Anda di halaman 1dari 8

Departemen Keperawatan Jiwa

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSIS MEDIK


HARGA DIRI RENDAH (HDR)

Oleh :

ISLAMIAH
70900120036

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVIII


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
A. Kasus (Masalah utama: Harga diri rendah)
1. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti
dan rendah diri berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri
sendiri dan kemampun diri [ CITATION Kel14 \l 1033 ].
Menurut Patricia D. Barry dalam Yosep & Sutini (2014), harga
diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima
dilingkungan dan gambaran-gambaran negative tentang dirinya.
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara
langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 2009 ).
2. Tanda dan gejala
a. Mengejek dan mengkritik diri
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri
sendiri
c. Mengalami gejala fisik, missal: tekanan darah tinggi, gangguan
penggunaan zat.
d. Menunda keputusan
e. Sulit bergaul
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga,
halusinasi.
h. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri
hidup
i. Merusak atau melukai orang lain
j. Merasaan tidak mampu
k. Pandangan hidup yang pesimistis
l. Tidak menerima pujian
m. Menurunan produktivitas
n. Penolakan terhadap kemampuan diri
o. Kurang memerhatikan perawatan diri
p. Berpakaian tidak rapi
q. Berkurang selera makan
r. Tidak berani menatap lawan bicara
s. Lebih banyak menunggu
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah
3. Rentan Respon Harga diri rendah

Respon adaptif Respon Maladaptif


Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
diri positif rendah identitas
Rentang konsep diri :
a. Aktualisasi diri: pengungkapan perasaan/kepuasan dari konsep diri
positif.
b. Konsep diri positif: dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan
yang diharapkannya dan sesuai dengan kenyataan.
c. Harga diri rendah: perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diit, dan merasa gagal mencapai keinginan.
d. Kerancuan identitas: ketidakmampuan individu mengintegrasikan
aspek psikologis pada masa dewasa, sifat kepribadian yang
bertentangan, dan perasaan hampa.
e. Depersonalisasi: merasa asing terhadap dirinya sendiri dan kehilangan
identitas misalnya malu dan sedih karena orang lain.

B. Proses terjadinya harga diri rendah


Hasil riset Malhi dalam Yosep & Sutini (2014), menyimpulkan bahwa
harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan
yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini
menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal.
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan atau bentuk tubuh,
kegagalan atau produktifitas yang menurun. Secara umum, gangguan
konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau
kronik. Secara situasional misalnya karena trauma yang muncul secara
tiba-tiba misanya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau
dipenjara termaksud dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga
diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat
bantu yang membuat klien tidak nyaman. Penyebab lainnya adalah
harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta perlakuan petugas
kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. Harga diri
rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum
dirawat klien sudah memiliki pikiran negative dan meningkat saat
dirawat.

C. Pohon masalah

Isolasi sosial : menarik diri


Akibat

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Core


problem

Berduka disfungsional Penyebab

D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Isolasi sosial : menarik diri
a. Data subjektif
1) Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi
2) Mengungkapkan atau enggan berbicara dengan orang lain
3) Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain
b. Data objektif

1) Ekspresi wajah kosong


2) Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
3) Suara pelan dan tidak jelas
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
a. Data subjektif
1) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
2) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
3) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
4) Mengungkapkan dirinya tidak berguna
5) Mengkritik diri sendiri
b. Data objektif
1) Merusak diri sendiri
2) Merusak orang lain
3) Menarik diri dari hubungan sosial
4) Tampak mudah tersinggung
5) Tidak mau makan dan tidak tidur
6) Perasaan malu
7) Tidak nyaman jika jadi pusat perhatian
3. Berduka disfungsional
a. Data subjektif
1) Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi
2) Mengungkapkan sedih karena tidak naik kelas
3) Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain karena
diceraikan suaminya
b. Data objektif
1) Ekspresi wajah sedih
2) Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
3) Suara pelan dan tidak jelas
4) Tampak menangis

E. Diagnosa keperawatan
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

F. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya
 Salam terapeutik
 Perkenalan diri
 Tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai.
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Ciptakan lingkungan yang tenang
 Buat kontrak yang jelas ( waktu, tempat dan topik pembicaraan
).
b. Beri kesempatan pada klien mengungkapkan
perasaannya.
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
d. Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang
yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong
dirinya sendiri.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
Tindakan :
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien.
b. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi
penilaian negatif
c. Utamakan memberi pujian yang realistis.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
a. Diskusikan bersama klien kemampuan yang
masih dapat digunakan selama sakit
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat
dilanjutkan setelah pulang ke rumah.
4. Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai kemampuan
yang dimiliki.
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai kemampuan ( mandiri, bantuan
sebagian, bantuan total ).
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi
klien.
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh
klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya
Tindakan :
a. Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan
yang telah direncanakan.
b. Beri pujian atas keberhasilan klien.
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
cara merawat klien dengan harga diri rendah.
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien
dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan
keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A dan Akemat, (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta. EGC.
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. (2014). Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas . Jakarta: EGC.
Townsend Mary C. (2009). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri
Edisi 3. Alih Bahasa Novi Elena C. Daulima. Jakarta : EGC.
Yosep, I., & Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.

Anda mungkin juga menyukai