Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH ASKEP DENGUE HEMORRAGIC FEVER DHF

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

Kelompok 7

E.Mokhamad aldi almarij

Sheila septiani

KELAS : 2B

D III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SULTAN

AGENG TIRTAYASA TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, semoga Rahmat, dan Nikmatnya tercurah kepada
kita semua. Dan shalawat serta salam tercurahkan kepada sang Nabi MUHAMMAD SAW.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “ DHF ” Harapan kami, semoga apa yang telah kami
kerjakan dengan penulisan Makalah ini, sedikit banyak dapat membantu teman-teman lainnya dan
pada umumnya dalam pengetahuan. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
pengampu mata kuliah Keperawatan Anak Ibu Hj. Dedeh Hamdiah, S.Kp.,M.Kep dan teman yang
telah mendukung dalam penyusunan makalah ini. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca sekalian Khususnya mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran.

Serang, 17 febuari 2022


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ….………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI ………………….………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………. 4
B. RUMUSAN MASALAH ………………………………………………… 5
C. TUJUAN………………………………………………………………….. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR DENGUE HEMORRAGIC FEVER DHF
1. Definisi………………………………………………………... 6
2. Anatomi Fisiologi……………………………………………. 9
3. Etiologi ……………………………………………………….. 9
4. Manifestasi Klinis……………………………………………. 10
5. Klasifikasi…………………………………………………….. 10
6. Patofisiologi…………………………………………………... 11
7. Pemeriksaan Penunjang……………………………………... 11
8. Penatalaksanaan……………………………………………... 12
9. Komplikasi……………………………………………………. 12
10. Konsep Asuhan Keperawatan DHF……………………….. 12
B. KONSEP DASAR DIARE
1. Definisi ……………………………………………………….. 13
2. Etiologi ………………………………………………………...14
3. Patogenesis……………………………………………………. 15
4. Penggolongan diare………………………………………….. 16
5. Patofisiologi…………………………………………………… 17
6. Pengobatan …………………………………………………….17
7. Penatalaksanaan ………………………………………………17
C. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DHF
1. Pengkajian………………………………………………….. 17
2. Pemeriksaan Fisik………………………………………….. 19
3. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan ……………………. 21
4. Data Penunjang……………………………………………… 21
5. Analisa Data………………………………………………… 23
6. Masalah Keperawatan………………………………………. 24
7. Intervensi…………………………………………………….. 28
8. Evaluasi ………………………………………………………. 38
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN…………………………………………………………. 43

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 44


BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang ditandai
dengan empat gejala klinis utama yaitu demam tinggi, perdarahan, hepatomegali, dan tanda
kegagalan sirkulasi sampai timbul rejatan (sindrom rejatan dengue) sebagai akibat dari
kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian(Padila, 2013).
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue hemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh.
Sindrome renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif & Hardhi, 2015). Dengue Hemmorhagic Fever adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah
dengan cepat menyebar di seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus
dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat
lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan variasi
lokal dalam risiko dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak
direncanakan (WHO, 2015). Dengue adalah penyakit nyamuk yang disebabkan oleh salah
satu dari empat virus dengue yang terkait erat dengan (DENV-1, -2, -3, dan -4). Infeksi
dengan salah satu serotipe dari DENV memberikan kekebalan terhadap serotipe tersebut
untuk hidup, tapi tidak memberikan kekebalan jangka panjang untuk serotipe lainnya.
Dengan demikian, seseorang bisa terinfeksi sebanyak empat kali, sekali dengan masing-
masing serotipe. Virus dengue ditularkan dari orang ke orang oleh nyamuk Aedes (paling
sering Aedes aegypti) (Centers for Disease Control and Prevention, 2009).
2. RUMUSAN MASALAH
Apa Yang Dimaksud Dengan DHF?
Bagaimana Etilogi DHF?
Bagaimana Patofisiologi DHF ?
Bagaimana Manifestasi Klinis DHF ?
Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik DHF?
Bagaimana Klasifikasi Pada DHF ?
Bagaimana Penatalaksanaan DHF ?
Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan DHF ?

3. TUJUAN
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai konsep dasar DHF dan konsep
asuhan keperawatan DHF
BAB ll

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar DHF


1. Pengertian

Demam Dengue Fever ( DHF ) atau DBD adalah penyakit infeksi yang dsebabkan oleh
virus dengue manifestasi klinis demam, nyeri otot tau nyeri sendi yang dsertai leukpenia,
ruam,limfadenopati, trombosit opnia dan diathesis hemoragic. Pada DBD trjadi prembesan
lasma yang dtandai dengan homokonsentrasi (peningkatan hematocrit) atau penumpukan
cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue syoksyndrome) adalah demam
berdarah yang dtandai oleh renjatan/syok (Sudowo et al, 2009).

DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk
kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (suriadi & rita yuliani, 2010). Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang ditandai dengan empat gejala
klnis utama yaitu demam tinggi, perdarahan, hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi
sampai timbul rejatan (sindrom rejatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang
dapat menyebabkan kematian(Padila, 2013).

Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di seluruh wilayah WHO
dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari
spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar
luas di seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh curah hujan,
suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan (WHO, 2015). Dengue adalah penyakit
nyamuk yang disebabkan oleh salah satu dari empat virus dengue yang terkait erat dengan
(DENV-1, -2, -3, dan -4). Infeksi dengan salah satu serotipe dari DENV memberikan
kekebalan terhadap serotipe tersebut untuk hidup, tapi tidak memberikan kekebalan jangka
panjang untuk serotipe lainnya. Dengan demikian, seseorang bisa terinfeksi sebanyak empat
kali, sekali dengan masing-masing serotipe. Virus dengue ditularkan dari orang ke orang
oleh nyamuk Aedes (paling sering Aedes aegypti) (Centers for Disease Control and
Prevention, 2009).

2. Etiologi
Menurut Soedarto (2012), demam haemorrhagic fever (DHF) disebabkan oleh :
a. Virus Dengue.
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbvirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3
dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan
satu dari yg lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam gen flavirus
ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baaik pada berbagai
macam kultur jaringan baik yang bersal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK
(Babby Homster Kiney) maupun sel – sel Arthrpoda misalnya sel aedes Albopictuus.
b. Vektor.
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies
lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serootipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya.

3. Manifestasi Klinis
Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah :
1. Demam.
Demam tinggi sampai 40 oC dan mendadak, Demam terjadi secara mendadak
berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih
rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak
spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri
kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.
2. Perdarahan.
Uji tourniquet positif h. Perdarahan, petekia, epitaksis, perdarahan massif.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi
pada kulit dan dapat berupa uji torniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada
tempat fungsi vena, petekia ( bintik-bintik merah akibat perdarahan intradermak /
submukosa ) purpura ( perdarahan di kulit ), epistaksis ( mimisan ), perdarahan gusi, .
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis, dan melena ( tinja berwarna hitam karena adanya
perdarahan. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang
hebat.
3. Anoreksia
4. Mual muntah
5. Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
6. Nyeri kepala
7. Nyeri otot dan sendi
8. Trombositopenia (< 100.000/ mm3 )
9. Hepatomegali.
Pada permulaan dari demam biasaanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurng gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomgali dan hati teraba
kenyal harus di perhatikan kemuungkinan akan tejadi renjtan pada penderita.
10. Renjatan (Syok).
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung
hidung, jari tangan, jari kaki sertasianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada
masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yg buruk.
4. Klasifikasi
WHO dalam buku Nurarif (2013) membagi DBD/DHF menjadi 4 derajat, yaitu sebagai
berikut:
a. Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi
perdarahan(ujitourniquiet positif).
b. Derajat II
Seperti derajat I disertai perdaarahan spontan di kulit dan perdarhan lain.
c. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dgn adanya nadi cepat dn lemah, tekanan darah
meurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotnsi disrtai kulit yang dingin dan lembab,
gelisah
d. Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tak terba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur
5. Patofisiologi dan WOC
a. Patofisiologi
Menurut Huda dan Kusuma 2015 Virus dengue masuk ke dalam tubuh
manusia akan menyebabkan klien mengalami viremia. Beberapa tanda dan
gejala yang muncul seperti demam, sakit kepla, mual nyeri otot, pegal seluruh
tubuh, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem vaskuler.
Pada penderita DBD, terdapat kerusakan yang umum pada sistem vaskuler
yang mengakibatkan terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh
darah. Plasma dapat menembus dinding vaskuler selama pross perjalanan
penyakit, dari mulai demam hingga klien mengalami renjatan berat.
Volume plasma dapat meniurun hingga 30%.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
• Trombosit menurun
• Hb Meningkat lebih 20 %
• Ht Meningkat Lebih 20 %
• Leukosit menurun pada hari ke – 2 dan ke – 3
• Protein darah rendah
• Ureum PH bias meningkat
• Na dan Cl rendah
b. Rontgen thorax Uji tourniket ( Positif )
7. Penatalaksanaan (Nursalam, 2008)
a. Keperawatan
Masalah pasien yg perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan sirkulasi darah, resiko
terjadi pendrahan, gangguan suhu tubuh, akibat infeksi virus dengue, ganggan rasa
amman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
• Kegagalan sirkulasi darah
Dengan adanya kebcoran plasma dari pembuluh darah ke dalam
jaringan ekstrovaskular, yang pncaknya terjadi pada saat renjatan
akan terliht pada tubh pasien mnjadi sembab (edema) dan drah
menjadi kental.
• Risiko terjadi pendarahan
Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya
pendarahan utama pada traktus gastrointestinal.Pendarahan
grastointestinal didahului oleh adanya rasa sakit perut yang hebat atau
daerah retrosternal.
• Gangguan suhu tubuh
Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari
ke-2 sampai ke-7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat
menyebabkan pasien kejang.
• Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena
penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien
DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb
secara periodik (setiap 4 jam) dan mudah terjadi hematom, serta
ukurannya mencari vena jika sudah stadium II.
b. Medis
Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan suportif .
• DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan harus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu
1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup,
susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit
demi sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan
ini. Jika anak tidak mau minum sesuai yang dianjurkan tidak
dibenarkan pemasangan sonde karena merangsang resiko terjadi
perdarahan.
Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
a. Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
b. Hematokrit yang cenderung meningkat. Hemtokrit mencerminkan
kebocoran plasma dan biasanya mendahului munculnya secara
klinik perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan nadi),
sedangkan turunnya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya
hematokrit.
• DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang infus
sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan
yang diberikan bisanya Ringer Laktat.
8. Komplikasi
Menurut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut:
a. Gagal ginjal.
b. Efusi pleura.
c. Hepatomegali.
d. Gagal jantung

9. Konsep Asuhan Keperawatan DHF


A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang
dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 sampai
ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk,
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau
hematesis.

4. Riwayat penyakit dahulu


Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa mengalami serangan
ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien
6. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindari
7. Riwayat gizi Status gizi
Anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya keluhan
mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak akan mengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
8. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang mengenang dan gantungan baju di kamar).

9. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme :
frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan
menurun.
b. Eliminasi alvi (buang air besar).
Kadang-kadang anak mengalami diar/konstipasi. Sementara DHF pada Grade
III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine (buang air kecil)
perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF
grade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat.
Anak sering mrngalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan
persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahat kurang.
e. Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan
diri dan lingkungan cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang
nyamuk aedes aegypti.

10. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik

secara umum:

1) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan


nadi lemah.

Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan


petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.

Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan
tidak teratur, serta tensi menurun.

Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit.

2) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII), nadi tidak
teraba (grade IV), tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80mmHg atau
kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC)

3) Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala terasa nyeri, muka
tampak kemerahan karena demam.

4) Mata Konjungtiva anemis


5) Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada gradeII,III,IV.

6) Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada serumen,
tidak ada gangguan pendengaran.

7) Mulut : Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan
gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan hyperemia pharing.

8) Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran

9) Dada / thorak

Inspeksi : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.

Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama

Perkusi : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun


pada paru

Auskultasi : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III,
dan IV.

10) Abdomen

Inspeksi : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.

Palpasi :Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)

Perkusi : Terdengar redup

Auskultasi : Adanya penurunan bising usus

11) Sistem integument

Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji tourniquet.
Turgor kuit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. Pemeriksaan
uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah
anak. Selanjutnya diberikan 24 tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat
ukur yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit,
perhatikan timbulnya petekie di bagian volarlenga bawah (Soedarmo,2008).

12) Genitalia Biasanya tidak ada masalah

13) Ekstremitas

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tida

14) Pemeriksaan Laboratorium


Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).

Trobositopenia (< dari 100.000/ml).

Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).

Ig. D. dengue positif.

Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan :

hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.

Urium dan pH darah mungkin meningkat.

Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3

rendah.

SGOT / SGPT mungkin meningkat.

10. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul pada pasien DHF


a) Kekurangan volume cairan (Hipovolemia) berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering
b) Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk makan)
makanan ditandai dengan berat badan menurun
c) Kurang Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif ditandai
dengan kurang informasi
d) Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi (penurunan
trombosit) ditandai dengan trombositopenia
e) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai dengan
suhu tubuh diatas nilai normal
f) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan
mengeluh lelah
B.KONSEP PENYAKIT DIARE

1.Pengertian

Gastroenteritis atau diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normsl atau
bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (Mansjoer Arief
dkk,1999).

Gastreoenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dengan intestinal yang


disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus dan parasit yang patogen (Whaley
dan Wang’s, 1995).

Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja dengan
intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun waktu satu hari
(Prawati & Haqi, 2019). Diare adalah kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit

Dan Penyehatan Lingkungan, 2011).

Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah suatu keadaan


dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan atau tanpa darah dan tanpa lendir.

2. Etologi

Etiologi pada diare menurut Yuliastati & Arnis (2016) ialah :

a. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan dimana
merupakan penyebab diare pada anak, kuman meliputi infeksi bakteri, virus, parasite,
protozoa, serta jamur dan bakteri.

b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti pada
otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia serta ecenphalitis dan biasanya banyak
terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun.

c. Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan,
setelah buang air besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak.

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :

a) Faktor infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare meliputi :

1) Infeksi Bakteri : vibro E.coli Salmonella, Shigella, Campyio bacter, Aeromonas.

2) Infeksi Virus : Enterivini (virus echo, coxsacle, poliomyelitis), Adenovirus, Astrovirus,


dll.

3) Infeksi Parasit : Cacing (ascaris, trichuris, oxyguris) Protozoa (entamoeba


histoticicia, trimonas hominis), Jamur (candida albacius)

b) Faktor Malabsorbsi

1) Malabsorbsi Karbohidrat

2) Malabsorbsi Lema

c) Faktor Makanan

Makanan yang tidak bersih, basi, beracun dan alergi terhadap makanan.

3. Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare :

1) Gangguan asmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan mengakibatkan
tekanan asmotik dalam rongga usus meninggi. Sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolik kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.

2) Gangguan motilitas usus

Hiperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap


makanan sehingga timbul diare. Bila peristaltik menurun akan menyebabkan bakteri
tumbuh berlebihan, sehingga timbul diare juga.

4. Penggolongan Diare

1 Diare Akut

Adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam bebrapa jam
sampai 7 atau 14 hari.
a) Penularan

1) Transmisi orang keorang melaalui aerosolisasi

2) Tangan yang terkontaminasi (elostridium diffale)

b) Penyebab

1) Faktor penyebab yang mempengaruhi adalah penestrasi yang merusak sel mukosa

2) Faktor pejamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme

c) Manifestasi Klinis

Pasien sering mengalam muntah, nyeri perut akibat diare akibat infeksi dan
menyebabkan pasien merasa haus, lidah kering, turgor kulit menrun karena kekurangan
cairan.

2.4.2 Diare Kronik

Adalah diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu bagi orang dewasa dan 2
minggu bagi bayi dan anak.

5. Patofisiologi

Dipengaruhi dua hal pokok yaitu konsistensi fases dan motilitas usus gangguan
proses mekanik dan enzimatik disertai gangguan mukosa akan mempengaruhi pertukaran
air dan elektrolit sehingga mempengaruhi konsistensi fases yang terbantuk.
A. Patway Diare

Invasi virus dan bakteri ke saluran gastrointestinal


Toksisitas makanan, efek obat, keracunan
bahan laut, makanan, dan minuman.

Invasi pada mukosa, memproduksi enteroktoksin


dan atau memprosuksi sitoksin gastrointestinal

Masuknya nutrisi
Iritasi saraf lokal

Nutrisi tidak dapat diabsorpsi Peningkatan motilitas usus

Peningkatan asam Nyeri abdominal


organik
Gangguan absorpsi nutrisi dan
Peningkatan tekanan osmotik
cairan oleh mukosa intestinal

Sekresi air ke lumen intestinal


diare

Diare

Peningkatan sekresi cairan dan elektrolit

Ketidakseimbangan cairan dan


elektrolit Gangguan Respon sistemik Respons psikologis
gastrointestin misinterpretasi
al perawatan dan
Resiko syok penatalaksanaan
hipovolemik Peningkatan suhu
pengobatan
Mual, muntah, tubuh
kembung, anoreksia
Penurunan perfusi
Hipertermi
ke ginjal

Asupan nutrisi tidak adekuat Kecemasan pemenuhan informasi

Oliguri anuria
Ketidakseimbangan nutrisi Defisiensi pengetahuan
kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko gagal
ginjal akut
Feses yang encer
Penurunan perfusi ke otak

Kekurangan volume cairan Respon injuri anus


Penurunan perfusi
serebral
6. Komplikasi

Akibat diare karena kehilangan cairan dan elektrolit secara medadak dapat terjadi
sebagai komplikasi sebagai berikut :

a. Dehidrasi

b. Renjatan hipofolomi

c. Hipokalemi

d. Hipoglikemi

e. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik

f. Malnutrasi energi protein (akibat muntah darah dan diare jika lama atau kronik)

7. Pengobatan

Perinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja
dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau
karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung dan sebagainya).

1) Obat anti sekres

a) Aerosol, dosis 25 mg, dengan dosis minimum 30 mg

b) Klorpromazin, dosis 0,5-1 mg/kg, BB/hr

2) Obat spasmolitik

Seperti papaverin, extrak beladona, opnium loperamil, tidak untuk mengatasi diare
akut lagi.

3) Antibiotik

Tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas, bila penyebab klorea,
diberikan tetraskin 25-50 mg/kg BB/hr. Juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta
seperti : OMA, faringitis, bronkitis, atau bronkopneumonia (Ngastiyah,1997 : 149)

8. penatalaksanaan

2.8.1 medik

Dasar pengobatan diare adalah pemberian cairan, dietelitik (cara pemberian


makanan dan obat-obatan).

2.8.2 Pemberian cairan


Pemberian cairan pada pasien diare dengan mempertahankan derajat dehidrasi dan
keadaan umum.

1. Cairan Per oral

Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral yang
diberikan NaCL, NaHCO3, KCL dan Glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak
diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang, kadar natrium 50-60 mEg/l formula
lengkap sering disebut oralit. Sebagai pengobatan sementara yang dibuat sendiri (formula
tidak lengkap) hanya air gula dan garam dan gula.

2. Cairan Parental

Pada umumnya digunakan cairan Ringel Laknat (RL) yang pemberiannya


bergantung pada berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai umur dan berat badannya (Ngastiyah, 1997 : 146)
C. ASUHAN KEPERAWATAN DHF

KASUS

Seorang keluarga datang ke UGD mengatakan bahwa anaknya mengalami demam sejak 4
hari yang disertai mimisan, lalu mengalami kesulitan BAB sejak 5 hari yang lalu dan
disertai mual muntah, nafsu makan pasien berkurang, setelah dilakukan pengkajian
didapatkan TD 100/70mmHg N 64x/menit RR 20x/menit S 38,50C sengan dx medis DHF

A. Pengkajian
Tanggal Pengambilan Data : 21 januari 2022
MRS : 20 Juni 2021
Ruang : Inap anak
Reg : 522707

1. Identitas Pasien
Nama : An.D
Tempat / Tanggal Lahir : Serang / 29 Februari 2009
Umur : 12 Th
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah / Ibu : Dalimin / Sariyus Mahera
Pekerjaan Ayah : Petani
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga ( IRT )
Alamat : Tunjung Teja
Suku Bangsa : Minang
Agama : Islam
Biaya Ditanggung Oleh : BPJS
2. Alasan Masuk
Klien datang ke IGD tanggal 20 Juni 2021 jam 12.30 dengan keluhan demam
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, mimisan satu jam sebelum dibawa ke
rumah sakit, muntah 2 kali, dan BAB susah.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan demam sejak 4 hari yang lalu, ibu mengatakan suhu
tubuh turun naik, ibu klien mengatakan klien buang air besar tidak ada sejak
hari minggu sebelum masuk rumah sakit, klien mengatakan terasa pusing saat
duduk dan berdiri, klien mengatakan badan terasa letih,ibu klien mengatakan
nafsu makan menurun, minum kurang, ibu klien mengatakan trombosit klien
menurun.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan klien pernah di rawat pada umur 4 tahun di RSUD
Achmad Mochtar dengan penyakit sama.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang memiliki penyakit
keturunan.
6. Riyawat Kehamilan dan Kelahiran
1) Prenatal
Ibu klien mengatakan saat hamil klien rutin melakukan pemeriksaan
kehamilan 1 x 1 bulan ke bidan. Ibu klien tidak ada mengkonsumsi obat-
obatan saat hamil.
2) Natal
Ibu klien melahirkan klien secara normal di RS. Achmad Mochtar, usia
kehamilan saat lahir 9 bulan 15 hari. Berat Badan 4 Kg, Panjang Badan 47
cm.
3) Post Natal
Keadaan ibu saat pasca melahirkan tidak ada mengalami perdarahan, ASI
ibu dapat keluar dan banyak.
7. Riwayat Sosial
1) Yang mengasuh : klien tinggal di kos bersama kakaknya, kakaknya saying
dengan adiknya. Dan orang tua klien sering ke kosan klien dan orang tua
klien sangat saying dengan klien
2) Hubungan dengan keluarga : saat di rumah sakit ibu dan ayah klien selalu
nemanin klien dan anggota keluarga yang lain bergntian untuk menjaga
klien seperti adik dari ibunya klien.
3) Hubungan dengan teman sebaya : baik
4) Pembawaan secara umum : pada saat komunikasi dengan perawat klien
tampakk malu tapi klien sangat kooperatif dan mudah akeab
5) Lingkungan rumah : Bersih, aman dan nyaman

8. Kebutuhan Dasar
1) Makanan yang disukai / tidak disukai
Klien mengatakan suka makan ayam, ikan, nasi goring, manga, pisang, dan
makanan yang tidak disukai klien nenas.
2) Pola Tidur
Klien mengatakan tidur siang hanya 4 jam semenjak sakit dan tidur malam
hanya 6 jam.
3) Mandi
Klien saat sehat rajin mandi,klien mandi 2 kali sehari tetapi semenjak sakit
klien tidak ada mandi atau hanya di lap dengan waslap basah.
4) Aktivitas Bermain
Klien waktu sehat sering bermain dengan teman sebayanya, tapi saat sakit
sekarang klien tidak ada bermain.
5) Eliminasi
BAB : Klien belum ada BAB semenjak sakit ini.
BAK : buang air kecil klien lancar, frekuensi 4x sehari, bau pesing,warna
kuning, konsistensi cair dan tidak ada kesulitan dalam BAK.
B. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5 = 15
BB / TB : 45 Kg / 130 Cm
Tanda Vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 64 x/m
P : 20 x/m
S : 38,5 ˚C
a) Kepala
• Rambut
I : Rambut klien tampak hitam, rambut klien berminyak dan lepek, tidak
ada ketombe, tidak ada kutu
P : Tidak ada terdapat udem dan pembengkakan pada kepala
• Mata
Bersih, tidak ada kotoran, mata simetris kiri dan kanan, Pupil isokor, sclera
tidak ikterik, konjungtiva anemis, tidak ada gangguan penglihatan.
• Telinga
Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada
gangguan pendengaran.
• Hidung
Bersih, bentuk simetris, tidak ada sekresi, tidak ada polip, tidak ada
gangguan penciuman.
• Mulut dan Gigi
Bersih, mukosa bibir kering, , gigi rapi, bibir simetris kiri dan kanan, tidak
ada kelainan.
b) Leher
Tidak ada terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tida ada kelainan pada leher.
c) Thorak
• Paru – Paru
I : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada menggunakan otot
bantu pernafasan.
P : Pergerakan dinding dada teratur, traktil fremitus sama, tidak ada oedem
P : Sonor
A : Irama pernafasan vesikuler
• Jantung
I : simetris kiri dan kanan, Ictus cordis Terlihat, tidak ada palpitasi
P : Ictus Cordis
P : Suara jantung vesikuler
A : Suara jantung terdengar S1 S2, lup dup
d) Abdomen
I : Perut klien tampak simetris, Tidak ada bekas operasi, tidak ada lesi
A : Bising usus 12 x/menit
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada oedem atau masa, pembesaran hepar
tidak ada
P : Tympani
e) Punggung : tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, tidak ada kelainan pada
punggung
f) Esktremitas
Atas : CRT < 2 detik, Klien terpasang infus RL 30 tts/m ditangan sebelah kiri.
Bawah : Klien tidak terpasang kateter
Kekuatan otot :
5 5
5 5

g) Genetalia
Tampak bersih, tidak ada kelainan pada genetalia
h) Integument
Warna kulit sawo matang, kulit ada bintik-bintik merah (eritema), turgor kulit
jelek.
C. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a) Kemandirian dan Bergaul
Klien sangat mandiri saat bermain, klien sudah mampu mandi atau memakai
pakaian sendiri dan berinteraksi dengan keluarga secara baik.
b) Motorik Halus
Klien mampu membaca,menggambar dan belajar sendiri
c) Motorik Kasar
Klien mampu berjalan mundur dan melangkah, klien mampu bermain aktif saat
sehat dan tidak ada kendala saat berjalan dan bermain
d) Kognitif dan Bahasa \
Klien mampu menjawab dengan benar dan berbahasa Indonesia atau bahasa
minang dengan benar. Klien mampu mengucapkan kata-kata lebih dari 2 kata atau
mengucapkan dengan baik.
D. Data Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Masalah ditemui
Hemoglobin 13, 7 g/ul 13-16 g/ul Normal
Leukosit 3.5000 4.800-10.8000 Menurun sedikit
Hematokrit 35% mm3 Menurun sedikit
Eritrosit 4,29 juta/ul 37-47 % Normal
Trombosit 95.000 10³/ul 4,5-5 juta Menurun
Eosinofil 2% 150-500 rb Normal
Monosit 3% 1-4% Normal
3-7%
Rumple test (+)

I. Data Pengobatan
a.Paracetamol tablet 3x500 mg
b.Infus RL 30 tts/menit

E. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Hipovolemia Hipovolemia
Peningkatan
- Ibu klien mengatakan
permeabilitas
klienkurang minum
kapiler
- Ibu klien mengatakan
klienletih
- Ibu klien mengatakan
klientadi siang muntah 2x
- Ibu klien mengatakan
suhutubuh klien turun naik
DO :

- Klien tampak letih

- Klien tampak ada


bintik-bintik merah di
tangan klien
- TD : 100/70 P : 24
x/mN : 64 x/m S: 38,5
˚C
- Pteke pada tangan (
+ )Input : 1170 cc
Output : urine : 1300 cc

IWL : 38 x 10 x 7 / 2 jam
=

110,8 cc

Balance Cairan : - 240,8 cc


2. DS : Psikologis Defisit
(keengganan Nutrisi
- Ibu klien mengatakan
untuk makan)
nafsumakan klien
berkurang.
- Klien mengatakan pusing
saatberdiri dan duduk
Ibu klien mengatakan
klien tadi siang muntah

- Ibu klien mengatakan klien


sudah 3 hari tidak BAB
DO :

- Klien tampak tidak nafsu


makan
- Klien hanya menghabiskan
3 sendok dari porsi yang
diberikan
- Mukosa bibir klien tampak
pucat
- TD : 100/70 mmHg

N : 64
x/m P :
24 x/m S
: 36,5 °C
BB : 38 Kg TB :
130 cm
IMT : BB / TB²
- 38 / (144)² = 18,3
2. DS : Nyamuk aedes Defisit
aegyti yang Nutrisi
- Ibu klien mengatakan memiliki virus
nafsumakan klien dengue
berkurang. ↓
Menggigit
- Klien mengatakan pusing manusia
saatberdiri dan duduk ↓
Ibu klien mengatakan Virus dengue
masuk dalam
klien tadi siang muntah
aliran darah
- Ibu klien mengatakan klien ↓
Terjadi veremia
sudah 3 hari tidak BAB

DO : Hepatomegali

- Klien tampak tidak nafsu Mual
makan ↓
- Klien hanya menghabiskan Anorexia

3 sendok dari porsi yang
Resiko
diberikan ketidakseimbanga
- Mukosa bibir klien tampak n nutrisi kurang
dari kebutuhan
pucat
tubuh
- TD : 100/70 mmHg

N : 64
x/m P :
24 x/m S
: 38,5 °C
BB : 38 Kg TB :
130 cm
IMT : BB / TB²
- 38 / (144)² = 18,3
3 DS : Nyamuk aedes hipertermi
● ibu pasien mengatakan anaknya aegyti yang
panas sejak 4 hari yang lalu memiliki virus
DO : dengue
● Badan pasien teraba panas ↓
● Mukosa bibir kering Menggigit
manusia
● Pasien terlihat cemas ↓
Virus dengue
masuk dalam
aliran darah

Berinkubasi

Terjadi veremia

Proses inflamasi
virus dengue

Hipertermi

F. MASALAH KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan dengan peningkatan


permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering
2. Defisit nutrisi b.d anorexia ditandai dengan mual, mukosa pucat, berat badan
pasien menurun (SDKI hal 56)
3. Hipertermi b.d proses inflamasi virus dengue ditandai dengan panas sejak 4
hari ( SDKI hal 284)
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


SLKI SIKI
1. Hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan • Manajemen hipovolemia
dengan Peningkatan keperawatan 3 x 24 jam Observasi :
permeabilitas kapiler ditandai diharapkan hipovolemia - Periksa tanda dan
dengan mukosa bibir kering membaik. gejala hipovolemik (
Kriteria tekanan darah menurun,
Hasil : membrane mukosa
Status kering, hematocrit
Cairan meningkat )
• Turgor kulit membaik - Monitor intake dan
output cairanTerapeutik :
• Perasaan lemah menurun
- Berikan asupan
• Intake cairan membaik
cairan oralEdukasi :
• Suhu tubuh membaik - Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
cairan IVisotonis (
misalnya : RL )

30
• Pemantauan
cairan Observasi
:
- Monitor berat badan

- Monitor hasil
pemeriksaanlaboratorium
Terapeutik :

- Berikan cairan
intravenaKolaborasi :
- Kolaborasi pemberian diuretik
2. Defisit nutrisi b.d anorexia Setelah dilakuan tindakan • Manajemen
ditandai dengan mual, mukosa keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nutrisiObservasi
pucat, berat badan pasien ketidakseimbangan nutrisi kurang :
menurun dari kebutuhan tubuh terpenuhi. - Identifikasi alergi
Kriteria Hasil :
- Identifikasi makanan yang
Status Nutrisi disukaiTerapeutik :
• Frekuensi makan meningkat - Berikan makanan tinggi
seratuntuk mencegah konstipasi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk
jikamampu

31
• Nafsu makan cukup membaik Kolaborasi :

• Mermban mukosa membaik - kolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan
• Pemantauan
nutrisi
Observasi :
- Identifikasi kelainan pada kulit

- Identintifikasi kelainan
eliminasi

- Monitor mual dan


muntahTerapeutik :
- Timbang berat
badanEdukasi :
- Jelaskan tujuan
prosedurpemantauan
Kolaborasi :

- Kolaborasi dengan ahli gizi

32
3. Hipertermi b.d proses inflamasi Hipotermia membaik setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
virus dengue ditandai dengan tindakan 2x24 jam dengan kriteria hasil
(SIKI Hal 181)
panas sejak 4 hari -Mengigil Menurun
Observasi
-Kulit Merah Menurun
- Identifikasi Penyebab hipertermia
-Pucat Menurun
- Monitor Suhu Tubuh

-Suhu Tubuh Membaik - Monitor Kadar elektrolit

- Monitor Haluran Urine

- Monitor Komplikasi akibat


Hipertermia

Terapeutik

-Sediakan Lingkungan yang dingin

-Longgarkan atau lepaskan pakaian

-Basahi dan Kipasi permukaan Tubuh

-Berikan Cairan oral

- Ganti linen setiap hari atau lebih sering


jika mengalami hiperhidosis ( Keringat
berlebihan)

-Lakukan Pendinginan eksternal (


mis.selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi,
leher,dada,abdomen,aksila)
33
-Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin

-Berikan Oksigen, jika perlu

Edukasi

-Anjurkan Tirah baring

Kolaborasi

-Kolaborasi pemberian cairan intravena


jika perlu

34
G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO TANGGAL DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI

1 21 Juni 2021 Hipovolemia 08.00 • Memanajemen Hipovolemia


Observasi :
berhubungan dengan
1. Memperiks tanda dan gejala
Peningkatan
hipovolemik ( tekanan darah
permeabilitas kapiler
100/70 mmHg, membran mukosa
ditandaidengan
bibir klien kering, bibir pecah-
mukosabibir kering
pecah, lidah klienputih, hematocrit
meningkat, dari hasillaboratorium
klienhematokrit klien tidak
meningkat 41.2 [%] )

2. Memonitor intake dan output


cairan
Intake: 1170 cc
Output : urine : 1300 cc
Terapeutik :
3. Memberikan asupan cairan oral,
sebanyak 4 gelas dari jam 08.00-
14.00, 1200 cc
Edukasi :
35
4. Menganjurkan memperbanyak
asupancairan oral, dengan cara
memberi tahu kepadakeluarga atau
klien untukmemperbanyak minum
sesuai kebutuhan tubuhsekitar
2400 cc / 24 jam

Kolaborasi :

5. Memantau pemberiancairan IV
isotonis ( RL 30 tts/m )

• Memantauan cairan

Observasi :
1. Memonitor berat badan(BB
sebelum sakit 45 Kg)
2. Memonitor hasilpemeriksaan
laboratorium (hematokrit 41.2 [%]
)
Terapeutik :
3. Berikan asupan cairan oral
sebanyak 4 gelas dari jam 08.00-
14.00, 1200 cc

36
4. Memberikan cairanintravena ( RL
30 tts/m )
Kolaborasi :
5. Melakukan Kolaborasipemberian
diuretic tidak dilakukan, karena
tidak sesuai dengan kondisi klien.
Klien urine nyalancar tidak
memakai kateter.

2 21 Juni 2021 Defisit nutrisi b.d 10.00 • Manajemen nutrisi

anorexia ditandai Observasi :

dengan mual, mukosa 1. Mengidentifikasi alergi,klien tidak

pucat, berat badan ada alergi terhadap obat maupun

pasien menurun makanan.


2. Mengidentifikasi makananyang
disukai, makanan yang disukai
klien. Makanan yang disukai klien
ayam, ikan, nasigoring, mangga,
pisang danmakanan yang tidak
disukai klien nanas. Terapeutik :
3. Memberikan makanantinggi serat
untukmencegah konstipasi (pepaya
)

37
Edukasi :
4. Menganjurkan posisiduduk jika
mampu, agar klien tidak merasa
letih danlemah.
Kolaborasi :
5. Melakukan kolaborasidengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
kaloridan jenis nutrien yang
dibutuhkan
• Memantau nutrisi
Observasi :
1. Mengidentifikasi kelainanpada
kulit, ( pada kulitklien terdapat
bintik-bintik merah di tangan klien
).
2. Mengidentintifikasi kelainan
eliminasi, BAK klien lancar,
sedangkan BAB klien susah
3. Memonitor mual danmuntah (
klien merasakan mual dan muntah
)
Terapeutik :

38
4. Menimbang berat badan,berat
badan klien 42 kg

Edukasi :

5. Menjelaskan tujuan prosedur


pemantauan (tujuan pemantauan
nutrisi agar nutrisi klien terpenuhi)

3 21 Juni 2021 Hipertermi 12.00 Manajemen Hipertermia

berhubungan dengan -Mengidentifikasi penyebab hipertermia


pada pasien
virus dengue
-Memonitor Suhu Tubuh Pasien
-Memonitor Kadar elektrolit pasien
-Memonitor Komplikasi akibat Hipertermia
Terapeutik
-Menyediakan lingkungan yang dingin
-Melonggarkan / melepaskan pakaian pasien
-Membasahi dan mengkipasi permukaan
tubuh pasien
-Memberikan Cairan oral kepada pasien
-Mengganti Linen
-Melakukan Pendinginan eksternal
(mis.Selimut atau kompres)
- Memberikan Oksigen jika pasien
memerlukan oksigen

Edukasi
-Menganjurkan pasien untuk tirah baring

39
H. EVALUASI

NO TANGGAL DIAGNOSA JAM EVALUASI

1 21 Juni Hipovolemia 13.00 S:


• Ibu klien mengatakan klien
2021 berhubungan
kurangminum
dengan
• Ibu klien mengatakan klien letih
Peningkatan • Ibu klien mengatakan klien tadi
permeabilitas siang muntah
kapiler • Ibu klien mengatakan suhu
ditandaidengan tubuhklien turun naik
mukosabibir O:
kering • Klien tampak letih
• Klien tampak ada bintik-
bintikmerah di tangan klien,
Pteke pada tangan ( + )
TD : 100/70 P : 24 x/m N :
64 x/m S: 36,5 ˚C
Intake : 1170 cc
Output : urine : 1300 cc
IWL : 38 x 10 x 7 / 2 jam =
110,8 cc

40
Balance Cairan : - 20,8
ccA : Hipovolekimi
P : Intervensi dilanjutkan
• Memanajemen hipovolemia no
1,2,3, dan 5
• Memantau cairan no 2, 3 dan
4

2 21 Juni Defisit Nutrisi 13.30 S: Pasien mengatakan sudah nafsu makan


O: -Pasien menghabiskan 1 porsi makan
2021 b.d penurunan setiap kali makan
nafsu makan -Pasien Sudah Tidak lemas
BB: 43Kg

A: Defisit Nutrisi teratasi


P: Intervensi dihentikan

STATUS NUTRISI SLKI (Hal 121)

-Porsi Makanan yang Dihabiskan Meningkat


(5)

-Berat Badan Membaik (5)

- Indeks Masa Tubuh (IMT)

Membaik (5)

-Frekuensi makan membaik(5)

41
-Nafsu makan Membaik(5)

3 21 Juni Hipertermi b.d 13.30 S: Klien Mengatakan tubuhnya sudah


tidak panas
2021 demam tinggi O: Suhu: 36°C
Nadi: 90x/menit
RR: 20x/menit
TD: 110/80 mmhg
Pasien Sudah tidak
pucat
A: Hipertermia teratasi
P: Intervensi dihentikan

Termogulasi SLKI(Hal129)
-Mengigil Menurun (5)

-Kulit Merah Menurun (5)

-Pucat Menurun (5)

-Suhu Tubuh Membaik (5)

- Tekanan Darah Membaik (5)

42
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang ditandai dengan empat gejala klnis utama yaitu
demam tinggi, perdarahan, hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul rejatan (sindrom rejatan dengue)
sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian(Padila, 2013).
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adal demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif & Hardhi, 2015).

43
DAFTAR PUSTAKA

PPNI,siki.2018.Definisi dan tindakan keperawatan.Jakarta: dewan pengurus pusat dan persatuan perawat nasional indonesia diaskes
pada tanggal 22 Maret 2021 pukul 20.00 wib

PPNI,slki.2018.Definisi dan kriteria hasil keperawatan.Jakarta: dewan pengurus pusat dan persatuan perawat nasional indonesia
diaskes pada tanggal 22 Maret 2021 pukul 21.00 wib

PPNI,sdki.2016.Definisi dan indikator diagnostik.Jakarta: dewan pengurus pusat dan persatuan perawat nasional indonesia diaskes
pada tanggal 22 Maret 2021 pukul 00.00 wib

http://repo.stikesperintis.ac.id/846/1/26%20TIKA%20GENESHA%20PUTRI.pdf Diakses pada tanggal 22 maret 2021 pukul 17.00

44
45

Anda mungkin juga menyukai