Anda di halaman 1dari 7

NAMA: TABINA NEVALIA

NIM: 22070100161

JOURNAL READING-3

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis jurnal


2. Mahasiswa dapat menyebutkan komponen-komponen jurnal contoh: pendahuluan,
diskusi, dll (masing-masing jurnal berbeda komponen penulisan tergantung jenis jurnal)
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi jurnal menjawab pertanyaan pada pengenalan khusus
tentang jurnal.
4. Mahasiswa dapat merangkum isi jurnal dan manfaatnya dalam hubungannya dengan
sistem yang dipelajari.

Tugas Mahasiswa:
1. Melakukan identifikasi terhadap jurnal
2. Menyebutkan komponen-komponen penulisan yang ada dalam jurnal
3. Identifikasi jurnal dengan menjawab pertanyaan pada pengenalan khusus tentang jurnal.
4. Menyimpulkan manfaat jurnal terhadap blok gangguan hemodinamik

Tugas Tutor:
1. Menyimak presentasi mahasiswa
2. Membantu mahasiswa menyimpulkan tentang komponen jurnal
3. Membantu meluruskan tentang isi jurnal sesuai pertanyaan pada pengenalan khususs
tentang jurnal
4. Membantu menjelaskan kasus pada jurnal dan hubungannya dengan gangguan
hemodinamik.

NAMA: TABINA NEVALIA


NIM: 22070100161

Pertanyaan Jawaban
Jenis jurnal Original Research Articles
Tahun Jurnal 2022
Tempat Pakistan
Penulis Bilal Ali Anjum, Maqbal Hussain, Muhammad Bilal Iqbal, Sehrish Zafar,
Nighat Haider, Izza Nawab
Komposisi jurnal 1. Judul: COMPARISON OF EFFICACY OF YOGURT VERSUS
PROBIOTICS FOR THE MANAGEMENT OF ACUTE
DIARRHOEA
2. Penulis: Bilal Ali Anjum, Maqbal Hussain, Muhammad Bilal Iqbal,
Sehrish Zafar, Nighat Haider, Izza Nawab
3. Abstrak:
a. Latar Belakang: Keuntungan pemberian probiotik untuk diare akut
terutama adalah durasi gejala yang lebih singkat serta berkurangnya
jumlah buang air besar per hari, sedangkan penggunaan yogurt
tradisional memberikan hasil yang serupa. Oleh karena itu, penelitian
ini dilakukan untuk membandingkan khasiat yogurt dengan probiotik
pada anak penderita gastroenteritis akut.
b. Metode: Uji coba terkontrol secara acak ini dilakukan di departemen
Pediatri, Rumah Sakit Anak, Institut Ilmu Kedokteran Pakistan,
Islamabad selama 1 tahun. Sebanyak sembilan ratus tiga puluh (930)
anak berusia antara 1-5 tahun yang mengalami diare akut didaftarkan
dan diacak ke dalam Grup-A (yogurt) dan GrupB (lactobacillus
rhamnosus) dengan oralit. Hasil utama adalah rata-rata frekuensi diare
dalam 24 jam pertama setelah memulai pengobatan pada kedua
kelompok.
c. Hasil: Distribusi gender menunjukkan bahwa dari 930 pasien, 643
(69,1%) adalah laki-laki dan 287 (30,9%) adalah perempuan dengan
usia ratarata adalah 3,14±1,18 tahun. Durasi rata-rata penyakit adalah
4,23±2,02 hari. Berarti tidak. tinja dalam 24 jam pertama setelah
pengobatan di Grup-A (yogurt) adalah 3,25±1,64 dan 3,29±1,74 di
Grup-B (probiotik). Uji-t Student untuk sampel independen
diterapkan dan tidak ditemukan perbedaan signifikan antara kedua
kelompok (p=0,713).
d. Kesimpulan: Rata-rata frekuensi diare dalam 24 jam pertama setelah
pengobatan dengan yogurt tradisional dan probiotik yang tersedia
secara komersial tidak signifikan secara statistik dalam penelitian ini.
e. Kata Kunci: Diare akut; Probiotik; yogurt
4. Pendahuluan: Menurut WHO, setiap tahun terdapat sekitar 829.000
kematian yang disebabkan oleh diare di negara-negara berpendapatan
rendah hingga menengah. Pengelolaan diare akut pada anak-anak
sebagian besar memerlukan penggantian cairan, gula, dan mineral
tubuh dengan menggunakan larutan rehidrasi oral yang tidak
memengaruhi tingkat keparahan atau durasi diare.

Terdapat upaya berkelanjutan untuk menemukan agen tertentu yang


dapat memberikan cara aman dan efektif bagi klinisi untuk
mengurangi tingkat keparahan penyakit dan durasinya. Baru-baru ini,
telah terbukti bahwa probiotik dapat membantu mempercepat
pemulihan pada pasien dengan diare akut.

Yogurt, yang didefinisikan oleh FDA sebagai produk yang dihasilkan


melalui fermentasi produk susu dengan bakteri penghasil asam laktat
(LAB). LAB berperan sebagai probiotik dan mengurangi invasi
saluran pencernaan oleh organisme patogen, meningkatkan respons
kekebalan alami dan adaptif saluran pencernaan.

Probiotik adalah mikroorganisme non-patogen yang mampu bersaing


dengan patogen usus untuk nutrisi dan situs adhesi bakteri. Mereka
juga mensintesis berbagai enzim atau senyawa kimia yang
menghambat pertumbuhan patogen berbahaya sehingga membantu
tubuh melawan patogen bakteri atau virus yang menyerang. Beberapa
probiotik meliputi Lactobacillus rhamnosus, Lactobacillus casei,
Lactobacillus johnsonii, dan ragi Saccharomyces boulardii yang
terkenal efektif.

Diare akut sangat umum di lingkungan kita, dan anak-anak rentan


terhadap dehidrasi parah yang kadang-kadang bisa berakibat fatal.
Manfaat pemberian probiotik untuk diare akut terutama meliputi
durasi gejala yang lebih singkat serta jumlah tinja yang lebih sedikit
per hari, sehingga mempercepat pemulihan. Beberapa penulis
melaporkan penggunaan yogurt tradisional dengan keuntungan
serupa. Namun, data mengenai manfaat yogurt tradisional terbatas,
dan peranannya dalam praktek klinis rutin dibandingkan dengan
probiotik belum terbukti. Jika kita dapat menetapkan peranannya
dalam mengurangi frekuensi diare, ini akan bermanfaat bagi pasien
karena yogurt mudah ditemukan, ekonomis, dan mudah dikonsumsi
secara oral.
5. Bahan dan Metode: Penelitian acak terkontrol ini dilakukan di
Departemen Pediatrik, Rumah Sakit Anak, Pakistan Institute of
Medical Sciences, Islamabad selama satu tahun. Semua anak usia 1-5
tahun yang datang dengan diare akut, baik laki-laki maupun
perempuan, masuk dalam penelitian ini. Diare akut didefinisikan
sebagai adanya 3 atau lebih tinja berair dalam periode 24 jam selama
≤14 hari. Durasi penelitian ini berlangsung selama satu tahun, mulai
dari 15-11-2017 hingga 15-11-2018. Sebanyak 930 anak dengan diare
akut direkrut dengan menggunakan teknik pengambilan sampel non-
probabilitas yang sengaja. Ukuran sampel dihitung dengan kalkulator
ukuran sampel WHO dengan tingkat signifikansi 5%, daya uji 80%,
deviasi standar gabungan 2,45, dan mean populasi 8,36, sedangkan
nilai uji mean populasi adalah 8,04. Ukuran sampel yang dihitung
adalah 465 dalam setiap kelompok, sehingga total sampel adalah 930.

Anak-anak dengan malnutrisi berat, disentri, bukti klinis penyakit


sistemik akut yang berdampingan, gejala penyakit gastrointestinal
kronis, penyakit hati kronis, penyakit ginjal kronis, sindrom nefrotik,
riwayat penggunaan probiotik dalam tiga minggu terakhir, riwayat
penggunaan antibiotik dalam episode diare saat ini, dan dehidrasi
berat pada pemeriksaan klinis dikecualikan dari penelitian. Pasien
direkrut dari pasien poliklinik dan departemen gawat darurat Rumah
Sakit Anak, PIMS, Islamabad. Persetujuan tertulis diambil dari orang
tua/wali pasien. Semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi dipilih
untuk penelitian dan secara acak dialokasikan ke dua kelompok
perawatan dengan metode undian. Kelompok A diberikan ORS dan
yogurt sebanyak 15g/kg berat badan per hari selama 3 hari. Kelompok
B diobati dengan probiotik Lactobacillus rhamnosus yang tersedia
secara komersial dalam dosis harian tunggal 5x109 CFU selama 3 hari
bersamaan dengan ORS. Tidak ada antibiotik yang diresepkan kepada
pasien dalam kedua kelompok. Hasil utama adalah rerata frekuensi
diare dalam 24 jam pertama setelah dimulainya pengobatan dalam
kedua kelompok. Pasien yang datang ke poliklinik diminta untuk
datang setelah 24 jam untuk penilaian, dan mereka yang tidak dapat
datang dihubungi melalui telepon untuk menanyakan hasil pengobatan
yang diberikan. Semua data yang terkumpul dimasukkan ke dalam
proforma yang telah dirancang sebelumnya oleh peneliti sendiri sesuai
dengan protokol penelitian. Data dimasukkan ke dalam perangkat
lunak komputer SPSS 20. Frekuensi dan persentase dihitung untuk
variabel kualitatif seperti jenis kelamin. Variabel kuantitatif seperti
usia, durasi diare dalam hari, rerata frekuensi diare dalam 24 jam saat
presentasi, dan rerata frekuensi diare dalam 24 jam pertama setelah
dimulainya pengobatan dalam kedua kelompok disajikan sebagai
rerata±SD. Rerata frekuensi diare dalam 24 jam pertama setelah
dimulainya pengobatan dibandingkan dalam kedua kelompok dengan
menggunakan uji t-tidak berpasangan. Nilai p ≤ 0,05 dianggap
signifikan. Pengaruh modifikasi seperti usia, jenis kelamin, dan durasi
diare dikendalikan dengan stratifikasi. Uji t independen pasca-
stratifikasi diterapkan dan nilai p ≤ 0,05 dianggap signifikan.
6. Hasil: Sebanyak 930 anak, baik laki-laki maupun perempuan, berusia
1-5 tahun yang mengalami diare akut diikutsertakan dalam penelitian
ini dan secara acak dibagi menjadi dua kelompok perlakuan. Hasil
utama yang diamati adalah rerata frekuensi diare dalam 24 jam
pertama setelah dimulainya pengobatan pada kedua kelompok. Dari
total peserta, 643 (69,1%) adalah laki-laki dan 287 (30,9%) adalah
perempuan dengan rasio laki-laki ke perempuan sebesar 2,2:1. Rerata
usia peserta adalah 3,14±1,18 tahun (rentang usia 1-5 tahun).

Rerata durasi penyakit adalah 4,23±2,02 hari. Jumlah rerata tinja


sebelum pengobatan di kelompok A adalah 6,04±2,03 sedangkan di
kelompok B adalah 6,11±2,10. Jumlah rerata tinja dalam 24 jam
pertama setelah pengobatan di kelompok A (Yogurt) adalah 3,25±1,64
dan di kelompok B (Lactobacillus rhamnosus) adalah 3,29±1,74.
Hasil uji t-student untuk sampel independen menunjukkan bahwa
perbedaan antara kedua kelompok tidak signifikan (p=0,713).
Dengan demikian, yogurt dan probiotik ditemukan sama efektifnya
dalam pengobatan diare akut.
7. Diskusi: Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menentukan peran
probiotik dan konsumsi yogurt pada pasien dengan diare akut secara
terpisah, di mana keduanya terbukti efektif dalam pencegahan dan
pengobatan diare akut pada anak-anak. Namun, tidak ada laporan
penelitian serupa dari Pakistan yang mendokumentasikan dan
membandingkan efektivitas probiotik dan yogurt dalam populasi Asia
Selatan.

Karena yogurt mudah ditemukan di lingkungan kita, ekonomis, dan


mudah dikonsumsi, kami membandingkan probiotik dan yogurt
tradisional dalam penelitian ini dalam hal rerata frekuensi diare dalam
24 jam pertama pada anak-anak dengan diare akut. Hasil penelitian
kami menunjukkan bahwa rerata frekuensi diare dalam 24 jam
pertama setelah pengobatan di Kelompok-A adalah 3,25±1,64 dan di
Kelompok-B adalah 3,29±1,74 (p=0,713). Tidak ada perbedaan
signifikan yang diamati antara kedua kelompok setelah dikendalikan
berdasarkan jenis kelamin, usia, dan durasi diare (p>0,05 dalam
semua kasus).

Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian lain yang melaporkan


bahwa yogurt tradisional sama bermanfaatnya dalam pengobatan diare
akut pada anak-anak ketika dibandingkan dengan probiotik yang
tersedia secara komersial (Lactobacillus sporogenes). Mereka
menemukan bahwa efikasi yogurt sama baiknya dengan probiotik
dalam hal jumlah tinja per hari pada 24 jam, 48 jam, dan 72 jam, serta
jumlah tinja (dalam gram) yang dikeluarkan per 24 jam. Tidak ada
perbedaan signifikan dalam rerata frekuensi diare dalam 24 jam antara
yogurt tradisional dan probiotik (8,36±2,48 versus 8,04±2,43/24 jam;
p>0,05). Penelitian lain juga menemukan hasil serupa dengan
membandingkan yogurt cair dengan probiotik (Saccharomyces
boulardii) dalam hal durasi diare yang lebih singkat pada anak-anak
yang diobati dengan probiotik dan durasi rawat inap yang lebih
rendah pada pasien yang diobati dengan yogurt. Selain itu, biaya
pengobatan juga lebih rendah pada anak-anak yang diobati dengan
yogurt di rumah, menekankan efektivitas biaya pengobatan di
populasi miskin seperti negara kita. Meskipun penelitian telah
mengkaji efektivitas probiotik dan yogurt secara terpisah, masih ada
sedikit penelitian yang membandingkannya, dan hasilnya bervariasi.
Studi kami menunjukkan bahwa yogurt tradisional sama efektifnya
dengan probiotik yang tersedia secara komersial dalam hal frekuensi
tinja pada 24 jam pertama. Yogurt tradisional ekonomis dan mudah
didapatkan, serta manfaat kesehatannya yang telah dilaporkan sangat
besar. Selain itu, penggunaan yogurt juga diterima secara budaya di
masyarakat kita karena merupakan bagian dari rutinitas harian di
sebagian besar rumah, terutama di kalangan penduduk pedesaan di
mana beban diare akut pada anak-anak lebih umum, sehingga dapat
menjadi alternatif yang efektif terhadap probiotik di lingkungan kita.
8. Kesimpulan: Rata-rata frekuensi diare setelah pengobatan dengan
yogurt tradisional dan probiotik yang tersedia secara komersial tidak
signifikan secara statistik dalam penelitian kami sehingga anak-anak
dengan diare akut dapat diberikan yogurt sebagai pengganti probiotik
karena mudah didapat, hemat biaya dan mudah dikonsumsi.
9. Kontribusi Penulis: BAA: Membantu dalam pengumpulan data.
Konsepsi penelitian dan berpartisipasi dalam desainnya. Dia juga
membantu menyusun naskahnya. NH: Membantu menulis diskusi.
Meninjau naskah secara kritis, dan menyetujui naskah akhir yang
diserahkan. MBI: Berpartisipasi dalam desain penelitian dan
melakukan analisis statistik serta penyusunan naskah. SZ : Merancang
kuesioner dan membantu dalam pengumpulan data. MH: Membantu
interpretasi data dan penyusunan akhir naskah. IN : membantu dalam
pencarian literatur untuk diskusi dan pengumpulan data.
10. Referensi:
Pengenalan khusus tentang 1. Populasi penelitian: 930 anak usia 1-5 tahun yang mengalami diare
jurnal (rangkuman isi jurnal) akut
2. Definisi diare akut dalam penelitian: adanya 3 kali atau lebih tinja
berair dalam periode 24 jam selama ≤14 hari.
3. Lama penelitian: berlangsung selama satu tahun, mulai dari tanggal
15-11-2017 hingga 15-11-2018
4. Jumlah sampel penelitian: 930 anak usia 1-5 tahun
5. Hasil penelitian: Rerata frekuensi diare dalam 24 jam pertama setelah
pengobatan pada Kelompok-A adalah 3.25±1.64 dan pada Kelompok-
B adalah 3.29±1.74 (p=0.713). Tidak terdapat perbedaan signifikan
antara kedua kelompok setelah dilakukan stratifikasi berdasarkan jenis
kelamin, usia, dan durasi diare (p>0.05 dalam semua kasus).
6. Hasil utama penelitian: Bahwa yogurt tradisional dan probiotik sama
efektifnya dalam mengurangi frekuensi tinja pada 24 jam pertama
pada anak-anak dengan diare akut.
7. Kesimpulan penelitian: bahwa yogurt tradisional dan probiotik
memiliki efektivitas yang sama dalam pengobatan diare akut pada
anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
signifikan dalam frekuensi diare antara kedua kelompok setelah 24
jam pengobatan. Hal ini menunjukkan bahwa yogurt tradisional dapat
menjadi alternatif yang efektif dalam pengelolaan diare akut pada
anak-anak. Namun, perlu dicatat bahwa penelitian lain memiliki hasil
yang bertentangan mengenai efektivitas probiotik dalam pengobatan
diare akut. Oleh karena itu, lebih banyak penelitian diperlukan untuk
memahami dengan lebih baik manfaat dan efektivitas yogurt dan
probiotik dalam pengobatan diare akut.
Manfaat jurnal terhadap Penelitian ini memiliki manfaat dalam memberikan pemahaman lebih
blok gangguan hemodinamik mendalam tentang pengaruh pemberian yogurt dan probiotik pada anak usia
1-5 tahun yang mengalami diare akut. Keterkaitan diare akut pada anak usia
ini dengan gangguan hemodinamik sangat relevan, mengingat diare akut pada
kelompok usia ini dapat menyebabkan dehidrasi yang signifikan. Dehidrasi
pada tingkat yang signifikan dapat mengganggu hemodinamik tubuh dengan
mengurangi volume darah dalam sirkulasi, yang pada gilirannya dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, dan
penurunan aliran darah ke organ-organ vital. Oleh karena itu, penelitian ini
dapat membantu dalam pengembangan strategi pengobatan yang lebih efektif,
mempercepat pemulihan, mencegah gangguan hemodinamik akibat dehidrasi,
serta memberikan panduan klinis kepada profesional medis dalam
pengelolaan pasien dengan risiko gangguan hemodinamik yang lebih tinggi
pada kelompok usia ini.

Anda mungkin juga menyukai