candra, A., S. Pengajar, B. Ilmu, G. Fakultas, dan K. Universitas. 2019. Asupan gizi
dan penyakit demam berdarah/ dengue hemoragic fever (dhf). Asupan Gizi Dan
Penyakit Demam Berdarah/ Dengue Hemoragic Fever (Dhf). 7(2):23–31.
Dania, I. A. 2016. Gambaran penyakit dan vektor demam berdarah dengue (dbd).
Jurnal Warta. 48(April):1829–7463.
Jayawinata, M., M. Rusli, dan S. Yotopranoto. 2017. Hubungan perubahan jumlah
leukosit dengan derajat klinik penderita rawat inap dbd dewasa. JUXTA: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga. 9(1):14–19.
Khadijah, A. N. dan I. M. G. D. L. U. Utama. 2017. Gambaran gejala klinis demam
berdarah dengue pada anak di rsup sanglah, denpasar selama bulan januari-
desember 2013. E-Jurnal Medika. 6(11):92–97.
Leovani, V., L. P. Sembiring, dan Wiranto. 2013. Gambaran klinis dan komplikasi
pasien demam berdarah dengue derajat iii dan iv di bagian penyakit dalam rsud
arifin achmad provinsi riau periode 1 januari 2012–31 desember 2013. Journal of
Chemical Information and Modeling. 53(9):1689–1699.
Lestari, Titik, 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika

Mayo Clinic. 2020. Dengue Fever. https://www.mayoclinic.org/diseases-


conditions/dengue-fever/symptoms-causes/syc-20353078 [Diakses
pada 10 Februari 2021].
Nisa, W. D., H. Notoatmojo, dan A. Rohmani. 2013. Karakteristik demam berdarah
dengue pada anak di rumah sakit roemani semarang. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah. 1(2):93–98.
Srinivas, V. dan V. R. Srinivas. 2015. Dengue fever: a review article. Journal of
Evolution of Medical and Dental Sciences. 4(29):5048–5058.
Wanti, R. Yudhastuti, H. B. Notobroto, S. Subekti, O. Sila, R. H. Kristina, dan F.
Dwirahmadi. 2019. Dengue hemorrhagic fever and house conditions in kupang
city, east nusa tenggara province. Kesmas. 13(4):177–182.

19

Anda mungkin juga menyukai