Anda di halaman 1dari 5

Medica Palangka Raya: Jurnal Riset Mahasiswa

Volume 1, Juli (2): 1-5, 2023


https://e-journal.upr.ac.id/index.php/medica

HUBUNGAN PENYAJIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN


DIARE PADA BAYI DI PUSKESMAS PAHANDUT

RELATIONSHIP PRESENTATION BABY FORMULA WITH OCCURRENCE


DIARRHEA IN BABY IN PUSKESMAS PAHANDUT
Putri Ellya Martha1, Syamsul Arifin2* , Ni Nyoman Sri Yuliani

1
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Palangka Raya, Palangka Raya, Kalimantan
Tengah, Indonesia
2
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Palangka Raya, Palangka Raya,
Kalimantan Tengah, Indonesia
3
Departemen Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Palangka Raya, Palangka Raya, Kalimantan Tengah,
Indonesia

e-mail*: syamsularifin82@yahoo.co.id

(Naskah diterima: 21 Desember 2022, Disetujui: 5 Juli 2023)

Abstrak. Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam tinja
melebihi normal pada bayi dan balita dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 4 kali dalam 24 jam.
Susu formula merupakan media yang baik bagi perkembangan bakteri dan juga mudah terkontaminasi terutama
jika dalam penyajian kurang memperhatikan segi higenitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan penyajian susu formula dengan kejadian diare pada bayi di wilayah kerja BLUD UPT Puskesmas
Pahandut. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode observasional analitik dengan
pendekatan penelitian cross sectional pada 93 responden ibu yang memiliki bayi < 12 bulan dengan
menggunakan uji statistik chi square dengan taraf signifikasi < 0,05. Hasil penelitian ditemukan kejadian diare
didominasi oleh penyajian susu formula yang tidak higenis (55,6%). Hasil analisis bivariat pada penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara cara penyajian susu formula terjadinya kejadian diare
di BLUD UPT Puskesmas Pahandut dengan hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa nilai p= 0,009 (p<
0,05). Terdapat hubungan antara cara penyajian susu formula dengan kejadian diare di wilayah kerja BLUD
UPT Puskesmas Pahandut.
Kata kunci: Penyajian susu formula, Diare, Bayi

Abstract. Diarrhea is a change in consistency that happened suddenly due to the water content in the feces
exceeding normal in baby and toddlers with a frequency increase of defecation more than 4 times in 24 hours.
Baby formula is a good medium for the growth of bacteria and is also easily contaminated if the presentation
does not pay attention to the hygienic aspect. This research used analytic observational method with a cross
sectional research approach on 93 respondents of mother who have babies < 12 months and used statistical test
chi square with significant level < 0,005. The results of the study found that the occurence diarrhea was
dominated by the presentation of unhygienic baby formula (55.6%). The results of the bivariate analysis in this
research showed that there was a significant relationship between the method of serving baby formula for
diarrhea in the UPT BLUD Puskesmas Pahandut with the results of the chi square statistical test showing that
the value of p = 0.009 (p < 0.05). There is a connection between the method of serving baby formula and the
occurence of diarrhea in the working area of BLUD UPT Puskesmas Pahandut.

Keywords: Serving baby formula, Diarrhea, Baby

PENDAHULUAN

Banyak hal yang dapat menimbulkan penyakit dalam tubuh manusia, konsumsi makanan dan minuman
yang tidak benar dapat memicu timbulnya penyakit. Salah satunya adalah penyakit Diare. Diare masih menjadi
masalah yang sering terjadi di masyarakat semua usia. Berdasarkan World Health Organization (WHO) terdapat
2 milyar kasus diare pada orang dewasa di seluruh dunia setiap tahun. Sekitar 2,5 juta kasus kematian karena
diare per tahun di seluruh dunia. Penyakit diare merupakan penyebab kematian kedua pada anak di bawah 5

1
Medica Palangka Raya: Jurnal Riset Mahasiswa, Vol 1 (2): 1-5

tahun dengan 370,000 kasus kematian pada tahun 2019 Diare sendiri masih menjadi 10 kejadian penyakit
tertinggi di Wilayah kerja Puskesmas Pahandut pada tahun 2021 dengan 298 kasus pada semua umur dan 39
kasus pada bayi < 12 bulan Diare sendiri adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari Faktor
risiko diare terbagi menjadi 3 yaitu faktor karakteristik individu yaitu umur bayi <24 bulan, status gizi, dan
tingkat pendidikan yang mengasuh bayi, faktor perilaku yaitu kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun
sebelum makan, mencuci peralatan makan sebelum digunakan, mencuci bahan makanan, dan merebus air
minum, serta kebiasaan memberi makan anak di luar rumah, dan faktor lingkungan meliputi kepadatan
perumahan, ketersediaan sarana air bersih dan kualitas air bersih
Berdasarkan penelitian faktor perilaku ibu dalam penyajian susu formula merupakan salah satu
menyebabkan diare. Penyajian susu formula yang digunakan sebagai salah satu pengganti ASI, kebiasaan
yang baik dalam memberikan kebutuhan gizi anak yaitu dengan memperhatikan higenitas dari minuman yang
dapat mencegah berbagai penyakit salah satunya diare seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum penyajian
susu formula atapun mencuci botol susu formula Penelitian yang dilakukan Ragil menyebutkan bahwa
terdapat 26 responden (37,10%) dengan balita mengalami diare yaitu terdapat perilaku ibu yang tidak
mencuci tangan sebelum memberi makan balitanya dan terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan
sebelum memberi makan dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Bandarharjo Penyajian susu
formula berdasarkan penelitian dapat menyebabkan diare salah satunya seperti susu formula harus melewati
proses persiapan yang selalu diperhatikan higenisitasnya saat penyajian susu formula, hal ini dilakukan agar
botol susu yang diberikan kepada anak tidak tercemar oleh kuman penyebab diare. Susu formula mudah
terkontaminasi dan menjadi wadah bagi perkembangan bakteri terutama jika dalam penyajian kurang
memperhatikan segi sterilisasi Penggunaan air bersih juga dapat mengurangi risiko kejadian diare.
Penyajian susu formula yang tidak baik dapat meningkatkan terjadinya diare pada bayi. Kebiasaan ibu dalam
penyajian susu formula seperti mencuci tangan yang baik sebelum penyajian susu formula dan juga sterilisasi
botol susu formula dapat membantu mengurangi kejadian diare pada bayi. Maka dengan itu diperlukannya
penelitian ini untuk mengetahui hubungan penyajian susu formula dengan kejadian diare pada bayi di wilayah
kerja BLUD UPT Puskesmas Pahandut.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode observasional analitik dengan
pendekatan penelitian cross sectional yaitu setiap subjek hanya di observasi satu kali. Peneliti dapat
memperoleh data melalui pengisian kuesioner yang dilakukan pada subjek yang akan diteliti. Sampel pada
penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas Pahandut. Dengan
jumlah sampel penelitian adalah 93 ibu yang memiliki bayi di wilayah kerja Puskesmas Pahandut berdasarkan
jumlah 1.275 bayi di wilayah kerja Puskesmas Pahandut menggunakan Rumus Slovin dengan teknik
pengambilan sampel Purposive Sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian yang dilakukan di wilayah kerja BLUD UPT Puskesmas Pahandut Kota Palangka
Raya dengan jumlah responden sebanyak 93 responden yang mempunyai bayi < 12 bulan. Wilayah kerja
BLUD UPT Puskesmas Pahandut meliputi Kelurahan Pahandut, Pahandut Seberang dan Tumbang Rungan.
Jumlah Penduduk di Wilayah BLUD UPT Puskesmas Pahandut tahun 2021, menurut data dari Profil
Kecamatan Pahandut sebanyak 37.469 jiwa

Tabe l. Frekuensi kejadian diare, jenis susu formula, dan cara penyajian pada bayi di wilayah kerja BLUD
UPT Puskesmas Pahandut
Kejadian diare Frekuensi (n=93) Persentase (%)
Diare 26 28
Tidak diare 67 72
Jenis susu formula
Susu sapi 82 88
Susu kedelai 11 22
Penyajian susu formula
pada bayi
Tidak higenis 18 19
Higenis 75 81

2
Martha et al.- Literature review

Menunjukan bahwa responden yang bayinya tidak mengalami kejadian diare sebanyak 67 (72%)
responden dan responden yang bayinya mengalami diare sebanyak 26 (28%) responden. Jenis susu formula
yang banyak dikonsumsi bayi di wilayah kerja BLUD UPT Puskesmas Pahandut didominasi oleh susu
formula yang berasal dari susu sapi sebanyak 82 (88%) responden.

Tabel 2. Penyajian susu formula yang telah dikelompokkan secara higenis dan tidak higenis jika diuraikan
per item pertanyaan sebagai berikut.
Penyajian susu formula Ya(%) Tidak(%)
1. Mencuci tangan 72 28
2. Mencuci botol 81 19
3. Merebus botol dan dot 78 22
4. Memilih susu sesuai usia 100 0
5. Mengikuti Petunjuk pembuatan 82 18
6. Mencampur air panas dan dingin 84 18
7. Menggunakan sendok takar 92 8
8. Mencampurkan berbagai merek 100 0
9. Diminum < 2 jam 76 24
10. Mencampur sisa susu formula 0 100
11. Menggunakan air bersih 100 0
12. Memperhatikan batas kadarluwarsa 100 0
13. Memakai botol sendiri 100 0
14. Mengocok susu formula 100 0
15. Memeriksa suhu susu formula 89 11
16. Memaksa menghabiskan susu formula 100 0
17. Menyendawakan bayi 77 23
18. Memberikan dengan dot 100 0

Hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah BLUD kerja UPT Puskesmas Pahandut kota Palangka
Raya, terdapat 75 (81%) responden Ibu yang memiliki bayi < 12 bulan telah melakukan penyajian susu
formula secara higenis dan sebanyak 18 (19%) responden yang melakukan penyajian susu formula secara
tidak higenis. Dalam penelitian terdapat beberapa responden yang tidak mencuci tangan dengan air mengalir,
merebus botol atau dot sebelum melakukan penyajian susu formula, dan meminum susu formula > 2 jam.

Tabel 3. Hasil uji Chi Square mengenai cara penyajian susu formula pada bayi di BLUD UPT
Puskesmas Pahandut.
Kejadian diare
Diare Tidak diare p
N % N %
Penyajian Higenis 16 21,3 59 78,7 0,009
susu formula
Tidak 10 55,6 8 44,4
higenis
Total (n) 26 28 67 72
Keterangan: Uji Chi Square; signifikan = p < 0,05; tidak signifikan = p > 0,05

Data pada tabel mengenai penyajian susu formula menunjukkan bahwa sebagian besar responden
diberikan penyajian yang higenis sebanyak 75 (81%) sedangkan penyajian susu formula yang tidak higenis
sebanyak 18 (19%). Hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 26 bayi (28%) mengalami diare dan sebanyak
67 bayi (72%) balita tidak mengalami diare. Dalam hasil penelitian ditemukan kejadian yang tidak diare
didominasi oleh penyajian susu formula yang higenis (78,7%) sedangkan kejadian diare didominasi oleh
penyajian susu formula yang tidak higenis (55,6%). Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan

3
Medica Palangka Raya: Jurnal Riset Mahasiswa, Vol 1 (2): 1-5

bahwa ada hubungan yang bermakna antara cara penyajian susu formula terjadinya kejadian diare di BLUD
UPT Puskesmas Pahandut dengan hasil uji statistik chi squre menunjukkan bahwa nilai p= 0,009 (p< 0,05)
maka hipotesis penelitian Ha diterima berarti terdapat hubungan antara cara penyajian susu formula dengan
kejadian diare di BLUD UPT Puskesmas Pahandut.
Pada penelitian ini ditemukan tidak semua responden yang melakukan penyajian susu formula tidak
higenis mengalami kejadian diare. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 orang yang melakukan cara
penyajian susu formula yang tidak higenis terdapat 8 orang (44 %) yang tidak mengalami diare. Hal ini dapat
disebabkan karena daya tahan tubuh pada setiap bayi berbeda beda, walaupun cara yang dilakukan ibu tidak
higenis tetapi bayi tersebut memiliki daya tahan tubuh yang baik maka bayi tersebut tidak akan mengalami
diare. Status gizi merupakan faktor penting pada daya tahan tubuh, apabila gizi seseorang berkurang maka
dapat mengalami penurunan fungsi daya tahan tubuh karena kurangnya asupan energi dari penelitian Shinta
(2017) pada bayi kurang gizi serangan diare terjadi lebih sering
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati (2020) dengan judul Cara
Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian Diare Pada Bayi 0-6 Bulan didapatkan ada 32 responden
mengalami diare, sebanyak 38 responden yang mempunyai cara pemberian susu formula yang tidak baik.
Peneliti berpendapat ada hubungan yang bermakna antara cara pemberian susu dengan kejadian
diare Penelitian ini sejalan juga dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Khasanah (2018) dengan
judul penelitian hubungan antara tindakan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6
bulan di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto. Hasil penelitian tersebut didapatkan
bayi yang mengkonsumsi susu formula yang mengalami diare sebanyak 41,5% bayi dan 21,5 % tidak
mengalami kejadian diare, dari penelitian dapat dilihat bahwa kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan
disebabkan oleh cara penyajian susu formula tidak higenis, dimana penyajian susu formula tersebut tidak
memenuhi syarat seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum penyajian susu formula, dan cara membersihkan
botol susu. Peneliti berpendapat membuat bayi dapat mengalami diare
Menurut Purwanti susu formula merupakan wadah yang baik bagi pertumbuhan bakteri sehingga dapat
mengalami kontaminasi terutama jika penyajian tidak memperhatikan kebersihannya. Kurangnya menjaga
higenitas atau kebersihan sebelum melakukan penyajian susu formula seperti kebiasaan mencuci tangan dan
merebus botol serta dot menyebabkan bakteri akibat kontaminasi dapat masuk ke dalam tubuh yang
menyebabkan terjadinya gangguan sekresi, dikarenakan adanya toksin berasal dari bakteri yang masuk dan
dapat menempel pada bagian usus mengeluarkan enterotoksin yang terdiri dari sub unit A dan B akan
mempengaruhi cAMP yang mengakibatkan terjadinya peningkatan cAMP lalu terjadi peningkatan hasil
sekresi ion CI dan air kedalam lumen usus dan menghambat absorbsi Na tanpa menimbulkan kerusakan sel
epitel yang menyebabkan tekanan usus akan meningkat dan menimbulkan diare Cara penyajian yang tidak
baik dapat menyebabkan diare oleh karena itu disarankan untuk mengocok susu sebelum diberikan, periksa
suhu susu formula yang sudah dibuat, dan tidak memaksa bayi menghabiskan susu serta menyendawakan
bayi setelah pemberian susu, memperhatikan kebersihan botol susu formula dan jangan lupa untuk mencuci
tangan sebelum melakukan penyajian susu formula.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di BLUD UPT Puskesmas Pahandut maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat 81% responden Ibu yang memiliki bayi < 12 bulan telah melakukan penyajian
susu formula secara higenis dan sebanyak 19% responden yang melakukan penyajian susu formula secara
tidak higenis. Terdapat sebanyak 72% responden tidak mengalami diare dan sebanyak 28% responden yang
bayinya mengalami diare. Terdapat hubungan cara penyajian susu formula dengan kejadian diare pada bayi di
Puskesmas Pahandut dengan nilai p = 0,009

DAFTAR PUSTAKA

1. World health organization: Diarrhoeal disease, Switzerland. 2017. Availablefrom :https://www.who.


int/en/news-room/factsheets/detail/diarrhoeal –disease.
2. Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya. Profil Kesehatan Kota Palangka Raya tahun 2021. Palangka
Raya: Dinkes Palangka Raya. 2021.
3. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta WA. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 4. Jakarta: Media
Aesculapius, 2014.
4. Utami N, Luthfiana N. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada Anak. Majority.
2016;5:101–6. Available from:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/893/801.

4
Martha et al.- Literature review

5. Sukut S, Arif Y, Qur’aniati N. Faktor Kejadian Diare Pada Balita dengan Pendekatan Teori Nola J.
Pender di IGD RSUD Ruteng. J Pediomaternal. 2015;3(2):230–49.
6. Ragil DW, Dyah YP. Hubungan antara pengetahuan dan kebiasaan mencuci tangan pengasuh dengan
kejadian diare pada balita. 2017;2(1):39–46. doi:10.15294/jhe.v2i1.13867.
7. Khasanah, Nu. ASI atau Susu Formula ya?. Jogjakarta: flashbooks. 2011. 237 p.
8. Sinthamurniwati. Faktor-faktor risiko kejadian diare akut pada balita. Semarang. 2017
9. Sulistyowati. Cara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi 0-6 bulan. Jombang.
2020;1-116.
10. Khasanah NA, Sulistyawati W. Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Kejadian Diare pada Bayi
Usia 0 – 6 Bulan di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto. J Qual Women’s
Heal. 2018;1(2):1–6. doi: 10.30994/jqwh.v1i2.9.
11. Iskandar I, Maulidar M. Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 0-6
Bulan. Action Aceh Nutr J. 2016;1(2):73. doi: 10.30867/action.v1i2.13.
12. Ilmiasih R. Perbandingan konsumsi susu sapi dan susu olahan oleh ibu terhadap regurgitasi pada bayi. J
Keperawatan. 2020;11(2):161–9. doi: 10.22219/jk.v11i2.12683.

Anda mungkin juga menyukai