Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN PENGELUARAN KOLOSTRUM PADA IBU NIFAS

DI WILAYAH PUSKESMAS PATEBON 01 KABUPATEN KENDAL

Shinta Ayu Nani, Masruroh

ABSTRAK

Kolostrum mulai diproduksi oleh tubuh saat kehamilan, dan keluar pada awal seorang ibu akan menyusui.
Kolostrum adalah makanan terbaik bagi bayi, memenuhi kebutuhan nutrisi bayi baru lahir karena mengandung zat
zat yang berguna bagi tubuh bayi. Faktor yang mempengaruhi keluarnya kolostrum adalah status gizi, perawatan
payudara, isapan bayi segera setelah lahir. Di Desa Kumpulrejo masih terdapat ibu nifas yang tampak kurus dan
kolostrumnya belum keluar. Temuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan status gizi ibu nifas dengan
pengeluaran kolostrum di Wilayah Kerja Puskesmas Patebon 01 Kabupaten Kendal.
Desain penelitian ini menggunakan survey analitik, dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang berada di wilayah puskesmas Patebon 01 Kabupaten
Kendal pada bulan Mei 2015 dengan teknik total sampling dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat
dengan uji chi square
Analisa hasil penelitian dari 32 responden mayoritas responden dengan status gizi yang baik 25 responden
(78,1%), mayoritas responden yang mengeluarkan kolostrum 23 responden (71,90%). Analisa bivariat dihasilkan
ada hubungan status gizi ibu dengan pengeluaran kolostrum pada ibu nifas ditunjukkan dengan nilai p velue =
0,00<dari 0,05. Disarankan pada ibu nifas untuk mempertahankan makanan yang seimbang. Bagi bidan disarankan
untuk memantau dan memberi masukan dalam memberikan penyuluhan penyuluhan gizi pada masa nifas.

Kata Kunci : Status gizi, Kolostrum, Nifas

PENDAHULUAN mengalami osteoporosis dan kerusakan gigi.


Kuantitas produksi ASI dipengaruhi oleh keadaan
Masa nifas merupakan hal penting untuk gizi ibu, ibu dengan gizi baik akan memproduksi ASI
diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu sekitar 600 800 ml pada bulan pertama, sedangkan
dan bayi di Indonesia. Dari berbagai pengalaman ibu dengan gizi kurang hanya memproduksi ASI
dalam menanggulangi kematian ibu dan bayi di sekitar 500 700 ml (Marmi, 2013; h. 237).
banyak negara, para pakar kesehatan menganjurkan Ibu menyusui perlu cukup gizi bagi
upaya pertolongan difokuskan pada periode kesehatan bayinya. Masa kini, banyak ibu hamil yang
intrapartum. Upaya ini terbukti telah menyelamatkan sudah memiliki kesadaran tentang perlunya menjaga
lebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir kesehatan selama hamil, termasuk soal pemenuhan
yang disertai dengan penyulit proses persalinan atau kebutuhan gizi. Namun, begitu bayi baru lahir, ibu
komplkasi yang mengancam keselamatan jiwa. yang segera membatasi makanan juga banyak.
Namun, tidak semua intervensi yang sesuai bagi Alasannya, kebutuhan gizi ibu menyusui tidak
suatu negara dapat dengan serta merta dijalankan dan sebesar ketika masih hamil. Ketika bayi lahir,
memberi dampak menguntungkan bila diterapkan di seorang ibu tetap memenuhi kebutuhan gizi dua
negara lain (Riskerdas, 2013). individu, dia sendiri dan bayinya. Ini berlangsung
Status gizi ibu memberikan peran penting setidaknya pada bulan bulan pertama kehidupan
terhadap kuantitas dan kualitas produksi ASI. sang bayi. Pada masa itu, satu satunya sumber
Misalnya jika ibu kekurangan kalsium akan makanan bayi adalah air susu ibu (ASI) (Irianto,
menyebabkan kebutuhan kalsium bayi diambil dari 2014; h. 252).
cabang kalsium pada jaringan ibu. Jika hal ini terus Tujuan pemberian makan untuk ibu
dibiarkan berlanjut maka akan mengakibatkan ibu menyusui adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi

Hubungan Status Gizi Ibu dengan Pengeluaran .(Shinta Ayu, Masruroh) 1


selama menyusui. Seorang ibu menyusui Desain Penelitian
membutuhkan 300 500 kalori tambahan setiap hari Desain yang digunakan dalam penelitian ini
untuk dapat menyusui bayinya dengan sukses. adalah survey analitik. Metode penelitian survey
Sebanyak 300 kalori yang dibutuhkan oleh bayi analitik adalah suatu metode penelitian dimana
berasal dari lemak yang ditimbun selama kehamilan. peneliti tidak hanya mendeskripsikan saja tetapi
ASI yang diberikan cukup oleh seorang ibu kepada sudah menganalisis hubungan antar dua variabel
anaknya akan sangat bermanfaat kelak ketika anak (Ariani, 2014; h. 58).
dewasa. Anak yang diberikan ASI yang cukup akan Rancangan yang digunakan dalam penelitian
menjadi anak yang bersifat lemah lembut, sehat dan ini adalah cross sectional yaitu peneliti hanya hanya
mempunyai IQ tinggi (Proverawati, 2009; h. 88). melakukan observasi dan pengukuran variabel pada
Ibu juga dianjurkan untuk minum setiap kali satu saat saja. Pengukuran variabel tidak terbatas
menyusui dan menjaga kebutuhan hidrasi sedikitnya harus tepat pada satu waktu bersamaan, namun
3 liter setiap hari. Tablet besi masih tetap diminum mempunyai makna bahwa setiap subyek hanya
untuk mencegah anemia, minimal sampai 40 hari dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak
post partum. Vitamin A (200.000 IU) dianjurkan lanjut atau pengulangan pengukuran. Studi cross
untuk mempercepat proses penyembuhan pasca salin sectional dapat diterapkan pada penelitian klinis
dan mentransfer ke bayi melalui ASI. Ibu nifas yang maupun lapangan, baik diskriptif maupun analitik
membatasi asupan kalori secara berlebihan sehingga (Setiawan, 2011; h. 85).
menyebabkan terjadinya penurunan berat badan lebih
dari setengah Kg/minggu, akan mempengaruhi Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
produksi ASI (Maritalia, 2014; h. 47 48). 1. Populasi
Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. nifas sampai hari ke 3 di Wilayah Puskesmas
Kolostrum merupakan cairan yang agak kental Patebon pada bulan Mei 2015 yang berjumlah
berwarna kekuning kuningan, lebih kuning 32 ibu nifas
dibandingkan dengan ASI mature, bentuknya agak 2. Sampel
kasar karena mengandung butiran butiran sel epitel Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas di
(Kristiyanasari, 2011; h. 9) Wilayah Kerja Patebon 01 pada bulan Mei yang
Status gizi merupakan salah satu faktor yang berjumlah 32 ibu nifas.
mempengaruhi dalam praktik pemberian kolostrum
pada bayi. Jika status gizi ibu baik maka kolostrum Jenis dan Cara Pengumpulan Data
yang dikeluarkan akan banyak dan jika status gizi ibu Data primer dalam penelitian ini dikaji dengan
kurang maka status gizi yang dikeluarkan lebih menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner
sedikit (Wibowo, 2012; h. 10). untuk menggali data tentang pengetahuan, sikap dan
Dari hasil survey yang telah dilakukan di perilaku seks pranikah.
Desa Kumpulrejo Kecamatan Patebon Kabupaten
Kendal pada bulan Januari 2015 jumlah ibu nifas PengolahandanAnalisa Data
sebanyak 38 orang. Dari wawancara pada 8 ibu 2 5 Teknik pengolahan data dilakukan melalui
hari post partum didapatkan hasil 5 kolostrum ibu empat tahapan yaitu : editing, coding, scoring,
belum keluar dan tubuh ibu tampak kurus sedangkan tabulatingdata. Data yang telah diolah kemudian
3 kolostrum ibu sudah keluar dilakukan analisis secara kuantitatif.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti Analisis yang digunakan adalah analisis
tertaik untuk melakukan penelitian dengan judul univariat untuk memperoleh gambaran tentang
Hubungan Status Gizi dengan Pengeluaran frekuensi dari tiap variabel baik variabel deppenden
Kolostrum Pada Ibu Nifas di Wilayah Puskesmas maupun variabel indeppenden, serta analisis bivariat
Patebon 01 Kabupaten Kendal. untuk mengetahui hubungan variabel deppenden
maupun variabel indeppenden, dengan menggunakan
METODE PENELITIAN uji korelasi Chi Square

KerangkaKonsepPenelitian

Variabel Independent Variabel Dependen

2 J. Ilmu Kesh. Vol. 6 No. 2, Januari 2016


HASIL PENELITIAN tersebut semuanya tidak mengeluarkan kolostrum
(0,0%).
1. Status Gizi Berdasarkan uji statistik diperoleh p value =
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Status Gizi Ibu Nifas 0,000 sehingga p value tersebut < (0,05), maka Ha
di Wilayah Kerja Puskesmas Patebon 01 Kabupaten diterima dan Ho ditolak. Artinya bahwa ada
Kendal. hubungan antara status gizi ibu dengan pengeluaran
kolostrum pada ibu nifas di wilayah Kerja puskesmas
Kategori Frekuensi Presentase Patebon 01 Kabupaten Kendal.
KEK 7 21,9%
Tidak KEK 25 78,1% BAHASAN
1. Status Gizi Pada Ibu nifas
Total 32 100%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat dari 32 ibu nifas sebagian besar ibu nifas di wilayah kerja
mayoritas ibu nifas tidak KEK sebanyak 25 Puskesmas Patebon 01 Kabupaten Kendal tidak
responden (78,1%) sisanya 7 responden KEK ( KEK 25 responden (78,1%).
21,9%). Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu,
2. Pengeluaran Kolostrum
atau perwujudan dari nutriuture dalam bentuk
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengeluaran
variabel tertentu. Contoh : Gondok endemik
Kolostrum Pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja
merupakan keadaan tidak seimbangnya
Puskesmas Patebon 01 Kabupaten Kendal.
pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
Kategori Frekuensi Presentase Status gizi dapat pula diartikan sebagai gambaran
Ya 23 71,9% kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari
Tidak 9 28,1% keseimbangan dari energi yang masuk dan yang
Total 32 100% dikeluarkan oleh tubuh (Marmi, 2013; h. 421).
Penilaian status gizi merupakan suatu
Hasil penelitian berdasarkan tabel 2 dapat dilihat interpretasi dari sebuah pengetahuan yang berasal
dari 32 ibu nifas mayoritas kolostrumnya sudah dari studi informasi makanan, biokimia,
keluar sebanyak 23 responden (71,9%) sisanya 9
antropometri, dan klinik (Proverawati, 2009; h.
responden (28,1%) kolostrumnya belum keluar .
168).
3. Hubungan Antara Status Gizi Ibu Dengan Pola makan adalah salah satu penentu
Pengeluaran Kolostrum Pada Ibu Nifas Di keberhasilan ibu dalam menyusui. Untuk itulah
Wilayah Kerja Puskesmas Patebon 01 ibu menyusui perlu mengkonsumsi makanan
Kabupaten Kendal dengan gizi seimbang. Beberapa penelitian
Tabel 4.3 Hubungan Antara Status Gizi Ibu membuktikan ibu dengan gizi yang bailk,
Dengan Pengeluaran Kolostrum Pada Ibu Nifas Di umumnya mampu menyusui bayinya selama
Wilayah Kerja Puskesmas Patebon 01 Kabupaten minimal 6 bulan. Sebaliknya ibu yang gizinya
Kendal. kurang, biasanya tidak mampu menyusui selama
itu, bahkan tidak jarang susunya tidak keluar
Lingkar Pengeluaran kolostrum
Total P (Proverawati, 2009; h. 90).
Lengan Ya Tidak
value
Atas n % N % n % Berdasarkan teori Wibowo (2012; h. 10)
KEK 0 0,0 7 100 7 100
Tidak 23 14,3 2 85,7 25 100 0,000 faktor yang berpengaruh terhadap praktik
KEK
Jumlah 23 71,9 9 28,1 32 100,0
pemberian kolostrum adalah status gizi, status
persalinan, breastcare, tingkat pengetahuan ibu
Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.3 tentang kolostrum, promosi susu formula,
menunjukkan bahwa dari 32 responden 25 (78,1%) promosi ASI, pantang makan.
ibu nifas tidak KEK diantaranya 23 responden Berdasarkan hasil penelitian ibu nifas yang
(14,3%) mengeluarkan kolostrum dan 2 responden berada di Wilayah Kerja Puskesmas Patebon 01
(85,7%) tidak mengeluarkan kolostrum. Sedangkan
Kabupaten Kendal sebagian besar tidak KEK
7 (21,9%) ibu nifas mengalami KEK dan 7 ibu nifas
karena mereka menjaga pola makan selama masa

Hubungan Status Gizi Ibu dengan Pengeluaran .(Shinta Ayu, Masruroh) 3


nifas dengan cara makan sehari tiga kali sehari pengeluaran kolostrum pada ibu nifas di wilayah
berupa nasi sayur, lauk, buah, dan makan kerja Puskesmas Patebon 01 Kabupaten Kendal.
makanan selingan serta memperbanyak minum air Menurut Huang, Lee, Mieh dan Gau, (2009;
putih untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu nifas h. 180) beberapa faktor yang mempengaruhi
dan untuk proteksi ASI bagi bayi. persepsi kemampuan untuk mengeluarkan
kolostrum karena anggapan kurang cukup ASI
2. Pengeluaran Kolostrum diantaranya adalah faktor ibu (umur, tingkat
Faktor faktor yang berpengaruh terhadap pendidikan, status gizi ibu, rencana menyusui,
pengeluaran kolostrum daintaranya makanan, dukungan keluarga, paritas, tipe puting susu, sakit
ketenangan jiwa dan pikiran, penggunaan alat pada puting susu).
kontrasepsi, perawatan payudara, anatomis Irawati (2006; h. 10) menyebutkan salah
payudara, faktor fisiologi, pola istirahat, faktor satu keberhasilan dari pengeluaran kolostrum juga
obat obatan, berat bayi lahir, umur kehamilan didukung oleh status gizi pra hamil, selama hamil,
saat melahirkan, dan konsumsi alkohol atau rokok dan selama menyusui.
(Marmi, 2013; h. 239 241). Status gizi ibu merupakan hal yang sangat
Kolostrum mulai diproduksi oleh tubuh saat berpengaruh pada masa nifas karena selama masa
kehamilan, dan keluar pada awal seorang ibu akan nifas proses metabolisme energi akan meningkat,
menyusui. Kolostrum adalah makanan yang hal ini disebabkan karena dalam masa nifas
terbaik bagi bayi, memenuhi kebutuhan nutrisi terjadi proses penyesuaian fisiologis dan
bayi baru lahir, berwarna kuning, rendah lemak, metabolisme. Ibu nifas membutuhkan makanan
tapi tinggi akan kandungan karbohidrat, protein yang bergizi untuk perkembangan jaringan
dan terutama kandungan antibodi. Penelitian yang mamae sebagai tempat produksi laktasi yaitu
dilakukan pada hewan menyebutkan kehamilan pengeluaran ASI atau kolostrum. Sehingga jika
dan persalinan, mengalami keterlambatan ibu resiko KEK maka kolostrum tidak keluar
keluarnya kolostrum (72 jam pasca persalinan). karena kurangnya nutrisi yang dikonsumsi
Faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap sehingga menyebabkan kurangnya perkembangan
lambatnya keluar kolostrum adalah: cara jaringan mamae dan produksi ASI sehinggan
persalinan, lamanya persalinan, sakit yang kolostrum tidak keluar. Sebaliknya jika ibu tidak
dialami saat persalinan, dan keletihan setelah resiko KEK maka perkembangan pada jaringan
persalinan. Faktor lain yang juga mempengaruhi mamae dan produksi ASI tersebut baik sehingga
keluarnya kolostrum adalah status gizi ibu, kolostrum itu keluar, dan bayi langsung bisa
perawatan payudara, isapan bayi segera setelah mendapatkan ASI kolostrum (Paat, 2007; h. 80)
lahir secara obesitas pada ibu (Indah, 2007; h. 1 Hasil penelitian ini sama dengan hasil
2). penelitian Sita Sriwayati (2011) yaitu Faktor
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar Faktor Yang Mempengaruhi Waktu Keluarnya
kolostrum ibu sudah keluar dikarenakan selama Kolostrum Pertama Kali Pada Ibu Pasca
kehamilan ibu menjaga pola makan, menjaga Persalinan di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta
pikiran ibu agar tidak stres. Setelah melahirkan bahwa yang mempengaruhi pengeluaran
ibu juga terus melatih bayi untuk menghisap kolostrum antara lain status gizi (p value 0,000),
sehingga payudara ibu terangsang untuk tingkat stres ( p value = 0,001), dan tingkat
mengeluarkan kolostrum yang banyak. pengetahuan ( p value = 0, 000).
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
3. Hubungan Antara Status Gizi Ibu Nifas antara status gizi ibu dengan pengeluaran
dengan Pengeluaran Kolostrum kolostrum karena status gizi ibu dalam kategori
Dari hasil uji statistik diperoleh value = baik sebanyak 25 responden. Ibu nifas yang
0,00 sehingga value tersebut < 0,05, maka Ha mempunyai gizi dan nuitrisi yang tercukupi akan
diterima dan Ho ditolak. Artinya bahwa ada mempengaruhi kinerja tubuh yang optimal.
hubungan antara status gizi ibu dengan Sehingga metabolisme tubuh seperti sekresi
kolostrum menjadi baik. Begitu juga sebaliknya

4 J. Ilmu Kesh. Vol. 6 No. 2, Januari 2016


bila status gizi dan nutrisi ibu jelek, metabolisme
akan terhambat dan mengganggu pengeluaran DAFTAR PUSTAKA
kolostrum.
Almatsier, S. 2009. Prinsip Prinsip Ilmu Gizi.
Jakarta; Gramedia Pustaka. h. 3
PENUTUP
Anang, T. 2012. Faktor Faktor Yang Berpengaruh
Simpulan
Terhadap Praktek Pemberian Kolostrum Oleh
Berdasarkan penelitian Hubungan Status Gizi
Ibu Pasca Bersalin Di RSUD Dr. Moewardi
Ibu dengan Pengeluaran Kolostrum Pada Ibu Nifas di
Surakarta. Semarang. Universitas Diponegoro.
Wilayah Kerja Puskesmas Patebon 01 Kabupaten
h. 10
Kendal yang dilakukan pada bulan Mei 2015 dengan
Ariani, A. 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian
sampel 32 responden dapat disimpulkan sebagai
Kebidanan Dan kesehatan Reproduksi.
berikut :
Yogyakarta; Nuha Medika. h. 58, 64,
1. Status gizi ibu nifas di Wilayah Kerja
73,75,76,77, 78, 79 151, 152
Puskesmas Patebon 01 Kabupaten Kendal
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
sebagian besar tidak KEK 25 responden
(78,1%) Pendekatan Praktik. Jakarta; Rineka Cipta.
2. Pengeluaran kolostrum pada ibu nifas di h.174,
Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta;
Wilayah Kerja Puskesmas Patebon 01
Kedokteran EGC. h. 33, 33-34, 41
Kabupaten Kendal sebagian besar keluar yaitu
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI.
23 responden (71,9%).
2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta
3. Ada hubungan yang signifikanantara status
Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas Normal.
giziibudenganpengeluarankolostrumpadaibunifa
Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC. h.
s di wilayahkerjaPuskesmasPatebon 01
10
Kabupaten Kendal dengannilaipvalue : 0,0
Ebysangnutrisionist.blogspot.com/2013/11/penilaian-
0,05.
status-gizi-secara.htm?m=1. Diakses pada
tanggal 25 Januari 2015 Pukul 20.00 WIB
Saran
Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan
1. Bagi ibu nifas
dan Teknik Analisis Data. Jakarta; Salemba
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Medika. h. 86-88
dijadikan informasi bagi ibu untuk
Huang, Lee, Mich & gau 2009. Faktor Related to
mempertahankan makanan yang seimbang
Maternal Perception of Milk Supply While in
sehingga ibu nifas memiliki asupan nutrisi yang
the hospital Journal of nursing Research. h.
cukup dan kolostrum bisa keluar sejak hari
180
pertama.
Indah, M. 2007. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Keluarnya Kolostrum Pada Ibu Pasca Post
Hasil penelitian ini disarankan dapat
Partum di RSU Batu Sangkar. Sumatra Barat .
memantau dan dijadikan masukan dalam
STIKES Madani . h. 1-2
memberikan penyuluhan penyuluhan gizi pada
masa nifas Irawati A, dkk. 2006.Pengaruh status gizi selama
3. Bagi Institusi Pendidikan kehamilan dan menyusui terhadap
Hasil penelitian ini disarankan dapat keberhasilan pemberian ASI . Penelitian Gizi
dan Makanan (PGM). h. 16
digunakan sebagai sumber kepustakaan dan
Irianto, K. 2014. Gizi seimbang dalam Kesehatan
referensi agar dapat bermanfaat bagi mahasiswa
Reproduksi. Bandung; Alfabeta. h. 252
dalam menyusun karya tulis ilmiah terutama
Kristianasari, W. 2011. Asi, Menyusui & Sadari.
mengenai hubungan status gizi ibu dengan
Yogyakarta; Nuha Medika. h. 9
pengeluaran kolostrum pada ibu nifas.
Marmi. 2013. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan adanya tindak lanjut untuk Yogyakarta; Pustaka Pelajar. h. 237,
melakukan penelitian dengan menggunakan 239,240,241,242,243,245,246,421
. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
metodedanvariabel yang berbeda untuk
Puerperium Care. Yogyakarta; Pustaka
mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik.
Dengan melakukan observasi dan menambah Pelajar. h. 11, 32, 36, 37, 38
Martalia, D. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas dan
variabel lain. Dan dapat dijadikan referensi
Menyusui. Yogyakarta; Pustaka Pelajar. h. 47
48, 81

Hubungan Status Gizi Ibu dengan Pengeluaran .(Shinta Ayu, Masruroh) 5


Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta. h. 171
Proverawati, A. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk
Kebidanan. Yogyakarta; Nuha Medika. h.
88,90,91,96 168,169, 170,171,172, 180, 181,
182, 183
Saleka, S. 2013. Asuhan kebidanan Pada Masa Nifas.
Jakarta; Salemba Medika. h. 2-4, 19
Setiawan, A. 2011. Metodologi Penelitian
Kebidanan. Yogyakarta; Nuha Medika. h. 54,
58, 88, 89, 100, 101, 104, 122
Sita Sriwayati. 2011. Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Keluarnya Kolostrum Pertama
Kali Pada Ibu Pasca Persalinan di RSUP dr.
Sardjito Yogyakarta
Sugiono. 2013. Metodologi Penelitian Kombinasi
(Mixed Methods). Bandung; Alfabeta
Bandung. h. 121, 297
Sulistiyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Ibu Nifas. Yogyakarta; Andi Yogyakarta. h. 5
Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta;
Pustaka Rihama. h. 7

6 J. Ilmu Kesh. Vol. 6 No. 2, Januari 2016

Anda mungkin juga menyukai