Anda di halaman 1dari 11

ANALISA JURNAL

DIARE PADA ANAK

Disusun Oleh:
Kelompok
-

-
-

PROGRAMSTUDI PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGIAL INSYIRAH
PEKANBARU
2023
ANALISA JURNAL DIARE PADA ANAK

1. Pendahuluan

Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan


fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi.diare disebabkan oleh transportasi
air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Diare adalah keadaan frekuensi
buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak,
konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lender
dan darah atau lender saja.

Salah satu penyebab kematian pada anak usia di bawah lima tahun
(balita) adalah diare di seluruh dunia yang merupakan urutan kedua penyebab
kematian balita. Virus, bakteri, dan protozoa merupakan penyebab terjadinya
diare. Kejadian diare yaitu 1,7 miliar per tahun 760.000 balita meninggal akibat
diare. Diare merupakan penyakit endemis dan menjadi dapat menyebabkan
kematian. Laporan kesehatan World Health Organization (WHO) 2019,
menyatakan enam juta anak meninggal tiap tahun karena diare dan sebagian
besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai gambaran 17%
kematian anak di dunia disebabkan oleh diare, angka mortality rate untuk diare
pada anak-anak di bawah usia lima tahun mencapai 41 per 1.000 kelahiran
hidup dan jumlah kematiannya mencapai angka 173 per 1000 penduduk
(Goyena, 2019). Berdasarkan data WHO (2019), secara global, ada hampir 1,7
miliar kasus penyakit diare pada anak setiap tahun. Berdasarkan hasil dari
Profil Kesehatan Indonesia (2020) jumlah penderita diare pada balita yaitu
sebanyak 28,9% atau 6.784.494 kasus.

Diare dapat merugikan kesehatan balita. Banyak dampak akibat diare


diantaranya adalah terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan asam dan basa,
hipoglikemia, hipokalemia, masalah status gizi, dan masalah sirkulasi. Proses
homeostasis akan terjadi akibat dari dehidrasi sehingga terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Beberapa
penatalaksanaan diare yaitu mencegah agar dehidrasi tidak terjadi, berikan
oralit, berikan zink, berikan intake makanan selama diare, dan pengobatan
lainnya jika anak diare dan penyakit lain. Kualitas hidup anak dan biaya
kesehatan yang tinggi juga merupakan dampak dari diare. Sehingga pemberian
rehidrasi oral dapat diberikan pada anak dengan diare.

Memberikan oral rehydration salts (ORS) merupakan osmolaritas rendah,


zink, dan meningkatkan intake cairan juga termasuk dalam penatalaksanaan
pada anak diare. Dehidrasi dapat dicegah dengan mengkonsumsi ORS sehingga
mampu mengurangi angka kematian. Memberikan ORS dengan
menggabungkan dengan madu dapat dijadikan sebagai pengobatan untuk diare.
Madu mampu menghambat 60 spesies bakteri, jamur, dan virus penyebab
diare. Beberapa penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa 65% anak balita
menurun frekuensi diarenya dengan diberikan madu. Selain itu, pemberian
ORS dan madu 5 ml setiap 6 jam/ hari pada anak usia kurang dari 2 tahun lebih
efektif terhadap penurunan frekuensi diare, lama rawat anak, dan konsistensi
feses menjadi meningkat.

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat diare yaitu
sisik naga (Drymoglossum piloselloides [L.] Presl.). Sisik naga yang
merupakan tanaman epifit dan tumbuh liar di batang dan dahan pohon dapat
dengan mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Tumbuhan sisik naga
merupakan tanaman liar dengan akar rimpang yang panjangnya 5-22 cm,
berukuran kecil, merayap, dan bersisik. Secara tradisional, masyarakat
menggunakan tanaman ini untuk mengobati radang gusi, sariawan, dan
pendarahan. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diketahui bahwa terdapat
kandungan kimia yang terdapat dalam sisik naga yaitu saponin, polifenol,
minyak atsiri, triterpen/sterol, fenol, flavonoid, tanin, dan gula. Hasil dari
penelitian-penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa minyak atsiri,
triterpen/sterol, fenol, flavonoid, dan tanin merupakan senyawa- senyawa
bioaktif yang dapat bersifat antibakteri dan anti fungi. Berdasarkan hasil
penelitian in vitro laboratorium yang telah dilakukan oleh peneliti dan
mahasiswa bimbingan sebelumnya pada bulan Januari tahun 2019, diketahui
bahwa kandungan kimia yang dimiliki daun sisik naga berpotensi sebagai
tanaman obat yang bersifat antibakteri E. coli yang merupakan penyebab utama
diare di negara-negara berkembang terutama Indonesia.

2. Skenario
2 pasien dengan diagnosa yang sama yaitu diagnosa diare. Pasien pertama
An. R. R., usia 2 tahun, pasien kedua An. A. B usia 4 tahun dengan keluhan utama
yang sama yaitu rewel, sering BAB yaitu 1-2 jam sekali dengan konsistensi cair,
dalam 24 jam sudah BAB lebih dari 10 kali, nafsu makan menurun.
Pemeriksaan Fisik
Pemberian ORS dan madu pada subyek (An. R.R) dan ekstrak daun sisik
naga (An. A.B) mengalami penurunan frekuensi diare dan dalam waktu 1-2 jam
tidak BAB.

3. Rumusan
P I C O
Pasien Faktor yang Melakukan Menurunkan
dengan berhubungan intervensi pada frekuensi diare
diare dengan penurunan pasien diare
frekuensi diare

Rumusan masalah “Apa saja yang berhubungan dengan penurunan


frekuensi diare?”

Keyword : diare, anak, madu, tradisional.

4. Metode strategi penulusuran bukti


 Andayani, R. P. (2020). Madu sebagai Terapi Komplementer Mengatasi
Diare pada Anak Balita. Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health
Journal), 7(1), 64–68.
 Sembiring, B. M., & Lubis, F. H. (2020). Efektivitas Pemberian Ekstrak
Daun Sisik Naga Terhadap Penyembuhan Diare Pada Anak di Desa Penen,
Kecamatan Biru-Biru Tahun 2019. BEST JOURNAL, 3(2), 231–236.
5. Hasil penelusuran / telaah jurnal
NO JURNAL VALIDITY IMPORTANCE APPLICABILITY
(RESULT) (CONCLUSION)
1 Andayani, R. Penelitian ini Hasil penelitian
P. (2020). merupakan menunjukkan
Madu pendekatan quasi bahwa rerata
sebagai experiment pre test karakteristik
Terapi and post test responden dilihat
Komplement nonequivalent dari frekuensi diare
er Mengatasi without control anak saat sebelum
Diare pada group. Peneliti diberi madu 8,15
Anak Balita. melakukan kali dan sesudah
Jurnal melakukan penilaian diberi madu
Kesehatan awal sebelum frekuensi diare
Perintis intervensi dilakukan. menjadi 3,55 kali.
(Perintis’s Penilaian tersebut Hasil statistik
Health adalah adanya tanda- menjelaskan bahwa
Journal), tanda dehidrasi pada terdapat perbedaan
7(1), 64–68. anak, menilai derajat signifikan terhadap
dehidrasi anak dan frekuensi diare
menilai frekuensi sebelum dan setelah
diare. Intervensi diberi madu
dilakukan dengan (p<0,05).
memberikan madu 3
kali sehari dan
diberikan sebanyak 5
ml pada anak.
Intervensi ini
dilakukan mulai dari
anak dirawat sampai
anak dinyatakan
boleh pulang.
Populasi pada
penelitian ini adalah
balita yang dirawat
di RSI Siti Rahmah
Padang. Sampel
dipilih dengan teknik
total sampling
dengan kriteria
inklusi anak usia 1-5
tahun dengan diare
akut, anak dirawat
tanpa dehidrasi atau
anak dengan
dehidrasi ringan atau
sedang, dan hari
rawat pertama.
Kriteria ekslusi anak
mengalami muntah,
alergi dengan madu,
serta dengan
penyakit penyerta
lainnya. Jumlah
sampel yaitu 20
anak. Penelitian ini
dilakukan di rawat
inap RSI Siti
Rahmah Padang
dalam waktu tujuh
minggu yang dimulai
pada bulan April
sampai Juni 2018.
Kuesioner berisi
karakteristik
responden, serta
lembar observasi
yang digunakan
untuk melihat
perkembangan
frekuensi diare
dalam 24 jam, lama
hari rawat, dan madu
yang diberikan
dengan cara
memberi tanda check
list pada kolom yang
disediakan. Analisis
data dilakukan
menggunakan uji
paired t test. data
diolah menggunakan
sistem
komputerisasi.
Prinsip etika tetap
diterapkan pada
penelitian ini dan
telah lolos kaji etik
dnegan
No.335/KEP/FK/201
8.
2 Sembiring, Rancangan Hasil penelitian
B. M., & penelitian yang akan menunjukkan
Lubis, F. H. digunakan adalah bahwa dari 95 anak
(2020). quasi eksperiment yang mengalami
Efektivitas dengan pendekatan diare sebanyak 41
Pemberian one group sample anak yang tetap
Ekstrak terhadap 95 anak mengalami diare
Daun Sisik usia 12 sampai 24 setelah diberikan
Naga bulan yang bertujuan ekstrak dain sisik
Terhadap untuk menganalisis naga dan sisanya
Penyembuha pengaruh pemberian yaitu sebanyak 54
n Diare Pada ekstrak daun sisik orang tidak lagi
Anak di naga terhadap mengalami diare
Desa Penen, pengobatan diare setelah diberikan
Kecamatan pada anak. ekstrak daun sisik
Biru-Biru Data primer di naga. Hasil analisis
Tahun 2019. peroleh langsung statistik dengan
BEST dari responden menggunakan uji
JOURNAL, melalui pemantauan Mc Nemar,
3(2), 231– proses penyembuhan berdasarkan hasil
236. diare pada anak tersebut diketahui
dengan bahwa nilai sig.
menggunakan 000, yang artinya
instrumen. ada perbedaan
kejadian diare pada
anak yang menjadi
responden sebelum
dan sesudah
pemberian ekstrak
daun sisik naga.

6. Diskusi
Diare didefinisikan sebagai kejadian yang berlangsung kurang dari 14
hari dengan frekuensi ≥ 3x per hari disertai pengeluaran tinja yang lunak atau
cair yang sering dan tanpa darah atau lendir dalam tinja. Mungkin disertai
muntah dan demam. Umumnya diare akut yang terjadi di negara berkembang
merupakan diare infeksius yang disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit.
Beberapa penatalaksanaan diare yaitu mencegah agar dehidrasi tidak
terjadi, berikan oralit, berikan zink, berikan intake makanan selama diare, dan
pengobatan lainnya jika anak diare dan penyakit lain. Kualitas hidup anak dan
biaya kesehatan yang tinggi juga merupakan dampak dari diare. Sehingga
pemberian rehidrasi oral dapat diberikan pada anak dengan diare. Memberikan
oral rehydration salts (ORS) merupakan osmolaritas rendah, zink, dan
meningkatkan intake cairan juga termasuk dalam penatalaksanaan pada anak
diare. Dehidrasi dapat dicegah dengan mengkonsumsi ORS sehingga mampu
mengurangi angka kematian. Memberikan ORS dengan menggabungkan
dengan madu dapat dijadikan sebagai pengobatan untuk diare. Madu mampu
menghambat 60 spesies bakteri, jamur, dan virus penyebab diare. Beberapa
penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa 65% anak balita menurun frekuensi
diarenya dengan diberikan madu. Selain itu, pemberian ORS dan madu 5 ml
setiap 6 jam/ hari pada anak usia kurang dari 2 tahun lebih efektif terhadap
penurunan frekuensi diare, lama rawat anak, dan konsistensi feses menjadi
meningkat.

Madu dapat sebagai anti bakteri dan prebiotik yang dapat mengatasi
diare. Selain itu, madu juga mampu mengobati masalah konstipasi dan diare
anak, meminimalikan patogen dan menurunkan durasi diare. Kandungan
antibiotik madu juga mampu mengatasi bakteri diare dan mempunyai aktivitas
bakterisida yang mampu melawan beberapa organisme enterophagetic,
termasuk spesies dari Salmonella, Shigella dan E. Colli. Madu mempunyai dua
molekul bioaktif diantaranya flavonoid dan polifenol yang berfungsi menjadi
antioksidan. Madu mampu meminimalkan frekuensi diare, meningkatkan berat
badan, dan memperpendek hari rawat di rumah sakit. Hal ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa dengan madu yang diberikan
pada balita diare mampu menurunkan frekuensi diare.

Aktivitas antibakteri pada madu dipengaruhi oleh hidrogen peroksida,


senyawa lavonoid, minyak atsiri dan senyawa organik lainnya. Sifat antibakteri
yang terdapat pada madu dipengaruhi oleh osmolaritas madu yang tinggi,
kandungan rendah air, pH yang rendah sehingga keasaman madu menjadi lebih
tinggi. Madu memiliki kandungan tinggi gula yang mampu meningkatkan
tekanan osmosis sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
bakteri. Kadar gula pada madu yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan
dan perkembangan bakteri. Antibakteri pada madu bekerja dengan hidrogen
peroksida yang diproduksi secara enzimatik glukosa oksidase dan senyawa
fenolik.
Enzim glukosa oksidase mampu disekresikan kelenjar hipoparingeal
lebah ke nektar. Enzim glukosa oksidase mampu meningkatkan kandungan
antibakteri dengan cara menngubah glukosa di madu menjadi asam glikonat
dan hidrogen peroksida sehingga dapat menghampat pertumbuhan bakteri..
Diare menyebabkan mukosa usus rusak sehingga timbul gangguan proses
penyerapan makanan, pemberian madu bisa membantu terbentuknya jaringan
granulasi dan memperbaiki permukaan kripte usus, memperbaiki saluran
mukosa usus, serta menghambat bakteri dan virus. Mukosa usus yang membaik
dapat meningkatkan penyerapan makanan, bising usus, mengurangi frekuensi
diare.
Selain madu juga bisa diberikan terapi non farmakologi lain seperti
ekstrak sisik naga. Penggunaan obat herbal berbasis kearifan lokal menjadi
salah satu alternatif pengobatan diare yang diharapkan dapat menjadi terapi
rasional yang dapat diaplikasikan oleh setiap keluarga. Salah satu tanaman
yang berpotensi sebagai tanaman obat diare yaitu sisik naga (Drymoglossum
piloselloides [L.] Presl.). Secara tradisional, masyarakat menggunakan tanaman
ini untuk mengobati radang gusi, sariawan, dan pendarahan. Kandungan kimia
yang terdapat dalam sisik naga yaitu saponin, polifenol, minyak atsiri,
triterpen/sterol, fenol, flavonoid, tanin, dan gula. Hasil dari penelitian-
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa minyak atsiri, triterpen/sterol,
fenol, flavonoid, dan tanin merupakan senyawa-senyawa bioaktif yang dapat
bersifat antibakteri dan anti fungi. Berdasarkan hasil penelitian in vitro
laboratorium yang telah dilakukan oleh peneliti dan mahasiswa bimbingan
sebelumnya pada bulan Januari tahun 2019, diketahui bahwa kandungan kimia
yang dimiliki daun sisik naga berpotensi sebagai tanaman obat yang bersifat
antibakteri E. coli yang merupakan penyebab utama diare di negara-negara
berkembang terutama Indonesia.

7. Kesimpulan
Diare pada anak dapat dilakukan intervensi yaitu dengan pemberian ORS
dengan menggabungkan dengan madu dan ekstrak sisik naga. Madu dapat
dijadikan salah satu alternatif terapi yang dapat diterapkan oleh perawat untuk
menurunkan frekuensi diare pada anak. Selain itu, juga ada perbedaan kejadian
diare pada anak yang menjadi responden sebelum dan sesudah pemberian
ekstrak daun sisik naga. Diare jika tidak segera ditangani akan menyebabkan
dehidrasi yang akhirnya terjadi mortalitas pada anak. Oleh karena itu, kita
dapat mengkombinasikan terapi farmakologi dengan non farmakologi seperti
madu dan ekstrak sisik naga. Intervensi terus dilakukan agar pengobatan lebih
optimal.

8. Daftar rujukan
Abdillah, Z. S., & Purnamawati, I. D. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Diare. Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah Bidang Kesehatan,
3(1), 115–132

Mardalena, I. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan.


Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Andayani, R. P. (2020). Madu sebagai Terapi Komplementer Mengatasi Diare


pada Anak Balita. Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health
Journal), 7(1), 64–68.

Sembiring, B. M., & Lubis, F. H. (2020). Efektivitas Pemberian Ekstrak Daun


Sisik Naga Terhadap Penyembuhan Diare Pada Anak di Desa Penen,
Kecamatan Biru-Biru Tahun 2019. BEST JOURNAL, 3(2), 231–236.

Soeseno, W. G., Suryawan, I. W. B., & Suarca, K. (2019). Hubungan antara


derajat dehidrasi dengan penurunan berat badan pada anak diare usia 1
sampai 5 tahun di ruangan kaswari dan poliklinik anak RSUD Wangaya
kota Denpasar. 10(1), 23–27.

Anda mungkin juga menyukai