PROPOSAL PENELITIAN
Disusun oleh :
ANZAR FADILLAH
NIM. C1514201006
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Angka Kematian Balita (AKAB) di dunia saat ini menurut badan PBB
setengah persen sejak 1990. Turun dari 90 menjadi 46 kematian per seribu
hampir 10 juta kematian terjadi setiap tahunnya pada anak-anak yang berumur
angka kematian dan kesakitan. SDGs tidak lain merupakan kelanjutan dari
kesehatan ibu dan anak (KIA) dengan indikator pada kematian di negara maju,
negara berkembang dan negara miskin (Hoelman, 2015). Sebanyak 6,5 juta
Seperti kurang gizi, diare, malaria, pneumonia, dan penyakit lainnya (Chopra.
2014).
Indonesia mencapai 6,7% yang terjadi pada kelompok usia kurang dari dua
tahun (Kemenkes RI. (2013). Prevalensi diare pada balita untuk Provinsi Jawa
2
menunjukkan bahwa kasus diare pada balita di Provinsi Jawa Barat masih
tetap tinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya seperti Jawa tengah yang
mencapai 3,3% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2012. Adapun data
kejadian diare pada pada tahun 2012 sebesar 8,4% dari 654,595 balita dan
sebanyak mencapai 4,179 kasus diantaranya terjadi pada usia kurang dari 2
menjadi lembek atau cair, dengan atau tanpa lendir dalam tinja (Smlestzer,
2009). Adanya kejadian diare pada balita dapat disebabkan karena kesalahan
pemberian makanan. Kesalahan ini dapat berupa bayi yang diberi makanan
selain ASI pada usianya yang baru 4 bulan atau adanya praktek pemberian
makan bayi dengan susu formula atau replacement feeding (WHO, 2009).
ASI bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai suatu cairan
yang terdiri dari sel hidup seperti sel darah putih dan mengandung antibodi,
bakteri dan virus, sedangkan susu formula adalah cairan yang berisi zat mati,
yang di dalamnya tidak ada sel hidup seperti pada ASI Bayi ASI eksklusif
ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi
yang tidak mendapat ASI eksklusif karena di dalam ASI terdapat kolostrum
3
yang berfungsi sebagai zat kekebalan. Kolostrum ini akan melindungi bayi
menemukan bahwa sebagian besar bayi usia 0-5 bulan 29 hari yang masih
mendapat ASI secara ekslsusif. Sebagian besar bayi pernah mengalami diare.
Analisis chi square mendapatkan ada hubungan antara pemberian ASI dengan
kejadian diare. Kemudian penelitian Sari (2016) dan Wijayanti (2010) dalam
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya pada tahun 2018
data di Puskesmas Kawalu pada tahun 2018 kasus kejadian diare pada balita
mencapai 532 kasus (22,01%) dari 2.417 balita. Dari jumlah balita diare,
kelompok usia 0-5 bulan sebanyak 130 kasus, usia 6-12 bulan mencapai 112
kasus dan usia 12-59 bulan mencapai 290 kasus. Dan pada periode Januari
rendah dan belum mencapai target dimana pada tahun 2018 mencapai 76,6%
dari target yang ditetapkan sebesar 80%. Prevalensi tertinggi kedua adalah di
Puskesmas Indihiang dimana pada tahun 2018 kasus diare mencapai 440
orang ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan diperoleh informasi bahwa
ASI tanpa makanan tambahan lain selama 6 bulan kepada bayinya, dari
telah diberikan susu formula dan makanan lain sebelum usia 6 bulan, dari
B. Rumusan Masalah
kali dalam sehari), peningkatan jumlah feses. Adanya kejadian diare pada
dapat berupa bayi yang diberi makanan selain ASI. Penelitian terkait dengan
berbedaan kejadian diare pada bayi yang diberi ASI eksklusif maupun non
eksklusif belum banyak dilakukan. Oleh karena itu rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian diare pada bayi usia 7-12 bulan di Puskesmas Kawalu Kota
Tasikmalaya.
5
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
b. Diketahuinya kejadian diare pada bayi usia 7-12 bulan di Puskesmas Kawalu
Kota Tasikmalaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
3. Bagi Puskesmas
5. Peneliti selanjutnya
lebih luas.
7
BAB II
TINJAUAN TOERI
A. ASI Ekslsuif
1. Pengertian ASI
bayi, karena air susu ibu adalah makanan bayi yang paling penting
(natural) dan sumber utama kehidupan, karena air susu ibu adalah
bayinya dan juga merupakan sumber gizi utama bayi dan untuk menjamin
ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa makanan
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih,
dan tanpa bantuan bahan makanan padat seperti pisang, pepaya, nasi yang
7
8
dilembutkan, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan lain sebagainya.
makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6
yang dimaksud dengan ASI eksklusif adalah makanan terbaik bagi bayi
kehamilan hingga 2-4 hari setelah bayi lahir. Cairan tersebut sifatnya
sampai hari kesepuluh masa laktasi pada masa ini kadar protein pada
c. Stadium III yaitu ASI matur, merupakan ASI yang disekresi pada hari
Manfaat dari ASI dapat dirasakan oleh ibu, bayi, masyarakat dan bahkan
oleh negara.
lebih baik.
10
jika ASI tidak digunakan akan diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi
ASI dalam payudara tidak pernah basi dan tidak perlu memerah,
sebagai komposisi yang lengkap, bersih dan tidak basi. Air susu
Bila bayi diberi ASI, ibu tidak perlu mempersiapkan alat – alat dan
membeli susu formula. ASI selalu tersedia dan ketika bayi ingin
11
botol.
susu formula lebih mudah atau praktis dari pada ASI. Pernyataan
ini merupakan pernyataan negatif artinya salah jika bayi usia 0-6
pernyataan tersebut.
Otak bayi membesar dua kali lipat dalam tahun pertama kehidupan,
sel-sel otak yang banyaknya 14 miliar sel tidak bisa tumbuh dan
protein, laktosa, dan lemak lainnya yang merupakan zat yang dapat
dan DHA dalam bentuk jadi seperti yang terapat dalam ASI.
12
otak bayi tidak ada selain ASI eksklusif yang mengandung zat-zat
kandungan omega 3. Selain zat penting bagi otak dan mata, omega
tahap awal usia bayi yang dengannya otak dan saraf berkembang
optimal.
tahan tubuh maka dapat diatasi apabila bayi tersebut di beri ASI.
dikeluarkan oleh mulut bayi ketika menyusu dan tidak ada ruang
masuknya zat asing ke dalam tubuh. Alergi sering terjadi pada bayi
kondisi bayi. Bayi yang diberi ASI terhindar dari alregi karena ASI
rasa aman padanya sehingga kelak bayi akan memiliki emosi yang
menuju sumber daya manusia yang baik dan lebih mudah untuk
c. Bagi keluarga
1) Aspek Ekonomi
berobat.
2) Aspek Psikologis
3) Aspek Kemudahan
dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak,
berikut :
sebagai kayu bakar untuk merebus air, susu dan peralatannya, serta
dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek
kehamilan.
a. Aspek Gizi
1) Manfaat Kolostrum
diserap.
linoleat).
b. Aspek Imunologik
saluran pencernaan.
4) Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan
salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih
5) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000
payudara ibu.
c. Aspek Psikologik
3) Pengaruh kontak langsung ibu dan bayi : ikatan kasih sayang ibu-
to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi
d. Aspek Kecerdasan
1) Interaksi ibu dan bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat
memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6
point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi pada
usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
e. Aspek Neurologis
dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
f. Aspek Ekonomis
1. Pengertian
ditandai dengan frekuensi buang air lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak, konsistensi feces encer dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Selanjutnya
menurut Depkes RI (2008) disebutkan bahwa diare adalah buang air besar
frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau sering dalam
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja
yang sama yaitu “feces cair” dan frekuensi” sehingga kata feces cair dan
frekuensi dari proses buang air besar merupakan suatu ciri dari adanya
2. Manifestasi klinis
gangguan syaraf. Gejala dari penyakit diare seperti konsistensi tinja cair,
mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama
21
defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi asam
akibat banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak
a. Dehidrasi
Tabel 2.1
Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan
berikut:
Tabel 2.2
Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis
Penilaian A B C
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum seperti Haus, ingin Malas minum,
biasa minum banyak tidak bisa minum
Periksa:Turgor Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
kulit lambat
22
c. Hipoglikemia
jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah
koma.
d. Gangguan gizi
e. Gangguan sirkulasi
faktor, yaitu :
a. Faktor infeksi
glaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah
intoleransi laktosa.
4. Epidemiologi
1) Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh (6 bulan) pada
pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko diare
25
menderita diare lebih biesar dari pada bayi yang diberi ASI penuh
disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makan akan tercemar dan
5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah buang
diare.
26
tubuh penderita.
4) Imunodefisiensi/imunosopresi
berat, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak patogen dan
golongan balita.
yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka
5. Pencegahan diare
Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
disebut disusui secara penuh. Bayi harus disusui secara penuh sampai
menyapih).
secara penuh pada bayi baru lahir mempunyai daya lindung 4 kali
lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai susu
botol. Flora usus pada bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri
penyebab diare. Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6
lebih jarang terkena diare karena adanya zat protektif saluran cerna
serta limfosit T dan B. Zat protektif ini berfungsi sebagai daya tahan
tubuh imunologik terhadap zat asing yang masuk dalam tubuh. Hal ini
tidak. Selain itu jumlah bayi yang pernah menderita diare lebih sedikit
dibandingkan yang tidak pernah. Dari uji statistik didapatkan pula nilai
kejadian diare akut pada bayi usia 0-1 tahun di Puskesmas Kuranji
Kota Padang.
b. Makanan pendamping
makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali sehari, pemberian ASI
kepada anak.
c. Mencuci tangan
anak harus dilatih membasuh tangan dengan sabun sesudah buang air
30
Barat, 2008).
imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu, anak
bersih.
2) Jamban
3) Pembuangan sampah
4) Pembuangan limbah
BAB III
A. Kerangka Konsep
Air susu ibu (merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena
Bayi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif karena di dalam
ASI terdapat kolostrum yang berfungsi sebagai zat kekebalan. Kolostrum ini
Ada Hubungan
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
B. Hipotesis
Terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi
33
34
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat,
dimana data variabel tersebut diperoleh secara bersamaan dan objek dikaji
hanya satu kali. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2010) yang mengatakan
(independent) dan variabel terikat (dependent) hanya satu kali pada satu saat.
1. Populasi
2011:78). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2012 : 116) sampel adalah bagian dari jumlah dan
dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan
35
36
3. Sampling
Keterangan :
n = jumlah sampel
2
n=Z a ¿¿
a (1− )
2
2
n=1.96 ¿¿
1.96 2 0.7148+0.7148
n=
0.12
1.962 .0,3496
¿
0.12
3.8416.0,3496
¿
0,01
1.343023
¿
0,01
= 134.3 dibulatkan menjadi 134
37
a. Ibu yang memiliki anak tidak menderita penyakit lain selain diare
2019.
pelaksanaan penelitian
Pada tahap ini data dientri dan dianalisis lalu diinterpretasikan dalam
D. Etika Penelitian
1. Self determination
2. Privacy
yang disampaikan responden melalui isian kuesioner yang telah diisi oleh
responden.
peneliti yaitu data yang sifatnya rahasia tidak akan dipublikasikan secara
4. Fair treatment
membeda-bedakan status sosial, suku bangsa, agama, dan ras, serta tidak
responden dan menjaga dampak buruk dan akibat lain yang ditimbulkan
dari penelitian ini, yaitu memperhatikan waktu yang tepat dengan cara
E. Instrumen
40
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuesioner karena
jenis data digunakan adalah data primer. Kuesioner tersebut dibuat oleh
1. Pengolahan Data
a. Editing Data
b. Coding Data
diberi skor 0, dan apabila Tidak diberi nilai 1. Demikian pula dengan
diberi skor 0.
c. Entry Data
41
komputerisasi.
d. Tabulating Data
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis data yang akan digunakan adalah analisis univariat dimana hasil
sampel berdasarkan kasus (n) dibagi jumlah seluruh kasus (N) dikalikan
n
F= x 100%
N
Keterangan :
F = Frekuensi
N = Jumlah sampel
2. Analisis Bivariat
42
( O−E )2
X =∑
2
E
Keterangan:
X2 = Chi-square
O = Nilai Observasi
hasil uji statistik p < 0.05 artinya ada hubungan yang bermakna antara
variabel bebas dan terikat, namun apabila p > 0.05 maka tidak ada
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, (2010). Peningkatan Gizi Balita dalam Pencegahan Diare pada Balita,
http://apotik-online.com diakses pada tanggal 3 September 2018.
Depkes RI. (2011). Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui. Available From:
http://www.depkes.go.id diakses 5 Januari tahun 2017
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. (2018). Pedoman Hidup Sehat. Dinkes :
Bandung.
Laksono Kodrat, (2010). Dahsyatnya ASI & Laktasi. Yogyakarta: Media Baca
Rusli (2013) Inisiasi Menyusu Dint Untuk Awali ASI Eksklusif. Dikutip dari
www.republika-newsroom.com
Sari (2016). Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Diare Pada
Bayi Umur 6 - 12 bulan di BPS Suratni Bantul. Fakultas Ilmu Kesehatan