Anda di halaman 1dari 9

Farmakologi Obat Analgetik

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Farmakologi

Dosen Pengampu: Subhan Widiansyah, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Putri Azzahra (8801210021)
2. Fitriyah (8801210003)
3. Ratu Salsa Mudovia (8801210018)
4. Wulan Piana (8801210071)

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN 2022
Farmakologi Obat-obat Analgetik
(Ibuprofen)
BAB I
Definisi obat-obat Analgetik

A. Analgetik
Analgetik merupakan obat yang sering digunakan untuk mengurangi rasa sakit
atau dapat disebut pula sebagai obat penghalang rasa nyeri, misalnya sakit kepala, otot,
perut, dan gigi dengan tanpa mengurangi atau menghilangkan kesadaran dari penderita.
Obat analgetik ini digunakan oleh sebagian besar masyarakat dikarenakan obat ini dapat
menghilangkan rasa sakit atau nyeri meskipun obat analgesik ini tidak dapat
menyembuhkan penyakit dari penyebabnya (Widjajanti, 2006). Analgetik
diklasifikasikan menjadi dua golongan besar yaitu analgetik sentral (golongan
narkotik/opioid) dan analgetik perifer (golongan non narkotika/non opioid)
(Tan&Rahardja, 2008). Analgetik narkotik merupakan senyawa yang dapat menekan
fungsi system saraf pusat (SSP) secara selektif, yang digunakan dalam mengurangi rasa
sakit disebabkan oleh penyakit kanker, serangan jantung akut pasca operasi, kolik usus
atau ginjal. Aktivitas analgetik narkotik jauh lebih besar dibandingkan golongan
analgetik non narkotik, sehingga disebut analgetik kuat. Obat ini jika diberikan secara
terus menerus dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan mental atau kecanduan
(Siswandono&Sukardjo, 2000). Contoh obat analgetik narkotik seperti morfin dan
kodein.

Pengelolaan nyeri dengan analgesik tergantung dari jenis nyeri, yaitu:


 Nyeri yang ringan, seperti sakit gigi, sakit kepala, nyeri haid, keseleo dan
sebagainya, dapat diobati dengan analgesik perifer, misalnya asam mefenamat
atau parasetamol.
 Nyeri ringan yang menahun, seperti rematik dan artrosis, dapat diobati dengan
analgesik atau zat yang lain yang bermanfaat untuk antiinflamasi, diantaranya
asam asetilsalisilat, ibuprofen dan indometasin.
 Nyeri yang hebat, seperti nyeri bagian organ-organ dalam (lambung, usus)
antara lain dikarenakan kolik pada serangn batu ginjal dan batu empedu, dapat
diobati dengan analgesik sentral (narkotika).
 Nyeri hebat yang menahun, misalnya kanker, atau kadang-kadang rematik dan
neuralgia, dapat diobati dengan obat-obat yang berefek kuat seperti analgesik narkotik.

B. Pengertian obat Ibuprofen


Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan pertama kali di
banyak Negara. Obat ini bersifat analgetik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu
kuat. Ibuprofen digunakan dalam manajemen nyeri ringan hingga sedang dan peradangan
pada kondisi seperti dismenorea, sakit kepala termasuk migrain, nyeri pasca operasi, sakit
gigi dan gangguan musculoskeletal sendi. Zat aktif ibuprofen agar digunakan dengan
nyaman, aman, efiisien dan optimal dikemas dalam bentuk sediaan obat. Ibuprofen
banyak ditemukan di pasaraan dalam bentuk tablet.
C. Golongan
Golongan obat antiinflmansi nonseteroid (OAINS)
Kategori obat: Obat bebas dan resep.
Dikonsumsi: Dewasa dan anak-anak.
Jenis sediaan: Tablet, sirup, kapsul, dan suntikan.
Sediaan:
Tablet : 100 mg, 200 mg, 400 mg, 600 mg, 800 mg.
Kapsul : 200 mg, 400 mg.

D. Dosis & aturan pemakaian


Dosis ibuprofen tergantung pada usia pasien dan kondisi yang diderita. Berikut ini
adalah penjelasan mengenai dosis ibuprofen pada orang dewasa dan anak-anak :

Dewasa
Oral : 200-400 mg secara oral setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan maksimal 1,2 gr per hari
dengan maksimal durasi konsumsi selama 10 hari.
Injeksi : 400-800 mg melalui infus selama 30 menit setiap 6 jam sesuai kebutuhan.

Anak-anak usia 6 bulan sampai di bawah 24 bulan


Oral : untuk berat 5,45 hingga 7,73 kg sebanyak 50mg setiap 6-8 jam sesuai kebutuhan,
berat 8,18-10,45 kg sebanyak 75 mg setiap 6-8 jam. Maksimal pemberian adalah 4 dosis
per hari.

Anak-anak usia 1-11 tahun


Oral : 5-10 mg/kg secara oral setiap 6-8 jam sesuai kebutuhan, dosis maksimal adalah
40/mg/kg atau 4 dosis per hari.

Anak-anak usia 12-17 tahun


Oral : dosis awal adalah 200 mg, diberikan setiap 4-6 jam sekali sesuai kebutuhan. Dosis
dapat ditingkatkan menjadi 400 mg, dan diberikan setiap 4-6 jam. Pemberian dosis
maksimal adalah 1200 mg per hari.

1. Dosis nyeri haid


Dewasa
Oral : 200 sampai 400 mg, diberikan setiap 4 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimal
adalah 3200 mg per hari untuk obat resep dan 1200 mg per hari untuk obat bebas. Obat
harus diberikan ketika nyeri baru muncul.

Anak-anak di atas 12 tahun


Oral : 200 sampai 400 mg, setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimal adalah 3200
mg per hari untuk obat resep dan 1200 mg per hari untuk obat bebas. Obat harus
diberikan ketika nyeri baru muncul.

2. Dosis untuk demam

Dewasa
Oral : 200-400 mg secara oral setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan.
Infus : dosis awal sebesar 400 mg melalui infus selama 30 menit. Dosis lanjutan sebesar
400 mg setiap 4-6 jam, atau 100-200 mg setiap 4 jam sesuai kebutuhan.

Anak-anak 6 bulan hingga di bawah 24 bulan


Oral : berat 5,45 hingga 7,73 kg sebanyak 50 mg secara oral setiap 6-8 jam sesuai
kebutuhan, berat 8,18 hingga 10,45 kg sebanyak 75 mg secara oral setiap 6 hingga 8 jam
sesuai kebutuhan. Maksimum pemberian obat adalah 4 dosis per hari.

Anak-anak 1-11 tahun


Oral : 5 hingga 10 mg/kg secara oral setiap 6 hingga 8 jam sesuai kebutuhan. Dosis
maksimum: 40 mg/kg/hari atau 4 dosis per hari.

BAB II
Farmakokinetik ibuprofen
Farmakokinetik ibuprofen ditinjau dari aspek absorpsi, metabolisme, distribusi, dan eliminasi
obat.
1. Absorpsi
Ibuprofen cepat diabsorpsi, setelah konsumsi per oral. Bioavailabilitas obat adalah 80%.
Ibuprofen lysine, atau garam ibuprofen lebih cepat diabsorpsi dibandingkan jenis asam
ibuprofen. Konsentrasi puncak ibuprofen lysine, atau garam ibuprofen adalah sekitar 45 menit,
sedangkan asam ibuprofen adalah sekitar 90 menit. Konsentrasi puncak ibuprofen dalam serum
umumnya berlangsung sekitar 1‒2 jam. Bioavailabilitas obat hampir tidak dipengaruhi oleh
makanan. Juga tidak terdapat interferensi absorpsi ibuprofen, apabila diberikan bersamaan
dengan antasida, baik yang mengandung aluminium hidroksida, maupun magnesium hidroksida.
2. Metabolisme
Ibuprofen secara cepat dimetabolisme di dalam hati, menghasilkan metabolit-metabolit
seperti asam propionik fenil hidroksimetil propil, dan asam propionik fenil karboksipropil.
3. Distribusi
Ibuprofen didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh, terutama terkonsentrasi dalam cairan
sinovial. Keberadaan obat ibuprofen dalam cairan sinovial adalah lebih lama daripada dalam
plasma. Obat ini terikat pada protein sekitar 90‒99%, terutama dengan albumin.
4. Eliminasi
Waktu paruh obat dalam serum adalah sekitar 1,8 hingga 2 jam. Ekskresi ibuprofen
lengkap dalam 24 jam, setelah dosis terakhir. Sekitar 45%‒79% dari dosis obat yang diabsorpsi
per oral, ditemukan dalam urine, dalam bentuk metabolit, sedangkan bentuk ibuprofen bebas
atau terkonjugasi, masing-masing adalah sekitar 1% dan 14%.

BAB III
1. Mekanisme kerja
Mekanisme kerja ibuprofen sebagai antipiretik terdiri dari dua aksi, yaitu mengendalikan
produksi leucocyte-derived interleukin-1 dan komponen peptida lainnya dari pirogen endogen,
dan menginhibisi secara langsung produksi pirogen endogen atau interleukin-1 prostaglandin E2
(PGE2), yang diinduksi oleh hipotalamus. Pengendalian rasa nyeri oleh ibuprofen melibatkan
beberapa mekanisme yang berbeda, namun berhubungan satu sama lainnya. Kerja ibuprofen
menginhibisi produksi prostaglandin dan nitrit oksida, yang berperan sebagai impuls aferen rasa
nyeri di perifer dan transmisi spino-thalamic. Di samping itu, ibuprofen dapat menstimulasi
produksi zat analgesik anandamide secara endogen, yang bersifat cannabinoid-like analgesic,
dengan cara menginhibisi enzim yang menghidrolisis zat tersebut menjadi arachidonic acid.

2. Aturan minum ibuprofen


Gunakan obat sesuai dengan panduan yang tertera pada kemasannya atau arahan dokter. Jika
ada pertanyaan, ajukan pada dokter atau apoteker. Minumlah ibuprofen dengan segelas air.
Jangan berbaring selama minimal 10 menit setelah meminum obat. Untuk menurunkan risiko
masalah pencernaan dan efek samping lainnya, konusumsi obat setelah makan. Jangan
meningkatkan dosis atau menggunakannya lebih sering dari yang dianjurkan dokter atau label
kemasan. Untuk kondisi tertentu, seperti arthritis, penggunaan obat membutuhkan waktu hingga
2 minggu secara teratur hingga manfaatnya terasa. Ingatlah bahwa obat nyeri bekerja dengan
baik jika segera dikonsumsi ketika rasa nyeri muncul. Jangan menunggu sampai nyerinya
menjadi hebat. Obat mungkin saja tidak bekerja dengan baik. Jika kondisi Anda tidak membaik
atau malah memburuk, misalnya demam yang tak membaik setelah 3 hari atau nyeri yang tidak
hilang lebih dari 10 hari, segera berkonsultasi ke dokter. Ibuprofen sebaiknya disimpan pada
suhu ruangan. Jauhkan dari paparan cahaya langsung dan tempat yang lembap. Jangan
menyimpan obat ini di kamar mandi atau membekukannya.

3. Efek Samping

 Umum : pusing, sakit kepala, dispepsia, diare, mual, muntah, nyeri abdomen,
konstipasi, hematemesis, melena, perdarahan lambung, ruam.
 Tidak umum: rinitis, ansietas, insomnia, somnolen, paraestesia, gangguan
penglihatan, gangguan pendengaran, tinnitus, vertigo, asma, dispnea, ulkus mulut,
perforasi lambung, ulkus lambung, gastritis, hepatitis, gangguan fungsi hati,
urtikaria, purpura, angioedema, nefrotoksik, gagal ginjal.
 Jarang: meningitis aseptik, gangguan hematologi, reaksi anafilaktik, depresi,
kebingungan, neuritis optik, neuropati optik, edema.
 Sangat jarang: pankreatitis, gagal hati, reaksi kulit (eritema multiform, sindroma
Stevens – Johnson, nekrolisis epidermal toksik), gagal jantung, infark miokard,
hipertensi.
BAB 4
A. Kesimpulan
Ibuprofen adalah obat yang digunakan untuk meredakan nyeri dan peradangan, misalnya
sakit gigi, nyeri haid, dan radang sendi. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 400 mg, sirup,
dan suntikan. Ibuprofen bekerja dengan cara menghalangi tubuh memproduksi prostaglandin,
yaitu senyawa yang menyebabkan peradangan dan rasa sakit. Sebagai dampaknya, nyeri dan
peradangan menjadi berkurang. Selain mengatasi nyeri dan peradangan, ibuprofen juga
digunakan sebagai obat penurun panas. Meski sama-sama digunakan untuk meredakan
demam, paracetamol tetap merupakan pilihan pertama. Hal ini karena paracetamol lebih
minim efek samping dibandingkan dengan ibuprofen. Untuk mengatasi nyeri, peradangan,
dan demam, ibuprofen dapat digunakan oleh orang dewasa maupun anak-anak.

DAFTAR PUSTAKA
Indra, I., 2013. Farmakologi Tramadol. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala , 13 (1), pp.50-54.
https://jurnal.uhn.ac.id/index.php/medicine/article/download/265/187/
http://eprints.ums.ac.id/47227/3/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai