Oleh:
Erwindyah Nur Widiyanti
NIM 212311101039
2
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
3
1.2 Klasifikasi DHF
Derajat keparahan untuk DHF dapat diklasifikasikan menjadi 4 menurut
(Jayawinata dkk., 2017) sebagai berikut:
1. Grade I : Demam yang disertai dengan gejala yang tidak spesifik, satu-satunya
manifestasi hemoragik adalah dengan cara tes tourniquet positif dan terlihat
mudah memar.
2. Grade II : Perdarahan spontan disamping manisfestasi klien grade 1 biasanya
terjadinya perdarahan yang terjadi di kulit.
3. Grade III : terjadinya kegagalan peredaran darah dimanifestasikan oleh denyut
nadi yang cepat dan lemah serta penyempitan tekanan nadi atau hipotensi dengan
adanya kulit dingin, lembab, dan gelisah.
4. Grade IV : Syok hebat disertai dengan tekanan darah atau denyut nadi tidak
terdeteksi.
4
yang berbeda dalam waktu yang diperkirakan antara 6- 5 tahun. (Srinivas dan
Srinivas, 2015).
Virus dengue yang sudah masuk ke dalam tubuh penderita akan menimbulkan
viremia. Hal ini akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus
sehingga dapat menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin)
terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia dapat menyebabkan pelebaran pada
dinding pembuluh darah yang berakibat perpindahan cairan dan plasma dari
intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia.
Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai
reaksi dari antibodi dalam melawan virus Pada pasien dengan trombositopenia
terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di
mulut. Hal ini mengakibatkan kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan
mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut bisa menimbulkan perdarahan dan
jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi
adalah viremia yang mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit,
hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah
bening, pembesaran hati (hepatomegali). Kemudian virus bereaksi dengan antibodi
dan terbentuklah kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi
sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran
plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai hematokrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Adanya kebocoran plasma ke
daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam
rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura, dan pericardium yang pada otopsi
ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
5
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik (Candra dkk., 2019).
6
10. Oliguria
11. Hematokrit meningkat secara tiba-tiba atau hematokrit terus meningkat meskipun
telah diberikan cairan
12. Penyempitan tekanan nadi (20 mmHg (2,7 kPa)).
13. Hipotensi (Temuan terlambat yang menunjukkan syok yang tidak dikoreksi).
7
1.7 Penatalaksanaan DHF
Penatalaksaan DHF menurut Hospital Care for Children (2016) sebagai berikut:
1. Penatalaksanaan Farmakologi
a. Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
b. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang
c. Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
d. Kebutuhan cairan parenteral Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam Berat badan
15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
e. Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
f. Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.
g. Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata
laksana syok terkompensasi (compensated shock).
2. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok
a. Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra
nasal.
b. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
c. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
d. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi
darah/komponen.
e. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
f. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak
daripada pemberian yang terlalu sedikit.
8
3. Penatalaksanaan Non Farmakologi
a. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup,
susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
muntah/diare
b. Istirahat yang cukup
c. Kompres air hangat
9
1.8 Pathway DHF
10
11
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama, usia, alamat, agama, suku, no rekam medik, DHF dapat
menyerang orang dewasa maupun anak-anak terutama berumur <15
tahun yang tinggal di daerah Asia dengan iklim tropic
2. Keluhan utama
Klien biasanya mengalam demam
3. Riwayat penyakit sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan
tanda lemah, kaki dan kulit, teraba dingin dan lembab, demam disertai
lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi, kepal dan perut.
4. Riwayat Penyakit terdahulu
Pasien yang pernah mengalami DHF bisa terulang kembali.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga juga dapat mengalami hal yang sama apabila mengalami
gejala-gejala DHF
6. Riwayat kesehatan keluarga
Area atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak
genanagan air, vas dan barang bekas lainnya yang memicu terjadi
pekembangan nyamuh DHF ini.
7. ADL
a. Nutrisi : klien mengalami mual, munta, anoreksia
b. Aktifitas : adakah penurunan kemampuan melakukan aktivitas
fisik selamasakit
c. Istirahat tidur : klien dapat merasakan gangguan pola tidur hal
inidisebebkan oleh badan terasa panas, sakit kepa dan nyeri
d. Eliminasi : apat terjadi diare/ konstipasi
e. Personal hygiene: meraskan pegel diseluruh tubuh, panas dan
dapatmeningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri
12
8. Pemeriksaan
a) Keadaan umum : suhu tubuh meningkat (40oC) hipotensi, nadi cepat
danlemah
b) Kulit : terdapat bitnik kemerahan pada kulit
c) Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan gusi
d) Dada: nyeri tekan epigastric, nafas cepat dans erring berat
e) Abdomen : klien mengalami rasa sakit di area abdomen
f) Anus / Gnetalia : terjadinya gangguan yaitu diare/ konstipasi
g) Ektermitas bawah : ektermitas teraba dingin, sianosis
B. Diagnosa
13
C. Perencanaan/Nursing Care Plan
No. Diagnosis SLKI SIKI
Keperawatan
1. (D.0130) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Hipertermia (1.15506)
Hipertermia jam diharapkan termoregulasi membaik dengan Observasi
kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
Termoregulasi (L.14134) Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
Skor saat Skor yang penggunaan inkubator)
Indikator ini ingin dicapai 2. Monitor suhu tubuh
Menggigil 1 5 3. Monitor kadar elektrolit
Kulit merah 1 5 Terapeutik
Suhu tubuh 1 5 4. Sediakan lingkungan yang dingin
Kadar glukosa darah 1 5 5. Longgarkan atau lepaskan pakaian
Tekanan darah 1 5 6. Berikan cairan oral
7. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
Keterangan skor: Selimut hipotermia atau kompres dingin
1. Meningkat pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
2. Cukup meningkat Edukasi
3. Sedang 8. Anjurkan tirah baring
4. Cukup menurun Kolaborasi
5. Menurun 9. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
14
4. Cukup membaik
5. Membaik
2. (D.0077) Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Nyeri (1.08238)
jam diharapkan nyeri dengan kriteria hasil: Observasi
Tingkat Nyeri (L.08066) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Skor saat Skor yang frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Indikator ini ingin 2. Identifikasi skala nyeri
dicapai 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Gelisah 1 5 4. Identifikasi faktor yang memperberat
Kesulitan tidur 1 5 dan memperingan nyeri
Muntah 1 5 Terapeutik
Mual 1 5 5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Keterangan skor: 6. Kontrol lingkungan yang memperberat
1. Menurun rasa nyeri
2. Cukup menurun 7. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Sedang Edukasi
4. Cukup meningkat 8. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
5. Meningkat nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
10. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian analgetic, jika
perlu
15
3. (D.0056) Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Energi (1.05178)
aktivitas jam diharapkan toleransi aktivitas sesuai dengan Observasi
kriteria hasil: 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Toleransi Aktivitas (L.05047) mengakibatkan kelelahan
Skor saat Skor yang 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Indikator ini ingin dicapai 3. Monitor pola dan jam tidur
Frekuensi nadi 1 5 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
Kemudahan dalam 1 5 selama melakukan intervensi
melakukan aktivitas Terapeutik
seari-hari 5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
Kekuatan tubuh 1 5 stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
bagian atas 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif
Kekuatan tubuh 1 5 dan/atau aktif
bagian bawah 7. Berikan aktivitas distraksi yang
Keterangan skor: menenangkan
1. Menurun Edukasi
2. Cukup menurun 8. Anjurkan tirah baring
3. Sedang 9. Anjurkan melakukan aktifitas secara
4. Cukup meningkat bertahap
5. Meningkat Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
16
4. (D.0032) Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Nutrisi (1.03119)
defisit nutrisi jam diharapkan status nutrisi sesuai dengan kriteria Observasi
hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
Status Nutrisi (L.03030) 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
Skor saat Skor yang makanan
Indikator ini ingin dicapai 3. Identifikasi makanan yang disukai
Porsi makanan yang 1 5 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
dihabiskan nutrient
Kekuatan otot 1 5 5. Monitor asupan makanan
pengunyah 6. Monitor berat badan
Kekuatan otot 1 5 7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
menelan Terapeutik
8. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
Keterangan skor: jika perlu
1. Menurun 9. Sajikan makanan secara menarik dan
2. Cukup menurun suhu yang sesuai
3. Sedang 10. Berikan makanan tinggi serat untuk
4. Cukup meningkat mencegah konstipasi
5. Meningkat 11. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
Edukasi
12. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan, jika perlu
14. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
17
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
5. (D.0037) Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Pemantauan Cairan (1.03121)
ketidakseimbangan jam diharapkan keseimbangan cairan sesuai dengan Observasi
elektrolit kriteria hasil: 1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Keseimbangan Cairan (L.03020) 2. Monitor frekuensi napas
Skor saat Skor 3. Monitor tekanan darah
Indikator ini yang 4. Monitor berat badan
ingin 5. Monitor elastisitas atau turgor kulit
dicapai 6. Monitor jumlah, warna dan berat jenis
Asupan cairan 1 5 urin
Haluaran urin 1 5 7. Monitor intake dan output cairan
Kelembaban 1 5 Terapeutik
membrane mukosa 8. Atur interval waktu pemantauan sesuai
Asupan makanan 1 5 dengan kondisi pasien
9. Dokumentasikan hasil pemantauan
Keterangan skor: Edukasi
1. Menurun 10. Jelaskan tujuan dan prosedur
2. Cukup menurun pemantauan
3. Sedang 11. Informasikan hasil pemantauan, jika
4. Cukup meningkat perlu
5. Meningkat
18
DAFTAR PUSTAKA
Candra, A., S. Pengajar, B. Ilmu, G. Fakultas, dan K. Universitas. 2019. Asupan gizi
dan penyakit demam berdarah/ dengue hemoragic fever (dhf). Asupan Gizi Dan
Penyakit Demam Berdarah/ Dengue Hemoragic Fever (Dhf). 7(2):23–31.
Dania, I. A. 2016. Gambaran penyakit dan vektor demam berdarah dengue (dbd).
Jurnal Warta. 48(April):1829–7463.
Jayawinata, M., M. Rusli, dan S. Yotopranoto. 2017. Hubungan perubahan jumlah
leukosit dengan derajat klinik penderita rawat inap dbd dewasa. JUXTA: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga. 9(1):14–19.
Khadijah, A. N. dan I. M. G. D. L. U. Utama. 2017. Gambaran gejala klinis demam
berdarah dengue pada anak di rsup sanglah, denpasar selama bulan januari-
desember 2013. E-Jurnal Medika. 6(11):92–97.
Leovani, V., L. P. Sembiring, dan Wiranto. 2013. Gambaran klinis dan komplikasi
pasien demam berdarah dengue derajat iii dan iv di bagian penyakit dalam rsud
arifin achmad provinsi riau periode 1 januari 2012–31 desember 2013. Journal of
Chemical Information and Modeling. 53(9):1689–1699.
Lestari, Titik, 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
19