Anda di halaman 1dari 18

BLOK 5 LAPORAN KELOMPOK FARMAKOLOGI

PERCOBAAN I PENGARUH OBAT ANALGETIK PADA MANUSIA

Kelompok 3 Ririn David Yunanto Bernard Manuel S. Fujiyanto Lindawaty V. L. Liviera G.S.C. Linda Elizabeth V. Maria S. Siska L.

Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung - 2010

PERCOBAAN I PENGARUH OBAT ANALGETIK PADA MANUSIA ABSTRAK Obat analgesik adalah obat yang berfungsi menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Prinsip kerja obat analgesik adalah menambah perpanjangan waktu timbulnya rasa nyeri. Obat analgesik bersifat simptomatis yang berarti hanya berguna menghilangkan suatu gejala saja oleh karena itu, efek obat akan hilang dan rasa nyeri yang tidak terasa hanya akan bertahan sementara saja. Pada percobaan ini akan dilakukan pemberian obat analgesik pada manusia untuk mengetahui efek yang ditimbulkan untuk memperpanjang waktu timbulnya nyeri. Percobaan ini menggunakan berbagai macam obat analgesik untuk mengetahui perbedaan kekuatan efek beberapa obat tersebut pada manusia. Percobaan ini memakai dua subjek percobaan. Masing-masing subjek percobaan tidak mengetahui obat analgetik yang diberikan dan untuk mendapat hasil yang lebih akurat, subjek percobaan sebaiknya tidak melihat hasil percobaan. Diperlukan pula pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas, ukuran pupil, refleks lutut, warna kulit muka subjek penderita untuk mengetahui apakah ada perubahan setelah 1 jam pemberian obat analgesik. Untuk mengetahui efek obat, lengan subjek percobaan dipasang manset, tujuannya adalah untuk membuat lengan mengalami ischemik, sementara subjek percobaan yang lain memasukkan tangannya ke dalam air dan es dengan tujuan untuk membuat tangan mengalami vasokonstriksi sehingga menimbulkan rasa nyeri. Hasil yang diharapkan dari percobaan ini adalah obat analgesik memberikan efek pada manusia ditandai dengan bertambah lamanya subjek penderita bisa bertahan pada keadaan ischemik. Kesimpulan dari percobaan ini adalah bahwa obat analgesik dapat memperpanjang waktu timbulnya rasa nyeri

BAB I PENDAHULUAN Obat analgetik merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun demikian, obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Prototipe golongan ini adalah aspirin dan salisilat, karena itu obat golongan ini sering disebut juga sebagai obat mirip aspirin. Salah satu cabang pembagian klasifikasi obat analgetik adalah obat AINS (anti inflamasi non-steroid). Sebagian besar efek terapi dan efek samping obat AINS didasarkan pada penghambatan biosntesis prostaglandin. Prostaglandin akan dilepaskan bila sel mengalami kerusakan. Golongan ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan cara yang berbeda. Namun, AINS juga memiliki efek samping, diantaranya adalah tukak lambung, pendarahan, gangguan homeostatis ginjal, reaksi hipersensitivitas, dan menghambat gerakan uterus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pembagian Obat Analgetik Narkotik 1. Alkaloid candu Alamiah: morfin, codein, tebain Semisintetik: heroin, hidrokodon Petidin dan derifatnya: fentanil, sufentanil Derivat metadon: piritramid, benzitramid Derivat fenantren: levorfanol

2. Pengganti morfin -

Non-narkotik 1. Steroid 2. Non-steroid (OAINS) Asam enolat a. Derivat pirazolon b. Derivat oksikam Asam karboksilat a. Asam asetat b. Asam salisilat c. d. Asam propionate Asam fenamat

Perbedaan Narkotik dan Non-Narkotik Analgetik Narkotik Analgesic central Untuk nyeri hebat Tidak punya efek lain Analgetik Non-Narkotik Analgesic perifer Untuk nyeri ringan-sedang Punya efek lain: Bahaya addiksi Mempengaruhi kesadaran Biosintesis Prostaglandin Anti piretik Anti inflamasi

- Anti rheumatic Tidak ada bahaya addiksi Tidak mempengaruhi kesadaran

Rangsang

menyebabkan

gangguan

pada

membran

sel

sehingga

mengganggu fosfolipid, sehingga berefek pula pada asam arakhidonat. Fosfolipid diubah menjadi asam arakhidonat dengan bantuan enzim fosfolipase A2 dan dihambat dengan pemberian obat kortikosteroid. Asam arakhidonat dengan dibantu enzim siklooksigenase akan mengubah edoperoksid menjadi prostaglandin, prostasiklin, dan tromboxan A2. Pemberian OAINS menghambat proses tersebut. Selain itu ada pula enzim lipooksigenase yang mengubah hidroperoksid menjadi leukotrien yang berperan dalam migrasi leukosit (terjadi pada reaksi alergi) dan enzim monooksigenase yang akan menghasilkan radikal bebas (kelompok oksidan) yang menyebabkan kerusakan jaringan dan dapat dihambat dengan pemberian antioksidan. Codein Codein adalah obat golongan narkotik. Codein digunakan untuk menyembuhkan sakit yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Obat ini juga dapat digunakan untuk tujuan lain, selain yang tercantum dalam daftar pengobatannya. Karena merupakan golongan narkotik, codein sangat mungkin menyebabkan adiksi (kecanduan). Oleh karena itu, codein hanya boleh digunakan menurut resep dan sesuai dengan petunjuk dokter. Efek Samping Penggunaan codein termasuk berisiko tinggi, karena codein merupakan golongan obat keras. Codein tidak boleh diberikan pada orang-orang yang pernah mengalami adiksi pada obat atau drug abuse. Codein juga tidak boleh dikonsumsi bersama dengan alcohol, termasuk makanan atau minuman yang mengandung alkohol, apalagi digunakan melebihi dosis yang diresepkan. Efek lain dari codein adalah pengaruhnya pada pikiran dan reaksi. Jadi, secara tidak langsung coein juga berpengaruh pada saraf, baik saraf sensorik, maupun saraf motorik. Namun, penggunaan codein juga tidak bisa dihentikan begitu saja. Penghentian yang tiba-tiba memungkinkan pasien mengalami beberapa gejala yang tidak wajar.

Kontraindikasi Sebelum menggunakan codein, pasien harus dipastikan tidak memiliki alergi terhadap obat atau mengalami: Asma, COPD, sleep apnea, atau gangguan pernafasan lainnya Penyakit hati atau ginjal Gangguan tiroid Curvatura dari tulang belakang Pernah mengalami benturan yang parah di kepala atau tumor otak Epilepsi atau kelainan seizure lain Hipotensi Penyakit Gallbladder Addisons disease atau gangguan kelenjar lainnya Kelainan mental Histori sebagai pecandu obat atau alcohol Codein juga dilarang keras diberikan kepada ibu hamil. Para Amino Fenol Derivat para amino fenol, yaitu fenasetin dan asetaminofen dapat dilihat strukturnya pada Gambar 15-4. Asetaminofen (parasetamol) merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas. Walau demikian, laporan kerusakan fatal hepar akibat overdosis akut perlu diperhatikan. Tetapi perlu diperhatikan pemakai maupun dokter bahwa efek antiinflamasi parasetamol hampir tidak ada.

Farmakodinamik

Efek analgesik parasetamol dan fenasetin serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol dan fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah. Efek iritasi, erosi, dan perdarahan lambung, tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa. Farmakokinetik Parasetamol dan fenasetin diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25% parasetamol dan 30% fenasetin terikat protein plasma. Kedua obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu kedua obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Kedua obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. Indikasi Di Indonesia penggunaan paracetamol sebagai analgetik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Analgetik paracetamol sebaiknya tidak diberikan terlalu lama, kerena menimbulkan nefropati analgesic. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Penggunaannya untuk meredakan demam, tidak seluas penggunaannya sebagai analgesik. Sediaan dan Posologi Paracetamol tersedia sebagai obat tunggal, sediaan berbentuk tablet 500mg atau sirup yang mengandung 120mg/cth. Selain itu paracetamol terdapat pula sebagai sediaan kombinasi tetap, dalam bentuk tablet maupun cair. Dosis paracetamol untuk dewasa = 300mg-1g/kali (maksimum 4g/hari)

Dosis anak umur 6-12tahun = 150-300mg/kali, (maksimum 1.2g/hari) Dosis anak usia 1-6tahun = 60-120mg/kali (maksimum 6 kali sehari)

Dosis bayi dibawah 1tahun = 60mg/kali (maksimum 6 kali sehari) Efek Samping Reaksi alergi terhadap derifat amino fenol jarang terjadi. Manifestasinya berupa eritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa. Fenasetin dapat menyebabkan anemi hemolitik, terutama pemakaian kronik. Anemi hemolitik dapat terjadi berdasarkan mekanisme autoimun, defisiensi enzim G6PD dan adanya metabolit yang abnormal. Methemoglobinemia dan sulfhemoglobinemia jarang menimbulkan masalah pada dosis terapi, karena hanya kira-kira 1-3% Hb diubah menjadi met-Hb. Insiden nefropati analgesic berbanding lurus dengan penggunaan fenasetin. Penggunaan semua analgesic dosis besar secara menahun terutama dalam kombinasi dapat menyebabkan nefropati analgesik. Toksisitas akut. Dosis toksik yang paling serius adalah nefrotik hati, nekrosis tubuli renalis dan koma hipoglikemik. Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15g (200-250mg/kgBB) paracetamol. Gejala pertama tidak mencerminkan bahaya yang mengancam. Anoreksia, mual, dan muntah serta sakit perut terjadi pada 24 jam pertama. Dan dapat berulang selama 1 minggu/lebih. Gangguan hepar terjadi pada hari ke-2 dengan gejala peningkatan aktivitas serum transaminase, laktat dehidrogenase, kadar bilirubin serum serta pemanjangan masa protrombin. Akivitas alkali fosfat dan kadar albumin tetap normal. Kerusakan hati dapat mengakibatkan ensephalopati, koma, dan kematian. Masa paruh paracetamol pada hari pertama keracunan merupakan petunjuk beratnya keracunan. Masa paruh lebih dari 4jam petunjuk terjadinya nekrosis hati, masa paruh lebih dari 12jam terjadinya koma hepatic. Kerusakan ini tidak hanya disebabkan oleh paracetamol, tetapi juga oleh radikal bebas, metabolit yang sangat reaktif yang berikatan secara kovalen dengan makromolekul vital sel hati. Karena itu hepatotoksisitas paracetamol meningkat pada penderita yang mendapat barbiturate, anti konfulsi lain, atau pada alkoholik kronis. Kerusakan yang timbul berupa kerusakan sentrilobularis. Keracunan akut ini biasanya diobati secara

symtomatik dan suportif, tetapi pemberian senyawa sulfhidril tampaknya dapat bermanfaat, yaitu dengan memperbaiki cadangan glutation hati. N-asetilsistein cukup efektif bila diberikan peroral, 24jam setelah minum dosis toksik paracetamol. Piroksikam Obat ini merupakan salah satu AINS dengan struktur baru yaitu oksikam. Waktu paruh dalam plasma lebih dari 45 jam sehingga dapat diberikan hanya sekali sehari. Absorpsi berlangsung cepat di lambung,terikat 99% pada protein plasma. Obat ini menjalani siklus enterohepatik. Kadar taraf mantap dicapai sekitar 7-10 hari dan kadar dalam plasma kira-kira sama dengan kadar di cairan synovial. Frekuensi kejadian efek samping dengan piroksikam mencapai 11-46%, dan 412% dari jumlah penderita terpaksa menghentikan obat ini. Efek samping tersering adalah gangguan saluran cerna, antara lain yang berat adalah tukak lambung. Efek samping lain adalah pusing, tinnitus, nyeri kepala, dan eritem kulit. Piroksikam tidak dianjurkan diberikan pada wanita hamil, penderita tukak lambung, dan penderita yang sedang minum antikoagulan. Indikasi piroksikam hanya untuk penyakit inflamasi sendi misalnya arthritis rheumatoid, osteoarthritis, spondilitis ankilosa dengan dosis 10-20 mg per hari. Asam Mefenamamat Fenamat adalah famili dari AINS yang merupakan derivat dari asam Nphenylanthranilic acid. Contohnya adalah mefenamat, meklofenamat, dan asam flufenamat. Aktivitas biologik obat ini ditemukan pada tahun 1950. Obat ini bekerja dengan menghambat COX dan juga sebagai antagonis dari prostaglandin. Dosis yang dianjurkan adalah 3 x 250-500 mg. Asam mefenamat dapat digunakan sebagai analgesik untuk mengurangi rasa nyeri akibat rematik, trauma jaringan lunak, gangguan muskuloskeletal lainnya dan dismenore, Penelitian antiinflamasi jangka pendek dengan menggunakan asam mefenamat dan meklofenamat sodium untuk pengobatan osteoarthritis dan rheumatiod arthritis, menunjukkan obat ini memiliki keuntungan yang jelas

dibandingkan obat AINS lainnya. Asam mefenamat terikat kuat dengan protein plasma dan mengadakan interaksi dengan antikoagulan Asam mefenamat hanya diindikasikan untuk analgesia dan menghilangkan keluhan dismenore primer. Obat-Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita gastrointestinal, anak dibawah 14 tahun dan wanita hamil. Efek Samping Efek samping yang paling sering adalah gangguan saluran cerna seperti dyspepsia( gangguan saluran cerna bagian atas), iritasi gaster, dan diare hebat pada orang tua. Efek samping lainnya adalah hipersensitivitas dan anemia hemolitik. Antalgin Antalgin (dipiron) adalah contoh derivat dari pirazolon, Derivat-derivata pirazollon lainnya adalah fenilbutazon, oxifenbutazon, antipirin dan aminopirin. Antalgin mempunyai efek analgetik dan antipiretik, sedangkan efek antiinflamasinya lemah. Antalgin peroral hanya digunakan apabila obat analgesik lainnya telah gagal. Aminopirin di hepar akan berubah menjadi 4-aminopirin, 4metil aminopirin, 4-hidroksiantipirin, lalu terkonjugasi. Ekskresi dalam bentuk utuh hanya 3%. Efek Samping Efek samping dari obat ini adalah hemolisis, odema, tremor, mual, muntah, pendarahan lambung dan kelainan darah seperti agranulositosis, anemia aplastik, dan trombositopenia. Indikasi Indikasi obat ini hanya untuk analgetik dan antipiretik, demam rematik akut, dan demam karena penyakit hodgkin dan periarteritis nodosa yang sukar diatasi dengan obat lainnya.

Placebo

Placebo adalah istilah medis untuk sejenis obat dan sistem pengobatan "semu". Orang yang sudah bergantung pada perspektif pengobatan medis tidak dapat menerima dan akan merasa lebih sakit ketika diberitahu bahwa sebetulnya penyakitnya dapat disembuhkan tanpa obat atau hanya dengan cukup istirahat. Pasien seperti itu biasanya berangsur-angsur menjadi sehat begitu mendapat suntikan, obat atau dioperasi, meskipun suntikan atau obat itu sebenarnya tidak mengandung sesuatu yang bersifat medis. Misalnya, bahan yang dimasukan melalui suntikan hanya cairan garam, pil berselaput gula, atau bahkan pembedahan tanpa pemotongan organ dalam. Efek Samping Placebo sangat jarang memberikan efek samping medis. Sebagian besar pemberian placebo sampai saat ini justru bertujuan untuk memberikan efek samping secara psikologis. Hal ini dimaksudkan agar pasien terus terdorong untuk tetap memiliki semangat untuk sembuh. Melalui berbagai kejadian dan percobaan, placebo terbukti menyumbangkan sekitar 35-75 persen kesembuhan pada pasien dengan beberapa jenis penyakit. Kesembuhan itu diperkirakan bukan hanya diakibatkan oleh obat placebo, melainkan juga hal-hal lain yang di luar itu.

BAB III

BAHAN DAN CARA KERJA Tujuan Menunjukkan adanya pengaruh obat analgetik terhadap manusia dengan melihat adanya perubahan tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan, ukuran pupil, refleks lutut, warna kulit dan muka. Obat-obatan 1. Kodein 30 mg 2. Parasetamol 500 mg 3. Asam Mefenamat 500 mg 4. Asetosal 5. Antalgin 500 mg 6. Piroksikam 10 mg 7. Placebo Alat alat 1. Sphygmomanometer 2. Bekerglas 1 Liter 3. Es batu Rencana kerja Tiap kelompok memilih 2 orang percobaan, jangan makan dulu sebelum percobaan. Sisa kelompok bertanggungjawab atas ke-2 orang percobaan tadi. Orang percobaan ( OP ) akan menerima obat masing masing dalam kode Selama dilakulkan percobaan OP harus tiduran dan tidak mengetahui hasil pencatatan percobaan. Sebelum percobaan dimulai catatlah : tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas, ukuran pupil, refleks lutut, warna kulit muka, dan ditanyakan adanya mual, pusing, dan gatal gatal.

Orang Percobaan I Pasang pembalut tensimeter pada lengan atas dan pompa sampai 180 mmHg. OP membuka menutup tangannya tiap detik sekali sampai tiba tiba terasa nyeri. Catat waktu permulaan membuka menutup tangan dan waktu mulai terasa nyeri. Lakukan pada kedua lengan kiri dan kanan 3 kali dan ambil nilai rata rata. Kemudian orang percobaan makan obat, tunggu 1 jam dan ulangi percobaan diatas Orang Percobaan II Masukkan kedua tangan kiri dan kanan sampai setinggi pergelangan tangan ke dalam bekerglas yang berisi air dan es. Catat waktu tangan dimasukkan dan waktu sekonyong konyong terasa nyeri. Ulangi percobaan 3 kali dan ambil nilai rata ratanya. Antara masing masing percobaan berilah waktu pemulihan 5 menit. Kemudian makanlah obat yang diberikan dan ulangi percobaan diatas. Selesai perbobaan tanyakan obat apa yang diberikan kepada asisten dan bendingkan hasil percobaan kelompok saudara dengan kelompok lain.

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Parameter Tekanan Darah Denyut Nadi Frekuensi Nafas Lebar Pupil Refleks Lutut Orang Percobaan I ( OP I ) Sebelum Sesudah 120 / 80 110 / 80 mmHg 64 x / menit 18 x / menit 0.2 cm +/+ Normal Kuning langsat tidak anemis, tidak ikterik mmHg 84 x / menit 16 x / menit 0.3 cm +/+ Normal Kuning langsat tidak anemis, tidak ikterik Orang Percobaan II ( OP II ) Sebelum Sesudah 100 / 70 90 / 70 mmHg 96 x / menit 21 x / menit 0.3 cm +/+ Normal Kuning langsat tidak anemis, tidak ikterik mmHg 92 x / menit 19 x / menit 0.4 cm +/+ Normal Kuning langsat tidak anemis, tidak ikterik -

Warna Kulit & Muka Mual Pusing Gatal - Gatal Pembahasan

Tabel 2. Pengamatan untuk OP I yang diberi obat dengan kode C (parasetamol) Sebelum minum obat Mulai Timbul Selang jam nyeri 11:53:00 11:55:08 11:56:00 11:57:00 kanan 12:00:00 12:02:10 Waktu rata rata timbul nyeri Tangan 11:55:00 11:56:00 11:58:00 11:59:00 kiri 12:03:00 12:04:03 Waktu rata rata timbul nyeri Tangan waktu 120 60 130 88 90 60 63 60 Sesudah minum obat Mulai Timbul Selang jam 13:09:00 13:14:00 13:20:00 13:06:00 13:12:05 13:17:00 nyeri 13:10:30 13:15:40 13:21:20 13:07:30 13:13:25 13:18:35 waktu 90 100 80 90 90 80 95 82.5

Table 3. Pengamatan untuk OP II yang diberi obat dengan kode F (piroksikam)

Sebelum minum obat

Sesudah minum obat

Mulai Tangan

Timbul

Selang

Mulai jam 13:10:30 13:13:00 13:20:00 13:10:30 13:15:00 13:20:00

Timbul nyeri 13:11:00 13:15:34 13:20:33 13:11:00 13:15:45 13:20:42

Selang waktu 30 34 33 32 30 45 42 39

jam nyeri waktu 11:52:20 11:52:40 20 11:58:00 11:58:22 22 kanan 12:04:15 12:04:33 18 Waktu rata rata timbulnya nyeri 20 Tangan 11:52:20 11:52:42 18 11:58:00 11:58:21 21 kiri 12:04:15 12:04:30 15 Waktu rata rata timbulnya nyeri 18

PEMBAHASAN Dari hasil percobaan, didapatkan bahwa pemberian obat analgetik tidak begitu berpengaruh terhadap tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas, ukuran pupil, reflex lutut, warna kulit muka, dan rasa mual, pusing, dan gatal-gatal. Hal ini terlihat dari tidak berubahnya harga parameter-parameter tersebut sebelum OP minum obat dan sesudah OP minum obat. Yang terlihat jelas mengalami perubahan adalah selang waktu timbulnya nyeri pada kedua OP setelah keduanya meminum obat yang diberikan dalam bentuk kode. Perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pada orang percobaan 1 yang diberi obat dengan kode C: Waktu rata-rata timbulnya nyeri pada lengan kanan OP sebelum minum obat adalah 88 setelah minum obat menjadi 90. Pada lengan kiri OP, setelah minum obat adalah 60 setelah minum obat menjadi 82. 2. Pada orang percobaan II yang diberi obat dengan kode C: Waktu rata-rata timbulnya nyeri pada lengan kanan OP sebelum minum obat adalah 20 setelah minum obat menjadi 32. Pada lengan kiri OP, setelah minum obat adalah 18 setelah minum obat menjadi 39. Adapun rasa nyeri yang timbul pada kedua percobaan tersebut berbeda mekanismenya. Rasa nyeri pada percobaan I timbul karena mekanismenya sebagai berikut: Penekanan manset pembuluh darah vasokontriksi aliran darah tidak lancar ischaemik nyeri Kontraksi otot asam laktat meningkat ischaemiknyeri Sedangkan pada percobaan kedua, rasa nyeri timbul karena mekanisme sebagai berikut: Suhu dingin pembuluh darah vasokontriksi ischaemik nyeri Setelah ditanyakan pada asisten, ternyata OP1 mendapat obat piroksikam (kode C) dan OP2 mendapat obat piroksikam (kode C).

BAB V KESIMPULAN Analgetik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran, bersifat simptomatik. Prinsip kerja : memperpanjang waktu timbulnya nyeri. Dari hasil percobaan dapat terlihat adanya perpanjangan waktu timbulnya nyeri pada pemberian obat piroksikam maupun parasetamol setelah 1 jam OP meminum obat. Mekanisme kerja nyeri pada percobaan: Percobaan 1 Pembuluh darah vasokonstriksi aliran tidak lancar ischaemik nyeri selain itu otot berkontraksi asam laktat naik ischaemik bertambah nyeri Percobaan 2 Dingin vasokontriksi ischemik nyeri

DAFTAR PUSTAKA Arini Setiawari, F.D., Suyatna, Zunilda SB. 1995. Pengantar Farmakologi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. FK UI. Bab I Azalia Afridan, Udin Sjamsudin. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. FK UI. Bab I. http://en.wikipedia.org/wiki/Intramuscular_injection http://www.drugs.com http://news.id.finroll.com

Anda mungkin juga menyukai