DHF
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS PRAKTIKUM KEPERAWATAN
MATA KULIAH ANAK
Dosen Pembimbing :
DWI RETNOWATI, S.kep, Ns, M.kes
Dibuat Oleh :
Askep Anak
LAPORAN PENDAHULUAN
Dengue Fever
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue Haemoragic Fever adalah
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus Dengue mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3,
dan DEN 4, yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup dikawasan
tropis dan berkembang biak pada sumber air yang tergenang. Keempatnya ditemukan di Indonesia
dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotip akan menimbulkan antibodi yang
terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan
yang memadai terhadap serotipe yang lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue
dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo dkk. 2010).
Askep Anak
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap inaktivitas oleh distiter
dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 0C. Keempat tipe tersebut telah ditemukan pula di
Indonesia dengan tipe DEN 3 yang paling banyak ditemukan (Hendarwanto 2010).
C. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam karena proses infeksi. Hal
tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi yang akan meningkatkan
reabsorsi Na dan air sehingga terjadi hipovolemi, selain itu juga terjadi kebocoran plasma karena
terjadi peningkatan permeabilitas membran yang juga mengakibatkan hipovolemi, syok dan jika tak
Selain itu kerusakan endotel juga dapat mengakibatkan trombositopenia yang akan
mengakibatkan perdarahan, dan jika virus masuk ke usus akan mengakibatkan gastroenteritis
Askep Anak
E. PATHWAY
Askep Anak
1. Derajat 1 : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
2. Derajat 2 : sama seperti derjat 1, disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan
lain.
3. Derajat 3 : ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan
darah menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan pasien
menjadi gelisah.
4. Derajat 4 : syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua lebih manifestasi klinis sebagai
berikut :
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia / artralgia
- Ruam kulit
- Leucopenia
- Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada
Askep Anak
- Asites
- Efusi pleura
3. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
- Penurunan kesadaran, gelisah
- Nadi cepat, lemah
- Hipotensi
- Tekanan darah turun <20mmHg
- Perfusi perifer menurun
- Kulit dingin, lembab.
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu menggunakan darah atau
disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin, PCV, dan trombosit. Pemeriksaan
menunjukkan adanya tropositopenia (100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak
20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa konvaselen.
b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya renjatan. Kadar
trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti pada DHF dengan dua kriteria
tersebut ditambah terjadinya trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji
serologi hemaglutnasi (Brasier dkk 2012).
c. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga
d. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %
e. Protein rendah
f. Natrium rendah (hiponatremi)
g. SGOT/SGPT bisa meningkat
h. Asidosis metabolic
i. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012) Sumsum tulang pada awal sakit
biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi dan
pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk semua system
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi lateral dekubitus
kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi
berdiri apalagi berbaring.
4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan karena tidak menggunakan
sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites
dan cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat menentukan diagnosa
penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan melihat ketebalan dinding kandung
empedu dan penebalan pankreas
5.Diagnosis Serologis
a. Uji Hemaglutinasi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standart pada pemeriksaan serologis, sifatnya sensitif namun
tidak spesifik. Artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus yang menginfeksi. Antibodi HI
Askep Anak
bertahan dalam tubuh lama sekali (<48 tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada studi
serologi epidemiologi. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x lipat dari titer
serum akut atau tinggi (>1280) baik pada serum akut atau konvalesen dianggap sebagai
pesumtif (+) atau diduga keras positif infeksi dengue yang baru terjadi (Vasanwala dkk.
2012).
b. Uji komplemen Fiksasi (uji CF)
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit dan butuh
tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan beberapa tahun saja
(sekitar 2-3 tahun).
c. Uji Neutralisasi
Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Dan biasanya memakai cara
Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT) (Vasanwala dkk. 2012).
d. IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
Banyak sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi virus dengue karena
IgM sudah timbul kemudian akan diikuti IgG. Bila IgM negatif maka uji harus diulang.
Apabila sakit ke-6 IgM masih negatif maka dilaporkan sebagai negatif. IgM dapat bertahan
dalam darah sampai 2-3 bulan setelah adanya infeksi (Vasanwala dkk. 2012).
e. Identifikasi Virus
Cara diagnostik baru dengan reverse transcriptase polymerase chain reaction
(RTPCR) sifatnya sangat sensitif dan spesifik terhadap serotype tertentu, hasil cepat dan
dapat diulang dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari sp
ecimen yang berasal dari darah, jaringan tubuh manusia, dan nyamuk (Vasanwala dkk. 2012).
G. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus. Pasien
diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan
obat antipiretik. Jika terjadi kejang diberikan antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis :
anak umur < 12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun 75 mg. Jika kejang lebih dari 15 menit
belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien
DHF tanpa renjatan apabila pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung meningkat .
b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai pengganti cairan hilang akibat
kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL, jika pemberian cairan tersebut tidak
ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada
pasien dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah teratasi, nadi
sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, maka tetesan infus dikurangi menjadi
10 mL/kg BB/jam (Ngastiyah 2005)
c. Cairan (Rekomendasi WHO, 2007)
1). Kristaloid
- Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Laktat (D5/RL).
- Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Asetat (D5/RA).
- Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan Faali (d5/GF).
2). Koloid
- a). Dextran 40
- b). Plasma
Askep Anak
2. Keperawatan
a) Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit tiap 4
jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam dan kompres hangat.
b) Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada 2 tempat
karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus tetap tidak lancar
maka jika 2 tempat akan membantu memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk
memberikan plasma darah dan yang lain cairan biasa.
c) Derajat III dan IV
- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL) dengan cara
diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.
- Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O 2.
- Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
- Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan secepatnya baik
obat – obatan maupun darah yang diperlukan.
- Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan gastrointestinal biasanya
dipasang NGT untuk membantu pengeluaran darah dari lambung. NGT bisa dicabut
apabila perdarahan telah berhenti.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia b/d adanya infeksi virus.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah dan anoreksia.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d permeabilitas dinding pembuluh darah.
4. Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit.
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Hipertermia b/d adanya infeksi virus.
Tujuan : Suhu tubuh pasien membaik.
Rencana tindakan :
o Identifikasi penyebab hipertermia.
o Monitor suhu tubuh.
o Sediakan lingkungan yang dingin.
o Berikan cairan oral
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah dan
anoreksia.
Tujuan : Nafsu makan membaik.
Rencana tindakan :
o Identifikasi status nutrisi.
o Monitor asupan makanan.
o Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
o Ajarkan diet yang diprogramkan.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d permeabilitas dinding pembuluh
darah.
Tujuan : keseimbangan cairan meningkat.
Rencana tindakan :
o Monitor status hidrasi.
Askep Anak
o Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam.
o Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan.
o Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
4. Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit.
Tujuan : Rasa kenyamanan pasien meningkat.
Rencana tindakan :
o Identifikasi skala nyeri.
o Identifikasi respon nyeri non verbal.
o Fasilitasi istirahat dan tidur.
o Anjurkan memonitori rasa nyeri secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?
q=LP+DF&rlz=1C1GCEJ_enID869ID869&oq=LP+DF&aqs=chrome.0.69i59j0l5j69i60l2.2092j
0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://www.academia.edu/36028635/_DHF
Standart Luaran Keperawatan Indonesia
Standart Intervensi Keperawatan Indonesia
Askep Anak
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
Ruangan : Dahlia
No. Reg : 26374
I.Identitas Klien
Askep Anak
1. Riwayat penyakit
1.1. Keluhan utama : ibu klien mengatakan anaknya demam -+ 1 minggu
dan suhunya naik turun, ibu juga mengatakan jika anaknya mual dan muntah, nafsu makan
berkurang
1.2. Lama keluhan : -+ 1 minggu
1.3. Akibat timbulnya keluhan : px mual dan lemas
1.4. Faktor yang memperberat : klien mengatakan jika makan selalu muntah, dan
terasa tidak enak
2. Riwayat penyakit sekarang : Ibu klien mengatakan sudah -+1 minggu yang lalu ananknya
demam tinggi naik turun. Klien tampak menggigil, kulit teraba hangat, tampak pucat. Ibu
mengatakan Askep Anak terkadang demam anaknya saat malam hari turun tapi saat pagi
hari demamnya naik. Ibu juga mengatakan jika nafsu makan anaknya berkurang, mual dan
muntah
Askep Anak
BCG : umur 2 bulan HB : 24 jam setelah di lahirkan
DPT : 3 bulan Meningitis :-
Polio : 4x Lain — lain :-
Campak : 3x umur 9 bulan,18 bulan, 7 tahun
8. Kultur dan kepercayaan : kepercayaan masih berpegang teguh dengan adat budaya
setempat dan agama
9. Fungsi dan hubungan keluarga : baik
Askep Anak
2. Tanda — tanda vital :
- Tensi :110/70mmhg Nadi : 90x/m Suhu : 39c
- Pernafasan : 20x/m
3. Kepala dan wajah
- Rambut kepala : tampak hitam, banyak, lepel
- Bentuk kepala : simetris
- Ukuran — ukuran kepala : tidak terkaji
- UUB : tidak terkaji
- UUK : tidak terkaji
4. Mata : Sklera : tidak ikterik
Konjungtiva : anemis
5. Telinga : telinga kanan/kiri simetris, tidak ada serumen
6. Hidung : bersih, bentuk simetris, tidak ada polip
7. Mulut : bersih, mukosa bibir kering, gigi rapi
8. Tenggorokan: tidak ada kelainan ditenggorokan
9. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada kelainan leher
10. Dada : antara dada kanan dan kiri teraba rata
11. Paru — paru: pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak meggunakan otot
bantu pernafasan. Traktil framitus sama, tidak ada odem, irama vasikuler, sonor.
12. Jantung : simetris kanan dan kiri, ictus cordis terlihat, tidak ada palpitasi,
suara jantung vasikuler, suara jantung terdengar S1 S2, lup dup
13. Abdoment : tampak simetris kanan dan kiri, tidak ada ;esi, bising usus 12x/
menit, tidak ada nyeri tekan, tidak oedem atau massa, tidak ada pembesaran hepar, suara
tympani
14. Ginjal : tidak ada kelainan pada ginjal
15. Genetalia : tampak bersih, tidak ada kelainan genetalia
16. Axstremits : Crt < 2 detik, kekuatan otot baik dengan masing masing skor 5
17. Rektum : tidak dikaji
18. Neurologi : compos mentis (4,5,6), fungsi sensorik normal, reflek biceps
(+), Triceps (+), Patella (+)
19. Endokrin : tidak ada kelaianan endokrin
Askep Anak
1. Nutrisi / Makan / Minum : kurang napsu makan
2. Eliminasi : 3x sehari
3. Istirahat dan tidur : Ibu mengatakan An.A waktu dirumah tidurnya teratur pada
siang dan malam hari, selama dirumah sakit An.A susah tidur karena sakit yang dialami dan sering
kebangun pada malam hari
4. Aktivitas dan latihan: tidak ada
V. Pemeriksaan Penunjang :
( Hasil Laboratorium dan Hasil Pemeriksaan Lain )
Hasil laboratorium tanggal 05 April 2021 Parameter Satuan Nilai Rujukan HGB 11,5 * [g/dL] P 13,0 –
16,0 WBC 4,19 [10^3/uL] W 12,0 – 14,0 RBC 4,37 [10^6/uL] P 4,5 – 5,5 MCV 70,7 - [fL] W 4,0 – 5,0 HCT
30,9 [%] P 40,0 – 48,0 PLT 15 * [10^3/uL] W 37,0 – 43,0 LYMPH# 0,62 * [10^3/uL
ANALISA DATA
Nama pasien :An.R
Askep Anak
Umur : 6th
No. Register : 35262772
Askep Anak
1. 05/05/2021 Hipertermi b/d adanya infeksi virus
Askep Anak
Umur :
No. Register :
DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
1. Hipertermia b/d Setelah di lakukan Manajemen Hipertermia
adanya infeksi virus tindakan 2x24 jam di Observasi
harapkan suhu tubuh 1. Identifikasi penyebab
normal dengan KH: hipertermia (mis. Dehidrasi, akibat
suatu penyakit)
1. Suhu tubuh px
membaik 2. Monitor suhu tubuh
Terapeutik
2. Kulit merah pada
px menurun 3. Sediakan lingkungan yang
dingin
3. Suhu kulit px
4. Longgarkan atau lepaskan
membaik pakaian
4. Pucat menurun 5. Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
6. Berikan cairan oral
Edukasi
7. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
2. Ketidakseimbangan Setelah di lakukan Observasi :
nutrisi kurang tindakan 2x24 jam di 1. Identifikasi status nutrisi
dari kebutuhan harapkan nafsu makan px 2. Identifikasi makanan yang disukai
3. Monitor asupan makanan Terapeutik
tubuh b/d mual membaik dengan KH: 4. Sajikan makanan secara menarik dan
muntah dan 1. Frekuensi makan suhu yang sesuai
anoreksia px membaik 5. Berikan makanan tinggi serat untuk
2. Pengetahuan mencegah konstipasi
tentang standart 6. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
asupan nutrisi Kolaborasi
yang tepat 7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
meningkat menentukan jumlah kalori dan jenis
3. Diare px menurun nutrient yang dibutuhkan
Nafsu makan px membaik
Askep Anak
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
2. 2. 06/05/2021 1. Mengidentifikasi status nutrisi 06/05/2021 S : Px mengatakan perutnya terasa mual, ingin muntah
dan nafsu makan menurun
2. Memonitori asupan makanan O : - K/U lemah
- ADL dibantu
3. Memberikan makanan tinggi serat - Porsi makan ½ habis
- Mual (+) muntah (-)
Mengajarkan diet yang diprogramkan TTV : TD : 110/60 mmHg
N : 80x/m RR : 20x/mnt S : 39,1°C
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Askep Anak
TANGGAL/ TANDA TANGGAL/ TANDA
NO NO. DX IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM TANGAN JAM TANGAN
1. 1. 06/05/2021 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia 06/05/2021 S : Px mengatakan panasnya mulai turun dan sudah
tidak lemas.
2. Memonitori suhu tubuh O : - K/U cukup
- ADL dibantu
3. Menyediakan lingkungan yang dingin - GCS 4-5-6
TTV : TD : 110/60 mmHg
4. Melakukan kolaborasi pemberian obat N : 80x/mnt
dengan tim medis RR : 20x/mnt
S : 36,5°C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Askep Anak
FORMAT PENYULUHAN KESEHATAN
Topik : ………………………………..
Sasaran : ………………………………..
Ruang : ………………………...……...
TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS POKOK BAHASAN MATERI METODE AVA EVALUASI
Askep Anak
Askep Anak