Anda di halaman 1dari 96

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM

PREEKLEMSIA BERAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN


MENYUSUI TIDAK EFEKTIF DENGAN TINDAKAN PIJAT
OKSITOKSIN DIRUANG WIJAYA KUSUMA RSUD dr. DRAJAT
PRAWIRANEGARA SERANG

KARYA TULIS ILMIAH

PUTRI AZZAHRA
8801210021

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023/2024
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM

PREEKLEMSIA BERAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN


MENYUSUI TIDAK EFEKTIF DENGAN TINDAKAN PIJAT
OKSITOKSIN DIRUANG WIJAYA KUSUMA RSUD dr. DRAJAT
PRAWIRANEGARA SERANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Program Diploma


III Keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

PUTRI AZZAHRA
8801210021

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG
TIRTAYASA 2023/2024

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Putri Azzahra

NIM : 8801210021

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum

Preeklemsia Berat dalam Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif

dengan Tindak Pijat Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr.

Drajat Prawiranegara Serang.

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini


merupakan hasil karya saya sendiri. Semua sumber baik yang dikutip
maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Saya bersedia
menerima sanksi dalam bentuk apapun jika hasil karya saya ini dapat
dinyatakan sebagai hasil karya plagiarisme.

Serang, 15 April 2024


Yang menyatakan,

Putri Azzahra
8801210021

iii
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM


PREEKLEMSIA BERAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
MENYUSUI TIDAK EFEKTIF DENGAN TINDAKAN PIJAT
OKSITOKSIN DIRUANG WIJAYA KUSUMA RSUD dr. DRAJAT
PRAWIRANEGARA SERANG

Karya Tulis Ilmiah ini sudah dipertahankan dihadapan Penguji dan diterima
sebagai bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program
Studi Diploma III Keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.

Serang, 18 April 2023


Dewan Penguji Tanda Tangan
1. Pembimbing
Ns. Aminah, S. Kep., M. Kes
NIP. 196111271986032006
(…………………………)

2. Penguji
Ns. Ernawati Umar, S.Kep.M.Kes.D.NM
NIP. 1963110819811072001
(…………………………)

Mengesahkan,
Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Nelly Hermala Dewi, M. Kep NIP.


197906142005012009

iv
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmad
dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas penyusunan proposal Asuhan Keperawatan
Maternitas dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum
Preeklemsia Berat dalam Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak dengan
Tindakan Pijat Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat
Prawiranegara Serang” terselesaikan tepat pada waktunya.
Maksud dan tujuan penyusunan karya tulis ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III
Keperawatan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Karya Tulis Asuhan
Keperawatan ini tersusun atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan yang sedalam-
dalamnya untuk:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Fatah Sulaiman, ST., MT selaku Rektor
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2. Bapak Dr. dr. Omat Rachmat, Sp.Ot (K) Spine selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
3. Ibu Nelly Hermala Dewi, M. Kep selaku Koordinator Program Studi
DIII Keperawatan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
4. Ibu Ns. Hj. Eli Amaliyah S. Pd., S. Kep., MM.Kes., PhD selaku
Kepala Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
5. Ibu Ns. Ernawati Umar, S. Kep. M. Kes. D.NM selaku dosen
penguji utama yang memberikan masuka ilmu serta bantuan dan
arahannya.
6. Ibu Ns. Aminah, S. Kep., M. Kes selaku dosen pembimbing utama
yang telah memberikan masukan ilmu dalam penyusunan proposal
serta arahan dan bimbingan hingga selesai.
7. Alm. bapak dan mamah saya yang tercinta dan tersayang, serta
v
seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan segalanya
dalam proses baik doa, semangat, motivasi, maupun berupa materi
yang tidak henti-hentinya diberikan kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan proposal ini.
8. Sahabat-sahabat saya Adlya Syaza, Linda Lidiawati, Sike Ramudi
Damayanti, Vina Tazkyatul Umah , Jihan Fatihah, dan Riska
Komala yang selalu memberikan do’a maupun semangat dalam
setiap langkah penulisan saya ini.
9. Teman-teman sejawat Prodi DIII Keperawatan terkhusus DIII
Keperawatan kelas A yang sedikit banyaknya selalu memberikan
semangat dukungan masukan dan motivasi.
10. Dan masih banyak lagi pihak-pihak lain yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu, semoga asuhan keperawatan
ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu.

Serang, 14 September 2023

Putri Azzahra

vi
ABSTRAK

Latar Belakang : Post partum atau masa nifas yaitu dimana ketika dua jam plasenta
lepas dari rahim hingga kembalinya organ reproduksi seperti keadaan normal saat
sebelum hamil. Preeklampsia berat merupakan dimana suatu penyakit yang dialami
ibu hamil ditandai dengan hipertensi (tekanan darah tinggi) dengan sistol/diastol
>160/110 mmHg dan disertai dengan proteinuria 5 gram/24 jam atau +4 yang terjadi
setelah kehamilan minggu ke-20 , dan edema (pembengkakan). Pemenuhan
kebutuhan menyusui tidak efektif pada ibu post partum dengan preeklemsia berat
merupakan dimana bayi mengalami ketidakpuasan atau kesukaran pada proses
menyusui, kurangnya pengetahuan ibu tentang menyusui, hisapan bayi tidak adekuat,
kelelahan, dan lain sebagainya. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah ini dengan tindakan pijat oksitoksin atau pijat punggung yang bertujuan
untuk merangsang hormon oksitoksin menjadi lebih optimal dan ASI menjadi lancar.
Pijatan oksitoksin membuat ibu merasa nyaman sehingga ASI dapat keluar
sendirinya. Penelitian ini yaitu untuk mengetahui hasil dari penerapan pijat oksitoksin
terhadap pemenuhan kebutuhan menyusui. Metode yang digunakan pada penelitian
ini yaitu studi kasus dengan jenis penelitian deskriptif dilakukan oleh peneliti pada
dua ibu post partum dengan preeklemsia berat dengan masalah pemenuhan kebutuhan
menyusui tidak efektif. Didapatkan hasil dari studi kasus pada pasien 1 dan pasien 2
memiliki masalah keprawatan yang sama yaitu masalah menyusui tidak efektif
berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai air susu ibu. Kemudian merencanakan
tindakan keperawatan dan melakukan implementasi tindakan keperawatan dengan
mengajarkan dua pasien dan keluarga pasien bagaimana cara melukakn tidakan pijat
oksitoksin untuk pemenuhan kebutuhan menyusui selama 3 hari. Tindakan pijat
oksitoksin cukup efektif untuk mengatasi masalah menyusui ditandai dengan pasien 1
pengeluaran ASI pada hari ke 3, sedangkan pasien 2 pengeluaran ASI pada hari ke 2.

Kata Kunci : Post partum, Preeklemsia Berat, Pemenuhan Kebutuhan Menyusui


Tidak Efektif, Pijat Oksitoksin

vii
ABSTRACT

Background : Postpartum or the postpartum period is when the placenta separates


from the uterus for two hours until the reproductive organs return to their normal state
before pregnancy. Severe preeclampsia is a disease experienced by pregnant women
characterized by hypertension (high blood pressure) with systole/diastole >160/110
mmHg and accompanied by proteinuria of 5 grams/24 hours or +4 which occurs after
the 20th week of pregnancy and edema (swelling). Fulfilling breastfeeding needs is
ineffective in post-partum mothers with severe preeclampsia, namely where the baby
experiences dissatisfaction or difficulty in the breastfeeding process, the mother lacks
knowledge about breastfeeding, the baby sucks inadequately, is tired, and so on.
Interventions that can be carried out to overcome this problem include oxytocin
massage or back massage which aims to stimulate the oxytocin hormone to become
more optimal and breast milk to become smooth. Oxytocin massage makes the mother
feel comfortable so that breast milk can come out on its own. This research is to
determine the results of applying oxytocin massage to fulfill breastfeeding needs. The
method used in this research is a case study with a descriptive type of research carried
out by researchers on two postpartum mothers with severe preeclampsia and the
problem of fulfilling their breastfeeding needs ineffectively. The results from the case
study showed that patient 1 and patient 2 had the same nursing problem, namely the
problem of ineffective breastfeeding related to inadequate breast milk supply. Then
plan nursing actions and implement nursing actions by teaching two patients and the
patient's family how to carry out oxytocin massage to fulfill the need for breastfeeding
for 3 days. Oxytocin massage is quite effective in overcoming breastfeeding
problems, characterized by patient 1 producing breast milk on day 3, while patient 2
was producing breast milk on day 2.

Keywords : Postpartum, Severe Preeclampsia, Ineffective Fulfillment of


Breastfeeding Needs, Oxytocin Massa

viii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan


Halaman Sampul Dalam...........................................................................ii
Halaman Pernyataan Orisinalitas..............................................................iii
Halaman Persetujuan................................................................................iv
Halaman Kata Pengantar..........................................................................v
Abstrak....................................................................................................vii
Daftar Isi.................................................................................................ix
Daftar Tabel...........................................................................................xii
Daftar Lampiran.....................................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum......................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................5
1.4.1 Bagi Pasien..........................................................................5
1.4.2 Bagi Perawat........................................................................5
1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan..............................5
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya....................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................6
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................6
2.1.1 Pengkajian...........................................................................6
2.1.2 Diagnosa Keperawatan........................................................12
2.1.3 Intervensi Keperawatan.......................................................12
2.1.4 Implementasi Keperawatan.................................................13
2.1.5 Evaluasi Keperawatan.........................................................13
2.2 Konsep Post Partum......................................................................14

ix
2.2.1 Pengertian............................................................................14
2.2.2 Perubahan Pada Masa Post..................................................14
2.3 Konsep PEB.................................................................................18
2.3.1 Pengertian...........................................................................18
2.3.2 Etiologi................................................................................18
2.3.3 Patofisiologi.........................................................................18
2.3.4 Manifestasi Klinis...............................................................19
2.3.5 Klasifikasi............................................................................19
2.3.6 Komplikasi..........................................................................20
2.4 Konsep Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif............21
2.4.1 Definisi................................................................................21
2.4.2 Pengertian Air Susu Ibu (ASI)............................................21
2.4.3 Penyabab Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif...................22
2.4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Menyusui Tidak
Efektif........................................................................................... 22
2.5 Konsep Dasar Pijat Oksitoksin.....................................................24
2.5.1 Definisi Hormon Oksitoksin...............................................24
2.5.2 Definisi Pijat Oksitoksin.....................................................25
2.5.3 Mekanisme Pijat Oksitoksin...............................................25
2.5.4 Manfaat Pijat Oksitoksin.....................................................25
2.5.5 Indikasi Pijat Oksitoksin......................................................25
2.5.6 Pelaksanaan Tindakan Pijat Oksitoksin...............................26
BAB III METODELOGI PENELITIAN.............................................27
3.1 Desain Penelitian..........................................................................27
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................27
3.3 Subjek Penelitian/ Partisipan........................................................27
3.4 Fokus Studi...................................................................................28
3.5 Definisi Operasional.....................................................................28
3.6 Instrumen Penelitian.....................................................................29
3.7 Metode Pengumpulan Data..........................................................29

x
3.8 Etika Studi Kasus..........................................................................29
3.9 Langkah-langkah Pengumpulan Data...........................................30
3.10 Metode Analisa Data....................................................................31
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................
4.1 Hasil Studi Kasus...........................................................................
4.1.1 Gambaran Lokasi Studi Kasus............................................
4.1.2 Pengkajian...........................................................................
4.1.3 Analisa Data........................................................................
4.1.4 Diagnosa Keperawatan........................................................
4.1.5 Intervensi Keperawatan.......................................................
4.1.6 Implementasi Keperawatan.................................................
4.1.7 Evaluasi Keperawatan.........................................................
BAB V KESIMPULAN..........................................................................
5.1 Kesimpulan....................................................................................
5.1.1 Pengkajian...........................................................................
5.1.2 Diagnosa Keperawatan........................................................
5.1.3 Intervensi Keperawatan.......................................................
5.1.4 Implementasi Keperawatan.................................................
5.1.5 Evaluasi Keperawatan.........................................................
5.2 Saran...............................................................................................
5.2 Bagi Pendidikan dan Institusi.................................................
5.2 Bagi Ruang Wijaya Kusuma..................................................
5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya........................................................
Daftar Pustaka.......................................................................................32

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Analisa Data.............................................................................11


Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan............................................................12
Tabel 3.1 Definisi Operasional.................................................................28
Tabel 4.1 Biodata Pasien............................................................................
Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan.....................................................................
Tabel 4.3 Riwayat Kesehatan Masa Lalu Pasien.........................................
Tabel 4.4 Riwayat Genekologi dan Obstetri...............................................
Tabel 4.5 Riwayat Kontrasepsi ..................................................................
Tabel 4.6 Riwayat Persalinan.....................................................................
Tabel 4.7 Riwayat Pemeriksaan Fisik.........................................................
Tabel 4.8 Pola Kebiasaan...........................................................................
Tabel 4.9 Pemeriksaan Laboratorium.........................................................
Tabel 4.10 Analisa Data.............................................................................
Tabel 4.11 Intervensi Keperawatan............................................................
Tabel 4.12 Implementasi Keperawatan.......................................................
Tabel 4.13 Evaluasi Keperawatan..............................................................

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 . Standar Operational Prosedur (SOP)..........................................


Lampiran 2 . Satuan Acara Penyuluhan Pijat Oksitoksin.................................
Lampiran 3 . Dokumentasi Pasien....................................................................
Lampiran 4 . Leaflet Pijat Oksitoksin...............................................................
Lampiran 5 . Informed Consent Pasien............................................................
Lampiran 6 . Lembar Kehadiran Penelitian......................................................
Lampiran 7 . Lembar Persetujuan Seminar Hasil.............................................
Lampiran 8 . Lembar Persetujuan Izin Penelitian............................................
Lampiran 9 . Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah......................................

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Post partum (masa nifas) yaitu dimana ketika plasenta lepas dari rahim hingga
kembalinya organ reproduksi seperti keadaan normal saat sebelum hamil
(Sutanto, 2018). Masa nifas umumnya dimulai dari dua jam setelah keluarnya
plasenta sampai dengan sekitar enam minggu atau 40 hari (Ambarwati &
Wulandari, 2010). Berakhirnya proses persalinan bukan berarti ibu terbebas dari
bahaya atau komplikasi. Berbagai komplikasi dapat dialami ibu post partum dan
bila tidak ditangani dengan baik akan memberi dampak yang cukup besar
terhadap Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan suatu indikator derajat kesehatan dan
kematian pada ibu yang sewaktu hamil dan melahirkan. Tingginya AKI
menunjukkan rendahnya keadaan ekonomi dan fasilitas kesehatan dalam
pelayanan antenatal dan obstetrik. Ada penyebab langsung dan tidak langsung
pada AKI. Penyebab tidak langsung diakibatkan dari penyakit yang sudah ada
atau penyakit yang didapat sewaktu hamil dan berpengaruh pada kehamilan atau
persalinan. Dan penyebab secara langsung disebabkan oleh faktor medis yang
dapat dipastikan seperti preeklamsia berat.

Menurut Word Health Organization (WHO) pada tahun 2018, menyatakan angka
persalinan post partum preeklampsia berat di seluruh dunia berkisar antara
0,51%
- 31,4%. Di negara maju angka kejadian post partum preeklampsia berat berkisar
6,4%. Sedangkan kejadian preekemsia berat di Indonesia sebesar 9,4%. Hasil
Riskesdas Tahun 2018 menunjukkan kelahiran dengan metode post partum
preeklampsia berat sekitar 17%, dengan proporsi tertinggi di Bali (97,2%) dan
terendah di Maluku (30,1%). Angka persalinan post partum preekemsia berat di
Provinsi Banten sebesar 2,5% (Dinkes Banten, 2020). Di RSUD dr. Drajat
Prawiranegara di ruang bersalin didapatkan bahwa yang mengalami preekemsia
berat sebanyak 9,85% dengan angka kematian 2,1%.

1
Preeklampsia berat merupakan dimana suatu penyakit yang dialami ibu hamil
ditandai dengan hipertensi (tekanan darah tinggi) dengan sistol/diastol >160/110
mmHg dan disertai dengan proteinuria 5 gram/24 jam atau +4 yang terjadi
setelah kehamilan minggu ke-20 , dan edema (pembengkakan). Pada pasien
preeklemsia berat memiliki kondisi kritis yang perlu dirawat di ruang resusitas
memerlukan bantuan dari personel yang lebih terampil dari teknologi yang lebih
canggih (Firmanto el al., 2022). Preekemsia atau disebut juga sebagai hipertensi
yang di akibatkan oleh kehamilan atau keracunan kehamilan (selain tekanan
darah yang tinggi juga di dapatkan kelainan pada kencingnya).

Banyak perubahan fisiologis pada ibu post partum dengan preekemsia salah
satunya perubahan pada payudara yang menyebabkan pemenuhan kebutuhan
menyusui tidak efektif pada bayi, dimana banyak ibu post partum
yangmengalami gangguan menyusui sehingga ASI tidak dapat keluar. Beberapa
faktor diantaranya seperti puting susu lecet, payudara bengkak, puting susu yang
tidak menonjol, anomalia payudara (puting kedalam), menggelap pada sekitar
puting, kelelahan pasca melahirkan, dan hisapan bayi lemah atau tidak adekuat,
sehinggabayi tidak dapat menyusi secara optimal. (Vijayanti dkk, 2022). Hal ini
membuat ibu mengambil keputusan untuk tidak menyusui bayinya.

Pada masa nifas produksi ASI pada ibu dan bayi mengalami kesulitan atau
ketidakpuasan pada proses menyusui (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Kegagalan proses menyusui sering disebabkan karena beberapa masalah baik
dari ibu atau bayinya. Kondisi menyusui tidak efektif membuat pemberian ASI
rendah yang dapat menjadi ancaman bagi bayi khususnya keberlangsungan hidup
bayi pada pertumbuhan dan perkembangan. Masalah ketidakefektifan
pemenuhan kebutuhan menyusui pada ibu post partum preeklampsia berat ini
terjadi karena nyeri luka jahitan dan mules-mules setelah melahirkan akibat
kontraksi uterus yang mengganggu selama 2-3 hari sehingga menyebabkan ibu
sulit untuk proses pengeluaran ASI dan kurangnya pengetahuan tentang
menyusui yang benar pada ibu post partum pre-eklampsia berat juga akan
mengakibatkan gangguan laktasi (TIM, 2013).

2
Salah satu tindakan yang perlu dilakukan untuk mengeluarkan ASI yaitu dengan
pijat oksitoksin/pijat punggung. Pemijatan punggung beruguna untuk
merangsang pengeluaran hormon oksitoksin pengeluaran ASI menjadi lancar dan
optimal (Fikawati, dkk. 2015). Selain merangsang pengeluaran hormon manfaat
pijat punggung yaitu mengurangi bengkak pada payudara, memberikan
kenyamanan, merangsang pelepasan oksitoksin, mengurangi sumbatan, dan
mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit. Pijat oksitoksin dapat
menjadi solusi untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan menyusui tidak
efektif.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Rahayuningsih, 2016),


menunjukan bahwa pada ibu post partum preeklemsia berat dengan masalah
keperawatan menyusui tidak efektif, yang menyatakan bahwa perawatan
payudara dan pijat oksitoksin terhadap produksi ASI menunjukan ada pengaruh
bersifat positif dan signifikan.

Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh ( Mery Juliana, 2020), yaitu
menyatakan bahwa 5 dari 2 ibu post partum preekemsia berat memiliki masalah
pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif. Setelah melakukan pijat
oksitoksin maka didapatkan 5 ibu post patum dengan preekemsia berat produksi
ASI meningkat.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada saat Praktik
Klinik Keperawatan Maternitas di Ruang Wijaya Kusuma RSUD dr. Drajat
Prawiranegara Kota Serang pada tahun 2023, dari 10 pasien 4 ibu post partum
dengan PEB (Preekemsia Berat) memiliki masalah keluhan asi belum keluar.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk menyusun Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum dengan PEB
(Preeklemsia Berat) dengan Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif
dengan Tindakan Pijat Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat
Prawiranegara Serang.”

3
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Preeklemsia Berat
dalam Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif dengan Tindakan Pijat
Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat Prawiranegara Serang.?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Preeklemsia Berat
dalam Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif dengan Tindakan Pijat
Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat Prawiranegara Serang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Lakukan Pengkajian Keperawatan Pada Ibu Post Partum Preeklemsia
Berat dalam Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif dengan
Tindakan Pijat Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat
Prawiranegara Serang.
2. Tetapkan Diagnosis Keperawatan Pada Ibu Post Partum Preeklemsia
Berat dalam Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif dengan
Tindakan Pijat Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat
Prawiranegara Serang.
3. Susun Perencanaan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Preeklemsia
Berat dalam Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif dengan
Tindakan Pijat Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat
Prawiranegara Serang.
4. Laksanakan Tindakan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Preeklemsia
Berat dalam Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif dengan
Tindakan Pijat Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat
Prawiranegara Serang.
5. Lakukan Evaluasi Keperawatan Pada Ibu Post Partum Preeklemsia
Berat dalam Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif dengan
Tindakan Pijat Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat
Prawiranegara Serang.

4
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pasien
Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah keperawatan yang
dihadapi pasien untuk memenuhi kebutuhan menyusui tidak efektif, serta
menambahkan pengetahuan kepada pasien dan keluarga dalam penerapan
dan manfaat pijat oksitoksin.
1.4.2 Bagi Perawat
Diharapkan pada hasil penelitian yang akan dilakukan bisa memberikan
manfaat bagi perawat yaitu perawat dapat menentukan diagnosa dan
intervensi keperawatan yang tepat pada pasien post partum untuk memenuhi
kebutuhan menyusui efektif.
1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini kiranya dapat bermanfaat pada pengembangan ilmu
pengetahuan, informasi, dan sebagai bahan masukan pada bidang
keperawatan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan.
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Manfaat penelitian ini bagi peneliti keperawatan selanjutannya yang
berkaitan pada kasus preeklemsia berat dengan pemenuhan kebutuhan
menyusui tidak efektif yaitu dapat menjadi rujukan, sumber informasi dan
bahan referensi penelitian selanjutnya agar bisa lebih dikembangkan dalam
materi-materi yang lainnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.1.1 Pengkajian
Langkah awal Asuhan Keperawatan yang harus dilakukan yaitu melakukan
pengkajian. Untuk metode yang dilakukan yaitu dengan pemeriksaan fisik,
observasi , dan wawancara. Sumber pengkajian bisa dari pasien, keluarga
pasien maupun petugas kesehatan lainnya. Pengkajian adalah awal proses
asuhan keperawatan dimana yang bertujuan untuk data klien atau
mengumpulkan informasi, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-
masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik secara sosial,
biopisiko, dan spiritual (Dermawan 2012 dalam (Falentina, 2019)).
Pengkajian data asuhan keperawatan meliputi:
1. Identitas atau biodata Klien
a. Identitas klien

Meliputi nama, usia, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor
dan nomor registrasi.

b. Identitas penganggung jawab

Meliputi nama, usia, agama, pekerjaan, dan hubungan dengan klien.


2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Dahulu


- Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.

- Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preekemsia pada kehamilan


terdahulu.

- Biasanya mudah terjadi pada ibu obesitas.

- Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis.

6
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Ibu merasa sakit kepala didaerah frontal.
- Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium.
- Gangguan virus: penglihatan kabur, scotoma, dan diplopia.
- Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
- Gangguan serebral lainnya: terhuyung-huyung, reflex tinggi, dan tidak
tenang.
- Edema pada ektremitas.
- Tengkuk terasa berat.
- Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan memempunyai riwayat preekemsia dan eklemsia dalam
keluarga.
3. Riwayat Genekologi dan Obstetri
Riwayat genekologi dan obstetric meliputi (Rattnawati, 2018 dalam (Sari
2018)):
1) Riwayat Genekologi
a) Riwayat menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain usia pertama kali
haid, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah, teratur
atau tidak teratur, sifat darah, keluhan utama yang dirasakan saat haid,
dan menstruasi terakhir yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
perhitungan tanggal kehamilan dan perkiraan kelahiran (HPHT) .

b) Riwayat perkawinan

Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama ibu menikah, perkawinan


keberapa, usia berapa saat menikah, dan mengetahui berapa jumlah
anaknya. Ibu multipara yang mempunyai pasangan seks baru
meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia.
c) Riwayat Keluarga Berencana
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi apa yang pernah digunakan

7
sebelum hamil, dan berapa lama memakai alat kontrasepsi, dan adakah
masalah selama menggunakan kontrasepsi
2) Riwayat Obstetri
a) Riwayat kehamilan dulu
Kehamilan dahulu tentang pemeriksaan kehamilan dimana dan berapa
kali, riwayat imunisasi waktu hamil, riwayat pemakaian obat selama
kehamilan, danada tidaknya keluhan selama kehamilan dahulu.
b) Riwayat kehamilan sekarang
Kehamilan sekarang tentang pemeriksaan kehamilan dimana dan berapa
kali,perawatan dan pengobatan yang didapat, ada tidaknya keluhan
selama kehamilan yang sekarang.
4. Riwayat Persalinan
a) Riwayat Persalinan Dahulu
Berapa kali pasien hamil, persalinan dan nifas yang lalu, tanggal lahir
anak sebelumnya, usia anaknya sekarang, jenis kelamin, berapa umur
kehamilan pada saat klien melahirkan sebelumnya, jenis persalinan yang
telah klien lakukan sebelumnya, tempat persalinan, dan apakah ada
komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi pada saat persalinan dahulu.
b) Riwayat Persalinan Sekarang
Tanggal persalinan, tipe persalinan yang dilakukan, lama persalinan apa
terjadi pembukaan atau penyulit, jumlah perdarahan, jenis kelamin bayi,
BB bayi, PB bayi, dan APGAR score.
5. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
Keadaan umum pasien lemah, kesadaran composmentis.
b. Tanda-tanda vital
Biasanya pada pasien preekemsia tekanan darah pasien meningkat.

8
6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik head to toe :
a. Kepala
- Rambut : Tampak bersih atau tidak, rambut rontok atau tidak, dan
terdapat uban atau tidak.
- Mata : Mata simetris kiri dan kanan, penglihatan baik atautidak, sklera
ikterik atau tidak.
- Telinga : Simetris kiri dan kanan, telinga tampak bersihatau tidak.
- Hidung : Simetris kiri dan kanan, bersih tau tidak, adakelainan atau
tidak.
- Mulut dan gigi : Mulut terlihat bersih atau kotor, terdapatsariawan atau,
lembab atau kering.
b. Leher
Pada ibu post partumpreekemsia berat terdapat peningkatanvena jugularis.
c. Dada
- Pemeriksaan Payudara
Biasanya ibu mengeluh payudara nyeri, asi belum keluar atau hanya
sedikit keluarnya, puting susu datar atau kedalam, puting susu lecet,
simetris kiri dan kanan atau tidak, warna sekitar areola hitam kecoklatan atau
terdapat hiperpigmentasi, colostrum ada atau tidak, ada atau tidak kelainan pada
payudara.
d. Abdomen
Tampak linea nigra atau alba, ada tidaknya distensi abdomen, ada atau
tidaknya bekas jahitan operasi, adanya nyeri tekan atau tidak, TFU akan
turun 1 jari dibawah pusat setelah persalinan, TFU fundus kembali
normal 6-8 minggu post partum, konsistensi uterus keras atau lunak,
menilai rectus abdominalis normalnya panjang 7-12 cm dan lebarnya 1-2
cm.
e. Genitalia
- Genitalia Eksterna
Ada tidaknya edema pada vulva, ada tidak hemoroid, saat mengkaji
perineum lihat ada tanda-tanda REEDA atau tidak yang berupa
kemerahan, edema, ekimosis, discharge, dan pendekatan dari tepi luka

9
(Sholihah, D.W.I.S 2019).
- Genitalia Internal
Mengkaji keadaan lochea (jumlah, warna, bau, dan konsistensinya)
a. Jumlah: Volume lochea biasanya akan berkurang dalam beberapa
hari setelah melahirkan. Pasien dengan preeklamsia berat jumlah
rata-rata pengeluaran lochea pada hari pertama <500 cc .
b. Warna: Pada pasien preekemsia berat pada hari pertama berwarna
merah cerah (lochea rubra).
c. Bau: Lochea normalnya memiliki bau yang khas, mirip bau darah.
Pada pasien dengan pre-eklamsia berat bau yang tidak normal atau
berbau busuk bisa menjadi tanda infeksi dan perlu segera ditangani.
d. Konsistensi: Pada awalnya lochea biasanya encer, kemudian menjadi
semakin kental dengan seiringnya waktu. Namun, pada pasien
dengan preeklamsia berat, perubahan konsistensi lochea mungkin
juga dipengaruhi oleh komplikasi medis yang dapat mempengaruhi
pemulihan pasien.
f. Ekstremitas Bawah
Pada pasien preekemsia berat adanya edema pada ekstremitas bawah,
adanya varises , ada tidaknya sianosis, bagaimana pergerakannya, dan
reflek patella.

10
Analisa Data

Tabel 2.1
Analisa data

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS : Post partum (masa nifas) Menyusui Tidak
 Ibu tampak cemas Efektif
 Ibu mengatakan asi
tidak keluar Perubahan psikologis

DO : Kurang Dukungan
 Ibu mengeluh nyeri Keluarga
pada payudara
Cemas
 ASI belum keluar atau
hanya sedikit
 Puting susu datar atau Asi Tidak Keluar
kedalam
 Puting susu lecet
Menyusui Tidak Efektif
 Intake bayi tidak
adekuat
 Bayi menghisap tidak
terus menerus
 Bayi menolak untuk
menghisap
 Bayi tidak mampu
melekat pada payudara
 Bayi menangis saat
disusui

11
2.1.2 Diagnosa Keperawatan
Merupakan keputusan klinis mengenai pengalaman atau respon seseorang,
keluarga atau masyarakat, sebagai akibat dari masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual atau potensial (Tim Pokja SDKI, 2017)
1. Menyusui Tidak Efektif (D.0029)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan.

2.1.3 Intervensi Keperawatan


Tabel 2.2
Intervensi keperawatan
No Diagnosa Luaran Intervensi
1. Menyusui Status menyusui :  Identifikasi masalah menyusi
tidak efektif Setelah dilakukan asuhan dan penybab tidak menyusui
keperawatan selama 3 x  Beri dukungan ibu untuk
24 jam, diharapkan meningkatkan kepercayaan
menyusui membaik, diri dalam menyusui
dengan kriteria hasil :  Libatkan system pendukung
 Tetesan/ pancaran ASI misalnya suami, keluarga,
meningkat tenaga kesehatan, dan
 Hisapan bayi masyarakat
meningkat  Jelaskan manfaat dan
 Lecet pada putting pentingnya menyusui bagi
menurun ibu dan bayi

 Kelelahan maternal  Menetapkan lingkungan yang

menurun nyaman
 Lakukan pijat oksitoksin
 Suplay ASI adekuat
meningkat  Ajarkan ibu dan keluarga cara

 Kepercayaan diri ibu melakukan pijat oksitoksin

meniingkat untuk mempelancar ASI

Sumber : (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018), (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).

12
2.1.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan dimana tahap keempat dari proses keperawatan
yang rencana keperawatanya dilaksanakan : melaksanakn intervensi yang
telah ditemukan, pada tahap ini perawat siap membantu pasien atau orang
terdekat menerima prognosis dan stress situasi, mencegah komplikasi,
memberikan informasitentang penyakit, membantuprogramrehabilitas individu,dan
kebutuhanpengobatan (Falentina D, 2019).
2.1.5 Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil
yang diinginkan dan respon pasien terhadap dan keefektifan intervensi
keperawatan. Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan (Falentina D,
2019).
Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatanyaitu
Proses Formatif dan hasil sumatif. Proses Formatif berfokus pada aktivitas
dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan
keperawatan, evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah
perencanaan dilaksanakan dan terus menerus dilaksanakan sampai tujuan
tercapai (Falentina D, 2019).
Hasil sumatif berfokus pada perubahan prilaku/status kesehatan pasien
pada akhir tindakan perawatan pasien, tipe ini dilaksanakan pada akhir
tindakan secara paripurna. Disusun menggunakan SOAP dimana :
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara objektifoleh
pasien setelah diberikan implementasi keperawatan
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjek dan objektif
apakah telah tertasi, teratasi sebagian atau belum teratasi
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan
tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukkan

13
perubahan sesuai kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan tercapai
sebagian apabila jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria
hasil yang telah ditetapkan, tujuan tidak tercapai jika klien menunjukkan
sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali (Suprajitno dalam
Wardani, 2013).

2.2 Konsep Post Partum


2.2.1 Pengertian Post Partum
Post parum (masa nifas) merupakan masa dimana setelah dua jam lahirnya
plasenta dan berakhir alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil (Sutanto, 2018). Post partum ini berlangsung selama enam
minggu atau 42 hari (Fitri, 2018). Post partum paling lama pada ibu nifas
yaitu 40 hari. Tetapi jika waktu masa nifas lewat dari 40 hari tetap keluar
darah dan tidak berhenti perhatikan bila darah keluar saat ‘adah
(kebiasaan) haid, maka darah tersebut itu haid. Tetapi jika darah keluar
terus menerus dan tidak ada masa haid maka segera periksa ke bidan atau
dokter (Rini dan kumala, 2017).
2.2.2 Perubahan Pada Masa Post Patum
a. Adaptasi Fisiologis
Perubahan fisiologis pada masa nifas (Wahyuningsih, 2019) sebagai
berikut:
1. Involusi uterus
Involusi uterus merupakan dimana kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil dalam bentuk semula setelah melahirkan, proses ini
dimulai setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Pasca partum berat uterus menjadi 1000 gr, 1 minggu setelah
melahirkan uterus berinvolusi kira-kira 500 gram, 350 gram uterus
berinvolusi setelah 2 minggu uterus berinvolusi, dan pada minggu ke
6 pelahiran uterus kembali ke ukuran sebelum hamil dengan berat
sekitar 50-60 gram (Dewi vivan & surnarsih, 2013).
Uterus berada di garis tengah kira-kira 2 cm dibawah umbilikus

14
bagian fundus bersandar pada promonitorium sakralis (Vivan dan
Sunarsih, 2011). Dalam waktu 12 jam tinggi fundus mencapai
kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Setelah lahirnya bayi dan
plasenta terlepas, otot uterus berkontraksi sehingga sirkulasi darah
yang menuju uterus berhenti ini menyebabkan aliran darah
berkurang atau disebut iskemia. Involusi uterus ini meliputi
reorganisasi, pengeluaran desidua/endometrium, dan eksfoliasi
tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan berat
dan ukuran serta perubahan pada lokasi uterus, warna dan jumlah
lokia (Martuti,2020).
2. Kontraksi
Setelah plasenta keluar uterus akan mulai mengeras karena kontraksi
dan retraksi otot-ototnya. Pembuluh-pembuluh darah berada di
antara anyaman otot-otot akan terjepit, proses in akan menghentikan
pendarahan setelah plaseta keluar.
Intensitas kontraksi uterus meningkat setelah lahir, ini diduga terjadi
sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat
besar. Setelah post partum homeostasis dicapai terutama akibat
komresi pembuluh darah intramiometrium, bukan akibat agregasi
trombosit dan pembentukan bekuan. Selama 1-2 jam pertama pasca
melahirkaan intensitas kontraksi uterus akan berkurang dan menjadi
lebih tidak teratur. Cara mempertahankan kontarksi uterus yaitu
dengan cara suntikan oksitoksin secara intravena atau intramuskuler
yang diberikan setelah plasenta lahir.
3. Lochea
Lochea adalah cairan atau sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina selama masa pasca persalinan (Wahyuningsih, 2019).
Dibawah ini, beberapa jenis lochea :
a. Lochea rubra, berisi darah dan sisa – sisa selaput ketuban,
desidua, verniks kaseosa, lanugo, mekonium, oleh karena itu lokia
rubra berwarna merah dan berlangsung selama 1-3 hari pasca
partum.

15
b. Lochea sanguilenta, berwarna merah kekuningan yang berisi
darah dan leukosit berlangsung selama 3 -7 hari pasca persalinan.
c. Lochea serosa, berwarna kecoklatan dan mengandung serum,
jaringan desidua, leukosit dan eritrosit yang berlangsung selama 7
sampai 14 hari post partum.
d. Lochea alba, lochea ini berwarna putih yang berisi leukosit, dan
sel – sel desidua yang berlangsung selama 14 hari hingga 2 minggu
berikutnya
4. Payudara
Selama masa kehamilan, jaringan payudara bertumbuh dan
mempersiapkan fungsinya untuk menyiapkan makanan bagi bayi.
Pada hari ke-3 pasca persalinan efek prolaktin pada payudara mulai
dirasakan. Ketika puting dihisap oleh bayi, ensit let down
(mengalirkan) terangsang oleh oksitosin sehingga terjadinya ejeksi
ASI (Wahyuningsih, 2019). Pada payudara terjadi kadar prolaktin
yang disekresi oleh kelenjar hypofisis anterior meningkat secara
stabil selama kehamilan, tetapi hormon plasenta menghambat
pengeluaran ASI. Plasenta keluar konsentrasi estrogen dan
propesteron menurun, prolaktin dilepasakan dan sintesis ASI
dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan
pembengkakan vascular sementara. Asi disimpan di alveoli saat
ingin diproduksi dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara
diisap oleh bayi (Elisabeth, 2015).
a. Adaptasi psikologis
Adaptasi psikologis pada ibu post partum mengalam 3 fase (Walyani &
Purwoastuti, 2015), yaitu:
1. Fase Taking In
Fase ini dimulai dari hari pertama sampai hari kedua setelah
persalinan dengan ciri, ibu akan mengulang cerita tentang
pengalamannya mengenai persalinan, masih dalam ketergantungan,
mengalami ketidaknyamanan fisik seperti nyerijahitan (puerperium)
, lebih fokus dengan diri sendiri, kurang tidur sehingga
membutuhkan waktu beristirahat yang cukup agarterhindar dari
16
gangguan tidur, dan ibu masih membutuhan perlindungan dan
pelayanan.
Pada ibu post partum akan mengalami gangguan pada fase talking
in, yaitu:
a. Kekecewaan terhadap bayinya.
b. Ketidaknyamanan akibat perubahan fisik yang dialami.
c. Rasa bersalah sebab belum menyusui bayinya.
d. Kritikan atau suami tentang perawatan bayi.

2. Fase Talking Hold


Pada fase ini berlangsung 3 sampai 10 hari pasca persalinan. Ciri
pada fase ini yaitu ibu sudah lebih mandiri serta meningkatkan
upaya menjadi orang tua dan tanggung jawab terhadap bayinya. Ibu
tidak lagi pasif akan tetapi lebih fokus pada pengembalian fungsi
tubuhnya dalam menahan rasa nyeri, menjaga kekuatan dan daya
tahan tubuh, ibu berusaha dalam perawatan bayi baru lahir seperti
merawat tali pusat.
Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif dan mudah sekali marah
bahkan tersinggung sehingga perlu behati-hati dalam berkomunikasi
dan perlu menjaga perkaataan. Butuh dukungan moril untuk
menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Pada fase talking hold ini
sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu yang
membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga
dapat istirahat dengan baik.
3. Fase Letting Go
Pada fase letting go berlangsung selama 10 hari pasca
persalinan,fase ini ibu sudah dapat menerima peran barunya dan
tanggung jawab kepada bayinya. Ciri dari fase letting go yaitu, ibu
mampu menyesuaikan dan mengembangkan perawatan diri dengan
bayinya, ibu siap terbangun untuk menyusui bayinya supaya
kebutuhan bayinya tercukupi. Fase letting go ibu lebih percaya diri
dalam melalui peran barunya.

17
Pada fase letting go ibu postpartum mendapat anjuran dari tenaga
kesehatan, (Maryunani, 2012) yaitu:
a. Memperhatikan gizi dan kebersihan ibu.

b. Mengajarkan pentingnya dukungan keluarga.

c. Mengajarkan ibu untuk istirahat yang cukup.

d. Menghibur ibu saat sedih maupun kesepian.

2.3 Konsep PEB (Preeklemsia Berat)


2.3.1 Pengertian PEB
Preeklamsia merupakan gejala pada ibu hamil yang meliputi hipertensi,
protein pada urine, dan edema yang muncul setelah minggu ke 20 masa
kehamilan yang tadinya mempunyai tekanan darah normal. Preeklamsia
dapat mengakibatkan terjadinya kematian ibu. Menurut Gaym dkk (dalam
Utami, Utami dan Siwi, 2020) preekemsia dengan tekanan darah sistolik ≥
160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai dengan
proteinuria lebih dari 5 g/24 jam disebut sebagai preeklampsia berat.
2.3.2 Etiologi
Etiologi preeklamsi masih belum diketahui secara pasti dan beberapa teori
telah di usulkan untuk menjelaskan mengenai etiologi preeklamsia
(Mitayani, 2012), yaitu sering terjadi pada primigraviditas, hidraminion /
polihidranion, kehamilan ganda, molahidatidosa, bertambahnya frekuensi
dengan makin tuanya kehamilan, dapat terjadi pada keadaan ibu dengan
kematian janin dalam uterus, timbulnya hipertensi, edema, proteinuria,
kejang, dan koma.
2.3.3 Patofisiologis
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi preeklampsia meliputi
abnormalitas invasi tropoblas, hamil pada usia < 20 tahun atau > 30 tahun,
ibu hamil dengan riwayat hipertensi, ibu hamil dengan keturunan
preeklampsia, ibu hamil dengan menderita penyakit kronis yang dapat
menimbulkan potensi tekanan darah meningkat (hipertensi) (Siqbal,
2020). Hipertensi menjadi penyebab rusaknya vaskuler pembuluh darah
yang kemudian terjadi penyumbatan pembuluh darah. Vasokontriksi
merupakan penyempitan pembuluh darah karena mekanisme atau
18
rangsangan tertentu pada tubuh. Gangguan sirkulasi berdampak pada
beberapa organ ibu hamil dengan preeklampsia meliputi otak, ginjal,
jantung dan plasenta. Pada ibu hamil dengan preeklampsia akan
mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak sehingga menyebabkan
suplai O2 menurun (Indra, 2021). Vasospasme merupakan dasar dari
timbulnya proses preeklampsia.Konstriksi vaskuler menyebabkan
resistensi aliran darah dan timbulnyahipertensi arterial. Vasospasme dapat
diakibatkan karena adanya peningkatan sensifitas dari sirculating pressors.
Preeklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh
yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya
gangguan pertumbuhan plasenta sehingga dapat berakibat terjadinya
IUGR (Intra Uter Growth Retardation)(Ayu, 2020).
2.3.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis preeklampsia (Padila, 2015), diantaranya:
1. Pertambahan berat badan berlebih (obesitas)
2. Edema
3. Hipertensi
4. Proteinuria
5. Disertai nyeri kepala pada daerah frontal, diplopia, nyeri epigastrium,
mual atau muntah dan gangguan penglihatan kabur bahkan kadang-
kadang buta. Gangguan ini disebabkan penyempitan pembuluh darah dan
edema (Wibowo, dkk 2015).
2.3.5 Klasifikasi
Pada preekemsia timbul dengan tanda pertambahan berat badan yang
berlebihan diikuti dengan edema , hipertensi, dan proteinuria. Preeklemsia
ini dibedakan menjadi 2 yaitu preekmesia ringan dan preeklemsia berat.
1) Preeklampsia Ringan:
a. Kehamilan dengan tekanan darah sistolik 140 - <160 mmHg atau
tekanan darah diastolik 90 - <110 mmHg.
b. Proteinuria : 0,3 gr atau lebih atau pada pemeriksaan tingkat kualitatif
plus 1-2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
c. Adanya edema pretibia, bengkak di mata, wajah, tangan, bunyi pulmona
tidak terdengar, nyeri kepala sementara, tidak ada gangguan penglihatan,
19
tidak ada nyeri ulu hati (Norma, 2013).

20
2) Preeklampsia Berat:
a. Hipertensi dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, diukur
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
b. Proteinuria 5 gram/24 jam atau +4 pada pemeriksaan kualitatif.
c. Kenaikan berat badan yang tiba-tiba atau berlebihan merupakan tanda
preeklemsia pada sebagian wanita hamil. Peningkatan BB normalnya 0,5
kg per minggu, bila lebih dari itu kemungkinan terjadi preekemsia yang
harus dicurigai. Peningkatan ini disebabkan karena retensi cairan dan
selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema yang terlihat jelas
seperti kelopak mata yang bengkak atau jaringan tangan atau kaki yang
membesar.
d. Oliguria, urine 400ml/24 jam atau kurang.
e. Edema paru-paru, sianosis.
Ciri menentukan adanya edema yaitu nilai positif (+) jika pitting edema di
daerah wajah, tibia, lumbosakral, wajah, dan tangan. Jika kesulitan
menentukan tingkat edema, maka metode yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. += Sedikit edema pada daerah kaki pretibial
2. ++= Edema ditentukan pada ekstermitas bawah
3. +++= Edema pada muka, tangan, abdomen bagian bawah
4. ++++= Anasarka disertai asites.
Protein positif merupakan dimana jumlah protein lebih dari 0,3 gram per
liter urine 24 jam atau lebih dari 2 gram per liter sewaktu. Urine diambil
dengan penyadapan/kateter.
1. += 0,3 gram protein per liter
2. ++= 1 gram protein per liter
3. +++= 3 gram protein per liter
4. ++++= >10 gram per liter
2.3.6 Komplikasi
Padila (2015) mengatakan komplikasi terberat pada preeklampsi dapat
terjadi pada ibu maupun janin, yaitu :
1. Pada Ibu

21
a. Eklampsia (kejang).
b. Solusio plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu menderita
hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada preeklempsia.
c. Pendarahan subkapsula hepar.
d. Kelainan pembekuan darah (DIC).
e. Sindrom HELLP, yaitu hemolisis, elevated libver enzyms, dan low
platelet.
f. Ablasio retina.
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
2. Pada Janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.
b. Premature.
c. Asfiksia neonatorum.
d. Kematian janin.
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

2.4 Konsep Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif


2.4.1 Definisi
Pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif merupakan suatu kondisi
dimana ketidakadekuatan suplai ASI pada bayi yang mengakibatkan bayi
merasa tidak puas atau sulit pada saat menyusui (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016). Kegagalan dalam proses menyusui seringkali disebabkan
oleh munculnya beberapa masalah, baik masalah ibu maupun bayinya.
Pada sebagian ibu yang tidak paham mengenai masalah ini, pemberian
ASI atau menyusui sering kali gagal dan dianggap masalah ini diakibatkan
oleh bayinya. Masalah menyusui juga bisa diakibatkan karena keadaan
khusus, para ibu sering mengeluh bayi nya menangis atau menolak
menyusu. Ini membuat ibu beranggapan bahwa ASI ibu tidak cukup, atau
ASI ibu tidak enak, tidak baik, sehingga sering menyebabkan ibu
mengambil keputusan untuk berhenti menyusui (Maryunani, 2015 dalam
(Primandari, 2019)).
2.4.2 Pengertian Air Susu Ibu (ASI)

22
Air Susu Ibu (ASI) merupakan minuman dan makanan yang baik secara
alamiah maupun medis untuk di konsumsi oleh bayi. ASI ini sumber gizi
utama untuk bayi yang dimana bayi belum dapat mencerna makanan
padat. ASI yang pertama kali keluar disebut dengan kolostrum yang
mengandung immunoglobulin fungsinya untuk kekebalan tubuh bayi
dalam melawan penyakit (Pentingnya Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi,
2022).
2.4.3 Penyebab Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016 penyebab ibu mengalami
kebutuhan menyusui tidak efektif yaitu :

1. Ketidakadekuatan suplai ASI


2. Hambatan pada neonates (misalnya prematuritas, sumbing)
3. Anomali payudara ibu (misalnya putting masuk ke dalam)
4. Ketidakadekuatan refleks oksitosin
5. Ketidakadekuatan refleks menghisap bayi
6. Payudara ibu bengkak
7. Riwayat operasi payudara
8. Kelahiran kembar
2.4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ibu mengalami menyusui tidak


efektif menurut (Primandari, 2019) yaitu :

1. Faktor Internal

a. Pengetahuan

Ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang biasanya kurang


memahami tentang manfaat serta pentingnya pemberian ASI sejak dini,
sehingga menyebabkan ibu tidak mau menyusui bayinya. Pengetahuan
seorang ibu tentang pemberian ASI merupakan salah satu faktor
terpenting dalam suksesnya proses menyusui.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh dalam pengambilan

23
keputusan untuk pemberian ASI kepada bayinya. Semakin tinggi
pendidikan ibu maka akan semakin besar peluang ibu untuk menerima
informasi tentang pentingnya manfaat pemberian ASI untuk bayinya,
begitupunsebaliknya jika pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap ibu terhadap pemberian ASIuntuk bayinya.

c. Pekejaan

Pekerjaan merupakan salah satu alasan yang sering diungkapkan pada


ibu yang tidak menyusui bayinya. Pada zaman sekarang, banyak wanita
yang lebih mengutamakan karirnya dalam bidang ekonomi daripada
mengurus rumah tangganya atau bekerja dirumah. Adanya peran ganda
seorangibu baik sebagai ibu rumah tangga atau pekerja, akan
menimbulkan ketidakseimbangan hubungan antara ibu dengan anaknya.
Seorang ibu yang mempunyai bayi baru lahir memiliki tanggung jawab
besar terhadap bayinya, dimana kebutuhan bayi baru lahir ini harus
mendapatkan ASI sampaiberusia enam bulan yang artinya seorang ibu
harus siap setiapsaat untuk menyusui bayinya.
d. Kondisi Kesehatan Ibu
Kesehatan ibu dapat mempengaruhi dalam proses menyusui.
Seorangibu tidak dapat memberikan ASI kepada bayinya ketika ibu
dalam keadaan sakit, seperti misalnya ibu menderita penyakit hepatitis,
AIDS, dan TBC, maka ibu memerlukan bantuan dari orang lain
untukmembantu mengurus bayinya dan rumah tangganya, karena ibu
harusmemerlukan waktu yang lebih banyak untuk beristirahat.
Halinilah yang dapat mempengaruhi ibu tidak dapat menyusui secara
efektif.

2. Faktor Eksternal
a. Orang penting sebagai referensi keluarga
Orang penting seperti suami ataupun keluarga biasanya dapat
mempengaruhi perilaku ibu dalam menyusui. Bila orang tersebut sangat
dipercayai dalam kehidupannya maka apapun yang orang tersebut katakan
atau perbuat segera diikuti dan dicontoh, seperti misalnya dalam
pemberian ASI, maka dukungan dari keluargasangat diperlukan dalam
lancarnya proses pemberian ASI pada bayi.
24
b. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi dalam keluarga dapat memengaruhi kemampuan
keluarga untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Biasanya,
keluarga yang memiliki penghasilan kurang akan lebih memahami
tentang pentingnya menyusui dan memberikan ASI kepada bayinya dari
baru lahir hingga berusia enam bulan, sebaliknya jika keluargatersebut
berpenghasilan yang lebih akan memiliki peningkatan dayatarik dalam
pembelian sesuatu yang dianggapnya lebih praktis, seperti misalnya
pemberian susu formula.

c. Pengaruh iklan susu formula

Semakin meningkatnya promosi terhadap susu formula atau yang biasa


disebut dengan pendamping ASI (PASI) maka ibu akan lebih banyak
mendapatkan informasi mengenai keunggulan produk susutersebut yang
menyebabkan ibu berpikiran bahwa pemberian susu formula dianggap
sama bahkan lebih praktis dan dapat membantu ibu mempermudah
proses pemberian nutrisi kepada bayinya, sehingga tidak menutup
kemungkinan ibu enggan untuk menyusui bayinya.

2.5 Konsep Dasar Pijat Oksitoksin


2.5.1 Definisi Hormon Oksitoksin
Hormon oksitosin adalah hormon yang di produksi oleh ujung saraf
hipotalamus di hipofisis posterior. Hormon ini berperan dalam
menstimulasi kontraksi otot-otot polos uterus pada saat persalinan ataupun
senggama. Hormon oksitoksin ini berperan untuk mensekresi Air Susu Ibu
(ASI). Oksitosin berfungsi dalam menstimulasi kelenjar mamae yang
dimana akan menghasilkan susu. Pada pengeluaran hormon oksitosin
dapat dipengaruhi oleh hisapan bayi saat menyusu, status gizi ibu, pijatan
didaerah punggung atau payudara disaat ibu menyusui, dukungan suami
serta keluarga dan keadaan psikologis ibu yang baik.

25
2.5.2 Definisi Pijat Oksitoksin
Salah satu tindakan yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan kualitas
dan kuantitas ASI, yaitu dengan tindakan pijat oksitoksin. Pijat oksitoksin
merupakan pemijatan yang dilakukan sepanjang tulang belakang
(vertebrae) sampai tulang costae kelima ataupun keenam. Pijat oksitoksin
atau biasa disebut pijat punggung ini bertujuan untuk merangsang hormon
oksitoksin menjadi lebih optimal dan ASI menjadi lancar (Fikawati, dkk
(2015)). Pijat punggung ini tidak dapat dilakukan oleh ibu sendiri karena
pijat oksitosin ini dilakukan disepanjang tulang belakang ibu (Khairani,
2012). Maka ibu membutuhkan dukungan dari keluarga dalam
pelaksanaan pijat oksitoksin atau pijat punggung khususnya suami.
2.5.3 Mekanisme Pijat Oksitoksin
Mekanisme pijat oksitoksin adalah dimana saat melakukan pemijatan
punggung ibu akan merasa lebih rileks dan nyaman, sehingga ibu bisa
mengurangi stress yang menyebabkan hormon kortisol berkurang, yang
membuat tidak ada hambatan hormon oksitoksin yang berperan dalam
melancarkan pengeluaran Air Susu Ibu (ASI) yang diproduksi oleh
hipotalamus.
2.5.4 Manfaat Pijat Oksitoksin
Manfaat dari pijat oksitosin adalah untuk meningkatkan let down reflex
yang artinya membuat ASI cepat turun. Selain itu manfaat dari pijat
oksitosin yaitu mengurangi bengkak pada payudara (engorgement),
memberikan kenyamanan pada ibu, merangsang pelepasan hormon
oksitosin, mengurangi sumbatan ASI, dan mempertahankan produksi ASI
ketika ibu dan bayi sakit.

2.5.5 Indikasi Pijat Oksitoksin


Indikasi pada pijat oksitoksin adalah ibu setelah melahirkan (Post partum
dengan indikasi preeklemsia berat) dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan menyusui tidak efektif.

26
2.5.6 Pelaksanaan Tindakan Pijat Oksitoksin
Pijat oksitoksin dilakukan selama 15-20 menit. Melakukan pijat oksitoksin
sebaiknya dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pagi hari dan sore
hari (Sari, 2017). Pijat oksitoksin ini dapat dilakukan oleh suami maupun
keluarga yang sudah diberikan edukasi. Dukungan yan diberikan
berpengaruh pada psikologi ibu, dukungan ini dapat meningkatkan rasa
percaya diri dan dapat mengurangi kecemasan pada ibu sehingga hormon
oksitoksin dapat merangsang keluar.

27
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus, yaitu
sebuah metode bertujuan untuk menggambarkan situasi atau masalah secara
objektif dan menciptakan metode untuk memecahkan atau menjawab suatu
masalah yang muncul (Arikunto,2015). Jenis penelitian pada kasus ini
menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu bertujuan untuk
mendeskripsikan fenomena yang ada atau lebih menekankan pada data realistis
dari pada inferensi, data ini disajikan tanpa adanya manipulasi (Nursalam,
2013). Studi kasus yang akan menjadi pokok pembahasan dalam penelitin ini
tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien Ibu Post Partum dengan PEB
(Preeklemsia Berat) dengan Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif
dengan Tindakan Pijat Oksitoksin di RSUD dr. Drajat Prawiranegara Serang
Kota Serang.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Wijaya Kusuma RSUD dr. Drajat
Prawiranegara Serang. Adapun Waktu penelitian ini dilaksanakan adalah pada
bulan Februri tahun 2024 sampai dengan selesai.
3.3 Subjek Penelitian/ Partisipan
Subyek dalam penelitian pada studi kasus ini yaitu dua ibu post patum
preeklemsia berat dalam pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif dengan
tindakan pijat oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma RSUD dr. Drajat
Prawiranegara Serang dan keluarganya menyetujui untuk dilakukan penelitian.
Adapun kriteria subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ibu post partum preeklemsia berat dengan keluhan ASI tidak lancar.

2. Ibu post partum preeklemsia berat yang didampingi oleh keluarga yang
belum mendapatkan penyuluhan mengenai pijat oksitoksin.
3.4 Fokus Studi
Fokus studi dalam penelitian ini berfokus pada ibu post patum preeklemsia
berat dalam pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif dengan tindakan

28
pijat oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma RSUD dr. Drajat Prawiranegara
Serang.

3.5 Definisi Operasional


Definisi operasional merupakan suatu properti atau nilai dari obyek yang
mempunyai variasi tertentu penulis mendefinisikan dan menarik
kesimpulannya (Haryani & Wiratmaja, 2014).

Tabel 3.1 Definisi Operational

No Indikasi Utama Definisi Operational

1 Asuhan Pelayanan yang diberikan perawat


Keperawatan terhadap pasien.

2 Post Partum Kondisi ibu setelah melahirkan.

3 PEB Komplikasi kehamilan yang berpotensi


(Preeklemsi berbahaya yang ditandai dengan tekanan
a Berat) darah tinggi yaitu 160/110 mmHg yang
disertai dengan proteinuria pada
kehamilan 20 minggu atau lebih.

4 Pemenuhan Suatu kondisi dimana ibu dan bayi


Kebutuhan mengalami ketidakpuasan atau kesulitan
Menyusui pada saat proses menyusui.
Tidak
Efektif
5 Pijat Oksitoksin Perawat memijat tulang belakang ibu
dengan menekan kedua sisi pada tulang
belakang untuk merangsang pengeluaran
ASI.

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu format asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi, instrument alat
pemeriksaan fisik dan alat pijat oksitoksin, leafleat sebagai media edukasi,
dan kamera untuk pendokumentasian saat melakukan penelitian.

29
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dengan cara observasi secara langsung kepada dua
ibu post partum preekemsia berat dalam pemenuhan kebutuhan menyusui tidak
efektif di Ruang Wijaya Kusuma RSUD dr. Drajat Prawiranegara Kota Serang.
Dengan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara
Proses tanya jawab lisan secara tersetruktur kepada ibu post partum dan
menyediakan format wawancara sesuai tindakan yang dilakukan tujuannya
untuk mendapatkan informasi secara tepat.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik
Mengobservasi perilaku ibu post partum, mengobservasi produksi ASI atau
masalah menyusui, dan melakukan pemeriksaan fisik pada ibu post partum
dengan pendekatan inspeksi, palpasi, perkusi, asukultasi pada sistem tubuh.

3. Melakukan tindakan

Serangkai kegiatan yang dilakukan perawat melaksanakan intervensi


keperawatan tujuannya untuk membantu ibu dari masalah menyusui tidak
efektif.
4. Studi Dokumen
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang diambil dari catatan rekam
medis pasien yang digunakan untuk melengkapi hasil studi kasus.
3.8 Etika Studi Kasus
Etika penelitian adalah pertimbangan rasional mengenai kewajibankewajiban
moral seorang peneliti atas apa yang dikerjakannya dalam penelitian, publikasi
dan pengabdiannya kepada masyarakat (Notoatmodjo, 2012). Dalam
melakukan penelitian karya ilmiah ini, etika yang diperhatikan oleh penulis
yaitu :
1. Informed Concent (Persetujuan setelah penjelasan)

Lembaran persetujuan penelitian yang diberikan kepada responden tujuannya


untuk mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak dari penelitian.
Persetujuan setelah melakukan penjelasan merupakan proses memperoleh
persetujuan dari subjek/partisipan untuk berpartisipasi

dalam kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Setelah melakukan penjelasan

30
pasien berhak menentukan mau atau tidak ikut serta dalam mengikuti
penelitian.

2. Confidentiality (Kerahasiaan data)


Penulis harus menjaga kerahasiaan data dan identitas pasien dengan tidak
menyebarluaskan kepada pihak lain. Identitas pasien hanya diketahui oleh
responden, penulis,, dan tenaga kesehatan yang terkait.
3. Anonimity (tanpa nama)
Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden namun dirubah dengan
nama inisial atau menggunakan kode dalam lembar pengumpulan data dan saat
data disajikan.

3.9 Langkah-langkah Pengumpulan Data


Langkah pengumpulan data yaitu dengan cara observasi secara langsung
untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian. Data yang
diperoleh yaitu dari dua ibu post partum preekemsia berat dalam pemenuhan
kebutuhan menyusui tidak efektif di Ruang Wijaya Kusuma RSUD dr. Drajat
Prawiranegara Kota Serang. Teknik penelitian ini menggunakan studi kasus
meliputi:

1. Studi tindakan

Untuk mengetahui apakah tindakan pijat oksitoksin ini berpengaruh untuk ibu
post partum preeklemsia berat dalam pemenuhan kebutuhan menyusui tidak
efektif untuk menemukan persamaan atau perbedaan setelah dilakukan
tindakan sesuai dengan Standar Operational Prosedur (SOP).
3.10 Metode Analisa Data
Analisis data dalam laporan karya tulis ilmiah ini yaitu dengan
membandingkan dua pasien yang dirawat dan didukung oleh teori yang ada
dalam tinjauan pustaka untuk menetapkan intervensi pada pasien dengan
menyusui tidak efektif. Analisis data yang akan dilakukan oleh penulis sebagai
berikut :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian pada pasien dengan
masalah menyusui tidak efektif yaitu dengan menerapkan metode wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
2. Meredukasi data
31
Data yang telah didapakan dan dikumpulkan dijadikan satu dari hasil
pengkajian yang dikelompokan menjadi data subjektif dan data objektif
kemudian akan dilakukan identifikasi, memfokuskan, dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah untuk
membandingkan pada nilai normal antar kasus untuk dianalisis.
3. Kesimpulan
Penulis memberikan kesimpulan setelah adanya data yang di dapat.
Kesimpulan ini dilakukan dengan metode induksi yaitu data yang telah
dikumpulkan berupa data hasil pengkajian, perumussan diagnosa keperawatan,
penetapan intervensi keperawatan, pelaksanaan implementasi keperawatan,
dan evaluasi.

32
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil studi kasus beserta pembahasan meliputi penjabaran
data umum dan khusus serta analisis mengenai diagnosa pemenuhan kebutuhan
tidak efektif pada ibu post partum preeklemsia berat di RSUD dr. Drajat
Prawiranegara Serang tahun 2024.

4.1 Hasil Studi Kasus


41.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Pengambilan data ini dilakukan di RSUD dr. Drajat Prawiranegara Kota


Serang yang terletak di jalan Rumah Sakit Umum No.1, Kel. Cipare, Kec.
Serang, Kota Serang, Provinsi Banten yang berdiri sejak tahun 1938. Fasilitas
yang tersedia di RSUD dr. Drajat Prawiranegara antara lain layanan gawat
darurat UGD 24 Jam, rawat inap (ICU, ICCU, NICU, IBS, HCU), rawat jalan
(poli penyakit dalam, poli mata, poli THT, poli saraf), rawat inap (ruang
rawat inap anak, ibu nifas, ruang perawatan bedah), dan layanan penunjang
medis (instalasi farmasi, instalasi gizi, forensik, laboratorium, CSSD, BDRS,
hemodialisa, radiologi).
Dalam studi kasus ini penulis menggunakan ruang nifas yaitu ruang
Wijaya Kusuma terdiri dari 7 kamar dengan 30 tempat tidur, 1 ruang PMK, 1
ruang tindakan, 1 ruang perawat, 1 ruang bidan, 1 ruang dokter, 1 ruang
administrasi dan 1 ruang spoel hoek. Ruang wijaya kusuma yaitu ruang ibu
nifas bagi ibu yang sudah melahirkan ataupun pasien ibu hamil yang
bermasalah yang diterima langsung dari ruang bersalin atau ruang IGD
maternal.
Pada kasus pasien Ny.S merupakan ibu post partum kelahiran anak kedua G3
P2 A1, pasien Ny.S melahirkan secara spontan di ruang persalinan RSUD dr
Drajat Prawiranegara yang di bantu persalinan oleh bidan, setelah melahirkan
Pasien Ny.S di pindahkan ke ruang PER/PEB untuk dilakukan observasi lalu dihari ke
3 pasien dipindahkan keruang perawatan Wijaya Kusuma RSUD dr Drajat
Prawiranegara, saat masuk ruang perawatan pasien terpasang infus RL. Hasil
wawancara pasien mengatakan ASI nya belum keluar dan belum
33
mendapatkan edukasi mengenai pijat oksitoksin.

34
Pada Kasus Pasien Ny. D merupakan ibu post partum dengan kelahiran anak
pertama P1 A0 dengan spontan di ruang bersalin RSUD dr Drajat Prawiranegra,
setelah melahirkan pasien Ny.D di pindahkan ke ruang PER/PEB untuk
dilakukan observasi lalu dihari ke 2 pindah ke ruang perawatan Wijaya Kusuma
RSUD dr Drajat Prawiranegara, dari hasil wawancara pasien mengatakan lemas
dan cemas karena ASI nya belum keluar, dan mengatakan belum pernah
mendapatkan edukasi mengenai pijat oksitoksin.

4.1.2 Pengkajian
1. Biodata

Tabel 4.1
Biodata Pasien

PASIEN I PASIEN II
Nama klien Ny. S Ny. D
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Umur 36 tahun 23 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa Indonesia Indonesia
Alamat Bayongbong Ciguha, RT/19 Kp. Bojong Lo Carenang,
RW/03, Pamanuk, RT 001 RW/001, Kel
Carenang, Kab Serang, Prov Mekarsari, Carenang, Kab
Banten Serang, Prov Banten
No RM 00.52.35.86
00.52.40.70
Tanggal masuk 7 Februari 2024
14 Februari 2024
Tanggal pengkajian 8 Februari 2024
15 Februari 2024
Status Perkawinan Menikah Menikah
Penanggung jawab Tn. J Tn. T
Dx. Medis G3 P2 A1 P1 A0
Preeklemsia Berat Preeklemsia Berat

35
1) Riwayat Kesehatan

Tabel 4.2

Riwayat Kesehatan

PASIEN I PASIEN II
a. Keluhan utama Pasien mengatakan ASI Pasien mengatakan ASI
belum keluar dan tidak belum keluar.
menyusui bayinya.
b. Riwayat penyakit Pasien mengatakan telah Pasien mengatakan telah
sekarang melahirkan anak ketiga melahirkan anak pertama
secara spontan dengan secara spontan dengan
preeklemsia berat. Pasien riwayat preeklemsia berat.
mengeluh ASI tidak keluar Pasien mengeluh ASI tidak
dan belum mengetahui keluar dan belum
edukasi dan tindakan pijat mengetahui edukasi dan
oksitoksin tindakan pijat oksitoksin
karena ini anak pertamanya

c. Riwayat Penyakit Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan tidak


Sebelumnya mempunyai riwayat memiliki riwayat masalalu,
masalalu, baru kali ini baru kali ini mempunyai
mempunyai penyakit penyakit tekanan darah
tekanan darah tinggi dan tinggi. Pasien tidak
masalah menyusui tidak mempunyai riwayat alergi
efektif. Pasien tidak
mempunyai riwayat alergi
d. Riwayat Pasien mengatakan anggota Pasien mengatakan anggota
Kesehatan keluarga tidak ada yang keluarga tidak ada yang
Keluarga menderita penyakit menular menderita penyakit menular
maupun keturunan maupun keturunan

36
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Tabel 4.3
Riwayat Kesehatan Masa Lalu Pasien
Nama Pasien Tahun Keluhan Ab, Penolong Tindakan Komplikasi Keadaan
Prem, kehamilan anak
Aterm, Mati persalinan sekarang
dan nifas
Ny. S 2015 Abortus Bidan - Pendarahan Mati
2016 Aterm Bidan Spontan Tidak ada Hidup
2024 Prem Bidan PEB Hidup
Spontan
Ny. 2024 Atem Bidan PEB Hidup
Spontan

3) Riwayat Genekologi dan Obstetri


Tabel 4.4
Riwayat Genekologi dan Obstetri
PASIEN I PASIEN II
HPHT 31 Juli 2023 7 May 2023
PNC 1 bulan 2 kali di bidan 1 bulan 3 kali di puskesmas

Keluhan selama kehamilan


Mual muntah dan pusing di Mual muntah dan pusing di
trimester 1 trimester 1
Masalah Kesehatan umum Tidak ada Tidak ada

37
4) Riwayat Kontrasepsi

Tabel 4.5
Riwayat Kontrasepsi
No PASIEN I PASIEN II
1 Kontrasepsi yang lalu Kb suntik -
2 Sebab berhenti Program hamil -
3 Rencana penggunaan alat KB Implant Kb suntik

5) Riwayat Persalinan

Tabel 4.6
Riwayat Persalinan
No PASIEN I PASIEN II
1 Tipe persalinan Spontan Spontan
2 Lama persalinan Kala 1 : 16.15 WIB Kala 1 : 12.30 WIB
Kala 2 : 18.15 WIB Kala 2 : 14.30 WIB
Kala 3 : 18.25 WIB Kala 3 : 14.50 WIB
Kala 4 : 19.10 WIB Kala 4 : 15.10 WIB
3 Jumlah pendarahan 400 ml 500 ml
4 Perawatan dan RL + Mgso4 40% injek RL + Mgso4 40% injek
pengobatan yang Ramipril 5 mg tablet Ramipril 5 mg tablet
diberikan Amoxillin 3x500 mg Amoxillin 3x500 mg
PCT 3x500 mg Asam mafenaman
Adalat oros 1x30 mg 3x500 mg
tablet/oral Nipedipin
Tablet tambah darah PCT 3x500 mg
Nipedipin Adalat oros 1x30 mg
Asam mafenaman tablet/oral

5 Penyulit persalinan Preeklemsia Berat Preeklemsia Berat

6 Jenis kelamin bayi : Laki-laki Laki-laki


L/P BB : 1.700 BB : 2.700
BB lahir …. gram PB : 40 PB : 48

6) Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.7
Pemeriksaan Fisik
38
No PASIEN I PASIEN II

39
1 Keadaan umum Lemah Lemah
2 Tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah 169/130 mmhg 160/110 mmhg
b. Denyut nadi 105 x/menit 90 x/menit
c. Pernafasan 24 x/menit 22 x/menit
d. Temperature 36,6 c 36,9 c
3 Keadaan kepala
a. Rambut Penyebaran rambut Penyebaran rambut
merata, warna hitam, merata, warna hitam,
bersih bersih

b. Mata Sclera putih, Sclera putih,


konjungtiva merah konjungtiva merah
muda,tidak ada muda,tidak ada
pembengkakan, pembengkakan,
kornea jernih, kornea jernih, reflek
reflek cahaya (+), cahaya (+),pupil
pupil isokor. isokor.

c. Hidung Tidak ada pernafasan Tidak ada pernafasan


cuping hidung, posisi cuping hidung, posisi
septum nasal ditengah, septum nasal ditengah,
lubang hidung lubang hidung
simetris, bersih tidak simetris, bersih tidak
ada polip ada polip

d. Mulut Tidak ada sianosis, Tidak ada sianosis,


mukosa bibir lembap mukosa bibir lembap
berwarna merah muda, berwarna merah muda,
letak uvula simetris letak uvula simetris
ditengah ditengah

e. Telinga Simetris, tampak Simetris ,tampak


bersih dan tidak ada bersih dan tidak ada
pembengkakan dan pembengkakan dan
tidak ada masalah tidak ada masalah
pendengaran pendengaran

40
f. Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening kelenjar getah bening
dan tiroid, letak trakea dan tiroid, letak trakea
ditengah ditengah

4 Dada
- Payudara
Simetris Simetris
b. Bentuk
Masuk kedalam Menonjol
c. Putting Susu
Belum keluar Belum keluar
d. ASI/Colostrum
Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
e. Kelainan
Bersih
f. Kebersihan Bersih
Lembek
g. Konsistensi Lembek

Denyut jantung teratur,


Denyut jantung teratur,
- Jantung
suara jantung normal
suara jantung normal
lup dup, tidak terdapat
lup dup, tidak terdapat
suara tambahan
suara tambahan

Irama nafas teratur,


Irama nafas teratur,
- Paru- tidak ada suara nafas
tidak ada suara nafas
paru tambahan, suara nafas
tambahan, suara nafas
vaskuler
vaskuler
5 Abdomen Simetris, tidak terdapat Simetris, terdapat linea
luka operasi, terdapat nigra, terdapat
linea nigra, terdapat gravidarum, tidak
striae gravidarum, tidak terdapat luka operasi,
ada distasi abdomen. tidak ada distasi
TFU satu jari diatas abdomen, TFU satu jari
pusat, kontraksi uterus diatas pusat kontraksi
baik bulat seperti batu uterus baik bulat seperti
batu
6 Genetalia
a. Jenis lokhea Rubra Rubra

b. Warna lokhea Kemerahan Kemerahan

c. Banyaknya 2 kali ganti 3 kali ganti


pembalut
lokhea pembalut

d. REEDA
Kemerahan pada luka
-Redness Kemerahan pada luka
41
(kemerahan) jahitan perineum+-2cm
jahitan perineum +-3
- Edema Tidak ada
Tidak ada
(Pembengkakan)

- Ecchymosis
Lochea rubra
Lochea rubra
(Perdarahan)

- Discharge
Tidak ada
(Pengeluaran) Tidak ada

- Approximation
(Penyatuan Luka) Tertutup
Tertutup
e. Hemoroid Tidak ada hemoroid
Tidak ada hemoroid

7 Ekstremitas bawah
a. Edema Tidak ada Tidak ada
b. Varises Tidak ada Tidak ada
c. Human sign Negative Negative
d. ROM Baik Baik
e. Reflek Patella Ada Ada

42
7) Pola Kebiasaan

Tabel 4.8
Pola kebiasaan
Data Pasien I Pasien II
Pola Nutrisi Pasien mengatakan Pasien mengatakan
selama dirawat selama dirawat
menghabiskan 1/2 porsi menghabiskan 1 porsi
makan dan minum 4 gelas makan dan minum 6 gelas

Pola Aktivitas Pasien dapat duduk Pasien dapat berjalan


ditempat tidur dan perlahan dan bisa duduk
berjalan perlahan ditempat tidur.

Pola Eliminasi
a. Kebiasaan BAK Pasien terpasang kateter Pasien terpasang kateter
terisi 400 cc sudah terisi 200 cc
b. Kebiasaan BAB Pasien mengatakan belum Pasien mengatakan belum
BAB BAB

Pola Istirahan dan tidur Pasien mengatakan tidur Pasien mengatakan tidur
tidak nyenyak dan tidak tidak nyenyak karena
nyaman setelah rasa sakit pada luka
melahirkan karena ada operasi dan lingkungan
luka jahitan diperineum yang tidak nyaman

Pola Psikososial Pasien mengatakan Pasien mengatakan


senang bayinya telah senang anak pertama
lahir namun sedikit lahiran normal tetapi
cemas karena ASI pasien cemas karena
belum keluar ASI belum keluar

43
8) Data Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 4.9
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Pasien I Pasien II Nilai Normal
Hemoglobin 13.2 12,1 11,6 – 16,1
Leukosit 9.300 12.890 4.400 – 11.300
Hematokrit 40 36 35 – 47
Trombosit 232.000 275.000 150.000 – 450.000
Gula Darah 78 86 < 200 mg/dl
Sewaktu (GDS)

4.1.2 Analisa Data

Tabel 4.10
Analisa Data
Nama Data Etiologi Masalah
Pasien
Ny. S DS :
Post partum
 Pasien (masa nifas)
Menyusui Tidak
mengatakan Efektif
cemas karena
Perubahan psikologis
ASI belum
keluar
Kurang Dukungan Keluarga
 Pasien Cemas

mengatakan
tidak Asi Tidak Keluar
mengetahui
pijat oksitoksin Menyusui Tidak Efektif

DO :
 ASI belum keluar
 Putting susu
kedalam/datar
 Konsistensi
payudara
lembek

44
45
Ny. D DS : Menyusui Tidak
Post partum (masa
 Pasien nifas) Efektif
mengatakan
lemas
Perubahan psikologis
 Pasien
mengatakan cemas
karena ASI nya Kurang Dukungan
Keluarga
tidak keluar
 Pasien
mengatakan
Cemas
tidak mengetahui
pijat oksitoksin

Asi Tidak Keluar


DO :
 Asi belum keluar
 Konsistensi Menyusui Tidak
payudara lembek Efektif
 Pasien tampak
cemas
 TTV :

TD : 150/90 mmHg

N : 90 x/menit
RR: 23x/menit
S : 36,8 c

46
4.1.3 Diagnosa Keperawatan
Menyusui Tidak Efektif berhubungan dengan
ketidakadekuatan suplai air susu ibu (SDKI.D0029).

4.1.4 Intervensi Keperawatan


Tabel 4.11
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Luaran Intervensi
1 Menyusui Tidak Setelah dilakukan  Identifikasi masalah
Efektif asuhan keperawatan menyusi dan penyebab tidak
selama 3 x 24 jam, menyusui
diharapkan menyusui  Beri dukungan ibu untuk
membaik, dengan meningkatkan kepercayaan
kriteria hasil : diri dalam menyusui

 Tetesan/ pancaran  Libatkan system pendukung


ASI meningkat misalnya suami, keluarga,

 Lecet pada tenaga kesehatan, dan

putting menurun masyarakat


 Jelaskan manfaat dan
 Kelelahan maternal
pentingnya menyusui bagi
menurun
ibu dan bayi
 Suplay ASI adekuat
meningkat  Menetapkan lingkungan yang
nyaman
 Kepercayaan diri
ibu meniingkat  Lakukan pijat oksitoksin
 Ajarkan ibu dan keluarga
cara melakukan pijat
oksitoksin untuk
mempelancar ASI

47
4.1.5 Implementasi Keperawatan
Tabel 4.12
Implementasi Keperawatan
Pasien I Pasien II
Waktu Hari ke 1 Waktu Hari ke 1

09.00 WIB  Mengidentifikasi 15.00 WIB  Mengidentifikasi


kesiapan dan kesiapan dan
kemampuan menerima kemampuan menerima
informasi informasi
Respon pasien : Respon pasien :
Ds: Ds:
Pasien bersedia menerima Pasien bersedia menerima
informasi dan tidak ada informasi dan tidak ada
hambatan dalam hambatan dalam
menerima informasi menerima informasi.

Do: Do:

Pasien dapat memahami Pasien dapat memahami


tindakan yang akan tindakan yang akan
dilakukan perawat dilakukan perawat
09.05 WIB  Menjelaskan 15.05 WIB  Mengidentifikasi
manfaat dan tujuan manfaat dan tujuan
menyusui untuk ibu menyusui untuk ibu
dan bayi dengan dan bayi dengan
tindakan pijat tindakan pijat
oksitoksin oksitoksin
Respon pasien : Respon pasien :
Pasien memahami Pasien memahami
manfaat menyusui dengan manfaat menyusui dengan
tindakan pijat oksitoksin tindakan pijat oksitoksin
09.10 WIB  Melakukan TTV 15. 15 WIB  Melakukan TTV
dan tindakan pijat dan tindakan pijat
oksitoksin oksitoksin
Respon pasien : Respon pasien :
Pasien bersedia dilakukan Pasien bersedia dilakukan
pijat oksitoksin dan pasien pijat oksitoksin dan pasien
merasa nyaman dan rileks merasa nyaman dan rileks
setelah dilakukan pijatan setelah dilakukan pijatan
TTV : TTV :
TD : 161/125 mmHg TD :160/100 mmHg
48
N : 102 x/menit N : 90 x/menit
RR : 24 x/menit RR : 22x/menit
S : 36,7 c S : 36,9 c

09.25 WIB  Mengajarkan pijat 15.40 WIB  Mengajarkan pijat


oksitoksin kepada oksitoksin kepada
suami dan keluarga suami dan keluarga
pasien pasien
Respon pasien : Respon pasien :
Suami dan keluarga Suami dan keluarga
mengerti cara melakukan mengerti dan bisa
pijat oksitoksin melakukan pijat oksitoksin

09.27 WIB  Menjadwalkan 15.45 WIB  Menjadwalkan


Pendidikan Kesehatan Pendidikan Kesehatan
sesuai kesepakatan. sesuai kesepakatan.
Respon pasien : Respon pasien :
Pasien setuju untuk Pasien setuju untuk
melakukan Pendidikan melakukan Pendidikan
Kesehatan Kesehatan.

Pasien I Pasien II
Waktu Hari ke 2 Waktu Hari ke 2

10.00 WIB  Mengobservasi 16.10 WIB  Mengobservasi


kembali kelancaran kembali kelancaran
produksi ASI dan produksi ASI dan
monitor TTV monitor TTV
Respon pasien : Respon pasien :
Pasien mengatakan ASI Pasien mengatakan ASI
belum keluar dan payudara keluar sedikit dan
terasa kencang payudara sedikit
TTV: kencang
TD : 150/100 mmHg TTV:
N : 88 x/menit TD : 140/100 mmHg
RR : 24 x/menit
N : 86 x/menit
S : 36, 8 c
RR : 22 x/menit
S : 37,0 c

10.05 WIB  Melalukan tindakan 16.05 WIB  Melalukan tindakan


pijat oksitoksin pijat oksitoksin
kembali kembali
Respon pasien : Respon pasien :
Pasien bersedia dilakukan Pasien bersedia dilakukan
49
tindakan kembali tindakan kembali

10.20 WIB  Melakukan 16.25 WIB  Melakukan


pendidikan pendidikan
kesehatan mengenai kesehatan mengenai
pijat oksitoksin pijat oksitoksin
Respon pasien : Respon pasien :
Pasien mengerti apa yang Pasien mengerti apa yang
disampaikan disampaikan

Pasien I Pasien II
Waktu Hari ke 3 Waktu Hari ke 3

09.00 WIB  Mengobservasi 15.40 WIB  Mengobservasi


kembali kelancaran kembali kelancaran
produksi ASI pasien produksi ASI pasien
dan memonitor TTV dan memonitor TTV
Respon pasien : Respon pasien :
Pasien mengatakan ASI Pasien mengatakan ASI
keluar banyak sekitar 300 keluar banyak sekitar 150
ml dan payudara terasa ml dan payudara terasa
kencang kencang
TTV : TTV
TD : 160/120 mmHg TD : 130/90 mmHg
N : 87 x/menit N : 85 x/menit
RR : 22 x/menit RR : 22 x/menit
S : 36,0 c S : 36,6 c

09. 05 WIB  Melakukan tindakan 15.50 WIB  Melakukan tindakan


pijat oksitoksin pijat oksitoksin
Respon pasien : Respon pasien :
Pasien bersedia melakukan Pasien bersedia melakukan
tindakan kembali tindakan kembali

50
4.1.6 Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.13
Evaluasi Keperawatan
Pasien I Pasien II
Diagnosa Keperawatan Hari ke 1 Hari ke 1

Menyusui Tidak Efektif S: S:


 Pasien mengatakan cemas  Pasien mengatakan lemas
karena ASI belum keluar  Pasien mengatakan
 Pasien mengatakan cemas karena ASI tidak
nyaman dan rilexs setelah keluar
dilakukan pijat oksitoksin  Pasien mengatakan
nyaman saat dilakukan
O: pijat oksitoksin

 Pasien tampak cemas


O:
 Pasien terlihat nyaman
 Pasien tampak cemas
dan rileks setelah
dlakukan pijat oksitoksin  Pasien terlihat nyaman
dan rileks setelah
 ASI belum keluar
dlakukan pijat oksitoksin
 Konsistensi payudara
 Konsistensi payudara
kenyal
kenyal
 Putting susu kedalam
 Putting susu menonjol
 TTV :
 TTV :
Td :150/100 mmHg
Td : 161/125 mmhg
N : 102 x/menit N : 90 x/menit
RR : 24 x/menit RR : 22x/menit
S : 36,7 c S : 36,9 c

A:
A:
Menyusui tidak efeektif
Menyusui tidak efektif
belum teratasi
belum teratasi

P:
P:
Intervensi dilanjutkan
Intervensi dilanjutkan

51
Pasien I Pasien II
Diagnosa Keperawatan Hari ke 2 Hari ke 2

Menyusui Tidak Efektif S: S:


 Pasien mengatakan  Pasien mengatakan ASI
ASI masih belum keluar keluar sedikit

O: O:
 Putting susu sedikit  Pasien terlihat nyaman
menonjol dan rilexs saat
 ASI belum keluar dilakukan pijat
oksitoksin
 Konsistensi
payudara kenyal  ASI keluar sedikit
 Pasien terlihat  Konsistensi payudara
nyaman saat dilakukan sedikit keras
pijat oksitoksin  TTV
 TTV TD : 140/90 mmHg
TD : 150/100 mmHg N : 86 x/menit
N : 88 x/menit RR : 22 x/menit
RR : 24 x/menit S : 37,0 c
S : 36, 8 c

A: A:
Menyusui tidak efektif Menyusui tidak efektif
belum teratasi sebagian teratasi

P:
P:
Intervensi dilanjutkan
Intervensi dilanjutkan

52
Pasien I Pasien II
Diagnosa Keperawatan Hari ke 3 Hari ke 3

Menyusui Tidak Efektif S: S:


 Pasien mengatakan ASI  Pasien mengatakan ASI
keluar banyak dan keluar banyak dan
payudara terasa kencang payudara terasa kencang

O: O:
 Putting susu menonjol  ASI terlihat menetes
 Konsistensi payudara banyak
keras  Konsistensi payudara
 ASI terlihat menetes keras
 Rembasan ASI di baju  TTV
pasien TD : 130/90 mmHg
 TTV N : 85 x/menit
TD : 160/120 mmHg RR : 22 x/menit
N : 87x/menit S : 36,6 c
RR : 22 x/menit
S : 36,0 c

A: A:
Masalah menyusui tidak Masalah menyusui tidak
efektif tertasi efektif teratasi

P: P:
Intervensi dihentikan Intervensi dihentikan

53
4.2 Pembahasan

Pada bagian ini penulis membahas kesenjangan teori dan data yang
ditemukan dalam proses keperawatan pada dua ibu post partum preeklemsia
berat dalam pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif di ruang wijaya
kusuma RSUD dr. Drajat Prawiranegara Serang.
4.2.1 Pengkajian
Data yang didapat pada pasien 1 Ny. S mengatakan persalinan hari ke 1
ASI nya belum keluar, payudara simetris, konsistensi payudara lembek,
tidak ada kelainan pada payudara, areola bersih, dan cemas karena putting
susu masuk kedalam. Pasien mengatakan belum pernah melakukan pijat
okisitoksin dan belum mengetahui apa itu pijat oksitoksin. Data tanda
tanda vital pasien Td: 161/125 mmHg, Nadi: 102x/ menit, RR: 24 x/
menit, Suhu: 36°.7 c
Data yang didapat pada pasien 2 Ny. D mengatakan persalinan hari ke 1,
bentuk payudara simetris, konsistensi payudara lembek, putting susu
menonjol, areola bersih, dan merasa cemas karena ASI nya belum keluar.
Pasien mengatakan belum mengetahui apa itu pijat oksitoksin dan belum
pernah melakukan tindakan pijat oksitoksin karena ini anak pertamanya.
Data tanda tanda vital pasien Td :160/110 mmHg, Nadi : 90 x/menit,
RR : 22x/menit, Suhu : 36,9 c
Menurut Teori Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) pemenuhan kebutuhan
menyusui tidak efektif adalah suatu kondisi dimana ibu memiliki
gangguan atau masalah saat mengeluarkan ASI atau bayi mengalami
ketidakpuasan atau kesukaran pada proses menyusui. Kondisi klinis yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif antara
lain: payudara lembek dan ASI belum keluar atau sedikit.
Hasil pengkajian yang dilakukan oleh peneliti pada ibu post partum
preeklemsia berat dalam pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif,
ditemukan data yang mendukung dari kedua pasien yaitu pasien
mengatakan ASI nya belum keluar dan belum mengetahui apa itu
tindakan pijat oksitoksin.
Hal ini sejalan dengan penelitian TIM (2013) yang menyatakan bahwa
masalah ketidakefektifan pemenuhan kebutuhan menyusui pada ibu post
54
partum preeklampsia berat ini terjadi karena nyeri luka jahitan dan mules-
mules setelah melahirkan dan perubahan psikologi pada ibu kemudian
kurangnya dukungan suami/keluarga membuat ibu menjadi cemas
membuat ASI tidak keluar.
Dan pada penelitian yang dilakukan Yuliawati (2020) menyatakan adanya
kontraksi uterus yang tidak tergangggu dengan pijat oksitoksin akan
merangsang hormon prolaktin sehingga mengeluarkan produksi ASI.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan penulis dan peneliti sebelumnya
bahwa pada ibu post partum yang mengalami PEB akan terjadi penurunan
produksi ASI karena kurangnya rangsangan hormon prolaktin yang
berperan dalam kelancaran suplai ASI.
Pada kasus ini dengan adanya dukungan penuh dari keluarga dan
psikologis tidak terganggu sehingga ASI keluar dan tidak terjadi
hambatan.
Berdasarkan pada studi kasus, penulis mendapatkan data yang sesuai
dengan teori yaitu pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif pada ibu
post partum preeklemsia berat dapat disimpulkan bahwa penulis tidak
menemukan kesenjangan, antara teori dan studi kasus.
4.2.2 Diagnosa Keperawatan
Pada Studi kasus ini di temukan data dari hasil wawancara, mengamati,
mengobservasi, dan melakukan tindakan yang di lakukan oleh peneliti
terhadap pasien Ny. S dan Ny. D ditemukan masalah yang di dapat yaitu
payudara lembek dan ASI yang belum keluar membuat pasien merasa
cemas karena belum menyusui bayinya dan kedua pasien tersebut bayinya
tidak rawat gabung. Sejalan dengan penelitian peneliti didapatkan
diagnosa ketidakadekuatan suplai air susu ibu.

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) menyusui tidak efektif
merupakan menjadi salah satu diagnosa keperawatan utama pada pasien
post partum, yang berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai Air Susu
Ibu. Penyebab dari menyusui tidak efetif pada masa post partum dapat di
sebabkan oleh perubahan psikologi ibu kemudian kurangnya dukungan
dari keluarga membuat ibu menjadi cemas membuat ASI tidak keluar.

Menurut (Wahyuni 2018) pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif

55
yang dialami oleh Ny.S dan Ny.D yaitu karena perubahan psikologi,
kemudian kurang dukungan dari keluarga membuat pasien cemas dan ASI
tidak keluar. Sehingga pasein tidak dapat menyusui efektif pada bayinya.

Berdasarkan hasil pada studi kasus, penulis mendapatkan data yang sesuai
dengan teori yaitu menyusui tidak efektif pada ibu post partum. Dapat
disimpulkan bahwa penulis tidak menemukan kesenjangan, antara teori
dan studi kasus.
4.2.3 Pembahasan Intervensi
Berdasarkan teori Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) intervensi yang
sesuai untuk pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif yaitu dengan
menginstruksikan suami atau keluarga untuk melakukan pijat oksitoksin
setiap hari terutama pada pagi hari dan sore hari, memberikan dukungan
ibu untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui, memberikan
informasi dan saran tentang menyusui pada masa post partum, dan
diskusikan pasien dan keluarga mengenai pemenuhan kebutuhan
menyusui efektif.

Penulis membuat rencana keperawatan berdasarkan masalah utama dan


keluhan pasien yaitu pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif untuk
tindakan yang akan dilakukan yaitu tindakan pijat oksitoksin. Pijat
oksitoksin merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
merangsang pengeluaran hormon oksitoksin pengeluaran ASI menjadi
lancar dan meningkatkan produksi ASI. Pijat oksitoksin atau pijat
punggung ini tidak membutuhkan banyak biaya dan dapat dilakukan oleh
suami atau keluarga pasien. Tahap pertama untuk melakukan pijat
oksitoksin yaitu posisikan pasien duduk di kursi atau tempat tidur pasien.
Kemudian buka pakaian pasien sebagian, lalu baluri minyak zaitun pada
punggung pasien kemudian dilakukan pemijatan pada punggung atau
tulang belakang pasien. Waktu pijat oksitoksin dilakukan pada pagi hari
ataupun sore hari.

Intervensi pada kasus Ny.S dan Ny.D dibuat berdasarkan diagnosa yang
sudah dirumuskan sebelumnya. Penulis menyusun rencana tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah yang muncul berdasarkan rencana
keperawatan yang telah dituliskan pada teori.
56
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan penulis dan yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya didapatkan bahwa pijat oksitoksin merupakan salah
satu cara untuk dapat mengatasi atau mempelancar pengeluaran ASI.

Berdasarkan hasil perencanaan di atas dapat disimpulkan bahwa penulis


tidak menemukan kesenjangan, antara teori dan studi kasus dan secara
keseluruhan sudah signifikan.
4.2.4 Pembahasan Implementasi
Menurut teori Tim Pokja SLKI DPP PPNI (20118) Implementasi sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah
pemenuhan kebutuhan menyusui dan penyebab tidak menyusui,
memberikan dukungan ibu untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam
menyusui, melibatkan system pendukung misalnya suami, keluarga, dan
tenaga kesehatan, menjelaskan manfaat dan pentingnya menyusui,
melakukan tindakan pijat oksitoksin, dan mengintruksikan keluarga untuk
memahami pijat oksitoksin dan memonitor kelancaran ASI pasien setiap
hari.

Tindakan pijat oksitoksin merupakan dimana pada penelitian ini perawat


mengajarkan kepada pasien dan keluarganya bagaimana cara melakukan
tindakan pijat oksitoksin dengan memposisikan pasien pada posisi duduk
dan sedikit membungkuk kemudian membuka baju pasien sebagian atas
dan melumuri punggung dengan minyak zaitun kemudian melakukan
tindakan pijat yang di lakukan pada punggung atau tulang belakang pasien
sepanjang tulang belakang dari intracosta ke 1 sampai ke 5 menggunakan
kedua ibu jari secara di tekan dan di putar kebawah selama 3 – 5 menit
dalam 3 kali pengulangan. Bertujuan untuk membuat ibu merasa nyaman
dan rilex sehingga dapat merangsang hormon oksitoksin yang dapat
merangsang hormon prolaktin untuk meningkatkan produksi ASI.

Pada pasien Ny. S pelaksanaan nya dilakukan pada 08-10 Februari 2024.
Dimana dengan melakukan pengkajian keluhan utama pasien,
mengidentifikasi masalah menyusui dan penyebab tidak menyusui,
memberi dukungan ibu untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam
menyusui, melibatkan system pendukung : suami, keluarga, tenaga
57
kesehatan, dan masyarakat, jelaskan manfaat dan pentingnya menyusui
bagi ibu dan bayi, menetapkan lingkngan yang nyaman, melakukan pijat
oksitoksin, mengajarkan keluarga cara melakukan pijat oksitoksin, dan
monitor kelancaran ASI pasien setiap hari.

Pada pasien Ny. D pelaksanaan nya dilakukan pada 15-17 Februari 2024.
Dimana dengan melakukan pengkajian keluhan utama pasien,
mengidentifikasi masalah menyusui dan penyebab tidak menyusui,
memberi dukungan ibu untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam
menyusui, melibatkan system pendukung : suami, keluarga, tenaga
kesehatan, dan masyarakat, jelaskan manfaat dan pentingnya menyusui
bagi ibu dan bayi, menetapkan lingkngan yang nyaman, melakukan pijat
oksitoksin, mengajarkan keluarga cara melakukan pijat oksitoksin, dan
monitor kelancaran ASI pasien setiap hari.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Rahayuningsih,


2016) yang menujukan bahwa perawatan payudara dan pijat oksitoksin
terhadap produksi ASI menujukan ada pengaruh bersifat signifikan.
Tindakan pijat oksitoksin merupakan hal yang penting untuk pemenuhan
kebutuhan menyusui bayi.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan penulis dan penelitian


sebelumnya terdapat persamaan dari hasil tindakan pijat oksitoksin yang
cukup signifikan yang membantu meningkatkan produksi ASI pada ibu
post partum.

Berdasarkan hasil studi kasus penulis perencanaan diatas tidak ditemukan


kesenjangan antara teori dan studi kasus dan secara keseluruhan
signifikan.
4.2.5 Pembahasan Evaluasi

Berdasarkan teori dari Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) dengan Kriteria
Hasil dari status menyusui sebagai berikut: suplai ASI adekuat
meningkat, kepercayaan diri pasien harus meningkat, tetesan/pancaran
ASI meningkat dan kecemasan maternal menurun.

58
Evaluasi yang didapat pada pasien Ny. S masalah pemenuhan kebutuhan
menyusui tidak efektif dapat teratasi, sebab ditemukan data dari pasien
bahwa ASI keluar banyak pada hari ke 3 dan merasa nyaman atau rilex
setelah dilakukan tindakan pijat oksitoksin dari hari ke 1 sampai hari ke 3.
Data objektif yang di dapat yaitu putting susu menonjol, ASI terlihat
menetes dan terlihat rembasan ASI pada baju pasien, konsitensi payudara
mengeras.

Evaluasi yang didapat pada pasien Ny. D masalah pemenuhan kebutuhan


menyusui tidak efektif dapat teratasi, sebab ditemukan data dari pasien
bahwa ASI keluar sedikit pada hari ke 2 dan di hari ke 3 ASI keluar
banyak. Pasien terasa nyaman dan rileks setelah dilakukan tindakan pijat
oksitoksin dari hari ke 1 sampai hari ke 3. Data objektif yang didapat
yaitu ASI terlihat menetes banyak, putting susu menonjol dan konsitensi
payudara keras.

Efektivitas tindakan keperawatan yang diberikan kepada Ny. D cukup


lebih cepat, dibandingkan dengan Ny.S dimana ASI keluar lebih lambat
yaitu hari ke 3 sedangkan Ny. D keluar pada hari ke 2. Didapatkan hasil
dari studi kasus selama 3 hari, pasien sudah mulai memperlihatkan bahwa
terdapat peningkatan produksi ASI, walaupun pasien 1 dan 2 berbeda
dalam perubahan waktu untuk pemenuhan kebutuhan menyusui secara
efektif.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ika Wahyungisih


(2019) dalam penelitiannya yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Ibu
Post Partum Preeklemsia Berat dengan Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan Pemberian ASI di Ruang Siti Walidah RSU
Muhammadiyah Ponorogo.

Untuk evaluasi yang di dapat yakni kelancaran produksi ASI pada klien
pertama terjadi pada hari ke tiga, sedangkan kelancaran ASI pada klien
keduanya terjadi pada hari ke dua.

Sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh penulis dan yang di


lakukan oleh peneliti sebelumnya terdapat persamaan dari hasil tindakan
pijat oksitoksin yang dilakukan cukup signifikan untuk membantu
59
pemenuhan kebutuhan produksi ASI pada ibu post partum preeklemsia
berat.

Perbedaan evaluasi antara penelitan yang dilakukan oleh penulis dan


penelitian sebelumnya yaitu tidak semua pasien terjadi kelancaran ASI
pada hari ke dua setelah dilakukan tindakan pijat oksitoksin dikarenakan
beberapa faktor yang mempengaruhi seperti psikologis yang di alami ibu
post partum yang membuat ibu merasa cemas.

4.2.6 Keterbatasan Penelitian


Dalam Studi Kasus ini penulis mengalami beberapa hambatan pada saat
melakukan penelitian sehingga menjadi keterbatasan dalam penyusunan
studi kasus, keterbatasan tersebut antara lain:

1. Penulis mengalami kesulitan untuk mendapatkan izin dari pasien di


ruang wijaya kusuma RSUD dr. drajat Prawiranegara untuk
dijadikan pasien penelitian.
2. Penulis mengalami kesulitan untuk menentukan waktu penelitian
dikarenakan penelitian akan dilakukan selama 3 hari akan tetapi
post partum spontan rata rata pasien di izinkan pulang ke rumah
pada hari ke 2 ataupun hari ke 3. Setelah keadaan pasien mulai
normal.
3. Penulis mengalami kendala dalam melakukan tindakan pijat
dikarenakan pasien menolak untuk dilakukan penelitian.

60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah memberikan asuhan keperawatan kepada Ny. dan Ny. dengan
masalah pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif selama tiga hari, dan
pengkajian kembali didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Pengkajian
Dalam pengkajian dilakukan metode wawancara, pengkajian, pemeriksaan
fisik, dan melakukan tindakan kemudian dari hasil pengkajian data
didapatkan hasil yang mendukung untuk menegakan diagnosa keperawatan
yaitu menyusui tidak efektif, dari hasil pengkajian pada Pasien Ny.S dan
Ny.D didapatkan hasil pengkajian yakni kedua pasien mengalami masalah
ASI yang belum keluar dan kedua pasien belum mendapatkan edukasi
mengenai Tindakan Pijat Oksitoksin.

5.1.2 Diagnosa
Diagnosa yang muncul pada kedua pasien Ny. S dan Ny. D yaitu menyusui
tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai Air Susu Ibu.
Dikarenakan Ny. S dan Ny. D merasakan cemas dan kurang dukungan dari
keluarga sehingga menyebabkan Air Susu Ibu Tidak keluar.
5.1.3 Intervensi
Intervensi Keperawatan pada kedua pasien Ny. S dan Pasien Ny. D yakni
identifikasi masalah menyusi dan penybab tidak menyusui, beri dukungan
ibu untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui, libatkan system
pendukung misalnya suami, keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat,
jelaskan manfaat dan pentingnya menyusui bagi ibu dan bayi, menetapkan
lingkungan yang nyaman, lakukan pijat oksitoksin, dan ajarkan ibu dan
keluarga cara melakukan pijat oksitoksin untuk mempelancar ASI.

61
5.1.4 Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada pasien Ny. S dan Ny. D yaitu
mengidentifikasi masalah menyusui dan penyebab tidak menyusui,
memberikan dukungan ibu untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam
menyusui, melibatkan system pendukung misalnya suami, keluarga, tenaga
kesehatan dan masyarakat menjelaskan manfaat dan pentingnya menyusui
bagi ibu dan bayi, menetapkan lingkungan yang nyaman, melakukan
Tanda- Tanda Vital, melakukan tindakan pijat oksitoksin , mengajarkan ibu
dan keluarga cara melakukan pijat oksitoksin, dan mengobservasi
kelancaran ASI setiap hari.
5.1.5 Evaluasi
Evaluasi pada kedua pasien yaitu menyusui tidak efektif dapat teratasi yang
dimana Ny. S ditandai dengan perembasan ASI yang keluar pada hari ke 3,
sedangkan pada pasien Ny. D produksi ASI keluar sedikit pada hari ke 2 dan
keluar banyak pada hari ke 3.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Pendidikan dan Institusi


Diharapkan bagi Institusi Pendidikan Keperawatan dapat memotivasi dan
meningkatkan pengembangan dalam penerapan asuhan keperawatan
terhadap ibu post partum preeklemsia berat dalam pemenuhan kebutuhan
menyusui tidak efektif dengan tindakan pijat oksitoksin.

5.2.2 Bagi Ruang Wijaya Kusuma RSUD dr. Drajat Prawiranegara

Diharapkan agar dapat memberikan Pelayanan Kesehataan pada pasien


preeklemsia berat terutama pada masalah menyusui tidak efektif dengan
mengedukasi pasien dan keluarga mengenai tindakan pijat oksitoksin. Dan
menerapkan tindakan pijat oksitokisn terhadap ibu post partum yang
mengalami gangguan menyusui.
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar dapat menggali lagi faktor faktor yang dapat menyebabkan
menyusui tidak efektif pada ibu post partum dan melakukan penelitian
62
tentang keefektifan tindakan pijat oksitoksin untuk pemenuhan kebutuhan
produksi ASI ibu post partum.

63
Daftar Pustaka

Aliffah, I. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Ny A Dengan Diagnosa Medis G3P101


Usia Kehamilan 25/26 Minggu+ Peb Di Ruang F1 Rspal Dr. Ramelan
Surabaya (Doctoral dissertation, Stikes Hang Tuah Surabaya).

Ambarwati, Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas Yogyakarta : Nuha Medika.

Asih, Y. (2018). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi pada Ibu
Nifas. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 13(2), 209-214.

Eko, M. (2011). Efektivitas Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin terhadap
Produksi ASI Ibu Post Partum di Rumah Sakit Wilayah Jawa Tengah.
Keperawatan Soedirman. The Soedirman Journal of Nursing, 6

Fikawati, dkk. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Fikawati, Sandra; dkk. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Handoko, Y. (2018) SOP Pijat Oksitoksin. Depkes RI. Heryani, Reni. 2012. Buku
Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Menyusui. Jakarta: Trans Info
Media.)

Haslan, H., & Trisutrisno, I. (2022). Dampak Kejadian Preeklamsia dalam


Kehamilan Terhadap Pertumbuhan Janin Intrauterine. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 11(2), 445-454.

Ika Rizky Agustina, I. (2023). Asuhan Keperawatan pada Pasien Postpartum:


Menyusui Tidak Efektif Dengan Intervensi Pijat Oksitosin dan Aromaterapi
Lavender (Doctoral dissertation, Universitas Kusuma Husada Surakarta).

Ja'far, K. (2019). Analisis Pendapat Imam Madzhab Tentang Jual Beli Air Susu Ibu
(Asi). Asas: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 11(01), 63-77.

Karo, S., & Br, M. H. (2021). Literature Review: Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil
Terhadap Preeklampsia.

Khairani, L. (2012). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusi Uterus pada Ibu
Post Partum di Ruang Post Partum Kelas III Rshs Bandung. Students e-
Journal, 1, 33

Maita, L. (2016). Pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi Asi. Jurnal Penelitian
Kesehatan" Suara Forikes"(Journal of Health Research" Forikes

64
Voice"), 7(3), 173-175.

Masfufa, T. I., Hendriyani, H., & Mulyantoro, D. K. (2023). Sukses Menyusui


Dengan Pijat Oksitoksin & Edukasi Menyusui.

Muhida, V. (2020). Pregnant Women Midwife Midwifers With Preekemsia III


Trimester In Ny. N In Puskesmas Kramatwatu In 2019. Journal Of Applied
Health Research And Development, 2(1), 44-53.

Norma D,N. (2013). Asuhan Patologi Teori Dan Tinjauan Kasus. Jakarta: Mustika
Dwi S Nu Med.

Pirmansyah, E., & Berawi, K. N. (2023). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil: Tinjauan Pustaka. Medical
Profession Journal of Lampung, 13(4), 575-577.

Primandari. (2019). Konsep Menyusui Tidak Efektif pada Ibu Post Partum Normal di
Rsud Wangaya.

Rina Martuti, R. I. N. A. (2020). Asuhan Keperawatan Post Partum Pada Ny. E


Dengan Penerapan Latihan Senam Nifas Terhadap Proses Involusi Uterus Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung Pada Tahun 2020 (Doctoral Dissertation,
Universitas Perintis Indonesia).

Sari, I. R. (2017). Penerapan Pijat Oksitoksin Pada Pasien Post Partum Normal Di
Wilayah Puskesmas Sambiroto Kedung Mundu Semarang. Universitas
Muhammadiya Semarang. Semarang

Setianingrum, E. L. S., & Widyastiti, N. S. (2019). Perbedaan Antara Rasio


Neurofil/Limfosit Dan Rasio Platelet/Limfosit Pada Kehamilan Normal,
Preeklemsia Ringan Dan Berat. Cendana Medical Journal (CMJ), 7(2), 334-
340.

Sholihah, D. W. I. S. (2019). Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Partum SC (Sectio


Caesarea) dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Siti Walidah
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

Sutanto. 2018 . Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui- Teori dalam Praktik
Kebidanan Profesional.Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Sunarto, A. (2016). Hubungan Faktor Risiko Usia Ibu, Gravida, dan Indeks Massa
Tubuh dengan Kejadian Preeklampsia di Rsud Tugurejo Semarang (Doctoral

65
Dissertation, Unimus).

Tim Pokja Sdki Dpp Ppni. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat Ppni.

Tim Pokja Siki Dpp Ppni. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat Ppni.

Tim Pokja Slki Dpp Ppni. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat Ppni.

Vivian dan Sunarsih, 2011, Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba
Medika

Wahyuningsih, si. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum Di Lengkapi
Dengan Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan. Yogyakarta :
Deepublish Publisher.

Wulandari, D. A., & Mayangsari, D. (2019). Pengaruh Pijat Oksitosin Dan Pijat
Endorphin Terhadap Kelancaran Produksi Asi. Jurnal Kebidanan, 128-134.

66
LAMPIRAN

67
Lampiran 1

KOMP. D3 KEPERAWATAN FK UNTIRTA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PIJAT OKSITOKSIN
AREA
PROSEDUR TINDAKAN/BUKTI
KOMPETENSI 1 2 3 4 5
Pengertian Memfasilitasi pengeluaran ASI dengan merangsang hormon
oksitosin melalui pijatan di bagian punggung.

Tujuan 1. Untuk merangsang refleks oksitosin


2. Memberikan kenyamanan pada ibu
3. Mengurangi sumbatan ASI
4. Mengurangi bengkak pada payudara
5. Meningkatkan produksi ASI
Kebijakan Ibu post partum dengan masalah pemenuhan kebutuhan
menyusui tidak efektif
Menyiapkan 1. Kursi dan meja
peralatan
2. Dua buah handuk besar bersih

3. Dua buah washlap bersih

4. Air hangat dan air dingin dalam baskom

5. Minyak zaitun atau minyak kelapa


Pra Interaksi Verifikasi/validasi pasien* yang akan
dilakukanmaningkatkan produksi ASI

Tahap Orientasi 1. Memberikan salam terapetik*


2. Menjelaskan kepada klien beserta keluarga
mengenai tujuan & prosedur tindakan yg akan
segera dilakukan.
3. Menanyakan kesiapan dan kontrak waktu.
4. Menjamin atas pemenuhan kebutuhan privacy klien.

68
Tahap Kerja 1. Mencuci tangan.
2. Dekatkan alat-alat
3. Memakai handscoon
4. Meminta ibu untuk melepaskan pakaian bagian atas
5. Memposisikan ibu duduk di kursi dan
membungkuk dengan memeluk bantal atau dapat
menopang diatas lengan pada meja
6. Memasang handuk diatas pangkuan ibu, biarkan
payudara bebas tanpa bra
7. Melumuri telapak tangan dengan minyak
8. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu
dengan menggunakan dua kepalan tangan dan ibu jari
menunjuk ke arah depan
9. Menekan kedua ibu jari pada kedua sisi tulang
belakang dengan memebentuk gerakan memutar
kecil
10. Pada saat bersamaan, pijat kedua sisi tulang
belakang kearah bawah leher dari leher kearah
tulang belikat selama 3-5 menit
11. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
12. Memebersihkan punggung ibu dengan washlap
air hangat dan dibilas air dingin
13. Merapikan pasien dan alat.
Tahap Terminasi Mengevaluasi respon serta toleransi klien selama, &
sesudahprosedur.
DOKUMENTASI Mencatat tanggal dan waktu pemberian obat pada
lembarcatatan perawat.

Keterangan. 5 :

Mandiri
4 : Supervisi (sekali-kali
diarahkan)3 :Dibantu (sering
diingatkan)
2 : marjinal (sering di arahkan)
1 : tergantung ( sering diingatkan dan diarahkan)

PENILAIAN: ∑TOTAL ITEM X BOBOT NILAI x 100%


69
100

nILAI : > 70: LULUS

REFLEKSI NAMA MAHASISWA

PENGUJI :
TANDA TANGAN :

70
Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PIJAT OKSITOKSIN

Pokok Bahasan : Pijat Oksitoksin

Sub Pokok Bahasan : Yuk Cari Tau Manfaat Pijat Oksitoksin

Sasaran : Ibu nifas di ruang Wijaya Kusuma

Hari/ Tanggal : Jumat dan K a m i s , 09 dan 15 Februari 2024

Waktu : Pukul 09.00 - 16.00 WIB

Tempat : Ruang Wijaya Kusuma

A. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan kegiatan penyuluhan diharapkan ibu mengetahui


serta memahami mengenai cara melakukan pijat oksitoksin
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan mengenai pijat oksitoksin
selama 1 x 30 menit, diharapkan pasien dan keluarga dapat:
1. Mengetahui apa itu pijat oksitoksin
2. Mengetahui tujuan pijat oksitoksin
3. Mengetahui manfaat pijat oksitoksin
4. Mengetahui alat-alat pijat oksitoksin
5. Mengetahui kapan melakukan pijat oksitoksin
6. Mengetahui langkah-langkah pijat oksitoksin

C. Metode
Ceramah dan diskusi

D. Media

Leaflet

71
E. Rencana Kegiatan
No Susunan Acara Kegiatan Waktu
1. Pembukaan  Salam perkenalan
 Perkenalan 4 menit

 Penjelasan tujuan
 Kontrak waktu dan
penjelasan topik
2. Pemaparan materi Penyuluh menjelaskan
tentang: 15 menit
 Pengertian pijat oksitoksin
 Tujuan pijat oksitoksin
 Manfaa pijat oksitoksin
 Alat-alat pijat oksitoksin
 Kapan melakukan pijat
oksitoksin
 Langkah-langkah pijat
oksitoksin

3. Evaluasi  Memberikan pertanyaan 5 menit


secara lisan
 Menyimpulkan materi yang
telah disampaikan

4. Penutup  Mengakhiri kegiatan 1 menit


penyuluhan
 Mengucapan terima kasih
dan salam penutup

72
F. Materi Pembahasan
1. Pengertian pijat oksitoksin

Pijat oksitoksin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi


kelancaran produksi ASI

2. Tujuan pijat oksitoksin

Pijat oksitoksin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitoksin


atau reflekx let down. Atau yang biasa disebut sebagai reaksi
pengeluaran ASI.

3. Manfaat pijat oksitoksin

a. Memberikan kenyamanan pada ibu

b. Mengurangi bengkak (enggorgement)

c. Mengurangi sumbatan ASI

d. Merangsang pelepasan horomon

e. Mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit

4. Alat-alat pijat oksitoksin

a. Bantal

b. Handuk kecil

c. Minyak zaitun

d. Baskom

e. Waslap

f. Air hangat dan dingin

g. Kursi

5. Kapan melakukan pijat oksitoksin

a. Sebelum menyusui dan dilakukan si pagi dan sore hari

b. Saat pikiran ibu sedang pusing, badan pegal-pegal. Cukup 3-5


menit per sesi

73
6. Langkah-langkah pijat oksitoksin

a. Ibu duduk rileks, tangan dilipat, kepala di atasnya.

b. Lepaskan baju dan bra

c. Pijat bagian belakang leher dengan gerakan memular, diulang


sebanyak 3x

d. Pijat bagian sepanjang bahu dengan gerakan memutar, diulang


sebanyak 3x

e. Pijat sebelah tulang belikat dengan gerakan memutar, diulang


sebanyak 3x

f. Pijat dari atas ke bawah di sis kanan dan kiri tulang belakang
dengan gerakan memutar sebanyak 3x

g. Pijat dari bawah ke atas di sisi kanan dan kiri tulang belakang
dengan gerakan memutar sebanyak 3x

h. Pijat punggung ibu membentuk pola "love" menggunakan bagua


pungung jari bergantian antara kanan dan kiri

74
Lampiran 3

Pasien 1

Pasien 2

75
Lampiran 4

76
Lampiran 5

77
78
Lampiran 6

79
Lampiran 7

LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR HASIL


KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM


PREEKLEMSIA BERAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
MENYUSUI TIDAK EFEKTIF DENGAN TINDAKAN PIJAT
OKSITOKSIN DIRUANG WIJAYA KUSUMA RSUD dr. DRAJAT
PRAWIRANEGARA SERANG

Disetujui,

Pembimbing,

Ns. Aminah, S. Kep., M. Kes


NIP. 196111271986032006

Diketahui,
Ketua Program Studi DIII

Nelly Hermala Dewi, M. Kep

NIP. 197906142005012009

80
Lampiran 8

81
Lampiran 9

No Tanggal Materi Bimbingan Halaman Yang Di Revisi Paraf Pembimbing

1 10 Pengajuan judul Revisi judul


September - Asuhan Keperawatan
2023 pada Pasien Post Sectio
Caesare atau indikasi
PEB (Preeklemsia
Berat) dengan Masalah
Asi Tidak efektif dengan
Tindakan Pijat
Oksitoksin di Ruang
Wijayakusuma RSUD dr
Prawiranegara

2 15 Pengajuan judul ACC judul


September - Asuhan Keperawatan
2023 Ibu Post Partum dengan
PEB (Preeklemsia
Berat) dengan
Pemenuhan Kebutuhan
Menyusui Tidak efektif
dengan Tindakan Pijat
Oksitoksin di Ruang
Wijayakusuma RSUD dr
Prawiranegara
3 29 BAB I Revisi
September - Latar Belakang
2023

4 3 Oktober BAB I dan II Revisi BAB I dan II


2023 - Latar Belakang
- Konsep Asuhan
Keperawatan
5 10 Oktober BAB I, II, dan III Revisi BAB II dan III
2023 - Konsep Asuhan
Keperawatan
- Defisi Operational
6 16 Oktober BAB II dan III Revisi BAB II dan III
2023 - Konsep Asuhan
Keperawatan
- Tempat dan Waktu
82
Penelitian
7 23 Oktober BAB II dan III Revisi BAB II dan III
2023 - Konsep Asuhan
Keperawatan
- Definisi Operational
8 3 November BAB I, II, dan III Acc BAB I, II, dan III
2023 Lanjut buat PPT

9 19 Maret Abstrak Revisi Abstrak


2024

10 21 Maret Abstrak dan BAB IV Revisi Pembahasan


2024 - Pengkajian
- Diagnosa
- Intervensi
- Implementasi
- Evaluasi
11 25 Maret BAB IV Revisi Pembahasan
2024 - Pengkajian
- Diagnosa
- Intervensi
12 3 April 2024 BAB IV dan V Revisi Pembahasan
- Pengkajian

13 4 April 2024 BAB IV ACC BAB IV dan V


- Lanjut lengkapi dari awal
proposal sampai bab 5
- Lanjut membuat PPT

83

Anda mungkin juga menyukai