DOSEN PENGAMPUH :
Apt. Gita Susanti, S. Farm., M. Kes
KELOMPOK 2 :
1. Ainun syakhinah (482011805004)
2. Alfian Hariadi (482011805005)
3. Cici paramida (482011805017)
4. Della oktaviani (482011805021)
5. Dewi tri astuti (482011805025)
6. Felli luvita (482011805035)
7. Icha pratiwi (482011805043)
8. Inaya berliani (482011805046)
9. Laras valentina (482011805054)
1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui obat-obat analgesik-antipiretik dan penggunaannya
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja golongan - golongan dari analgesic – antipiretik
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja obat analgesic - antipiretik
BAB I I
PEMBAHASAN
2.1 ANALGESIK-ANTIPIRETIK
Merupakan satu golongan obat yang digunakan dalam terapi untuk mengatasi rasa nyeri ringan hingga
sedang, demam, dan diantaranya juga untuk mengatasi peradangan. Efek analgesiknya terhadap nyeri
diduga bersifat perifer, begitu pula dalam hal peradangan, juga bersifat efek perifer; sedangakan efeknya
terhadap demam berpengaruh pada hipotalamus, yaitu pusat pengatur suhu tubuh. Efeknya terhadap
peradangan diduga terjadi penghambatan pada sintesis prostagladin; selain itu, prostaglandin juga dapat
menurunkan suhu tubuh, dan penurunan suhu demam diperkirakan adanya penghambatan sintesis
prostaglandin pada hipotalamus. Vasodilasi vaskulur perifer meningkatkan peredaran darah dan keringat,
sehingga panas pun hilang.(ISO vol.52, 2019).
Efek analgesik-antipiretik tidak sekuat efek analgesik narkotika; sehingga analgesik-antipiretik hanya
cocok untuk terapi rasa nyeri ringan hngga sedang, terutama untuk sakit kepala, sakit gigi, nyeri sendi,
dan nyeri integumen lain; dapat pula digunakan untuk rasa ringan hingga sedang pasca bersalin dan pasca
bedah, dan terapi beberapa rasa nyeri daerah viresa yang responsif terhadap obat itu. Namun, obat ini
tidak cocok dan berguna untuk terapi rasa nyeri yang parah sekalipun, kadangkadang masih efektif untuk
beberapa pasien. Khususnya untuk terapi demam, analgesik-antipiretik dapat dijadikan obat pilihan untuk
mengatasi demam.(ISO vol.52, 2019).
3. AFIDOL
B Parasetamol 500 mg/tablet, 120 mg/5 ml syrup. In: Mengatasi nyeri ringan pada sakit kepala, sakit gigi,
sakit waktu haid, dan sakit pada otot. Menurunkan demam setelah imunisasi KI: Hipersensitivitas
terhadap Parasetamol, gangguan fungsi hati. ES: Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan fungsi hati.
Ds.Tablet Anak 1-5 am Anak tahun ½-½ tablet, tiap 4-6 jam. 6 -12 tahun: ½-1 tablet, tiap 4-6 jam. Anak
13 tahun-dewasa: 1-2 tablet, tiap 4-6 jam Sirup Anak dibawah 1 tahun: ½-1 sendok tiap 4-6 jam. Anak 1-
5 tahun: 1-2 sendok teh, tiap 4-6 teht jam. Anak 6-12 tahun: 2-4 sendok teh, tiap 4-6 jam. Km: Dus (10
Strip @ 10 tab), HNA, Syrup 60 ml: Rp. 6.000/ botol HET, Syrup 60 ml: Rp.8.250/botol, Tablet: Rp
33.000/Box
4. ALTRAN
Asam Mefenamat 500 mg Kapl. In: Meredakan nyeri ringan sampai sedang berhubungan dengan sakit
kepala, sakitgigi, dismenore primer, termasuk nyerikarena trauma, nyeriotot, dan nyeri sesudah operasi.
Kl: Pasien hipersensitif, Penderita yang dengan asetosal mengalami bronkospasme, rinitis alergi, dan
urtikaria Pasien dengan tukak lambung: Pasien dengan gangguan ginjal berat. Perh.: Sebaiknya diminum
sesudah makan; Wanita hamil dan menyusui: Keamanan penggunaan pada anak-anak dibawah 14 tahun
belum diketahui. ES-Sistem pencernaan: mual, muntah, diare, dan rasa sakit abdominal: Sistem
hematopoetik leukopenia, eosinofilia, trombositopenia, dan agranulositopenia. Sistem saraf: mengantuk,
pusing, penglihatan kabur, dan insomnia. 10: Antikoagulan oral. Ds: Dws dan anak 14 thn: Dosts awal
500 mg, kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam sesuai kebutuhan. Km:Dus 10x10 kapi.
5. ANACOF
Antalgin 500 mg. In: Untuk meringankan rasa sakit, terutama nyeri kolik dan sakit setelah operasi. Kl:
Hipersensitif, wanita hamil dan menyusut, penderita dengan tekanan darah sistolik kurang dari 100
mmHg. Perh:Tidak mengobati sakit otot pada gejala-gejala flu. rematik, lumbago, sakit punggung,
bursitis, sindroma bahu lengan, timbul agranulositas, sindrom neuropati, gangguan pembentukan darah,
fungsi hati dan ginjal. ES: Reaksi hipersensitifitas. Ds: Dewasa: jika sakit 1 kaplet. berikutnya 1 kaplet
tiap 6-8 jam, maksimal sehari 4 kaplet. Km:Dus, 10x10 kaplet.
B.ANALGESIK NARKOTIKA
1. MST CONTINUS
Mahakam Beta Farma/Mundipharma O Morfin sulfat 10 mg; 15 mg; 30 mg. In: Penata laksanaan nyeri
kronik yg perlu analgesic opioid. Ds: Pasien tdk pernah pakai opioid: Awal 10-15 mg, efek obat selama
12 jam; nyeri yg tdk dpt dikontrol dgn opioid: awal 20-30 mg tiap 12 jam. Telan utuh, jgn dibagi /
dikunyah / dihancurkan. Km: 60 tab 10 mg 60 tab 15 mg 60 tab 30 mg.
2. Hydromorphone HCI.
In: Penatalaksanaan nyeri kanker sedang hingga berat pada pasien yang toleran opiate DNA
membutuhkan analgesik opiat DNA membutuhkan analgesik opiat around the clock secara kontinu untuk
waktu yang diperpanjang. Ds: Pasien yang saat ini tidak rutin mendapat opiat: Awal s8 mg tiap 24 jam,
dapat ditingkatkan atau diturunkan sebesar 4-8 mg tiap 24 jam. Pasien yang saat ini mendapat analgesic
opiat: Dosis permulaan harus berdasarkan dosis opiate harian sebelumnya dengan menggunakan rasio
ekuinalgesik standar. Km: 4x7 tab 8 mg; tab 16 mg.
3. Sufentanil 5µg/mL.
In: diberikan secara intravena, analgetik dan anestesi pada pasien bedah. Dapat digunakan secara epidural
setelah operasi. Ds: 0.5-5µg/ kgBB, dapat ditingkatkan 10-25 µg tergantung lamanya.
2. ALLURIC
Allopurinol 100 mg dan 300 mg. In: hiperurisemia primer: gout dan hiperurisemia
sekunder: mencegah pengendapan asam urat dan kalsium oksalat. KI : hipersensitif dan keadaan
serangan akut gout. Perh: penderita penurunan fungsi ginjal. Ds: dosis awal
100-300 mg sehari, dosis pemeliharaan: 200-600 mg sehari, dosis tunggal maksimum 300 mg,
maksimal 900 mg sehari. Untuk kondisi ringan: 2-10 mg/kg BB sehari atau 100-200 mg sehari.
Kondisi sedang: 300-600 mg sehari. Untuk kondisi berat: 700-900 mg sehari. Anak-anak: 10-20
mg/kg BB sehari atau 100 400 mg sehari. Km: Dus 5x 10 tab 100 mg.
3.ISORIC
Alopurinol. In: Pirai kronik, produksi asam urat berlebihan. KI: Penderita dgn peny. hati
dan bone dan marrow suppression, hipersensitif. Km: Dus 5 x 10 tab geja 100 mg; tab 300 mg.
4. LOPURIC
Allopurinol 100 mg. In: Hiperurisemia primer, hiperurisemia sekunder. KI: Penderita
yang hipersensitif terhadap allopurinol, keadaan serangan akut gout. Perh : Hentikan penggunaan
bila timbul gejala kemerahan pada kulit atau gejala alergi. ES: Gejala hipersensitifitas, reaksi
kulit, gangguan gastrointestinal, sakit kepala, gangguan darah. 10: siklofosfamid, warfarin,
azatioprin, urikosurik (probenesid). Ds : Dewasa: dosis awal:
sehari 100-300 mg, dosis pemeliharaan: sehari 200-600 mg, anak: sehari 10-20 mg/kgBB atau
sehari 100-400 mg. Km: Dus, 10x10 tab.
5. OMERIC
Alopurinol 100 mg; 300 mg. In: Pirai (gout), produksi berlebihan asam urat. KI:
hipersensitif, hamil. Km: Dus 6x10 tab.
2.2.2 Analgesik Non Narkotik (analgatika perifer) Obat – obat ini dinamakan analgetika perifer karena
tidak mempengaruhi susunan saraf sentral, tidak menurunkan kesadaran dan tidak mengakibatkan
ketagihan. Analgetika non narkotika memiliki daya kerja :
Khasiat antipiretik : menurunkan suhu badan saat demam (analgesic – antipiretik). Khasiat berdasarkan
rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit
dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat. Misalnya: parasetamol,
asetosal, aminofenazon dan lain – lain. Khasiat antiflogistik : anti radang atau anti inflamasi Anti
radang sama kuat dengan analgesic : digunakan sebagai anti nyeri atau rematik. Contoh : asetosal,
amidopirin, ibuprofen, dan asam mefenaminat Anti radangnya lebih kuat : fenil butazon, nifluminat,
metiazinat, dan lain – lain Penggolongan obat analgesic non narkotika : 1 2 3 4
Salisilat – salisilat : asetosal, salisilamida, dan natrii salisilat Derivat para amino penol : panacetin,
asetaminofen Derivat pirazolon : antipirin, aminofenazon, dipiron, fenilbutazon, dan turunan –
turunannya Derivat antranilat : glafenin, asam mefenaminat
1 Asam asetil salisilat : dari semua senyawa salisilat, asetosal memiliki khasiat analgetik, antipiretik, dan
anti flogistik yang terkuat. Maka banyak digunakan dalam segala macam preparat untuk melawan
demam, influenza, sakit kepala, otot, sendi, gigi, dan lainnya. Namun, untuk nyeri “di dalam” (organ-
organ) kurang efektif. Untuk rematik penghambat prostaglandin ini masih sering dianggap sebagai obat
pilihan pertama, meskipun banyak obat rematik baru telah dikeluarkan. Analgesik-Antipiretik.
Efek samping yang sering terjadi adalah iritasi mukosa lambung dengan terjadinya borok lambung. Efek
ini lumrah sekali pada zatzat yang berkhasiat anti radang dan dapat dikurangi dengan penggunaan
bersamaan dengan antasida atau dengan menggunakan sebagai garam kalsium (Ascal) yang mudah larut
atau pula sebagai tablet enteric coated yang baru melarut (pecah) dalam usus. Selain ini asetosal
memperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis lebih tinggi dari normal dapat mengakibatkan tinnitus
(suara bergema di telinga), gangguan pada pernafasan (hiperventilasi), juga menggigau. - Natrium
salisilat, berkhasiat lebih lemah dari asetosal maka dosisinya harus lebih tinggi, efek sampingnya lebih
kurang sama dengan asetosal, terkecuali tidak merintangi tergumpalnya pelatpelat darah namun hanya
pada dosis tinggi (rematik) dapat memperpanjang waktu protombin. - Salisilamida adalah turunan
salisilat, yang juga lebih lemah dari asetosal khasiat analgesiknya, lagi pula efeknya tak dapat dipercaya.
Lebih sering menggaggu pencernaan, pendarahan, okult lebih ringan, di dinding usus mengalami FPE.
(First Pass Effect) yang besar, maka dosisnya harus tinggi. Dalam tubuh tidak dirombak menjadi
salisialat.
2. Aminofenazon ( amidopirin ) Derivate pirazolon ini memiliki khasiat analgesic, antipiretik, dan anti
flogistik yang kuat sekali dan digunakan pada nyeri hebat (dengan radang) yang tidak dapat dikendalikan
oleh asetosal atau parasetamol.
3. Fenasetin (asetofenetidin) Derivate asetanilida ini berkhasiat antipiretik dan analgetik dan umumnya
digunakan bersama asetosal dan kafein atau kodein, yang memperkuat kerjanya. - Parasetamol
(asetaminofen) adalah metabolit fenasetin dengan khasiat analgetik dan antipiretik yang sama sedikit
lebih lemah dari asetosal. Efek sampingya lebih ringan.
4.Indometasin Daya analgesic dan anti radang sama kuat dengan asetosal, sering digunakan pada
serangan encok akut. Efek sampingnya adalah gangguan lambung-usus, perdarahan tersembunyi pada
rectal, pusing, tremor, dan lain-lain
5.Ibuprofen Analgesic anti flogistik dari kelompok propionate. Banyak digunakan sebagai anti radang.
Efek sampingnya lebih ringan dibandingkan dengan asetosal atau indometasin. Analgesik-Antipiretik
6. Fenilbutazon Derivate pirazolon ini mempunyai khasiat anti flogistik yang lebih kuat daripada khasiat
analgesiknya. Karena ini khususnya digunakan sebagai obat rematik, seperti juga halnya denga
oksifenilbutazon. 7. Glafenin Zat ini adalah suatu derivat 4-aminokinolin yang terikat pada asam
antranilat. Khasiat analgesiknya lebih kurang sama dengan asetosal, tapi tidak memiliki kerja antipiretik
dan anti radang dosis normal. Asam mefenaminat adalah derivate antranilat dengan khasiat analgesic
antipiretik dan anti flogistik yang cukup baik . efek samping yang sering terjadi adalah gangguan
lambunjg-usus, reaksi alergi kulit dan kerusakan darah. 8. Piroksisam Bekerja sebagai analgesic
antipiretik dan anti radang yang digunaka untuk melawan encok. Efek sampingnya adalah pendarahan
dalam lambung-usus.
3.1 KESIMPULAN
1. Analgesik adalah obat-obat/zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri termasuk demam merupakan suatu gejala yang berfungsi
melindungi dan memberi tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti
infeksi kuman, kejang-kejang otot, peradangan Analgesik-Antipiretik.(rematik, encok) dan lain-
lain. Sedangakan antipiretik adalah obat-obat/zat-zat yang dapat menurunkan suhu badan pada
keadaan demam.
2. Obat analgesik-antipiretik dibagi menjadi dua golongan yaitu analgesik narkotik dan analgesik
non narkotik.
3. Contoh obat dan penyakit dari penggunaan analgesik-antipiretik adalah:
4. a. Golongan narkotik
Fentanil sebagai obat nyeri sesudah operasi
Metadon digunakan untuk nyeri kronis
Kodein digunakan sebagai obat batuk
b. Golongan non narkotik
Piroksikam digunakan sebagai obat entok
Ibuprofen digunakan sebagai anti radang
Indometasin digunakan untuk pengobatan encok akut