Anda di halaman 1dari 9

Hubungan Status Gizi Ibu Nifas Dengan Produksi ASI

Sri Handayani1), Yopi Suryatim Pratiwi1), Nurul Fatmawati1)


Email: srikurniawan87@gmail.com

1)
Program Studi Kebidanan Jenjang D.3 STIKes Yarsi Mataram

ABSTRAK

Angka kematian bayi masih tinggi di Indonesia, 53% disebabkan oleh faktor nutrisi. ASI
eksklusif mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Produksi ASI kurang
merupakan keluhan yang paling sering diutarakan ibu nifas dan menjadi penyebab kegagalan
ASI eksklusif. Status gizi pada ibu nifas berpengaruh terhadap produksi ASI. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status gizi ibu nifas dengan produksi ASI.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data primer. Sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu primipara bulan April–Mei 2017 di Puskesmas Gunung Sari,
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel dalam penelitian ini adalah status gizi
yang diukur dari LILA dan produksi ASI yang diukur dari volume ASI. Analisis menggunakan
uji Mann-Whitney dan T tidak berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan
antara status gizi dengan produksi ASI baik dilihat hari ke-4 maupun ke-10. Hal ini disebabkan
karena isapan bayi merupakan faktor utama yang memengaruhi produksi ASI. Oleh karena itu,
ibu nifas dianjurkan untuk menyusui dengan cara yang benar dan setiap dua jam sebagai upaya
meningkatkan produksi ASI.

Kata kunci: produksi ASI, status gizi

ABSTRACT

Infant mortality is still high in Indonesia. 53% is caused by nutritional factors. Exclusive
breastfeeding can reduce infant morbidity and mortality. Breastmilk production is less a
complaint that is most often expressed by postpartum mothers and is the cause of exclusive
breastfeeding failure. Nutritional status of postpartum mothers has an effect on breast milk
production. This study aims to analyze the relationship between nutritional status of postpartum
mothers and breast milk production. This research is quantitative research using primary data.
The sample in this study were all primiparous mothers in April – May 2017 at Gunung Sari
Health Center, who met the inclusion and exclusion criteria. The variables in this study were
nutritional status measured from LILA and ASI production as measured by breast milk volume.
Analysis using the Mann-Whitney and T unpaired tests. The results showed that there was no
relationship between nutritional status and ASI production both seen at day 4 and 10. This is
because baby suction is the main factor that influences milk production. Therefore, postpartum
mothers are recommended to breastfeed the right way and every two hours in an effort to increase
milk production.

Keywords: breastmilk production, nutritional status

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 32


A. LATAR BELAKANG (kecuali obat-obatan dan vitamin, jika
Angka kematian merupakan salah satu diperlukan) selama enam bulan pertama
indikator kesehatan yang penting dan kehidupan. ASI adalah makanan terbaik
mencerminkan derajat kesehatan di suatu bagi bayi dan memiliki keseimbangan
wilayah. Angka Kematian Bayi (AKB) di nutrisi yang tepat, tersedia secara biologis,
Indonesia periode 2007–2012 sebesar 32 mudah dicerna, melindungi bayi dari
per 1.000 kelahiran hidup, Angka Kematian penyakit, dan memiliki sifat anti-
Neonatal (AKN) sebesar 19 per 1.000 inflamasi.[7]
kelahiran hidup, dan Angka Kematian Capaian pemberian ASI eksklusif di
Balita (AKABA) sebesar 40 per 1.000 Indonesia masih jauh dari target nasional
kelahiran hidup.[1] Komitmen global sebesar 80%. Persentase pemberian ASI
dalam Millennium Development Goals eksklusif pada bayi 0–6 bulan di Indonesia
(MDGs) pada tujuan ke-4 menetapkan pada tahun 2013 sebesar 54,3%. Persentase
target terkait kematian anak, yaitu pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat
menurunkan AKB menjadi 23 per 1000 di Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar
kelahiran hidup dan AKABA menjadi 32 79,74% dan terendah di Provinsi Maluku
per 1000 kelahiran hidup atau menurunkan sebesar 25,21%.[3]
angka kematian hingga dua per tiga dalam Produksi ASI yang kurang merupakan
kurun waktu 1990–2015.[2] keluhan yang sering diutarakan oleh ibu
Angka kematian bayi di Indonesia terutama minggu pertama nifas dan menjadi
sebagian besar terkait dengan faktor nutrisi, penyebab kegagalan ASI eksklusif.
yaitu sebesar 53%. Beberapa penyakit yang Penelitian di Australia menyebutkan dari
timbul akibat malnutrisi antara lain 556 ibu melahirkan, 29% berhenti
pneumonia (20%), diare (15%), dan menyusui bayinya pada minggu kedua
perinatal (23%). Statistik juga dengan alasan ASI kurang.[8] Hasil
menunjukkan lebih dari 70% kematian Bayi wawancara pada penelitian yang
lima tahun (Balita) disebabkan diare, dilaksanakan di Rumah Sakit Bersalin
pneumonia, campak, malaria, dan (RSB) Kabupaten Sleman Yogyakarta
malnutrisi.[3] terhadap 48 responden, 31,25% ibu
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif mampu menyatakan mengalami ASI kurang.[9]
menurunkan angka kesakitan dan kematian Prevalensi risiko Kekurangan Energi
bayi.[4] Pemberian ASI secara optimal Kronis (KEK) wanita hamil umur 15–49
dapat mencegah 1,4 juta kematian di tahun, secara nasional sebanyak 24,2
seluruh dunia pada Balita setiap tahun dan persen. Prevalensi risiko KEK terendah di
mengurangi kematian karena infeksi Bali (10,1%) dan tertinggi di Nusa
pernapasan akut dan diare 50–95%.[5] Tenggara Timur (45,5%). Penilaian KEK
Menyusui suboptimal menyebabkan 45% dapat dinilai dengan pengukuran Lingkar
kematian neonatal karena infeksi menular, Lengan Atas (LILA), dimana LILA dapat
30% kematian karena diare, dan 18% digunakan untuk menilai status gizi ibu
kematian karena gangguan pernapasan akut nifas.[10]
pada anak di bawah usia lima tahun di Penelitian Irawati, di Indonesia
negara berkembang.[6] menunjukkan bahwa status gizi ibu pada
ASI eksklusif adalah pemberian makan masa laktasi berpengaruh terhadap
pada bayi dengan ASI saja dan tidak ada keberhasilan menyusui, ibu yang kurang
makanan tambahan, air, atau cairan lain gizi berisiko tidak berhasil menyusui 2,26-

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 33


2,56 kali lebih besar dibandingkan ibu 4. Waktu dan Lokasi Penelitian
dengan gizi baik. Ibu hamil dengan Penelitian ini dilakukan bulan April–Mei
kenaikan BB lebih rendah dari BB yang 2017 di Puskesmas Gunung Sari
direkomendasikan mempunyai cadangan 5. Metode Pengumpulan dan
lemak rendah. Hal ini secara negatif akan Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan dalam
memengaruhi kemampuan ibu
penelitian ini adalah data primer, yaitu data
memproduksi ASI.[11]
tentang status gizi dan produksi ASI. Status
Berdasarkan latar belakang di atas,
gizi dinilai berdasarkan pengukuran LILA,
peneliti tertarik melakukan penelitian
segera setelah ibu melahirkan. Pengukuran
dengan judul “Hubungan Status Gizi Ibu
volume ASI dilakukan setiap pagi hari
Nifas dengan Produksi ASI”.
(pukul 06.00–12.00 WIB), sebanyak dua
B. METODE PENELITIAN kali, yaitu hari ke-4 dan ke-10, sebelum
1. Desain Penelitian bayi menyusu atau 2-3 jam setelah bayi
Penelitian ini merupakan penelitian menyusu guna mengembalikan produksi
kuantitatif menggunakan data primer. ASI pada volume sebelum disusukan ke
Penelitian ini menggunakan metode bayinya. Hasil memompa diukur
kuantitatif karena fokus dari penelitian menggunakan botol bayi dalam satuan ml.
Variabel umur akan dinilai segera setelah
ini adalah untuk mengetahui angka dari
bayi lahir atau sebelum ibu meninggalkan
LILA pada ibu masa nifas dengan
Puskesmas.
produksi ASI. Analisis data dilakukan untuk
2. Populasi dan Sampel Penelitian mengetahui perbedaan rata-rata volume
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
ASI antara responden dengan LILA <23,5
primipara di bulan April–Mei 2017 di
cm (berisiko) dan ≥23,5 cm (tidak berisiko).
Puskesmas Gunung Sari. Sampel dalam
Pengolahan data pada penelitian ini
penelitian ini adalah seluruh ibu primipara
dilakukan dengan menggunakan paket
di bulan April–Mei 2017 di Puskesmas
program SPSS meliputi analisis deskriptif
Gunung Sari, yang memenuhi kriteria
(analisis univariat) dan bivariat. Sebelum
sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
dilakukan analisis, terlebih dahulu
adalah Ibu primipara hari pertama,
dilakukan uji normalitas data pada data
melahirkan bayi aterm, tunggal, dan sehat,
berskala numerik (volume ASI hari ke-4
berat badan lahir bayi ≥2500 gram, dan
dan ke-10) untuk mengetahui apakah data
bersedia menjadi responden. Kriteria
berdistribusi normal atau tidak. Uji
eksklusi dalam penelitian ini adalah Ibu
normalitas data yang digunakan adalah uji
yang memiliki masalah pada payudara,
Shapiro-Wilk karena jumah sampel ≤50,
yaitu puting datar/tenggelam dan riwayat
dimana hasil uji normalitas volume ASI
operasi pada payudara, Ibu dan atau bayi
hari ke-4 diperoleh hasil p<0,05 yang
yang mengalami komplikasi berat dan
artinya data berdistribusi tidak normal dan
memerlukan perawatan, dan bayi yang
volume ASI hari ke-10 diperoleh hasil
mengalami kelainan kongenital.
p>0.05 yang artinya data berdistribusi
3. Variabel Penelitian
normal. Oleh karena itu, uji nonparametrik
Variabel bebas dalam penelitian ini
digunakan untuk menguji hubungan status
adalah status gizi yang dilihat dari hasil
gizi dengan produksi ASI hari ke-4, yaitu
pengukuran LILA dan variabel terikat
uji Mann-Whitney, sedangkan uji
dalam penelitian ini adalah produksi ASI
parametrik digunakan untuk menguji
yang dilihat dari volume ASI.

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 34


hubungan status gizi dengan produksi ASI hubungan antara LILA dengan produksi
hari ke-10, yaitu uji T tidak berpasangan. ASI hari ke-10.
6. Etika Penelitian 2. Diskusi
Penelitian ini berupaya memegang Variabel dalam penelitian ini adalah
teguh sikap ilmiah dan etika dalam status gizi yang diukur dari LILA dan
penelitian serta berusaha meminimalkan produksi ASI yang diukur dari volume ASI.
kerugian yang mungkin timbul dan LILA adalah ukuran lingkar lengan atas
memaksimalkan penelitian. responden yang diukur dengan pita ukur
dari Depkes dengan kriteria Tidak berisiko
C. HASIL DAN PEMBAHASAN KEK bila hasil pengkuran LILA <23,5 cm
1. Hasil Penelitian dan berisiko KEK bila ≥23,5cm.
Penelitian dengan judul “Hubungan Pengukuran LILA pada kelompok wanita
Status Gizi Ibu Nifas dengan Produksi usia subur (WUS) adalah salah satu cara
ASI”, diperoleh hasil sebagai berikut: deteksi dini yang mudah dan dapat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden dilaksanakan oleh masyarakat umum untuk
Berdasarkan Status Gizi Ibu Nifas
mengetahui status gizi, kelompok berisiko
No. Status Gizi (LILA) N %
1 Berisiko KEK 11 24,4 kekurangan energi kronis (KEK).
2 Tidak Berisiko KEK 34 75,6 Pengukuran LILA merupakan salah satu
pilihan untuk penentuan status gizi karena
Berdasarkan tabel di atas, sebagian mudah dilakukan dan tidak memerlukan
besar responden (75,6%) tidak berisiko alat-alat yang sulit diperoleh serta harganya
KEK. murah.[12].
Tabel 2. Median dan Rerata Volume ASI Hari Pengukuran volume ASI dilakukan hari
ke-4 dan ke-10
ke-4 dan ke-10. Pengukuran hari ke-4
No. Volume ASI Hasil
1. Volume ASI Hari Ke-4 disebabkan hormon progesteron menurun
Median (Minimum- 72 (15 – 336) 10 kali lipat pada 4 hari masa nifas.[13]
Maksimum) Kadar prolaktin ibu menyusui turun sekitar
2. Volume ASI Hari Ke- 50 persen pada minggu pertama
10 114,62 (67,71)
Rerata (S.B) 94,28 – 134,97 postpartum.[14] Hal ini memungkinkan
IK 95% kadar prolaktin yang memang sudah tinggi
Berdasarkan tabel di atas, median data pada akhir kehamilan memulai produksi
volume ASI hari ke-4 72 ml dan rerata ASI.[15]
volume ASI hari ke-10 114,62 ml. Pengukuran volume ASI hari ke-10
Hasil analisa statistik dengan uji Mann disebabkan puncak kadar prolaktin wanita
Whitney pada tingkat kepercayaan 95% pada 10 hari postpartum, dengan produksi
antara LILA dengan produksi ASI hari ke- ASI yang normal rata-rata 90 ng/ml,
4 menunjukkan hubungan yang tidak [14],[15] sedangkan pada wanita dengan
bermakna (p=0,579). Jadi tidak ada produksi ASI kurang rata-rata 46
hubungan antara LILA dengan produksi ng/ml.[16]
ASI hari ke-4. Hasil analisa statistik antara LILA
Hasil analisa statistik dengan uji T tidak dengan produksi ASI hari ke-4 dan ke-10
berpasangan pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan antara
antara LILA dengan produksi ASI hari ke- status gizi dengan produksi ASI. Hasil
10 menunjukkan hubungan yang tidak penelitian ini sejalan dengan penelitian lain
bermakna (p=0,375). Jadi, tidak ada dimana hasil analisa statistik dengan uji
Mann Whitney pada tingkat kepercayaan

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 35


95% antara LILA dengan kecukupan ASI Prolaktin menyebabkan dimulainya
menunjukkan hubungan yang tidak laktogenesis karena mengikat reseptor
bermakna (p=0,319). Menurut Johannes khusus pada permukaan membran sel epitel
(2005) menemukan bahwa tidak ada payudara. Reseptor ini terdiri dari domain
pengaruh antara status gizi ibu menyusui eksternal dan internal. Prolaktin
(LILA) terhadap eksklusifitas mengaktifkan reseptor secara berurutan
menyusui.[17] melalui penggabungan dua molekul yang
Hal ini disebabkan sebagian besar identik (homodimerisasi), yang
responden tidak berisiko KEK karena menyebabkan aktivasi Janus Kinasus 2
pengukuran LILA hanya ada 2 kategori (JAK2) terkait dengan domain kinase
sehingga responden yang mengalami sitoplasma. JAK2 merangsang Signal
kegemukan dan berat badan normal masuk Transducer and Activator of Transcription
dalam kategori tidak berisiko KEK. (STAT 5) sehingga menyebabkan
Hal ini juga dipengaruhi oleh usia proliferasi sel epitalium alveolus.[21] Di
kehamilan semua responden yakni ≥9 bulan samping prolaktin, Epidermal Growth
(100%). Usia kehamilan yang normal Factor (EGF) juga berperan dalam
berdampak pada berat badan lahir bayi, proliferasi sel.[22] Prolaktin juga
sehingga berpengaruh juga pada kekuatan merangsang beberapa asam amino untuk
menghisap bayi pada saat menyusu. sintesis protein susu (kasein dan α-
Penelitian menunjukkn ada hubungan berat laktalbumin) dan sintesis gula laktosa
bayi saat lahir dengan volume ASI. Hal ini sebagai lemak susu.[23]
berkaitan dengan kekuatan untuk Kadar prolaktin dalam darah
menghisap, frekuensi, dan lama penyusuan distimulasi oleh Prolactin Releasing
yang baik pada bayi dengan berat badan Hormon (PRH) dan kadarnya diturunkan
lahir normal. Berat bayi sangat erat oleh Prolactin Inhibiting Hormon (PIH),
berhubungan dengan kekuatan menghisap dopamin, dan peningkatan prolaktin dalam
saat menyusu.[18] darah. PIH mampu menurunkan kadar
Isapan bayi pada saat menyusu prolaktin hingga 10 kali lipat.[24] Dopamin
merangsang puting susu dan areola memainkan peran dominan dalam regulasi
payudara dimana akan merangsang ujung- sekresi prolaktin. Melalui efek langsung
ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai pada sel laktotrop hipofisis anterior,
reseptor mekanik. Rangsangan ini dopamin menghambat basally high-
dilanjutkan ke hipotalamus melalui medula secretory tone dari sel. Pengahambatan ini
spinalis dan mesensephalon, dan diakhiri dengan mengikat reseptor
menyebabkan lonjakan sekresi prolaktin dopamine 2 (D2) yang diekspresikan pada
sebesar 10–20 kali lipat yang berlangsung membran sel laktotrop, yang menghasilkan
kira-kira 1 jam. Hipotalamus akan menekan sebuah penurunan eksositosis prolaktin dan
pengeluaran faktor yang menghambat menghambat sinyal cyclic Adenosine
sekresi prolaktin dan sebaliknya Monophosphate/Protein Kinase A
merangsang pengeluaran faktor yang (cAMP/PKA) oleh adenilat siklase.[25]
memacu sekresi prolaktin.[19] Faktor yang Phosphodiesterase (PDE), enzim yang
memacu sekresi prolaktin akan merangsang mendegradasi cAMP dan mengatur kembali
hipofisis anterior sehingga melepaskan sinyal cAMP/PKA, mengontrol sinyal
prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel dopaminergik pada kedua saraf, yaitu
epitelial alveolar yang berfungsi untuk neuron striatopallidal dan striatonigral.
sekresi dan sintesis air susu.[20] PDE10A terutama mengatur Dopamine and

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 36


Cyclic Adenosiene 3’5’-monophosphate- menuju sirkulasi sistemik setelah stimulasi
regulated-phosphoprotein 32 kDa neuron magnoselular yang terletak didua
(DARPP-32) fosforilasi sehingga inti hipotalamus, yaitu paraventricular
menghambat phosphotase 1 (PP-1) dan nuclei (PVN) dan supraoptic nuclei
memengaruhi sinyal dopaminergik.[26,27] (SON).[35] Reseptor oksitosin dikodekan
Peningkatan kadar serum prolaktin 389-asam amino polipeptida dengan tujuh
meningkatkan sintesis dopamin oleh domain transmembran. Selain pada SON
hipotalamus dan konsentrasi dopamin pada dan PVN, reseptor oksitosin juga
portal hipotalamus-hipofisis darah.[28] ditemukan di daerah korteks, hipokampus,
Kadar prolaktin wanita pada 10 hari sistem limbik, ganglia basalis, medial
postpartum dengan produksi ASI yang preoptic area (MPOA), bulbus olfaktori,
normal rata-rata 90 ng/ml,[29,30] amigdala, dan batang otak.[36]
sedangkan pada wanita dengan produksi Saraf pusat histaminergik terlibat
ASI kurang rata-rata 46 ng/ml.[31] Setelah dalam kontrol sekresi oksitosin dalam
itu, menurun perlahan, tetapi tetap berbagai kondisi fisiologis termasuk pada
meningkat sampai 180 hari postpartum masa nifas dan menyusui. Konsentrasi yang
(44,3 ng/ml). Puncak konsentrasi prolaktin tinggi dari reseptor histamine (H1)
tertinggi kira-kira 45 menit setelah awal diidentifikasi dalam PVN dan SON.
sesi menyusui kemudian kembali ke level Histamin dalam PVN meningkatkan
sebelum rangsangan tiga jam pelepasan oksitosin baik sistemik dan
kemudian.[32] Konsentrasi prolaktin intranuklear. Peningkatan ini tergantung
tertinggi selama menyusui terdapat pada pada stimulasi reseptor histamin H1 dan H2
malam hari, dan terendah pada pagi hari, dan aktivasi dari reseptor α-noradrenergik.
karena mengikuti ritme sikardian.[29] Histamin merangsang pelepasan oksitosin
Wanita amenorea mempunyai tingkat dengan merangsang pelepasan
prolaktin yang lebih tinggi (kira-kira 110 norepinefrin. Oleh karen itu, penghambatan
ng/ml) dibandingkan wanita yang sintesis histamin atau pemberian antagonis
menstruasi sebelum 180 hari (kira-kira 70,1 reseptor H1 atau antagonis reseptor H2 atau
ng/ml).[33] Jika lonjakan prolaktin tidak antagonis adrenergik phentolamine akan
ada atau diblokir sebagai akibat dari mencegah pelepasan oksitosin karena
kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau isapan bayi.[37]
bila laktasi tidak dilakukan terus menerus Oksitosin yang dilepaskan ke sirkulasi
payudara kehilangan kemampuan untuk sistemik diangkut melalui aliran darah
menghasilkan susu dalam waktu 1 minggu menuju uterus yang dapat menimbulkan
atau lebih,[30] tetapi produksi susu dapat kontraksi pada uterus sehingga terjadi
terus untuk beberapa tahun jika anak terus involusi dari organ tersebut.[20] Oksitosin
mengisap, meskipun laju pembentukan yang sampai pada alveoli akan
susu biasanya menurun jauh setelah 7–9 memengaruhi sel mioepitalium dan
bulan.[34] menyebabkan kontraksi. Kontraksi dari sel
Bersamaan dengan pembentukan akan memeras air susu yang telah disintesis
prolaktin oleh adenohipofise, rangsangan keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
yang berasal dari isapan bayi ada yang duktulus. Hal ini menyebabkan
dilanjutkan ke neurohipofisis (hipofisis peningkatan tekanan intraduktal, terjadinya
posterior) yang kemudian dikeluarkan pelebaran duktus, dan akibatnya terjadi
oksitosin.[19] Oksitosin dilepaskan dari peningkatan laju aliran air susu melalui
terminal neurosecretory di neurohipofisis duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 37


Dalam waktu 30 detik sampai 1 menit [3] Kementerian Kesehatan RI. Profil
setelah bayi mengisap payudara air susu Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta:
mulai mengalir. Proses ini dikenal sebagai Kementerian Kesehatan Republik
reflek let-down atau pengeluaran air Indonesia. 2014.
susu.[38] [4] Mihrshahi S, Oddy WH, Peat JK, Kabir
I. Association between infant feeding
D. KESIMPULAN patterns and diarrhoeal and respiratory
Hasil analisis antara status gizi dan illness: a cohort study in Chittagong,
produksi ASI menunjukkan tidak ada Bangladesh. Int Breastfeed J.
hubungan antara status gizi dan produksi 2008;3(1):23-8.
ASI. Hal ini disebabkan sebagian besar [5] UNICEF. Improving Exclusive Breast
responden tidak berisiko KEK karena Feeding Practices by using
pengukuran LILA hanya ada 2 kategori Communication for Development in
sehingga responden yang mengalami Infant and young Child Feeding
kegemukan dan berat badan normal masuk Programs. 2010.
dalam kategori tidak berisiko KEK. Hal ini [6] World Health Organization. Global
juga dipengaruhi oleh usia kehamilan health risks: mortality and burden of
semua responden yakni ≥9 bulan (100%). disease attributable to selected major
Usia kehamilan yang normal berdampak risks: World Health Organization;
pada berat badan lahir bayi, sehingga 2009.
berpengaruh juga pada kekuatan menghisap [7] Mekuria G, Edris M. Exclusive
bayi pada saat menyusu. Oleh karena itu, breastfeeding and associated factors
ibu nifas dianjurkan untuk menyusui among mothers in Debre Markos,
dengan cara yang benar dan setiap dua jam Northwest Ethiopia: a cross-sectional
sebagai upaya meningkatkan produksi ASI. study. International breastfeeding
journal. 2015;10(1):1-7.
E. UCAPAN TERIMA KASIH [8] Scott J, Colin W. Breastfeeding:
Ucapan terima kasih kami sampaikan reasons for starting, reasons for
kepada responden yang telah membantu stopping and problems along the way.
dalam penelitian dan staf Puskesmas Breastfeeding Review. 2002;10(2):13.
Gunung Sari atas bantuan dan [9] Sa'roni, Sadjiman T, Sja'bani M,
kerjasamanya yang sangat baik kepada Zulaela Z. Effectiveness of the
kami selama penelitian. Sauropus androgynus (l.) Merr leaf
extract in increasing mother's breast
DAFTAR PUSTAKA milk production. Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. 2004;14(3
[1] Kementerian Kesehat RI. Survei Sept).
Demografi dan Kesehatan Indonesia [10] Badan Penelitian dan
(SDKI) 2012. Jakarta: Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Kemenks
dan Pengembangan Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Kementerian RI. 2012. Kemenkes RI: 2013
[2] Badan Perencanaan Pembangunan [11] Irawati A, Triwinarto A, Salimar S,
Nasional. Laporan Pencapaian Tujuan Raswanti I. Pengaruh status gizi ibu
Pembangunan Millenium di Indonesia. selama kehamilan dan menyusui
ISBN 978-979-3764-64-1, 2011. terhadap keberhasilan pemberian air
susu ibu. Penelitian Gizi dan Makanan

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 38


(The Journal of Nutrition and Food Physiological reviews.
Research). 2003;26(2). 2000;80(4):1523-631.
[12] Supariasa, I.D.N. 2002. Penilaian [24] Waugh A, Grant A. Ross & Wilson
Status Gizi. Jakarta: EGC. anatomy and physiology in health and
[13] Corwin, EJ. Buku Saku illness: Elsevier Health Sciences; 2014.
Patofisiologi (Handbook of [25] Fitzgerald P, Dinan TG. Prolactin
pathophysiologi). Jakarta: EGC; 2001. and dopamine: what is the connection?
[14] Tyson J, Hwang P, Guyda H, A review article. Journal of
Friesen H. Studies of prolactin Psychopharmacology. 2008;22(2
secretion in human pregnancy. Am J suppl):12-9.
Obstet Gynecol. 1972;113(1):14-20. [26] Nishi A, Kuroiwa M, Miller DB,
[15] Riordan J, Wambach K. O'Callaghan JP, Bateup HS, Shuto T, et
Breastfeeding and human lactation: al. Distinct roles of PDE4 and PDE10A
Jones & Bartlett Learning; 2005. in the regulation of cAMP/PKA
[16] Anderson PO, Valdés V. A critical signaling in the striatum. The Journal of
review of pharmaceutical Neuroscience. 2008;28(42):10460-71.
galactagogues. Breastfeeding [27] Nishi A, Kuroiwa M, Shuto T.
Medicine. 2007;2(4):229-42. Mechanisms for the modulation of
[17] Pujiastuti, N. Korelasi Antara dopamine D1 receptor signaling in
Status Gizi Ibu Menyusui Dengan striatal neurons. Frontiers in
Kecukupan Asi Di Posyandu Desa neuroanatomy. 2011;5.
Karang Kedawang Kecamatan Sooko [28] Freeman ME, Kanyicska B, Lerant
Kabupaten Mojokerto. Jurnal A, Nagy G. Prolactin: structure,
Keperawatan, ISSN: 2086-3071 function, and regulation of secretion.
[18] Haryono R dan Setianingsih S. Physiological reviews.
2014. Manfaat ASI Eksklusif Untuk 2000;80(4):1523-631.
Buah Hati Anda. Yogyakarta: Gosyen [29] Riordan J, Wambach K.
Publishing. Breastfeeding and human lactation:
[19] Soetjiningsih. Seri Gizi Klinik ASI Jones & Bartlett Learning; 2005.
Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. [30] Tyson J, Hwang P, Guyda H,
Jakarta: EGC; 1997. Friesen H. Studies of prolactin
[20] Corwin, EJ. Buku Saku secretion in human pregnancy. Am J
Patofisiologi (Handbook of Obstet Gynecol. 1972;113(1):14-20.
pathophysiologi). Jakarta: EGC; 2001. [31] Anderson PO, Valdés V. A critical
[21] Bachelot A, Binart N. review of pharmaceutical
Reproductive role of prolactin. galactagogues. Breastfeeding
Reproduction. 2007;133(2):361-9. Medicine. 2007;2(4):229-42.
[22] Penagos Tabares F, Bedoya [32] Noel GL, Suh HK, Frantz AG.
Jaramillo JV, Ruiz-Cortés ZT. Prolactin Release During Nursing and
Pharmacological overview of Breast Stimulation in Postpartum and
galactogogues. Veterinary medicine Nonpostpartum Subjects 1. The Journal
international. 2014;2014. of Clinical Endocrinology &
[23] Freeman ME, Kanyicska B, Lerant Metabolism. 1974;38(3):413-23.
A, Nagy G. Prolactin: structure, [33] Battin DA, Marrs RP, Fleiss PM,
function, and regulation of secretion. Mishell JR. Effect of suckling on serum
prolactin, luteinizing hormone, follicle-

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 39


stimulating hormone, and estradiol contributions to behavioral disorders.
during prolonged lactation. Obstetrics CNS neuroscience & therapeutics.
& Gynecology. 1985;65(6):785-8. 2010;16(3):e92-e123.
[34] Guyton AC, Hall JE. Texbook of [37] Vacher CM, Frétier P, Créminon C,
medical physiology. Elsevier; 2006. Calas A, Hardin-Pouzet H. Activation
[35] Bealer SL, Crowley WR. by serotonin and noradrenaline of
Stimulation of Central and Systemic vasopressin and oxytocin expression in
Oxytocin Release by Histamine in the the mouse paraventricular and
Paraventricular Hypothalamic Nucleus: supraoptic nuclei. The Journal of
Evidence for an Interaction with neuroscience. 2002;22(5):1513-22.
Norepinephrine 1. Endocrinology. [38] Geddes DT. Inside the lactating
1999;140(3):1158-64. breast: the latest anatomy research.
[36] Baskerville TA, Douglas AJ. Journal of Midwifery & Women’s
Dopamine and oxytocin interactions Health. 2007;52(6):556-63.
underlying behaviors: potential

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda ,Volume 6, Nomor 2 Desember 2018 Halaman 40

Anda mungkin juga menyukai