Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)


DI RSUD dr. HARYOTO LUMAJANG

Nama : Ahmad Habibulloh


NIM : 22101081

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Ahmad Habibulloh


Laporan Pendahuluan : Dengue Haemorhagic Fever (DHF)
Ruang Praktik : Asoka
Lahan Praktik : RSUD dr. Haryoto Lumajang

Jember, ................... 2023

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

(....................................................................) (....................................................................)
LEMBAR KONSULTASI

Tanggal Masukan Pembimbing TTD Pembimbing


LAPORAN PENDAHULUAN DHF

1.1 PENGERTIAN
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus
(Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau
oleh Aedes Albopictus (Candra, 2019)
DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne virus) akut, ditularkan
oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005). Dengue Hemoragic Fever (DHF)
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh gigitan
nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja
darah kapiler dan sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan
perdarahanperdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis, seperti
Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika, termasuk diseluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempattempat dengan ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan
air laut. Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan
manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan
melalui nyamuk.

2.1 ETIOLOGI
Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk penular dengue tersebut hampir ditemukan di seluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan
laut (Wijaya, 2021).
Penyebab penyakit adalah virus dengue kelompok Arbovirus B, yaitu
arthropod-bornevirus atau virus yang disebabkan oleh artropoda. Virus ini
termasuk genus Flavivirus dan family Flaviviridae. Sampai saat ini dikenal ada 4
serotipe virus yaitu :
a. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
b. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
c. Dengue 3 diisolasi oleh Sather.
d. Dengue 4 diisolasi oleh Sather.
Keempat virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan
yang terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di Indoneisa menunjukkan
Dengue tipe 3 merupakan serotipe virus yang dominan menyebabkan kasus
DHF yang berat (Masriadi, 2017)
.
3.1 KLASIFIKASI

a. Derajat 1 (ringan)
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji perdarahan yaitu uji
turniket.
b. Derajat 2 (sedang)
Seperti derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan pada kulit dan atau
perdarahan lainnya.
c. Derajat 3
Ditemukannya kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun.
d. Derajat 4
Terdapat Dengue Shock Sindrome (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan
darah tidak dapat diukur (Wijaya, 2013).

4.1 PATOFISIOLOGI
5.1 PATHWAY
6.1 MANIFESTASI KLINIS
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua lebih
manifestasi klinis sebagai berikut :
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia / artralgia
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)
- Leucopenia
- Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang sudah
dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
2. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi
a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
- Uji tourniquet positif
- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,tempat bekas
suntik.
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
- Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin.
- Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti :
- Hipoproteinemia
- Asites
- Efusi pleura
3. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
Penurunan kesadaran, gelisah
- Nadi cepat, lemah
- Hipotensi
- Tekanan darah turun <20mmHg
- Perfusi perifer menurun
- Kulit dingin, lembab (Wiwik dan Hariwibowo, 2008)
7.1 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin,
PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya tropositopenia
(100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak 20% atau lebih
dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa konvaselen.
b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti pada
DHF dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya trombositopenia,
hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji serologi hemaglutnasi (Brasier
dkk 2012).
c. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga
d. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %1
e. Protein rendah
f. Natrium rendah (hiponatremi)
g. SGOT/SGPT bisa meningkat
h. Asidosis metabolic
i. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012) Sumsum tulang
pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada
hari ke 5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali
normal untuk semua system
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi
lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam
mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan karena
tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus
berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada
pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat menentukan diagnosa
penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan melihat
ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan pankreas.
8.1 DIAGNOSA BANDING
Diagnosis banding perlu dipertimbangkan apabila terdapat kesesuaian
klinis dengan demam tifoid, chikungunya, dan campak. Pada awal perjalanan
penyakit yaitu pada fase demam, diagnosis banding dapat mencakup infeksi
bakteri, virus, atau infeksi parasit yang mirip dengan infeksi dengue seperti
demam tifoid, campak, malaria dan demam chikungunya.
Demam berdarah dengue berbeda dengan demam tifoid, dimana jenis
demam tifoid yang lama dan suhu tubuh lebih meningkat biasanya pada sore hari
dan menurun pada pagi hari.Pola demam berperti anak tangga. Gejala lain sama
dengan DHF seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot. Pada pemeriksaan
penunjang dilakukan uji widal.
Demam berdarah dengue dengan demam chikungunya berbeda. Pada
demam chikungunya biasanya seluruh anggota keluarga dapat terserang dan cara
penularannya mirip dengan penularan influenza. Pada demam chikungunya,
serangan demam mendadak lebih mendadak dibandingkan dengan demam
berdarah dengue, masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, hampir selalu
disertai ruam makulopapular, adanya injeksi konjungtiva dan lebih sering disertai
dengan nyeri sendi. Proporsi uji tourniquet positif, petekie dan epistaksis hampir
sama dengan demam berdarah dengue. Pada demam chikungunya tidak ditemukan
adanya perdarahan gastrointestinal, syok, dan tidak terjadinya peningkatan.
9.1 PENATALAKSANAAN
a) Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan
trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam dan
kompres hangat.
b) Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada
2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus
tetap tidak lancar maka jika 2 tempat akan membantu memperlancar.
Kadangkadang 1 infus untuk memberikan plasma darah dan yang lain cairan
biasa
c) Derajat III dan IV
- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL) dengan
cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.
- Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.
- Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
- Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan secepatnya
baik obat – obatan maupun darah yang diperlukan.
- Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan gastrointestinal
biasanya dipasang NGT untuk membantu pengeluaran darah dari lambung. NGT
bisa dicabut apabila perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah membaik
sudah boleh diberikan makanan cair
10.1 KOMPLIKASI
Komplikasi pada DHF, Yaitu
1. Dehidrasi sedang sampai berat
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Kejang karena demam terlalu tinggi yang terus menerus (Jannah, 2019)

11.1 PROSES KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data
1. Identitas
Data klien, mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No
RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan ruangan tempat klien dirawat.
2. Riwayat kesehatan klien
Riwayat kesehatan pada klien dengan DHF sebagai berikut :
a) Keluhan utama
Alasan spesifik untuk kunjungan klien ke klinik atau rumah sakit.
Biasanya klien dengan DHF mengeluhkan demam/ panas naik turun
b) Riwayat kesehatan sekarang
Data yang didapat biasanya klien mengeluh demam disertai dengan
menggigil, mual, muntah, lemas, pusing, dan pegalpegal. Selain itu
terdapat tanda perdarahan seperti petekie, epistaksis, diare bercampur
darah dan gusi berdarah.
3. Data biologis dan fisiologis
Meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Pola nutrisi
Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan pantangan
dan nafsu makan, serta diet yang diberikan. Pada klien dengan DHF
biasanya mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah.
b) Pola eliminasi
Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK yang dikaji
mengenai frekuensi berkemih, jumlah, warna, bau serta keluhan saat
berkemih, sedangkan pada pola BAB yang dikaji mengenai frekuensi,
konsistensi, warna dan bau serta keluhankeluhan yang dirasakan. Pada
klien dengan DHF biasanya BAK sedikit dan BAB diare bahkan sampai
melena.
c) Pola istirahat dan tidur
Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan
mengantar tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Pada klien dengan DHF
biasanya mengalami gangguan pola istirahat tidur karena pusing dan
pegal-pegal di badan.
d) Pola Aktivitas
Dikaji perubahan pola aktivitas klien. Pada klien dengan DHF klien
mengalami gangguan aktivitas karena badan lemas.
e) Pola Personal Hygiene
Kaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene
(mandi, oral hygiene, gunting kuku, keramas). Pada klien dengan DHF
biasanya ia jarang mandi karena demam.
4. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
1. Rambut
Pada klien dengan DHF biasanya pemeriksaan pada rambut akan terlihat
sedikit berminyak karena klien belum mampu mencuci rambut karena
demam dan lemas.
2. Mata
Pada klien dengan DHF pada pemeriksaan mata, penglihatan klien baik,
mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik.
3. Telinga
Pada klien dengan DHF tidak ada gangguan pendengaran, tidak adanya
serumen, telinga klien simetris, dan klien tidak merasa nyeri ketika di
palpasi.
4. Hidung
Klien dengan DHF biasanya pemeriksaan hidung simetris, bersih, tidak
ada sekret, tidak ada pembengkakan.
5. Mulut
Klien dengan DHF kebersihan mulut baik, mukosa bibir kering dan mulut
selalu terbuka.
6. Leher
Klien dengan DHF tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
B. DIAGNOSA
Diagnosa yang sering muncul pada kasus DHF menurut ((Erdin, 2018;
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), yaitu :
a.) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
b.) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu
tubuh diatas nilai normal
c.) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri
d.) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan
untuk makan

C. INTERVENSI
N DIAGNOSA SLKI SIKI
O KEPERAWATAN
1 Pola Napas Tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan
Efektif tindakan Napas (I. 01011)
keperawatan selama Observasi
2x24 jam Pola - Monitor pola napas
Napas (L.01004) (frekuensi,
Meningkat, dengan kedalaman, usaha
kriteria hasil: napas)
1. Tekanan - Monitor bunyi napas
ekspirasi tambahan
meningkat(5) Terapeutik
2. Tekanan - Lakukan
inspirasi penghisapan lendir
meningkat (5) kurangdari 15 detik
3. Dispnea - Berikan oksigen
menurun (5) - Lakukan
4. Ortopnea hiperoksigenasi
menurun (5) sebelum
5. Frekuensi napas penghisapan
membaik (5) endotrakeal
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
bronkhodilator, jika
perlu
2 Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen
tindakan Hipertermia
keperawatan selama Observasi
1x 24 jam maka 1. Identifikasi
Termoregulasi penyebab
membaik dengan hipertermia
kriteria hasil : 2. Monitor suhu
1. Menggigil tubuh
menurun Terapeutik
2. Takikardi 1. Longgarkan atau
menurun lepaskan pakaian
3. Suhu tubuh 2. Basahi dan
membaik kipasi
4. Tekanan permukaan
darah tubuh
membaik 3. Berikan cairan
oral
4. Lakukan
pendinginan
eksternal
5. Hindari
pemberian
antipiretik atau
aspirin
Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena
3 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.
tindakan 0238)
keperawatan Observasi :
diharapkan masalah 1. Identifikasi lokasi,
pasien dapat teratasi karakteristik,
dengan kriteria hasil durasi, frekuensi,
: kualitas, intensitas
Tingkat nyeri nyeri
(L.08066) 2. Identifikasi skala
1. Keluhan nyeri nyeri
menurun (5) 3. Identifikasi faktor
2. Meringis yang memperingan
menurun (5) dan memperberat
3. Frekuensi nadi nyeri
membaik (5) Terapeutik :
4. Berikan teknik
nonfarmokologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
5. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
6. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
7. Jelaskan periode,
penyebab, dan
pemicu nyeri
8. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
9. Kolaborasi
pemberian
analgetik
4 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Kolaborasi:
tindakan - Kolaborasi dengan
keperawatan selama ahli gizi untuk
2x24 jam Status menentukan jumlah
Nutrisi (L.03030) kalori dan jenis
membaik dengan nutrien yang
kriteria hasil : dibutuhkan, jika
1. BB (5) perlu
2. IMT (5)
DAFTAR PUSTAKA

Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam Berdarah Dengue. Dalam


Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi V. Editor : Sudoyo AW
dkk. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta :
2007
Tanto, Chris et al. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Media Aesculapius.
Jakarta: 2014.
Candra, A. (2019). Asupan Gizi dan Penyakit Demam Berdarah/Dengue
Hemoragic Fever (DHF). Jurnal of Nutrition and Health, 7(2), 23-31.
Wijaya, M. P. (2021). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Klien An. F Dan
An. H yang mengalami Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Dengan DHF Di
RSUD Pasar Rebo (Doctoral dissertation, Akademi Keperawatan Berkala
Widya Husada).

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI).2017

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).2019

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). 2018

Anda mungkin juga menyukai