KTI Putri Azzahra
KTI Putri Azzahra
PUTRI AZZAHRA
8801210021
PUTRI AZZAHRA
8801210021
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM : 8801210021
Putri Azzahra
8801210021
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini sudah dipertahankan dihadapan Penguji dan diterima
sebagai bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program
Studi Diploma III Keperawatan di Fakultas Kedokteran Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Penguji
Ns. Ernawati Umar, S.Kep.M.Kes.D.NM
NIP. 1963110819811072001
(…………………………)
Mengesahkan,
Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmad
dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas penyusunan proposal Asuhan Keperawatan
Maternitas dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum
Preeklemsia Berat dalam Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak dengan
Tindakan Pijat Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat
Prawiranegara Serang” terselesaikan tepat pada waktunya.
Maksud dan tujuan penyusunan karya tulis ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III
Keperawatan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Karya Tulis Asuhan
Keperawatan ini tersusun atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan yang sedalam-
dalamnya untuk:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Fatah Sulaiman, ST., MT selaku Rektor
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2. Bapak Dr. dr. Omat Rachmat, Sp.Ot (K) Spine selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
3. Ibu Nelly Hermala Dewi, M. Kep selaku Koordinator Program Studi
DIII Keperawatan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
4. Ibu Ns. Hj. Eli Amaliyah S. Pd., S. Kep., MM.Kes., PhD selaku
Kepala Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
5. Ibu Ns. Ernawati Umar, S. Kep. M. Kes. D.NM selaku dosen
penguji utama yang memberikan masuka ilmu serta bantuan dan
arahannya.
6. Ibu Ns. Aminah, S. Kep., M. Kes selaku dosen pembimbing utama
yang telah memberikan masukan ilmu dalam penyusunan proposal
serta arahan dan bimbingan hingga selesai.
7. Alm. bapak dan mamah saya yang tercinta dan tersayang, serta
v
seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan segalanya
dalam proses baik doa, semangat, motivasi, maupun berupa materi
yang tidak henti-hentinya diberikan kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan proposal ini.
8. Sahabat-sahabat saya Adlya Syaza, Linda Lidiawati, Sike Ramudi
Damayanti, Vina Tazkyatul Umah , Jihan Fatihah, dan Riska
Komala yang selalu memberikan do’a maupun semangat dalam
setiap langkah penulisan saya ini.
9. Teman-teman sejawat Prodi DIII Keperawatan terkhusus DIII
Keperawatan kelas A yang sedikit banyaknya selalu memberikan
semangat dukungan masukan dan motivasi.
10. Dan masih banyak lagi pihak-pihak lain yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu, semoga asuhan keperawatan
ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu.
Putri Azzahra
vi
ABSTRAK
Latar Belakang : Post partum atau masa nifas yaitu dimana ketika dua jam plasenta
lepas dari rahim hingga kembalinya organ reproduksi seperti keadaan normal saat
sebelum hamil. Preeklampsia berat merupakan dimana suatu penyakit yang dialami
ibu hamil ditandai dengan hipertensi (tekanan darah tinggi) dengan sistol/diastol
>160/110 mmHg dan disertai dengan proteinuria 5 gram/24 jam atau +4 yang terjadi
setelah kehamilan minggu ke-20 , dan edema (pembengkakan). Pemenuhan
kebutuhan menyusui tidak efektif pada ibu post partum dengan preeklemsia berat
merupakan dimana bayi mengalami ketidakpuasan atau kesukaran pada proses
menyusui, kurangnya pengetahuan ibu tentang menyusui, hisapan bayi tidak adekuat,
kelelahan, dan lain sebagainya. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah ini dengan tindakan pijat oksitoksin atau pijat punggung yang bertujuan
untuk merangsang hormon oksitoksin menjadi lebih optimal dan ASI menjadi lancar.
Pijatan oksitoksin membuat ibu merasa nyaman sehingga ASI dapat keluar
sendirinya. Penelitian ini yaitu untuk mengetahui hasil dari penerapan pijat oksitoksin
terhadap pemenuhan kebutuhan menyusui. Metode yang digunakan pada penelitian
ini yaitu studi kasus dengan jenis penelitian deskriptif dilakukan oleh peneliti pada
dua ibu post partum dengan preeklemsia berat dengan masalah pemenuhan kebutuhan
menyusui tidak efektif. Didapatkan hasil dari studi kasus pada pasien 1 dan pasien 2
memiliki masalah keprawatan yang sama yaitu masalah menyusui tidak efektif
berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai air susu ibu. Kemudian merencanakan
tindakan keperawatan dan melakukan implementasi tindakan keperawatan dengan
mengajarkan dua pasien dan keluarga pasien bagaimana cara melukakn tidakan pijat
oksitoksin untuk pemenuhan kebutuhan menyusui selama 3 hari. Tindakan pijat
oksitoksin cukup efektif untuk mengatasi masalah menyusui ditandai dengan pasien 1
pengeluaran ASI pada hari ke 3, sedangkan pasien 2 pengeluaran ASI pada hari ke 2.
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
2.2.1 Pengertian............................................................................14
2.2.2 Perubahan Pada Masa Post..................................................14
2.3 Konsep PEB.................................................................................18
2.3.1 Pengertian...........................................................................18
2.3.2 Etiologi................................................................................18
2.3.3 Patofisiologi.........................................................................18
2.3.4 Manifestasi Klinis...............................................................19
2.3.5 Klasifikasi............................................................................19
2.3.6 Komplikasi..........................................................................20
2.4 Konsep Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif............21
2.4.1 Definisi................................................................................21
2.4.2 Pengertian Air Susu Ibu (ASI)............................................21
2.4.3 Penyabab Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif...................22
2.4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Menyusui Tidak
Efektif........................................................................................... 22
2.5 Konsep Dasar Pijat Oksitoksin.....................................................24
2.5.1 Definisi Hormon Oksitoksin...............................................24
2.5.2 Definisi Pijat Oksitoksin.....................................................25
2.5.3 Mekanisme Pijat Oksitoksin...............................................25
2.5.4 Manfaat Pijat Oksitoksin.....................................................25
2.5.5 Indikasi Pijat Oksitoksin......................................................25
2.5.6 Pelaksanaan Tindakan Pijat Oksitoksin...............................26
BAB III METODELOGI PENELITIAN.............................................27
3.1 Desain Penelitian..........................................................................27
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................27
3.3 Subjek Penelitian/ Partisipan........................................................27
3.4 Fokus Studi...................................................................................28
3.5 Definisi Operasional.....................................................................28
3.6 Instrumen Penelitian.....................................................................29
3.7 Metode Pengumpulan Data..........................................................29
x
3.8 Etika Studi Kasus..........................................................................29
3.9 Langkah-langkah Pengumpulan Data...........................................30
3.10 Metode Analisa Data....................................................................31
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................
4.1 Hasil Studi Kasus...........................................................................
4.1.1 Gambaran Lokasi Studi Kasus............................................
4.1.2 Pengkajian...........................................................................
4.1.3 Analisa Data........................................................................
4.1.4 Diagnosa Keperawatan........................................................
4.1.5 Intervensi Keperawatan.......................................................
4.1.6 Implementasi Keperawatan.................................................
4.1.7 Evaluasi Keperawatan.........................................................
BAB V KESIMPULAN..........................................................................
5.1 Kesimpulan....................................................................................
5.1.1 Pengkajian...........................................................................
5.1.2 Diagnosa Keperawatan........................................................
5.1.3 Intervensi Keperawatan.......................................................
5.1.4 Implementasi Keperawatan.................................................
5.1.5 Evaluasi Keperawatan.........................................................
5.2 Saran...............................................................................................
5.2 Bagi Pendidikan dan Institusi.................................................
5.2 Bagi Ruang Wijaya Kusuma..................................................
5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya........................................................
Daftar Pustaka.......................................................................................32
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan suatu indikator derajat kesehatan dan
kematian pada ibu yang sewaktu hamil dan melahirkan. Tingginya AKI
menunjukkan rendahnya keadaan ekonomi dan fasilitas kesehatan dalam
pelayanan antenatal dan obstetrik. Ada penyebab langsung dan tidak langsung
pada AKI. Penyebab tidak langsung diakibatkan dari penyakit yang sudah ada
atau penyakit yang didapat sewaktu hamil dan berpengaruh pada kehamilan atau
persalinan. Dan penyebab secara langsung disebabkan oleh faktor medis yang
dapat dipastikan seperti preeklamsia berat.
Menurut Word Health Organization (WHO) pada tahun 2018, menyatakan angka
persalinan post partum preeklampsia berat di seluruh dunia berkisar antara
0,51%
- 31,4%. Di negara maju angka kejadian post partum preeklampsia berat berkisar
6,4%. Sedangkan kejadian preekemsia berat di Indonesia sebesar 9,4%. Hasil
Riskesdas Tahun 2018 menunjukkan kelahiran dengan metode post partum
preeklampsia berat sekitar 17%, dengan proporsi tertinggi di Bali (97,2%) dan
terendah di Maluku (30,1%). Angka persalinan post partum preekemsia berat di
Provinsi Banten sebesar 2,5% (Dinkes Banten, 2020). Di RSUD dr. Drajat
Prawiranegara di ruang bersalin didapatkan bahwa yang mengalami preekemsia
berat sebanyak 9,85% dengan angka kematian 2,1%.
1
Preeklampsia berat merupakan dimana suatu penyakit yang dialami ibu hamil
ditandai dengan hipertensi (tekanan darah tinggi) dengan sistol/diastol >160/110
mmHg dan disertai dengan proteinuria 5 gram/24 jam atau +4 yang terjadi
setelah kehamilan minggu ke-20 , dan edema (pembengkakan). Pada pasien
preeklemsia berat memiliki kondisi kritis yang perlu dirawat di ruang resusitas
memerlukan bantuan dari personel yang lebih terampil dari teknologi yang lebih
canggih (Firmanto el al., 2022). Preekemsia atau disebut juga sebagai hipertensi
yang di akibatkan oleh kehamilan atau keracunan kehamilan (selain tekanan
darah yang tinggi juga di dapatkan kelainan pada kencingnya).
Banyak perubahan fisiologis pada ibu post partum dengan preekemsia salah
satunya perubahan pada payudara yang menyebabkan pemenuhan kebutuhan
menyusui tidak efektif pada bayi, dimana banyak ibu post partum
yangmengalami gangguan menyusui sehingga ASI tidak dapat keluar. Beberapa
faktor diantaranya seperti puting susu lecet, payudara bengkak, puting susu yang
tidak menonjol, anomalia payudara (puting kedalam), menggelap pada sekitar
puting, kelelahan pasca melahirkan, dan hisapan bayi lemah atau tidak adekuat,
sehinggabayi tidak dapat menyusi secara optimal. (Vijayanti dkk, 2022). Hal ini
membuat ibu mengambil keputusan untuk tidak menyusui bayinya.
Pada masa nifas produksi ASI pada ibu dan bayi mengalami kesulitan atau
ketidakpuasan pada proses menyusui (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Kegagalan proses menyusui sering disebabkan karena beberapa masalah baik
dari ibu atau bayinya. Kondisi menyusui tidak efektif membuat pemberian ASI
rendah yang dapat menjadi ancaman bagi bayi khususnya keberlangsungan hidup
bayi pada pertumbuhan dan perkembangan. Masalah ketidakefektifan
pemenuhan kebutuhan menyusui pada ibu post partum preeklampsia berat ini
terjadi karena nyeri luka jahitan dan mules-mules setelah melahirkan akibat
kontraksi uterus yang mengganggu selama 2-3 hari sehingga menyebabkan ibu
sulit untuk proses pengeluaran ASI dan kurangnya pengetahuan tentang
menyusui yang benar pada ibu post partum pre-eklampsia berat juga akan
mengakibatkan gangguan laktasi (TIM, 2013).
2
Salah satu tindakan yang perlu dilakukan untuk mengeluarkan ASI yaitu dengan
pijat oksitoksin/pijat punggung. Pemijatan punggung beruguna untuk
merangsang pengeluaran hormon oksitoksin pengeluaran ASI menjadi lancar dan
optimal (Fikawati, dkk. 2015). Selain merangsang pengeluaran hormon manfaat
pijat punggung yaitu mengurangi bengkak pada payudara, memberikan
kenyamanan, merangsang pelepasan oksitoksin, mengurangi sumbatan, dan
mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit. Pijat oksitoksin dapat
menjadi solusi untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan menyusui tidak
efektif.
Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh ( Mery Juliana, 2020), yaitu
menyatakan bahwa 5 dari 2 ibu post partum preekemsia berat memiliki masalah
pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif. Setelah melakukan pijat
oksitoksin maka didapatkan 5 ibu post patum dengan preekemsia berat produksi
ASI meningkat.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada saat Praktik
Klinik Keperawatan Maternitas di Ruang Wijaya Kusuma RSUD dr. Drajat
Prawiranegara Kota Serang pada tahun 2023, dari 10 pasien 4 ibu post partum
dengan PEB (Preekemsia Berat) memiliki masalah keluhan asi belum keluar.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk menyusun Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum dengan PEB
(Preeklemsia Berat) dengan Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif
dengan Tindakan Pijat Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat
Prawiranegara Serang.”
3
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Preeklemsia Berat
dalam Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif dengan Tindakan Pijat
Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat Prawiranegara Serang.?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Preeklemsia Berat
dalam Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif dengan Tindakan Pijat
Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat Prawiranegara Serang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Lakukan Pengkajian Keperawatan Pada Ibu Post Partum Preeklemsia
Berat dalam Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif dengan
Tindakan Pijat Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat
Prawiranegara Serang.
2. Tetapkan Diagnosis Keperawatan Pada Ibu Post Partum Preeklemsia
Berat dalam Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif dengan
Tindakan Pijat Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat
Prawiranegara Serang.
3. Susun Perencanaan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Preeklemsia
Berat dalam Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif dengan
Tindakan Pijat Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat
Prawiranegara Serang.
4. Laksanakan Tindakan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Preeklemsia
Berat dalam Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif dengan
Tindakan Pijat Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat
Prawiranegara Serang.
5. Lakukan Evaluasi Keperawatan Pada Ibu Post Partum Preeklemsia
Berat dalam Pemenuhan Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif dengan
Tindakan Pijat Oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma Rsud dr. Drajat
Prawiranegara Serang.
4
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pasien
Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah keperawatan yang
dihadapi pasien untuk memenuhi kebutuhan menyusui tidak efektif, serta
menambahkan pengetahuan kepada pasien dan keluarga dalam penerapan
dan manfaat pijat oksitoksin.
1.4.2 Bagi Perawat
Diharapkan pada hasil penelitian yang akan dilakukan bisa memberikan
manfaat bagi perawat yaitu perawat dapat menentukan diagnosa dan
intervensi keperawatan yang tepat pada pasien post partum untuk memenuhi
kebutuhan menyusui efektif.
1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini kiranya dapat bermanfaat pada pengembangan ilmu
pengetahuan, informasi, dan sebagai bahan masukan pada bidang
keperawatan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan.
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Manfaat penelitian ini bagi peneliti keperawatan selanjutannya yang
berkaitan pada kasus preeklemsia berat dengan pemenuhan kebutuhan
menyusui tidak efektif yaitu dapat menjadi rujukan, sumber informasi dan
bahan referensi penelitian selanjutnya agar bisa lebih dikembangkan dalam
materi-materi yang lainnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Meliputi nama, usia, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor
dan nomor registrasi.
6
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Ibu merasa sakit kepala didaerah frontal.
- Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium.
- Gangguan virus: penglihatan kabur, scotoma, dan diplopia.
- Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
- Gangguan serebral lainnya: terhuyung-huyung, reflex tinggi, dan tidak
tenang.
- Edema pada ektremitas.
- Tengkuk terasa berat.
- Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan memempunyai riwayat preekemsia dan eklemsia dalam
keluarga.
3. Riwayat Genekologi dan Obstetri
Riwayat genekologi dan obstetric meliputi (Rattnawati, 2018 dalam (Sari
2018)):
1) Riwayat Genekologi
a) Riwayat menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain usia pertama kali
haid, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah, teratur
atau tidak teratur, sifat darah, keluhan utama yang dirasakan saat haid,
dan menstruasi terakhir yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
perhitungan tanggal kehamilan dan perkiraan kelahiran (HPHT) .
b) Riwayat perkawinan
7
sebelum hamil, dan berapa lama memakai alat kontrasepsi, dan adakah
masalah selama menggunakan kontrasepsi
2) Riwayat Obstetri
a) Riwayat kehamilan dulu
Kehamilan dahulu tentang pemeriksaan kehamilan dimana dan berapa
kali, riwayat imunisasi waktu hamil, riwayat pemakaian obat selama
kehamilan, danada tidaknya keluhan selama kehamilan dahulu.
b) Riwayat kehamilan sekarang
Kehamilan sekarang tentang pemeriksaan kehamilan dimana dan berapa
kali,perawatan dan pengobatan yang didapat, ada tidaknya keluhan
selama kehamilan yang sekarang.
4. Riwayat Persalinan
a) Riwayat Persalinan Dahulu
Berapa kali pasien hamil, persalinan dan nifas yang lalu, tanggal lahir
anak sebelumnya, usia anaknya sekarang, jenis kelamin, berapa umur
kehamilan pada saat klien melahirkan sebelumnya, jenis persalinan yang
telah klien lakukan sebelumnya, tempat persalinan, dan apakah ada
komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi pada saat persalinan dahulu.
b) Riwayat Persalinan Sekarang
Tanggal persalinan, tipe persalinan yang dilakukan, lama persalinan apa
terjadi pembukaan atau penyulit, jumlah perdarahan, jenis kelamin bayi,
BB bayi, PB bayi, dan APGAR score.
5. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
Keadaan umum pasien lemah, kesadaran composmentis.
b. Tanda-tanda vital
Biasanya pada pasien preekemsia tekanan darah pasien meningkat.
8
6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik head to toe :
a. Kepala
- Rambut : Tampak bersih atau tidak, rambut rontok atau tidak, dan
terdapat uban atau tidak.
- Mata : Mata simetris kiri dan kanan, penglihatan baik atautidak, sklera
ikterik atau tidak.
- Telinga : Simetris kiri dan kanan, telinga tampak bersihatau tidak.
- Hidung : Simetris kiri dan kanan, bersih tau tidak, adakelainan atau
tidak.
- Mulut dan gigi : Mulut terlihat bersih atau kotor, terdapatsariawan atau,
lembab atau kering.
b. Leher
Pada ibu post partumpreekemsia berat terdapat peningkatanvena jugularis.
c. Dada
- Pemeriksaan Payudara
Biasanya ibu mengeluh payudara nyeri, asi belum keluar atau hanya
sedikit keluarnya, puting susu datar atau kedalam, puting susu lecet,
simetris kiri dan kanan atau tidak, warna sekitar areola hitam kecoklatan atau
terdapat hiperpigmentasi, colostrum ada atau tidak, ada atau tidak kelainan pada
payudara.
d. Abdomen
Tampak linea nigra atau alba, ada tidaknya distensi abdomen, ada atau
tidaknya bekas jahitan operasi, adanya nyeri tekan atau tidak, TFU akan
turun 1 jari dibawah pusat setelah persalinan, TFU fundus kembali
normal 6-8 minggu post partum, konsistensi uterus keras atau lunak,
menilai rectus abdominalis normalnya panjang 7-12 cm dan lebarnya 1-2
cm.
e. Genitalia
- Genitalia Eksterna
Ada tidaknya edema pada vulva, ada tidak hemoroid, saat mengkaji
perineum lihat ada tanda-tanda REEDA atau tidak yang berupa
kemerahan, edema, ekimosis, discharge, dan pendekatan dari tepi luka
9
(Sholihah, D.W.I.S 2019).
- Genitalia Internal
Mengkaji keadaan lochea (jumlah, warna, bau, dan konsistensinya)
a. Jumlah: Volume lochea biasanya akan berkurang dalam beberapa
hari setelah melahirkan. Pasien dengan preeklamsia berat jumlah
rata-rata pengeluaran lochea pada hari pertama <500 cc .
b. Warna: Pada pasien preekemsia berat pada hari pertama berwarna
merah cerah (lochea rubra).
c. Bau: Lochea normalnya memiliki bau yang khas, mirip bau darah.
Pada pasien dengan pre-eklamsia berat bau yang tidak normal atau
berbau busuk bisa menjadi tanda infeksi dan perlu segera ditangani.
d. Konsistensi: Pada awalnya lochea biasanya encer, kemudian menjadi
semakin kental dengan seiringnya waktu. Namun, pada pasien
dengan preeklamsia berat, perubahan konsistensi lochea mungkin
juga dipengaruhi oleh komplikasi medis yang dapat mempengaruhi
pemulihan pasien.
f. Ekstremitas Bawah
Pada pasien preekemsia berat adanya edema pada ekstremitas bawah,
adanya varises , ada tidaknya sianosis, bagaimana pergerakannya, dan
reflek patella.
10
Analisa Data
Tabel 2.1
Analisa data
DO : Kurang Dukungan
Ibu mengeluh nyeri Keluarga
pada payudara
Cemas
ASI belum keluar atau
hanya sedikit
Puting susu datar atau Asi Tidak Keluar
kedalam
Puting susu lecet
Menyusui Tidak Efektif
Intake bayi tidak
adekuat
Bayi menghisap tidak
terus menerus
Bayi menolak untuk
menghisap
Bayi tidak mampu
melekat pada payudara
Bayi menangis saat
disusui
11
2.1.2 Diagnosa Keperawatan
Merupakan keputusan klinis mengenai pengalaman atau respon seseorang,
keluarga atau masyarakat, sebagai akibat dari masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual atau potensial (Tim Pokja SDKI, 2017)
1. Menyusui Tidak Efektif (D.0029)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan.
menurun nyaman
Lakukan pijat oksitoksin
Suplay ASI adekuat
meningkat Ajarkan ibu dan keluarga cara
Sumber : (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018), (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
12
2.1.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan dimana tahap keempat dari proses keperawatan
yang rencana keperawatanya dilaksanakan : melaksanakn intervensi yang
telah ditemukan, pada tahap ini perawat siap membantu pasien atau orang
terdekat menerima prognosis dan stress situasi, mencegah komplikasi,
memberikan informasitentang penyakit, membantuprogramrehabilitas individu,dan
kebutuhanpengobatan (Falentina D, 2019).
2.1.5 Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil
yang diinginkan dan respon pasien terhadap dan keefektifan intervensi
keperawatan. Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan (Falentina D,
2019).
Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatanyaitu
Proses Formatif dan hasil sumatif. Proses Formatif berfokus pada aktivitas
dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan
keperawatan, evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah
perencanaan dilaksanakan dan terus menerus dilaksanakan sampai tujuan
tercapai (Falentina D, 2019).
Hasil sumatif berfokus pada perubahan prilaku/status kesehatan pasien
pada akhir tindakan perawatan pasien, tipe ini dilaksanakan pada akhir
tindakan secara paripurna. Disusun menggunakan SOAP dimana :
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara objektifoleh
pasien setelah diberikan implementasi keperawatan
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjek dan objektif
apakah telah tertasi, teratasi sebagian atau belum teratasi
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan
tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukkan
13
perubahan sesuai kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan tercapai
sebagian apabila jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria
hasil yang telah ditetapkan, tujuan tidak tercapai jika klien menunjukkan
sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali (Suprajitno dalam
Wardani, 2013).
14
bagian fundus bersandar pada promonitorium sakralis (Vivan dan
Sunarsih, 2011). Dalam waktu 12 jam tinggi fundus mencapai
kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Setelah lahirnya bayi dan
plasenta terlepas, otot uterus berkontraksi sehingga sirkulasi darah
yang menuju uterus berhenti ini menyebabkan aliran darah
berkurang atau disebut iskemia. Involusi uterus ini meliputi
reorganisasi, pengeluaran desidua/endometrium, dan eksfoliasi
tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan berat
dan ukuran serta perubahan pada lokasi uterus, warna dan jumlah
lokia (Martuti,2020).
2. Kontraksi
Setelah plasenta keluar uterus akan mulai mengeras karena kontraksi
dan retraksi otot-ototnya. Pembuluh-pembuluh darah berada di
antara anyaman otot-otot akan terjepit, proses in akan menghentikan
pendarahan setelah plaseta keluar.
Intensitas kontraksi uterus meningkat setelah lahir, ini diduga terjadi
sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat
besar. Setelah post partum homeostasis dicapai terutama akibat
komresi pembuluh darah intramiometrium, bukan akibat agregasi
trombosit dan pembentukan bekuan. Selama 1-2 jam pertama pasca
melahirkaan intensitas kontraksi uterus akan berkurang dan menjadi
lebih tidak teratur. Cara mempertahankan kontarksi uterus yaitu
dengan cara suntikan oksitoksin secara intravena atau intramuskuler
yang diberikan setelah plasenta lahir.
3. Lochea
Lochea adalah cairan atau sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina selama masa pasca persalinan (Wahyuningsih, 2019).
Dibawah ini, beberapa jenis lochea :
a. Lochea rubra, berisi darah dan sisa – sisa selaput ketuban,
desidua, verniks kaseosa, lanugo, mekonium, oleh karena itu lokia
rubra berwarna merah dan berlangsung selama 1-3 hari pasca
partum.
15
b. Lochea sanguilenta, berwarna merah kekuningan yang berisi
darah dan leukosit berlangsung selama 3 -7 hari pasca persalinan.
c. Lochea serosa, berwarna kecoklatan dan mengandung serum,
jaringan desidua, leukosit dan eritrosit yang berlangsung selama 7
sampai 14 hari post partum.
d. Lochea alba, lochea ini berwarna putih yang berisi leukosit, dan
sel – sel desidua yang berlangsung selama 14 hari hingga 2 minggu
berikutnya
4. Payudara
Selama masa kehamilan, jaringan payudara bertumbuh dan
mempersiapkan fungsinya untuk menyiapkan makanan bagi bayi.
Pada hari ke-3 pasca persalinan efek prolaktin pada payudara mulai
dirasakan. Ketika puting dihisap oleh bayi, ensit let down
(mengalirkan) terangsang oleh oksitosin sehingga terjadinya ejeksi
ASI (Wahyuningsih, 2019). Pada payudara terjadi kadar prolaktin
yang disekresi oleh kelenjar hypofisis anterior meningkat secara
stabil selama kehamilan, tetapi hormon plasenta menghambat
pengeluaran ASI. Plasenta keluar konsentrasi estrogen dan
propesteron menurun, prolaktin dilepasakan dan sintesis ASI
dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan
pembengkakan vascular sementara. Asi disimpan di alveoli saat
ingin diproduksi dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara
diisap oleh bayi (Elisabeth, 2015).
a. Adaptasi psikologis
Adaptasi psikologis pada ibu post partum mengalam 3 fase (Walyani &
Purwoastuti, 2015), yaitu:
1. Fase Taking In
Fase ini dimulai dari hari pertama sampai hari kedua setelah
persalinan dengan ciri, ibu akan mengulang cerita tentang
pengalamannya mengenai persalinan, masih dalam ketergantungan,
mengalami ketidaknyamanan fisik seperti nyerijahitan (puerperium)
, lebih fokus dengan diri sendiri, kurang tidur sehingga
membutuhkan waktu beristirahat yang cukup agarterhindar dari
16
gangguan tidur, dan ibu masih membutuhan perlindungan dan
pelayanan.
Pada ibu post partum akan mengalami gangguan pada fase talking
in, yaitu:
a. Kekecewaan terhadap bayinya.
b. Ketidaknyamanan akibat perubahan fisik yang dialami.
c. Rasa bersalah sebab belum menyusui bayinya.
d. Kritikan atau suami tentang perawatan bayi.
17
Pada fase letting go ibu postpartum mendapat anjuran dari tenaga
kesehatan, (Maryunani, 2012) yaitu:
a. Memperhatikan gizi dan kebersihan ibu.
20
2) Preeklampsia Berat:
a. Hipertensi dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, diukur
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
b. Proteinuria 5 gram/24 jam atau +4 pada pemeriksaan kualitatif.
c. Kenaikan berat badan yang tiba-tiba atau berlebihan merupakan tanda
preeklemsia pada sebagian wanita hamil. Peningkatan BB normalnya 0,5
kg per minggu, bila lebih dari itu kemungkinan terjadi preekemsia yang
harus dicurigai. Peningkatan ini disebabkan karena retensi cairan dan
selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema yang terlihat jelas
seperti kelopak mata yang bengkak atau jaringan tangan atau kaki yang
membesar.
d. Oliguria, urine 400ml/24 jam atau kurang.
e. Edema paru-paru, sianosis.
Ciri menentukan adanya edema yaitu nilai positif (+) jika pitting edema di
daerah wajah, tibia, lumbosakral, wajah, dan tangan. Jika kesulitan
menentukan tingkat edema, maka metode yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. += Sedikit edema pada daerah kaki pretibial
2. ++= Edema ditentukan pada ekstermitas bawah
3. +++= Edema pada muka, tangan, abdomen bagian bawah
4. ++++= Anasarka disertai asites.
Protein positif merupakan dimana jumlah protein lebih dari 0,3 gram per
liter urine 24 jam atau lebih dari 2 gram per liter sewaktu. Urine diambil
dengan penyadapan/kateter.
1. += 0,3 gram protein per liter
2. ++= 1 gram protein per liter
3. +++= 3 gram protein per liter
4. ++++= >10 gram per liter
2.3.6 Komplikasi
Padila (2015) mengatakan komplikasi terberat pada preeklampsi dapat
terjadi pada ibu maupun janin, yaitu :
1. Pada Ibu
21
a. Eklampsia (kejang).
b. Solusio plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu menderita
hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada preeklempsia.
c. Pendarahan subkapsula hepar.
d. Kelainan pembekuan darah (DIC).
e. Sindrom HELLP, yaitu hemolisis, elevated libver enzyms, dan low
platelet.
f. Ablasio retina.
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
2. Pada Janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.
b. Premature.
c. Asfiksia neonatorum.
d. Kematian janin.
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
22
Air Susu Ibu (ASI) merupakan minuman dan makanan yang baik secara
alamiah maupun medis untuk di konsumsi oleh bayi. ASI ini sumber gizi
utama untuk bayi yang dimana bayi belum dapat mencerna makanan
padat. ASI yang pertama kali keluar disebut dengan kolostrum yang
mengandung immunoglobulin fungsinya untuk kekebalan tubuh bayi
dalam melawan penyakit (Pentingnya Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi,
2022).
2.4.3 Penyebab Kebutuhan Menyusui Tidak Efektif
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016 penyebab ibu mengalami
kebutuhan menyusui tidak efektif yaitu :
1. Faktor Internal
a. Pengetahuan
b. Pendidikan
23
keputusan untuk pemberian ASI kepada bayinya. Semakin tinggi
pendidikan ibu maka akan semakin besar peluang ibu untuk menerima
informasi tentang pentingnya manfaat pemberian ASI untuk bayinya,
begitupunsebaliknya jika pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap ibu terhadap pemberian ASIuntuk bayinya.
c. Pekejaan
2. Faktor Eksternal
a. Orang penting sebagai referensi keluarga
Orang penting seperti suami ataupun keluarga biasanya dapat
mempengaruhi perilaku ibu dalam menyusui. Bila orang tersebut sangat
dipercayai dalam kehidupannya maka apapun yang orang tersebut katakan
atau perbuat segera diikuti dan dicontoh, seperti misalnya dalam
pemberian ASI, maka dukungan dari keluargasangat diperlukan dalam
lancarnya proses pemberian ASI pada bayi.
24
b. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi dalam keluarga dapat memengaruhi kemampuan
keluarga untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Biasanya,
keluarga yang memiliki penghasilan kurang akan lebih memahami
tentang pentingnya menyusui dan memberikan ASI kepada bayinya dari
baru lahir hingga berusia enam bulan, sebaliknya jika keluargatersebut
berpenghasilan yang lebih akan memiliki peningkatan dayatarik dalam
pembelian sesuatu yang dianggapnya lebih praktis, seperti misalnya
pemberian susu formula.
25
2.5.2 Definisi Pijat Oksitoksin
Salah satu tindakan yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan kualitas
dan kuantitas ASI, yaitu dengan tindakan pijat oksitoksin. Pijat oksitoksin
merupakan pemijatan yang dilakukan sepanjang tulang belakang
(vertebrae) sampai tulang costae kelima ataupun keenam. Pijat oksitoksin
atau biasa disebut pijat punggung ini bertujuan untuk merangsang hormon
oksitoksin menjadi lebih optimal dan ASI menjadi lancar (Fikawati, dkk
(2015)). Pijat punggung ini tidak dapat dilakukan oleh ibu sendiri karena
pijat oksitosin ini dilakukan disepanjang tulang belakang ibu (Khairani,
2012). Maka ibu membutuhkan dukungan dari keluarga dalam
pelaksanaan pijat oksitoksin atau pijat punggung khususnya suami.
2.5.3 Mekanisme Pijat Oksitoksin
Mekanisme pijat oksitoksin adalah dimana saat melakukan pemijatan
punggung ibu akan merasa lebih rileks dan nyaman, sehingga ibu bisa
mengurangi stress yang menyebabkan hormon kortisol berkurang, yang
membuat tidak ada hambatan hormon oksitoksin yang berperan dalam
melancarkan pengeluaran Air Susu Ibu (ASI) yang diproduksi oleh
hipotalamus.
2.5.4 Manfaat Pijat Oksitoksin
Manfaat dari pijat oksitosin adalah untuk meningkatkan let down reflex
yang artinya membuat ASI cepat turun. Selain itu manfaat dari pijat
oksitosin yaitu mengurangi bengkak pada payudara (engorgement),
memberikan kenyamanan pada ibu, merangsang pelepasan hormon
oksitosin, mengurangi sumbatan ASI, dan mempertahankan produksi ASI
ketika ibu dan bayi sakit.
26
2.5.6 Pelaksanaan Tindakan Pijat Oksitoksin
Pijat oksitoksin dilakukan selama 15-20 menit. Melakukan pijat oksitoksin
sebaiknya dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pagi hari dan sore
hari (Sari, 2017). Pijat oksitoksin ini dapat dilakukan oleh suami maupun
keluarga yang sudah diberikan edukasi. Dukungan yan diberikan
berpengaruh pada psikologi ibu, dukungan ini dapat meningkatkan rasa
percaya diri dan dapat mengurangi kecemasan pada ibu sehingga hormon
oksitoksin dapat merangsang keluar.
27
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
1. Ibu post partum preeklemsia berat dengan keluhan ASI tidak lancar.
2. Ibu post partum preeklemsia berat yang didampingi oleh keluarga yang
belum mendapatkan penyuluhan mengenai pijat oksitoksin.
3.4 Fokus Studi
Fokus studi dalam penelitian ini berfokus pada ibu post patum preeklemsia
berat dalam pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif dengan tindakan
28
pijat oksitoksin di Ruang Wijaya Kusuma RSUD dr. Drajat Prawiranegara
Serang.
29
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dengan cara observasi secara langsung kepada dua
ibu post partum preekemsia berat dalam pemenuhan kebutuhan menyusui tidak
efektif di Ruang Wijaya Kusuma RSUD dr. Drajat Prawiranegara Kota Serang.
Dengan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Proses tanya jawab lisan secara tersetruktur kepada ibu post partum dan
menyediakan format wawancara sesuai tindakan yang dilakukan tujuannya
untuk mendapatkan informasi secara tepat.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik
Mengobservasi perilaku ibu post partum, mengobservasi produksi ASI atau
masalah menyusui, dan melakukan pemeriksaan fisik pada ibu post partum
dengan pendekatan inspeksi, palpasi, perkusi, asukultasi pada sistem tubuh.
3. Melakukan tindakan
30
pasien berhak menentukan mau atau tidak ikut serta dalam mengikuti
penelitian.
1. Studi tindakan
Untuk mengetahui apakah tindakan pijat oksitoksin ini berpengaruh untuk ibu
post partum preeklemsia berat dalam pemenuhan kebutuhan menyusui tidak
efektif untuk menemukan persamaan atau perbedaan setelah dilakukan
tindakan sesuai dengan Standar Operational Prosedur (SOP).
3.10 Metode Analisa Data
Analisis data dalam laporan karya tulis ilmiah ini yaitu dengan
membandingkan dua pasien yang dirawat dan didukung oleh teori yang ada
dalam tinjauan pustaka untuk menetapkan intervensi pada pasien dengan
menyusui tidak efektif. Analisis data yang akan dilakukan oleh penulis sebagai
berikut :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian pada pasien dengan
masalah menyusui tidak efektif yaitu dengan menerapkan metode wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
2. Meredukasi data
31
Data yang telah didapakan dan dikumpulkan dijadikan satu dari hasil
pengkajian yang dikelompokan menjadi data subjektif dan data objektif
kemudian akan dilakukan identifikasi, memfokuskan, dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah untuk
membandingkan pada nilai normal antar kasus untuk dianalisis.
3. Kesimpulan
Penulis memberikan kesimpulan setelah adanya data yang di dapat.
Kesimpulan ini dilakukan dengan metode induksi yaitu data yang telah
dikumpulkan berupa data hasil pengkajian, perumussan diagnosa keperawatan,
penetapan intervensi keperawatan, pelaksanaan implementasi keperawatan,
dan evaluasi.
32
BAB IV
Bab ini menguraikan hasil studi kasus beserta pembahasan meliputi penjabaran
data umum dan khusus serta analisis mengenai diagnosa pemenuhan kebutuhan
tidak efektif pada ibu post partum preeklemsia berat di RSUD dr. Drajat
Prawiranegara Serang tahun 2024.
34
Pada Kasus Pasien Ny. D merupakan ibu post partum dengan kelahiran anak
pertama P1 A0 dengan spontan di ruang bersalin RSUD dr Drajat Prawiranegra,
setelah melahirkan pasien Ny.D di pindahkan ke ruang PER/PEB untuk
dilakukan observasi lalu dihari ke 2 pindah ke ruang perawatan Wijaya Kusuma
RSUD dr Drajat Prawiranegara, dari hasil wawancara pasien mengatakan lemas
dan cemas karena ASI nya belum keluar, dan mengatakan belum pernah
mendapatkan edukasi mengenai pijat oksitoksin.
4.1.2 Pengkajian
1. Biodata
Tabel 4.1
Biodata Pasien
PASIEN I PASIEN II
Nama klien Ny. S Ny. D
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Umur 36 tahun 23 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa Indonesia Indonesia
Alamat Bayongbong Ciguha, RT/19 Kp. Bojong Lo Carenang,
RW/03, Pamanuk, RT 001 RW/001, Kel
Carenang, Kab Serang, Prov Mekarsari, Carenang, Kab
Banten Serang, Prov Banten
No RM 00.52.35.86
00.52.40.70
Tanggal masuk 7 Februari 2024
14 Februari 2024
Tanggal pengkajian 8 Februari 2024
15 Februari 2024
Status Perkawinan Menikah Menikah
Penanggung jawab Tn. J Tn. T
Dx. Medis G3 P2 A1 P1 A0
Preeklemsia Berat Preeklemsia Berat
35
1) Riwayat Kesehatan
Tabel 4.2
Riwayat Kesehatan
PASIEN I PASIEN II
a. Keluhan utama Pasien mengatakan ASI Pasien mengatakan ASI
belum keluar dan tidak belum keluar.
menyusui bayinya.
b. Riwayat penyakit Pasien mengatakan telah Pasien mengatakan telah
sekarang melahirkan anak ketiga melahirkan anak pertama
secara spontan dengan secara spontan dengan
preeklemsia berat. Pasien riwayat preeklemsia berat.
mengeluh ASI tidak keluar Pasien mengeluh ASI tidak
dan belum mengetahui keluar dan belum
edukasi dan tindakan pijat mengetahui edukasi dan
oksitoksin tindakan pijat oksitoksin
karena ini anak pertamanya
36
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Tabel 4.3
Riwayat Kesehatan Masa Lalu Pasien
Nama Pasien Tahun Keluhan Ab, Penolong Tindakan Komplikasi Keadaan
Prem, kehamilan anak
Aterm, Mati persalinan sekarang
dan nifas
Ny. S 2015 Abortus Bidan - Pendarahan Mati
2016 Aterm Bidan Spontan Tidak ada Hidup
2024 Prem Bidan PEB Hidup
Spontan
Ny. 2024 Atem Bidan PEB Hidup
Spontan
37
4) Riwayat Kontrasepsi
Tabel 4.5
Riwayat Kontrasepsi
No PASIEN I PASIEN II
1 Kontrasepsi yang lalu Kb suntik -
2 Sebab berhenti Program hamil -
3 Rencana penggunaan alat KB Implant Kb suntik
5) Riwayat Persalinan
Tabel 4.6
Riwayat Persalinan
No PASIEN I PASIEN II
1 Tipe persalinan Spontan Spontan
2 Lama persalinan Kala 1 : 16.15 WIB Kala 1 : 12.30 WIB
Kala 2 : 18.15 WIB Kala 2 : 14.30 WIB
Kala 3 : 18.25 WIB Kala 3 : 14.50 WIB
Kala 4 : 19.10 WIB Kala 4 : 15.10 WIB
3 Jumlah pendarahan 400 ml 500 ml
4 Perawatan dan RL + Mgso4 40% injek RL + Mgso4 40% injek
pengobatan yang Ramipril 5 mg tablet Ramipril 5 mg tablet
diberikan Amoxillin 3x500 mg Amoxillin 3x500 mg
PCT 3x500 mg Asam mafenaman
Adalat oros 1x30 mg 3x500 mg
tablet/oral Nipedipin
Tablet tambah darah PCT 3x500 mg
Nipedipin Adalat oros 1x30 mg
Asam mafenaman tablet/oral
6) Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.7
Pemeriksaan Fisik
38
No PASIEN I PASIEN II
39
1 Keadaan umum Lemah Lemah
2 Tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah 169/130 mmhg 160/110 mmhg
b. Denyut nadi 105 x/menit 90 x/menit
c. Pernafasan 24 x/menit 22 x/menit
d. Temperature 36,6 c 36,9 c
3 Keadaan kepala
a. Rambut Penyebaran rambut Penyebaran rambut
merata, warna hitam, merata, warna hitam,
bersih bersih
40
f. Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening kelenjar getah bening
dan tiroid, letak trakea dan tiroid, letak trakea
ditengah ditengah
4 Dada
- Payudara
Simetris Simetris
b. Bentuk
Masuk kedalam Menonjol
c. Putting Susu
Belum keluar Belum keluar
d. ASI/Colostrum
Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
e. Kelainan
Bersih
f. Kebersihan Bersih
Lembek
g. Konsistensi Lembek
d. REEDA
Kemerahan pada luka
-Redness Kemerahan pada luka
41
(kemerahan) jahitan perineum+-2cm
jahitan perineum +-3
- Edema Tidak ada
Tidak ada
(Pembengkakan)
- Ecchymosis
Lochea rubra
Lochea rubra
(Perdarahan)
- Discharge
Tidak ada
(Pengeluaran) Tidak ada
- Approximation
(Penyatuan Luka) Tertutup
Tertutup
e. Hemoroid Tidak ada hemoroid
Tidak ada hemoroid
7 Ekstremitas bawah
a. Edema Tidak ada Tidak ada
b. Varises Tidak ada Tidak ada
c. Human sign Negative Negative
d. ROM Baik Baik
e. Reflek Patella Ada Ada
42
7) Pola Kebiasaan
Tabel 4.8
Pola kebiasaan
Data Pasien I Pasien II
Pola Nutrisi Pasien mengatakan Pasien mengatakan
selama dirawat selama dirawat
menghabiskan 1/2 porsi menghabiskan 1 porsi
makan dan minum 4 gelas makan dan minum 6 gelas
Pola Eliminasi
a. Kebiasaan BAK Pasien terpasang kateter Pasien terpasang kateter
terisi 400 cc sudah terisi 200 cc
b. Kebiasaan BAB Pasien mengatakan belum Pasien mengatakan belum
BAB BAB
Pola Istirahan dan tidur Pasien mengatakan tidur Pasien mengatakan tidur
tidak nyenyak dan tidak tidak nyenyak karena
nyaman setelah rasa sakit pada luka
melahirkan karena ada operasi dan lingkungan
luka jahitan diperineum yang tidak nyaman
43
8) Data Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 4.9
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Pasien I Pasien II Nilai Normal
Hemoglobin 13.2 12,1 11,6 – 16,1
Leukosit 9.300 12.890 4.400 – 11.300
Hematokrit 40 36 35 – 47
Trombosit 232.000 275.000 150.000 – 450.000
Gula Darah 78 86 < 200 mg/dl
Sewaktu (GDS)
Tabel 4.10
Analisa Data
Nama Data Etiologi Masalah
Pasien
Ny. S DS :
Post partum
Pasien (masa nifas)
Menyusui Tidak
mengatakan Efektif
cemas karena
Perubahan psikologis
ASI belum
keluar
Kurang Dukungan Keluarga
Pasien Cemas
mengatakan
tidak Asi Tidak Keluar
mengetahui
pijat oksitoksin Menyusui Tidak Efektif
DO :
ASI belum keluar
Putting susu
kedalam/datar
Konsistensi
payudara
lembek
44
45
Ny. D DS : Menyusui Tidak
Post partum (masa
Pasien nifas) Efektif
mengatakan
lemas
Perubahan psikologis
Pasien
mengatakan cemas
karena ASI nya Kurang Dukungan
Keluarga
tidak keluar
Pasien
mengatakan
Cemas
tidak mengetahui
pijat oksitoksin
TD : 150/90 mmHg
N : 90 x/menit
RR: 23x/menit
S : 36,8 c
46
4.1.3 Diagnosa Keperawatan
Menyusui Tidak Efektif berhubungan dengan
ketidakadekuatan suplai air susu ibu (SDKI.D0029).
47
4.1.5 Implementasi Keperawatan
Tabel 4.12
Implementasi Keperawatan
Pasien I Pasien II
Waktu Hari ke 1 Waktu Hari ke 1
Do: Do:
Pasien I Pasien II
Waktu Hari ke 2 Waktu Hari ke 2
Pasien I Pasien II
Waktu Hari ke 3 Waktu Hari ke 3
50
4.1.6 Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.13
Evaluasi Keperawatan
Pasien I Pasien II
Diagnosa Keperawatan Hari ke 1 Hari ke 1
A:
A:
Menyusui tidak efeektif
Menyusui tidak efektif
belum teratasi
belum teratasi
P:
P:
Intervensi dilanjutkan
Intervensi dilanjutkan
51
Pasien I Pasien II
Diagnosa Keperawatan Hari ke 2 Hari ke 2
O: O:
Putting susu sedikit Pasien terlihat nyaman
menonjol dan rilexs saat
ASI belum keluar dilakukan pijat
oksitoksin
Konsistensi
payudara kenyal ASI keluar sedikit
Pasien terlihat Konsistensi payudara
nyaman saat dilakukan sedikit keras
pijat oksitoksin TTV
TTV TD : 140/90 mmHg
TD : 150/100 mmHg N : 86 x/menit
N : 88 x/menit RR : 22 x/menit
RR : 24 x/menit S : 37,0 c
S : 36, 8 c
A: A:
Menyusui tidak efektif Menyusui tidak efektif
belum teratasi sebagian teratasi
P:
P:
Intervensi dilanjutkan
Intervensi dilanjutkan
52
Pasien I Pasien II
Diagnosa Keperawatan Hari ke 3 Hari ke 3
O: O:
Putting susu menonjol ASI terlihat menetes
Konsistensi payudara banyak
keras Konsistensi payudara
ASI terlihat menetes keras
Rembasan ASI di baju TTV
pasien TD : 130/90 mmHg
TTV N : 85 x/menit
TD : 160/120 mmHg RR : 22 x/menit
N : 87x/menit S : 36,6 c
RR : 22 x/menit
S : 36,0 c
A: A:
Masalah menyusui tidak Masalah menyusui tidak
efektif tertasi efektif teratasi
P: P:
Intervensi dihentikan Intervensi dihentikan
53
4.2 Pembahasan
Pada bagian ini penulis membahas kesenjangan teori dan data yang
ditemukan dalam proses keperawatan pada dua ibu post partum preeklemsia
berat dalam pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif di ruang wijaya
kusuma RSUD dr. Drajat Prawiranegara Serang.
4.2.1 Pengkajian
Data yang didapat pada pasien 1 Ny. S mengatakan persalinan hari ke 1
ASI nya belum keluar, payudara simetris, konsistensi payudara lembek,
tidak ada kelainan pada payudara, areola bersih, dan cemas karena putting
susu masuk kedalam. Pasien mengatakan belum pernah melakukan pijat
okisitoksin dan belum mengetahui apa itu pijat oksitoksin. Data tanda
tanda vital pasien Td: 161/125 mmHg, Nadi: 102x/ menit, RR: 24 x/
menit, Suhu: 36°.7 c
Data yang didapat pada pasien 2 Ny. D mengatakan persalinan hari ke 1,
bentuk payudara simetris, konsistensi payudara lembek, putting susu
menonjol, areola bersih, dan merasa cemas karena ASI nya belum keluar.
Pasien mengatakan belum mengetahui apa itu pijat oksitoksin dan belum
pernah melakukan tindakan pijat oksitoksin karena ini anak pertamanya.
Data tanda tanda vital pasien Td :160/110 mmHg, Nadi : 90 x/menit,
RR : 22x/menit, Suhu : 36,9 c
Menurut Teori Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) pemenuhan kebutuhan
menyusui tidak efektif adalah suatu kondisi dimana ibu memiliki
gangguan atau masalah saat mengeluarkan ASI atau bayi mengalami
ketidakpuasan atau kesukaran pada proses menyusui. Kondisi klinis yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif antara
lain: payudara lembek dan ASI belum keluar atau sedikit.
Hasil pengkajian yang dilakukan oleh peneliti pada ibu post partum
preeklemsia berat dalam pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif,
ditemukan data yang mendukung dari kedua pasien yaitu pasien
mengatakan ASI nya belum keluar dan belum mengetahui apa itu
tindakan pijat oksitoksin.
Hal ini sejalan dengan penelitian TIM (2013) yang menyatakan bahwa
masalah ketidakefektifan pemenuhan kebutuhan menyusui pada ibu post
54
partum preeklampsia berat ini terjadi karena nyeri luka jahitan dan mules-
mules setelah melahirkan dan perubahan psikologi pada ibu kemudian
kurangnya dukungan suami/keluarga membuat ibu menjadi cemas
membuat ASI tidak keluar.
Dan pada penelitian yang dilakukan Yuliawati (2020) menyatakan adanya
kontraksi uterus yang tidak tergangggu dengan pijat oksitoksin akan
merangsang hormon prolaktin sehingga mengeluarkan produksi ASI.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan penulis dan peneliti sebelumnya
bahwa pada ibu post partum yang mengalami PEB akan terjadi penurunan
produksi ASI karena kurangnya rangsangan hormon prolaktin yang
berperan dalam kelancaran suplai ASI.
Pada kasus ini dengan adanya dukungan penuh dari keluarga dan
psikologis tidak terganggu sehingga ASI keluar dan tidak terjadi
hambatan.
Berdasarkan pada studi kasus, penulis mendapatkan data yang sesuai
dengan teori yaitu pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif pada ibu
post partum preeklemsia berat dapat disimpulkan bahwa penulis tidak
menemukan kesenjangan, antara teori dan studi kasus.
4.2.2 Diagnosa Keperawatan
Pada Studi kasus ini di temukan data dari hasil wawancara, mengamati,
mengobservasi, dan melakukan tindakan yang di lakukan oleh peneliti
terhadap pasien Ny. S dan Ny. D ditemukan masalah yang di dapat yaitu
payudara lembek dan ASI yang belum keluar membuat pasien merasa
cemas karena belum menyusui bayinya dan kedua pasien tersebut bayinya
tidak rawat gabung. Sejalan dengan penelitian peneliti didapatkan
diagnosa ketidakadekuatan suplai air susu ibu.
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) menyusui tidak efektif
merupakan menjadi salah satu diagnosa keperawatan utama pada pasien
post partum, yang berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai Air Susu
Ibu. Penyebab dari menyusui tidak efetif pada masa post partum dapat di
sebabkan oleh perubahan psikologi ibu kemudian kurangnya dukungan
dari keluarga membuat ibu menjadi cemas membuat ASI tidak keluar.
55
yang dialami oleh Ny.S dan Ny.D yaitu karena perubahan psikologi,
kemudian kurang dukungan dari keluarga membuat pasien cemas dan ASI
tidak keluar. Sehingga pasein tidak dapat menyusui efektif pada bayinya.
Berdasarkan hasil pada studi kasus, penulis mendapatkan data yang sesuai
dengan teori yaitu menyusui tidak efektif pada ibu post partum. Dapat
disimpulkan bahwa penulis tidak menemukan kesenjangan, antara teori
dan studi kasus.
4.2.3 Pembahasan Intervensi
Berdasarkan teori Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) intervensi yang
sesuai untuk pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif yaitu dengan
menginstruksikan suami atau keluarga untuk melakukan pijat oksitoksin
setiap hari terutama pada pagi hari dan sore hari, memberikan dukungan
ibu untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui, memberikan
informasi dan saran tentang menyusui pada masa post partum, dan
diskusikan pasien dan keluarga mengenai pemenuhan kebutuhan
menyusui efektif.
Intervensi pada kasus Ny.S dan Ny.D dibuat berdasarkan diagnosa yang
sudah dirumuskan sebelumnya. Penulis menyusun rencana tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah yang muncul berdasarkan rencana
keperawatan yang telah dituliskan pada teori.
56
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan penulis dan yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya didapatkan bahwa pijat oksitoksin merupakan salah
satu cara untuk dapat mengatasi atau mempelancar pengeluaran ASI.
Pada pasien Ny. S pelaksanaan nya dilakukan pada 08-10 Februari 2024.
Dimana dengan melakukan pengkajian keluhan utama pasien,
mengidentifikasi masalah menyusui dan penyebab tidak menyusui,
memberi dukungan ibu untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam
menyusui, melibatkan system pendukung : suami, keluarga, tenaga
57
kesehatan, dan masyarakat, jelaskan manfaat dan pentingnya menyusui
bagi ibu dan bayi, menetapkan lingkngan yang nyaman, melakukan pijat
oksitoksin, mengajarkan keluarga cara melakukan pijat oksitoksin, dan
monitor kelancaran ASI pasien setiap hari.
Pada pasien Ny. D pelaksanaan nya dilakukan pada 15-17 Februari 2024.
Dimana dengan melakukan pengkajian keluhan utama pasien,
mengidentifikasi masalah menyusui dan penyebab tidak menyusui,
memberi dukungan ibu untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam
menyusui, melibatkan system pendukung : suami, keluarga, tenaga
kesehatan, dan masyarakat, jelaskan manfaat dan pentingnya menyusui
bagi ibu dan bayi, menetapkan lingkngan yang nyaman, melakukan pijat
oksitoksin, mengajarkan keluarga cara melakukan pijat oksitoksin, dan
monitor kelancaran ASI pasien setiap hari.
Berdasarkan teori dari Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) dengan Kriteria
Hasil dari status menyusui sebagai berikut: suplai ASI adekuat
meningkat, kepercayaan diri pasien harus meningkat, tetesan/pancaran
ASI meningkat dan kecemasan maternal menurun.
58
Evaluasi yang didapat pada pasien Ny. S masalah pemenuhan kebutuhan
menyusui tidak efektif dapat teratasi, sebab ditemukan data dari pasien
bahwa ASI keluar banyak pada hari ke 3 dan merasa nyaman atau rilex
setelah dilakukan tindakan pijat oksitoksin dari hari ke 1 sampai hari ke 3.
Data objektif yang di dapat yaitu putting susu menonjol, ASI terlihat
menetes dan terlihat rembasan ASI pada baju pasien, konsitensi payudara
mengeras.
Untuk evaluasi yang di dapat yakni kelancaran produksi ASI pada klien
pertama terjadi pada hari ke tiga, sedangkan kelancaran ASI pada klien
keduanya terjadi pada hari ke dua.
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah memberikan asuhan keperawatan kepada Ny. dan Ny. dengan
masalah pemenuhan kebutuhan menyusui tidak efektif selama tiga hari, dan
pengkajian kembali didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Pengkajian
Dalam pengkajian dilakukan metode wawancara, pengkajian, pemeriksaan
fisik, dan melakukan tindakan kemudian dari hasil pengkajian data
didapatkan hasil yang mendukung untuk menegakan diagnosa keperawatan
yaitu menyusui tidak efektif, dari hasil pengkajian pada Pasien Ny.S dan
Ny.D didapatkan hasil pengkajian yakni kedua pasien mengalami masalah
ASI yang belum keluar dan kedua pasien belum mendapatkan edukasi
mengenai Tindakan Pijat Oksitoksin.
5.1.2 Diagnosa
Diagnosa yang muncul pada kedua pasien Ny. S dan Ny. D yaitu menyusui
tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai Air Susu Ibu.
Dikarenakan Ny. S dan Ny. D merasakan cemas dan kurang dukungan dari
keluarga sehingga menyebabkan Air Susu Ibu Tidak keluar.
5.1.3 Intervensi
Intervensi Keperawatan pada kedua pasien Ny. S dan Pasien Ny. D yakni
identifikasi masalah menyusi dan penybab tidak menyusui, beri dukungan
ibu untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui, libatkan system
pendukung misalnya suami, keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat,
jelaskan manfaat dan pentingnya menyusui bagi ibu dan bayi, menetapkan
lingkungan yang nyaman, lakukan pijat oksitoksin, dan ajarkan ibu dan
keluarga cara melakukan pijat oksitoksin untuk mempelancar ASI.
61
5.1.4 Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada pasien Ny. S dan Ny. D yaitu
mengidentifikasi masalah menyusui dan penyebab tidak menyusui,
memberikan dukungan ibu untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam
menyusui, melibatkan system pendukung misalnya suami, keluarga, tenaga
kesehatan dan masyarakat menjelaskan manfaat dan pentingnya menyusui
bagi ibu dan bayi, menetapkan lingkungan yang nyaman, melakukan
Tanda- Tanda Vital, melakukan tindakan pijat oksitoksin , mengajarkan ibu
dan keluarga cara melakukan pijat oksitoksin, dan mengobservasi
kelancaran ASI setiap hari.
5.1.5 Evaluasi
Evaluasi pada kedua pasien yaitu menyusui tidak efektif dapat teratasi yang
dimana Ny. S ditandai dengan perembasan ASI yang keluar pada hari ke 3,
sedangkan pada pasien Ny. D produksi ASI keluar sedikit pada hari ke 2 dan
keluar banyak pada hari ke 3.
5.2 Saran
Diharapkan agar dapat menggali lagi faktor faktor yang dapat menyebabkan
menyusui tidak efektif pada ibu post partum dan melakukan penelitian
62
tentang keefektifan tindakan pijat oksitoksin untuk pemenuhan kebutuhan
produksi ASI ibu post partum.
63
Daftar Pustaka
Asih, Y. (2018). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi pada Ibu
Nifas. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 13(2), 209-214.
Eko, M. (2011). Efektivitas Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin terhadap
Produksi ASI Ibu Post Partum di Rumah Sakit Wilayah Jawa Tengah.
Keperawatan Soedirman. The Soedirman Journal of Nursing, 6
Fikawati, dkk. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Fikawati, Sandra; dkk. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Handoko, Y. (2018) SOP Pijat Oksitoksin. Depkes RI. Heryani, Reni. 2012. Buku
Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Menyusui. Jakarta: Trans Info
Media.)
Ja'far, K. (2019). Analisis Pendapat Imam Madzhab Tentang Jual Beli Air Susu Ibu
(Asi). Asas: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 11(01), 63-77.
Karo, S., & Br, M. H. (2021). Literature Review: Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil
Terhadap Preeklampsia.
Khairani, L. (2012). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusi Uterus pada Ibu
Post Partum di Ruang Post Partum Kelas III Rshs Bandung. Students e-
Journal, 1, 33
Maita, L. (2016). Pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi Asi. Jurnal Penelitian
Kesehatan" Suara Forikes"(Journal of Health Research" Forikes
64
Voice"), 7(3), 173-175.
Norma D,N. (2013). Asuhan Patologi Teori Dan Tinjauan Kasus. Jakarta: Mustika
Dwi S Nu Med.
Primandari. (2019). Konsep Menyusui Tidak Efektif pada Ibu Post Partum Normal di
Rsud Wangaya.
Sari, I. R. (2017). Penerapan Pijat Oksitoksin Pada Pasien Post Partum Normal Di
Wilayah Puskesmas Sambiroto Kedung Mundu Semarang. Universitas
Muhammadiya Semarang. Semarang
Sutanto. 2018 . Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui- Teori dalam Praktik
Kebidanan Profesional.Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Sunarto, A. (2016). Hubungan Faktor Risiko Usia Ibu, Gravida, dan Indeks Massa
Tubuh dengan Kejadian Preeklampsia di Rsud Tugurejo Semarang (Doctoral
65
Dissertation, Unimus).
Tim Pokja Sdki Dpp Ppni. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat Ppni.
Tim Pokja Siki Dpp Ppni. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat Ppni.
Tim Pokja Slki Dpp Ppni. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat Ppni.
Vivian dan Sunarsih, 2011, Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba
Medika
Wahyuningsih, si. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum Di Lengkapi
Dengan Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan. Yogyakarta :
Deepublish Publisher.
Wulandari, D. A., & Mayangsari, D. (2019). Pengaruh Pijat Oksitosin Dan Pijat
Endorphin Terhadap Kelancaran Produksi Asi. Jurnal Kebidanan, 128-134.
66
LAMPIRAN
67
Lampiran 1
68
Tahap Kerja 1. Mencuci tangan.
2. Dekatkan alat-alat
3. Memakai handscoon
4. Meminta ibu untuk melepaskan pakaian bagian atas
5. Memposisikan ibu duduk di kursi dan
membungkuk dengan memeluk bantal atau dapat
menopang diatas lengan pada meja
6. Memasang handuk diatas pangkuan ibu, biarkan
payudara bebas tanpa bra
7. Melumuri telapak tangan dengan minyak
8. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu
dengan menggunakan dua kepalan tangan dan ibu jari
menunjuk ke arah depan
9. Menekan kedua ibu jari pada kedua sisi tulang
belakang dengan memebentuk gerakan memutar
kecil
10. Pada saat bersamaan, pijat kedua sisi tulang
belakang kearah bawah leher dari leher kearah
tulang belikat selama 3-5 menit
11. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
12. Memebersihkan punggung ibu dengan washlap
air hangat dan dibilas air dingin
13. Merapikan pasien dan alat.
Tahap Terminasi Mengevaluasi respon serta toleransi klien selama, &
sesudahprosedur.
DOKUMENTASI Mencatat tanggal dan waktu pemberian obat pada
lembarcatatan perawat.
Keterangan. 5 :
Mandiri
4 : Supervisi (sekali-kali
diarahkan)3 :Dibantu (sering
diingatkan)
2 : marjinal (sering di arahkan)
1 : tergantung ( sering diingatkan dan diarahkan)
PENGUJI :
TANDA TANGAN :
70
Lampiran 2
PIJAT OKSITOKSIN
A. Tujuan Umum
C. Metode
Ceramah dan diskusi
D. Media
Leaflet
71
E. Rencana Kegiatan
No Susunan Acara Kegiatan Waktu
1. Pembukaan Salam perkenalan
Perkenalan 4 menit
Penjelasan tujuan
Kontrak waktu dan
penjelasan topik
2. Pemaparan materi Penyuluh menjelaskan
tentang: 15 menit
Pengertian pijat oksitoksin
Tujuan pijat oksitoksin
Manfaa pijat oksitoksin
Alat-alat pijat oksitoksin
Kapan melakukan pijat
oksitoksin
Langkah-langkah pijat
oksitoksin
72
F. Materi Pembahasan
1. Pengertian pijat oksitoksin
a. Bantal
b. Handuk kecil
c. Minyak zaitun
d. Baskom
e. Waslap
g. Kursi
73
6. Langkah-langkah pijat oksitoksin
f. Pijat dari atas ke bawah di sis kanan dan kiri tulang belakang
dengan gerakan memutar sebanyak 3x
g. Pijat dari bawah ke atas di sisi kanan dan kiri tulang belakang
dengan gerakan memutar sebanyak 3x
74
Lampiran 3
Pasien 1
Pasien 2
75
Lampiran 4
76
Lampiran 5
77
78
Lampiran 6
79
Lampiran 7
Disetujui,
Pembimbing,
Diketahui,
Ketua Program Studi DIII
NIP. 197906142005012009
80
Lampiran 8
81
Lampiran 9
83