Anda di halaman 1dari 32

Effectiveness of Lactose-Free

Formula in Management of Acute


Rotavirus Diarrhea
I. Nyoman Budi Hartawan, S. Yati Soenarto, I. K. Suandi
Paediatrica Indonesiana Vol. 49, No. 5, September 2009

Journal Reading
Anisia Mikaela Maubere
0715044

Preceptor dr. Frecillia Regina.,SpA


Latar Belakang
Diare akut rotavirus  kerusakan mukosa,
vili tumpul, pemendekan vilus, dan kematian
sel  turunnya sekresi enzim laktase yang
bertanggung jawab dalam penyerapan
laktosa.
Laktosa yang tidak diserap  diare osmotik
diare sekretorik lamanya pemulihan.
Susu formula bebas laktosa dapat
menurunkan laktosa, sehingga
mempersingkat durasi dari episode diare.
Diare akut  penyebab utama morbiditas
dan mortalitas anak di negara berkembang
termasuk Indonesia.
Menurut Sistem Surveilan Terpadu di tahun
2000, insidensi diare akut di Indonesia
adalah 21,45/1000 balita.
Rotavirus  penyebab utama rawat inap
dan kematian karena diare pada anak balita.
Surveilans Jaringan Rotavirus Asia (ARSN)
telah menemukan bahwa Rotavirus terkait
dengan 45% diare pada anak-anak
Penelitian tentang kelompok penyakit yang
disebabkan oleh rotavirus telah dilakukan di
6 RS di Indonesia dimana ditemukan bahwa
proporsi anak balita yang positif rotavirus;
berkisar dari 39%- 67%.
Proporsi anak-anak yang rotavirus-positif di
Rumah Sakit Sanglah adalah 61%.
Tujuan
Membandingkan angka kesembuhan dan
lamanya diare akut rotavirus pada anak yang
diberi susu formula bebas laktosa dengan
anak yang diberi susu formula yang
mengandung laktosa.
Metode
Metode yang digunakan adalah metode
acak, double blind controlled trial
Dilakukan di bagian Gastroenterologi,
Divisi Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana, Rumah
Sakit Sanglah , Juni-Oktober 2008
Analisis statistik yang digunakan untuk
membandingkan dua kelompok tersebut
adalah independent t-test dan analisis
multivariat (Cox-regression).
Statistik signifikan didefinisikan jika P
<0,05 dengan interval kepercayaan 95%.
Kriteria inklusi
◦ bayi dan anak-anak yang menderita diare rotavirus
akut disertai dengan dehidrasi ringan hingga sedang
◦ usia ≥ 6-59 bulan
◦ menderita diare selama ≤ 2 hari sebelum dirawat di
RS.
Pasien diare dengan komplikasi, yang di beri
ASI atau diobati dengan neomisin, kanamisin,
spasmolytic, dan anti-sekresi tidak
diikutsertakan.
Untuk mendeteksi rotavirus digunakan
test lateks aglutinasi.
Setelah rehidrasi dan diberi terapi yang
sesuai kemudian diberi susu formula
bebas laktosa (n = 29) atau susu formula
yang mengandung laktosa (n = 31).
Kemudian dibuat perbandingan antara
lamanya diare, peningkatan berat badan,
dan frekuensi buang air besar.
Dalam penelitian ini diare "akut"
rotavirus didefinisikan sebagai diare yang
disebabkan oleh rotavirus < 7 hari.
Durasi diare di rumah sakit dihitung
sebagai waktu yang dikonsumsi sampai
konsistensi tinja menjadi normal dan
frekuensi buang air besar berkurang
menjadi ≤ 3x/hari.
Berat badan yang dipakai adalah perbedaan
antara berat tubuh setelah terapi rehidrasi
dan berat badan yang diukur ketika susu
formula yang diberikan habis.
Diare dengan komplikasi didefinisikan
sebagai episode diare yang disertai dengan
efek langsung dari diare akut seperti
dehidrasi berat, asidosis metabolik, kejang,
dan ileus paralitik.
Diare dengan masalah penyerta
didefinisikan sebagai diare yang disertai
dengan penyakit sistemik, malnutrisi
berat, dan gangguan pencernaan
kongenital, infeksi pernapasan, anemia ,
kekurangan vitamin A, disentri yang
berat, campak dan sedang dalam
pengobatan kemoterapi.
Subyek penelitian total 60 bayi dan anak-
anak secara acak dialokasikan dengan
menggunakan pengacakan blok permutated
untuk menerima susu formula bebas laktosa
atau susu formula yang mengandung
laktosa.
Peneliti, perawat atau subyek mengetahui
tentang adanya kode-kode tersebut.
Kode dibuka pada akhir penelitian.
Semua subjek dikelola sesuai dengan terapi
standar.
Setelah mendapatkan terapi rehidrasi yang
tepat, dilakukan test aglutinasi lateks untuk
mendeteksi rotavirus pada tinja.
Subjek diberi baik susu formula bebas
laktosa atau susu formula yang mengandung
laktosa oleh peneliti.
Susu formula bebas laktosa mengandung;
karbohidrat (maltodekstrin) (7 gram/100 ml),
protein (2 gram / 100 ml), dan lemak (4
gram/100 ml).
Susu formula yang mengandung laktosa
mengandung; karbohidrat (lactose) (11
gram/100 ml), protein (2 gram/100 ml), dan
lemak (2 gram/100 ml).
Kemudian diobservasi selama 6 jam, dimana
pengukuran berat badan dilakukan di akhir
penelitian.
Data dianalisis dengan komputer.
Manfaat dari pengobatan dianalisis dengan
independent t-test untuk membandingkan
durasi diare, berat badan, frekuensi buang air
besar dan waktu yang diperlukan untuk tinja
menjadi consistentcy normal.
Tingkat penyembuhan diare rotavirus antara
dua kelompok ditunjukkan oleh Kaplan-
Meier kurva.
Dilakukan penyesuaian pada variabel
perancu durasi diare antara dua kelompok
menggunakan analisis Cox-regression
dimana statistik signifikan jika P <0,05
dengan CI 95%.
Hasil
 Selama penelitian, ada 121
subyek, usia 6-59 bulan
yang dirawat di RS
Sanglah karena diare akut.
 62 subjek menderita diare
rotavirus akut 2 subjek
menolak untuk
berpartisipasi dalam
penelitian ini. Sehingga
total 60 subyek yang
terdaftar dalam penelitian
ini.
Usia rata-rata kelompok yang
menggunakan susu formula bebas laktosa
16,97 bulan (SD 12,01) sedangkan pada
kelompok susu formula yang
mengandung laktosa adalah 19,23 bulan
(SD 10.10). Karakteristik dasar dari dua
kelompok ditunjukkan pada (Tabel 1)
Rata-rata durasi diare secara signifikan lebih
pendek pada kelompok susu formula bebas
laktosa dibandingkan dengan kelompok yang
mengandung laktosa susu formula.
Berat badan antara dua kelompok pada saat
dipulangkan dari rumah sakit tidak berbeda
secara bermakna.
Frekuensi buang air besar secara signifikan
lebih rendah pada kelompok susu formula
bebas laktosa dibandingkan dengan susu
formula yang mengandung laktosa
Waktu yang diperlukan agar konsistensi
tinja menjadi normal, secara signifikan lebih
pendek pada kelompok susu formula bebas
laktosa dibandingkan dengan susu formula
yang mengandung laktosa (Tabel 2).
Dengan analisis multivariat (Cox-
regression), ditemukan bahwa durasi
diare hanya dipengaruhi secara signifikan
oleh susu formula bebas laktosa,
sedangkan faktor lain seperti usia, status
nutrisi, asupan nutrisi, lamanya diare
sebelum masuk RS dan pemakaian
antibiotik tidak memiliki efek yang
signifikan (Tabel 3).
 Berdasarkan analisis
Kaplan-Meier, lama
penyembuhan diare
secara signifikan
lebih pendek pada
kelompok susu
formula bebas
laktosa dibandingkan
dengan susu formula
yang mengandung
laktosa.
Pembahasan
Diare rotavirus  kerusakan akut mukosa,
dimana vili menjadi tumpul, pendek, dan
kematian sel  produksi enzim laktase 
penyerapan laktosa >>
Laktosa non-absorble meningkatkan
tekanan osmotik dalam usus  diare
osmotik.
Diare sekretorik mungkin menyertai diare
osmotik sehingga menyebabkan
keterlambatan pemulihan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa durasi diare
rotavirus pada kelompok susu formula bebas
laktosa lebih pendek dibandingkan dengan
susu formula yang mengandung laktosa, dan
perbedaannya secara statistik signifikan.
Kelompok susu formula bebas laktosa
memiliki frekuensi diare dalam jumlah yang
lebih kecil dibandingkan dengan kelompok
susu formula yang mengandung laktosa, dan
perbedaannya secara statistik signifikan.
Tidak ditemukan efek samping dari susu
formula bebas laktosa atau susu formula
yang mengandung laktosa.
Keterbatasan dari penelitian ini adalah
rasa susu formula yang digunakan
berbeda, dan status imunitas tidak
ditentukan.
Kesimpulan
Susu formula bebas laktosa dapat
mempersingkat durasi dan memperkecil
frekuensi diare rotavirus akut.

Anda mungkin juga menyukai