LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM HEMORHAGIC FEVER (DHF)
Disusun Oleh:
ISLAMIAH
70900120036
(...........................................) (...........................................)
SAMPUL
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
A. Anatomi Fisiologis.....................................................................................
B. Defisini.......................................................................................................
C. Klasifikasi..................................................................................................
D. Etiologi.......................................................................................................
E. Patofisiologi...............................................................................................
F. Manifestasi Klinis......................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................
H. Komplikasi.................................................................................................
I. Penatalaksanaan.........................................................................................
A. Pengkajian..................................................................................................
C. Perencanaan...............................................................................................
D. Penyimpangan KDM..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
KONSEP MEDIS.
A. PENGERTIAN
Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi virus akut
yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus,
genus flavivirus, famili flaviviridae. DHF ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes spp, aedes aegypti, dan aedes albopictus merupakan vektor utama
penyakit DHF. Penyakit DHF dapat muncul sepanjang tahun dan dapat
menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat (Dinkes, 2015).
Demam berdarah adalah penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk
yang dengan cepat menyebar di seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun
terakhir. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies
Aedes aegypti dan, pada tingkat yang lebih rendah, Ae. albopictus.dll
Nyamuk ini juga merupakan vektor dari chikungunya, demam kuning dan
virus Zika. Demam berdarah tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan
variasi risiko lokal dipengaruhi oleh curah hujan, suhu, kelembaban relatif
dan urbanisasi cepat yang tidak direncanakan (WHO,2018)
DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus)
yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk edes aegepty (suriadi &
rita yuliani, 2010). Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam
akut yang ditandai dengan empa gejala klinis utama yaitu demam tinggi,
perdarahan, hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul
rejatan (sndrom rejatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plsma yang
dapat menyebabkan kematian (Padila, 2013).
Penyakit DBD mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan
sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganan
yang terlambat. Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue
hemoragic fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue, dan dengue
shock sindrom (DDS) (Widoyono, 2018).
B. ETIOLOGI
Virus dengue termasuk grup B arthropod borne virus (arboviruses) dan
sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, family Flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4x 106 (Widoyono, 2018).
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.
Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan
serotype terbanyak. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan
antibody seumur hidup terhadap serotype yang bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotype yang lain. Seseorang yang tinggal di daerah
endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4 serotipe selama
hidupnya.
C. KLASIFIKASI
WHO dalam buku Nurarif Kusuma (2015) membagi DBD/DHF menjadi 4
derajat, yaitu sebagai berikut :
1. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi
perdarahan (uji tourniquiet positif).
2. Derajat II : Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan
perdarahan lain.
3. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun.
4. Derajat IV : Terdapat Dengue Shock Sindrome (DSS) dengan nadi tak
teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
D. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di
hipotalamus sehingga menyebabkan ( pelepasan zat bradikinin, serotinin,
trombin, Histamin) terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia
menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan
perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang
menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari,
penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus
(Murwani, 2011).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit
seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan
adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme
hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan
jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa virus dengue
inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari (Soegijanto, 2016).
Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi adalah viremia
yang mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit,
hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya
untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler.
Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta
efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Noersalam,
2015).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga
peritonium, pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi
cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung, sebaliknya
jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan
timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera
diatasi dengan baik (Murwani, 2011).
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah :
1. Demam.
Demam tinggi sampai 40 derajat C dan mendadak, Demam terjadi secara
mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu
normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala –
gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung ,
nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat
menyetainya.
2. Perdarahan.
Uji tourniquet positif h. Perdarahan, petekia, epitaksis, perdarahan massif.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan
umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif
mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia ( bintik-bintik
merah akibat perdarahan intradermak/submukosa ) purpura ( perdarahan di
kulit ), epistaksis ( mimisan ),dan perdarahan gusi. Perdarahan ringan
hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis, dan melena ( tinja berwarna hitam karena
adanya perdarahan).
3. Anoreksia
4. Mual muntah
5. Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
6. Nyeri kepala
7. Nyeri otot dan sendi
8. Trombositopenia (< 100.000/ mm3 )
9. Hepatomegali : Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba
kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada
penderita.
10. Renjatan (Syok) : Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak
sakitnya penderita, dimulai dengan tanda–tanda kegagalan sirkulasi yaitu
kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta
sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka
biasanya menunjukan prognosis yg buruk.
WHO memberikan pedoman untuk membantu menegakkan diagnosis
demam berdarah secara dini disamping menentukan derajat beratnya penyakit
klinis :
1. Demam mendadak tinggi
2. Perdarahan (termasuk uji rumpelleede +) seperti: petechie, epistaksis,
hematemesis dan melena
3. Hepatomegali
4. Syok: nadi kecil dan cepat dengan tekanan darah turun atau hipotensi
disertai gelisah dan akral dingin
Manifestasi klinis infeksi virus dengue sangat luas dapat bersifat
asimptomatik/ tak bergejala, demam yang tidak khas/ sulit dibedakan dengan
infeksi virus lain.
F. KOMPLIKASI
Menurut WHO (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut:
1. Gagal ginjal.
2. Efusi pleura.
3. Hepatomegali.
4. Gagal jantung
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemakonsentrasi Laboratorium
(Murwani, 2011).
1. Trombositopenia (< 100.000/mm3)
2. Hemokonsentrasi (kadar Ht > 20% dari normal)
3. Air Seni, mungkin ditemukan albuminnya ringan
4. Uji Serologi memakai serum ganda yaitu:serum diambil pada masa akut
dan konvalesen yaitu uji peningkatan komplemen (PK), uji netralisasi
(MT), dan uji dengue Blok. Pada uji ini dicari kenaikan antibodi
(antidengue) minimal 4x
5. Isolasi virus, yang diperiksa adalah darah Klien dan jaringan
H. PENCEGAHAN
Menurut (WHO, 2018) pencegahan pada Dengue Haemorhagic Fever
(DHF) diantaranya yaitu :
1. Mencegah nyamuk mengakses habitat bertelur dengan pengelolaan dan
modifikasi lingkungan
2. Membuang limbah padat dengan benar dan menghilangkan habitat buatan
manusia yang dapat menampung air
3. Menutup, mengosongkan dan membersihkan wadah penyimpanan air
rumah tangga setiap minggu
4. Menerapkan insektisida yang tepat ke wadah luar penyimpanan air
5. Perlindungan pribadi dari gigitan nyamuk:
6. Penggunaan tindakan perlindungan rumah pribadi, seperti layar jendela,
penolak, bahan insektisida, gulungan dan alat penguap. Tindakan ini harus
dilakukan pada siang hari baik di dalam maupun di luar rumah (misalnya :
di tempat kerja / sekolah) karena vektor utama nyamuk menggigit
sepanjang hari
7. Mengenakan pakaian yang meminimalkan paparan kulit terhadap nyamuk
disarankan
8. Mendidik masyarakat tentang risiko penyakit yang ditularkan oleh nyamuk
9. Terlibat dengan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi dan mobilisasi
pengendalian vektor berkelanjutan.
I. PENATALAKSANAAN
Adapun penatalaksaan yaitu (Murwani, 2011).:
1. Untuk penderita tersangka DF / DHF sebaiknya dirawat dikamar yang
bebas nyamuk (berkelambu) untuk membatasi penyebaran. Perawatan
kita berikan sesuai dengan masalah yang ada pada penderita sesuai
dengan beratnya penyakit.
a. Derajat I: terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan
elektrolit karena adanya muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman
karena demam, nyeri epigastrium, dan perputaran bola mata.
Perawat: istirahat baring, makanan lunak (bila belum ada nafsu
makan dianjurkan minum yang banyak 1500-2000cc/hari), diberi
kompre dingin, memantau keadaan umum, suhu, tensi, nadi dan
perdarahan, diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit, pemberian obat-
obat antipiretik dan antibiotik bila dikuatirkan akan terjadi infeksi
sekunder
b. Derajat II: peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan
hemaesis.
Perawat: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon
sementara, bila penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk
lemak tetapi bila terjadi hematemesis harus dipuaskan dulu,
mengatur posisi kepala dimiringkan agar tidak terjadi aspirasi, bila
perut kembung besar dipasang maag slang, sedapat mungkin
membatasi terjadi pendarahan, jangan sering ditusuk, pengobatan
diberikan sesuai dengan intruksi dokter, perhatikan teknik-teknik
pemasangan infus, jangan menambah pendarahan, tetap diobservasi
keadaan umum, suhu, nadi, tensi dan pendarahannya, semua
kejadian dicatat dalam catatan keperawatan, bila keadaan memburuk
segera lapor dokter.
c. Derajat III: terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung
menurun, penderita mengalami pre shock/ shock.
Perawatan: mengatur posisi tidur penderita, tidurkan dengan posisi
terlentang denan kepala extensi, membuka jalan nafas dengan cara
pakaian yang ketat dilonggarkan, bila ada lender dibersihkan dari
mulut dan hidung, beri oksigen, diawasi terus-meneris dan jangan
ditinggal pergi, kalau pendarahan banyak (Hb turun) mungkin
berikan transfusi atas izin dokter, bila penderita tidak sadar diatur
selang selin perhatian kebersihan kulit juga pakaian bersih dan
kering.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
1) Menggunakan insektisida
Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam
berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk
dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik
(larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan
pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate)
ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes
yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang
digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.
2) Tanpa insektisida
Caranya adalah: Menguras bak mandi, tempayan dan tempat
penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur
nyamuk lamanya 7 – 10 hari); Menutup tempat penampungan air
rapat-rapat; Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas,
botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk
bersarang.
Menurut WHO , 2016:
1. DBD derajat I
a. Minum banyak (1,5-2 liter perhari)
b. Kompres hangat
c. Jika klien muntah-muntah infus RL / Asering.
2. DBD derajat II
a. Minum banyak (1,5-2 liter perhari)
b. Infus RL / Asering
3. DBD derajat III
a. Infus RL /Asering 20 ml atau 20 cc/kg/BB/jam
4. DBD derajat IV
a. Infus RL / Asering tetapi diguyur atau dicor terlebih dahulu sampai
nadi teraba dan tekanan darah sudah mulai terukur
b. Bila ada panas atau demam berikan kompres hangat dan paracetamol
c. Bila ada perdarahan, tes Hb, jika Hb < 10 berikan PRC(Pack Red
Cell/Eritrosit) sampai Hb lebih dari 10.
d. Bila terdapat infeksi sekunder atau renjatan yang berulang-ulang
berikan antibiotik
e. Bila terjadi kesadaran menurun dengan kejang-kejang berikan
dexamethasone
J. PATHWAY
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien : Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-
anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan,
nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan Utama : Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk
datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Didapatkan adanya keluhan panas mendadak
yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran composmentis.
Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 sampai ke-7, dan anak semakin
lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan,
mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau
hematesis.
4. Riwayat penyakit dahulu : Penyakit apa saja yang pernah diderita pada
DHF, anak bisa mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang
lain.
5. Riwayat penyakit keluarga : Penyakit apa saja yang pernah di derita sama
keluarga klien
6. Riwayat imunisasi : Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemungkinan timbulnya komplikasi dapat dihindari
7. Riwayat gizi Status gizi : Anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua
anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
terdapat faktor predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering
mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak akan mengalami penurunan berat badan sehingga
status gizinya menjadi kurang.
8. Kondisi lingkungan : Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang mengenang dan
gantungan baju di kamar).
9. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami
diar/konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi
hematuria.
d. Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan
kuantitas tidur maupun istirahat kurang.
e. Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang
nyamuk aedes aegypti.
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
10. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum :
a. Grade :
a) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-
tanda vital dan nadi lemah.
b) Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
c) Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
d) Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit.
b. Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII), nadi
tidak teraba (grade IV), tekanan darah menurun ( sistolik menurun
sampai 80mmHg atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC)
c. Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala terasa
nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
d. Mata Konjungtiva anemis
e. Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
gradeII,III, IV.
f. Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada
serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
g. Mulut : Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan hyperemia
pharing.
h. Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami
pembesaran
i. Dada / thorak
I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada
paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, danIV.
j. Abdomen
I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Pal :Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
Per : Terdengar redup
A : Adanya penurunan bising usus
k. Integument : Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan
melakukan uji tourniquet. Turgor kuit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan
terlebih dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan
24 tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat ukur yang dipasang
pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan
timbulnya petekie di bagian volarlenga bawah (Soedarmo,2008).
l. Genitalia Biasanya tidak ada masalah
m. Ekstremitas : Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang.
Pada kuku sianosis/tidak
11. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).
b. Trobositopenia (< dari 100.000/ml).
c. Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).
d. Ig. D. dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
f. Urium dan pH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah.
h. SGOT / SGPT mungkin meningkat.
B. Diagnosis keperawatan
1. Nyeri Akut
a. Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI,2016)
b. Penyebab (PPNI,2016).
1) Agen pencedera fisiologis (mis., inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis., terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan
fisik berlebihan)
2. Hipertermi
a. Defenisi : Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
b. Penyebab :
a) Dehidrasi
b) Terpapar lingkungan panas
c) Proses penyakit (mis : infeksi, kanker)
d) Ketidaksesuaian pakaian dengan susu lingkungan
e) Peningkatan laju metabolisme
f) Respon trauma
g) Aktivitas berlebihan
h) Penggunaan inkubator
3. Hipovolemia
a. Defenisi : Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisiel,
dan atau intraseluler
b. Penyebab
a) Kehilangan cairan aktif
b) Kegagalan mekanisme regulasi
c) Peningkatan permeabilitas kapiler
d) Kekurangan intake cairan
e) Evaporasi
4. Defisit pengetahuan
a. Definisi: keadaan atau kurangnya informasi kognitif yang
berkaitan dengan topic tertentu.
b. Penyebab
a) Keterbatasan kognitif
b) Gangguan fungsi kognitif
c) Kekeliruan mengikuti anjuran
d) Kurang terpapar informasi
e) Kurang minat dalam belajar
f) Kurang mampu mengingat
g) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
5. Risiko syok
a. Defenisi : beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke
jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler
yang mengancam jiwa
b. Faktor risiko
a) Hipoksemia
b) Hipoksia
c) Kekurangan volume cairan
d) Sepsis
e) Sindrom inflamasi sistemik
C. Intervensi dan Rasional
Diangnosa Luaran
N Intervensi Rasional
Keperawatan Keperawatan
O
ketidaknyamanan
c. Edukasi
(cukup menurun) 5
(menurun)
e. Takikardia : 1
(meningkat) 2
(cukup menigkat)
3 (sedang) 4
(cukup menurun) 5
(menurun)
f. Suhu tubuh : 1
(memburuk 2
(cukup memburuk)
3 (sedang) 4
(cukup membaik)
5 (membaik)
g. Suhu kulit : 1
(memburuk 2
(cukup memburuk)
3 (sedang) 4
(cukup membaik)
5 (membaik)
(SLKI, 2019)
3 Hipovolemia Status Cairan membaik Manajemen Hipovolemia
darah meningkat
pasien
Kolaborasi
kebutuhan pasien
Hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%
kebutuhan pasien
4 Defisit Pengetahuan Edukasi kesehatan
c. Perilaku sesuai 1) Sediakan materi dan media pendidikan 1. Sebagai bahan penyampaian
yang keliru terhadap 1) Jelaskan faktor resiko yang dapat 1. Memberikan informasi terkait
masalah menurun mempengaruhi kesehatan penyakit yang di derita
kesehatan
untuk meningkatkan perilaku hidup bersih cara hidup bersih dan sehat
dan sehat
Kolaborasi alergen
3. Mencegah inflamasi
D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien
dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang
dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan
(Nursallam, 2011).
E. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
2. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.
BAB III
INTEGRASI KEILMUAN
ت َِوىS لْ يَ ْسSSَلْ هSSُ ًما يَّحْ َذ ُر ااْل ٰ ِخ َرةَ َويَرْ جُوْ ا َرحْ َمةَ َرب ٖ ِّۗه قSِاجدًا َّوقَ ۤا ِٕٕى
ِ ت ٰان َۤا َء الَّي ِْل َس
ٌ ِاَ َّم ْن ه َُو قَان
ِ الَّ ِذ ْينَ يَ ْعلَ ُموْ نَ َوالَّ ِذ ْينَ اَل يَ ْعلَ ُموْ نَ ۗ اِنَّ َما يَتَ َذ َّك ُر اُولُوا ااْل َ ْلبَا
ࣖب
Oleh :
ISLAMIAH
70900120036
( ) ( )
I. BIODATA
A. Identitas Klien
a. Nama inisial : An”Fr”
b. Tempat tanggal lahir/usia : 04 januari 2011/ 11 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Kristen
e. Tanggal masuk : 21 Juli 2021
f. Tanggal pengkajian : 23 Juli 2021
g. Diagnosa medik : DHF Gr II
h. Rencana terapi : RL 270 cc
: Ranitidin ½
: PCT
B. Identitas Orang tua
a. Ayah
Nama : Tn”A”
Usia : 35 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelayaran
Agama : Kristen
Alamat :Jl. Kerung-kerung Lr. 12
b. Ibu
Nama : Nn”D”
Usia : 33 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Kerung-kerung Lr. 12
b. Genogram :
GI
GII
? ? ?
35 33
GIII
14 11
Keterangan :
: perempuan x : meninggal
: keturunan : pasien
: menikah
G1 : Kakek dan nenek dari ayah pasien telah meninggal dunia akibat usia.
Kakek dari ibu pasien telah meninggal dunia akibat usia
G2 : Ayah pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ibu pasien
merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara.
G3 : Pasien merupakan anak ke kedua dari dua bersaudara dan saat ini sedang
menjalani perawatan di ruang perawatan anak. Pasien tinggal serumah dengan
orang tua.
Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi :
1. BCG : Lengkap
2. DPT (I,II,II) : Lengkap
3. Polio (I,II,III,IV) : Lengkap
4. Campak : Lengkap
5. Hepatitis : Lengkap
A. Apakah anak dan orangtua tinggal di : ibu pasien mengatakan bahwa anak
dan orang tua tinggal di rumah sendiri.
B. Lingkungan berada di : daerah perkotaan
C. Ibu pasien mengatakan bahwa tempat saat ini dekat dengan sekolah
anaknya.
D. Apakah ada tangga yang bisa membahayakan anak: Tidak ada
E. Hubungan antar anggota keluarga: Harmonis
F. Pengasuh anak: Orang tua
4. Riwayat Spriritual
A. Support system dalam keluarga : Ibu pasien mengatakan keluarga
membantu jika ada masalah yang dialami
B. Kegiatan keagamaan : Ibu pasien mengatakan anaknya aktif belajar
tentang agama dan selama di rumah sakit ibunya selalu membimbing
anaknya untuk berdoa untuk kesembuhannya.
5. Reaksi Hospitalisasi
A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
1. Mengapa ibu membawa anaknya ke RS: Ibu pasien mengatakan
membawa anaknya ke rumah sakit dengan alasan demam sudah 4 hari
dan demam tinggi dimalam hari yang disertai dengan mual dan muntah
terdapat darah yang keluar dari hidung serta muncul bercak merah di
lengan pasien.
2. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak: Ibu pasien
mengatakan bahwa dokter menjelaskan tentang penyakit yang dialami
pasien yaitu DHF.
3. Bagaimana perasaan orang tua saat ini: Ibu pasien mengatakan awalnya
sedikit cemas dengan keadaan anaknya yang mengalami demam
berhari-hari tapi tidak turun-turun namun setelah anaknya mendapatkan
perawatan di rumah sakit ibu sudah mulai merasa tenang.
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
1. Mengapa keluarga/orangtua membawa kamu ke RS? Ibu pasien
mengatakan alasannya yaitu karena pasien mengalami demam disertai
mual muntah dan serta ada darah yang keluar dari hidungnya.
2. Menurutmu apa penyebab kamu sakit? Pasien mengatakan kurang tahu
penyebab sakitnya.
3. Apakah dokter menceritakan keadaanmu? Pasien mengatakan bahwa
dokter menceritakan penyakitnya.
4. Bagaimanan rasanya dirawat di RS? Pasien mengatakan kurang nyaman
selama di rumah sakit.
6. Aktivitas Sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan Baik Baik
B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman Air Putih Air putih
2. Frekuensi minum +8 gelas perhari 4-6 gelas perhari
3. Kebutuhan cairan 2,1-2,4 Liter per hari 2,1-2,4 Liter per hari
D. Istirahat tidur
1. Jam tidur
a. Siang 1 jam/ hari 2 jam/ hari
E. Olahraga
F. Personal Hygine
1. Mandi
a. Cara Mandi sendiri Tidak pernah
b. Frekuensi 2 x sehari
b. Cara Sendiri
3. Gunting kuku
b. Cara Sendiri
4. Gosok gigi
2. Pengaturan jadwal harian Diatur oleh orang tua Diatur oleh petugas
kesehatan
H. Rekreasi
7. Pemeriksaan Fisik
9. Tes Diagnostik
A. Laboratorium
Klasifikasi Data
ANALISIS DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Ds: Proses penyakit Hipertermia
- Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya (D.0130)
demam di malam hari
Do:
- Tampak bercak merah di lengan pasien.
- Kulit teraba hangat
- Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100/60
Nadi : 98x/i
Suhu : 38℃
Pernapasan : 24x/i
2 Ds: Trombositopenia Resiko
- Pasien mengatakan sejak sakit pasien Pendarahan
sering merasa haus. ( D.0012)
- Pasien mengatakan sejak sakit, pasien
minum 4-6 gelas/hari.
- Ibu pasien mengatakan anaknya masih
mengelurkan darah dari hidungnya
Do:
- Pasien tampak lemah
- Konjungtiva tampak sedikit pucat.
- Bibir Nampak pucat
- Bibir tampak kering
3 Ds: Penurunan Defisit
- Pasien mengatakan belum pernah mandi motivasi/minat perawatan diri,
selama dirumah sakit : mandi &
- Pasien mengatakan sejak masuk rumah berhias
sakit belum pernah cuci rambut. (D.0109)
- Pasien mengatakan selama di RS belum
pernah potong kuku
Do:
- Kuku pasien tampak panjang dan kotor
- Rambut tampak kusam
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No Diagnosis Keperawatan
.
(D.0109)
INTEVENSI KEPERAWATAN
a. Memberikan kenyamanan
pada pasien
Kolaborasi
a. Mempercepat penurunan
suhu tubuh.
2. Resiko Setelah dilakukan tindakan Pantauan Tanda-Tanda Vital Pantauan Tanda-Tanda Vital
Pendarahan b.d. keperawatan diharapkan resiko
Observasi Observasi
Trombositopenia pendarahan menurun dengan
kriteria hasil: a. Monitor tekanan darah a. untuk mengetahuitekanan
( D.0012)
a. Membran mukosa b. Monitor nadi darah
lembab meningkat c. Monitor pernapasan b. untuk mengetahui nadi
b. Kelembapan kulit d. Monitor suhu tubuh meningkat atau menurun
meningkat e. Identifikasi penyebab perubahan c. untuk mengetahui
c. Keluhan nyeri menurun tanda vital pernapasan
d. untuk mengetahui suhu
Edukasi
tubuh
a. jelaskan tujuan dan prosedur e. untuk mengetahui
pemantauan penyebab perubahan tanda
vital
Edukasi
a. Untuk memandirikan
pasien
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Diagnosis Hari, Implementasi Evaluasi
. Keperawatan Tanggal/Jam
1. Hipertermia Jumat 23 Juli 2021 a. Mengukur suhu tubuh S : Ibu pasien mengatakan demam
15.00 Hasil : Suhu tubuh : 37,8℃ anaknya sudah menurun.
15.15 b. Memberikan kompres air hangat O : Suhu tubuh 37,5 ℃, badan teraba
Hasil : Suhu tubuh menurun menjadi hangat.
37,5℃ A : Masalah mulai teratasi
16.00 c. Memberikan antipiretik untuk P : Pertahankan intervensi
menurunkan suhu tubuh pasien a. Monitor suhu tubuh
Hasil :Pasien diberikan paracetamol b. berikan kompres air hangat
16.05 d. Menganjurkan pasien banyak minum c. Kolaborasi pemberian cairan
Hasil : Pasien diberikan minum dan pemberian antipiretik
16.08 e. Menganjurkan tirah baring d. Anjurkan tirah baring
Hasil : Pasien tampak tirah baring
Resiko Jumat 23 juni 2021 a. Monitor tekanan darah S : ibu pasien mengatakan anaknya
Pendarahan 18.00 Hasil :100/70 mmHg tidak demam lagi
18.02 b. Monitor nadi O : suhu tubuh 36.5 oC, pasien tampak
Hasil : 98 x/i masih lemah
18.05 c. Monitor pernapasan A : masalah teratasi
Hasil : 24 x/i P : Pertahankan intervensi
18.07 d. Monitor suhu tubuh a. Pantau Tanda-Tanda Vital
Hasil : 38 oC b. Identifikasi penyebab perubahan
18.09 e. Identifikasi penyebab perubahan tanda- tanda vital
tanda vital
Hasil : pasien mengalami penyakit
DBD sehingga tanda-tanda vital harus
terus terpantau
3 Defisit Sabtu 24 Juli 2021 a. Memonitor kebersihan dan kesehatan S : Pasien mengatakan kukunya sudah
perawatan diri 10.30 kuku bersih dan pendek.
Hasil : Kuku pasien nampak panjang
O : Kuku pasien ampak sudah bersih
dan kotor
10.35 b. Memberikan perawatan kuku pada dan pendek.
pasien yaitu memotong kuku pasien A : Masalah teratasi
Hasil : Kuku pasien pendek
10.40 P : Intervensi dihentikan
c. Menganjurkan memotong dan
membersihkan kuku secara rutin
Hasil : pasien dapat menemrima anjuran