Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM

MENYENDAWAKAN BAYI TERHADAP KEJADIAN


REGURGITASI/GUMOH PADA
BAYI USIA 0 – 6 BULAN

PROPOSAL PENGAMBILAN DATA AWAL PENELITIAN

Untuk Memenuhi Data Latar Belakang Tugas Akhir

Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan

Oleh:

Intan Kusuma Wardhani

135070601111034

PROGRAM STUDI ILMU KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi memiliki sistem tubuh yang belum sempurna seperti sistem

pernafasan, sistem pencernaan, sistem peredarahan darah, sistem

pengaturan suhu, dan sistem gastrointestinal (Sodikin, 2011). Sistem

pencernaan bayi baru lahir terdiri dari suatu sistem yang rumit dan fungsi

yang belum sempurna. Mulut bayi masih pendek, licin, dan mempunyai

palatum mole yang relatif panjang. Lidah tampak besar dalam rongga mulut,

yang memungkinkan susu mengalir kembali ke faring dan fungsi sfingter

esofagus bawah yang belum sempurna (Behrman, 1992). Susu yang

mengalir biasa dari mulut tanpa disertai kontraksi dari otot perut, dalam

dikenal dengan istilah gumoh (Depkes RI, 2007).

Gumoh terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir ke bawah, bisa sedikit

seperti meludah atau kadang-kadang cukup banyak, cairan yang keluar

biasanya berupa ASI dengan volume yang tidak terlalu banyak di bawah

10cc (Istianto, 2013). Gumoh bersifat pasif dan spontan yang artinya, tidak

ada usaha bayi untuk mengeluarkan atau memuntahkan makanan atau

minumannya (Dwienda, 2014).

Perlu dipahami bahwa gumoh berbeda dengan muntah, muntah

adalah keluarnya isi lambung dalam jumlah yang banyak dan diawali dengan

rasa mual dan rasa penuh di perut, dan disertai dengan kekuatan (kontraksi

lambung), muntah minimal terjadi pada bayi berusia di atas 2 bulan, volume

cairan yang dikeluarkan cukup banyak di atas 10cc. Muntah biasanya

disebabkan karena adanya kelainan pada sistem pencernaan, warna cairan

yang dikeluarkan biasanya kehijau-hijauan, selain itu muntah juga bisa

disebabkan karena adanya luka atau infeksi di tenggorokan, biasanya cairan


yang keluar diikuti dengan keluarnya bercak-bercak darah (Dwienda, 2014).

Sedangkan gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah

ditelan melalui mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu

dan dalam jumlah sedikit (Depkes RI, 2007).

Gumoh terjadi saat ASI dan asam lambung dari perut kembali menuju

esophagus. Pada umumnya gumoh terjadi karena pasokan ASI atau aliran

ASI yang terlalu deras, kepekaan terhadap makanan atau bahkan mungkin

ada masalah perut. Gumoh biasanya terjadi setelah bayi menyusui, akan

tetapi dapat juga terjadi 1-2 jam setelah menyusu (Widyastuti, 2012).

Gumoh adalah bentuk dari gastroesophageal refluk (GER) yang terjadi

pada bayi. GER adalah kembalinya isi lambung ke dalam esophagus secara

involunter tanpa adanya usaha dari bayi untuk mengeluarkannya

(Bernandus, 2012).

Data di luar negeri menyebutkan 40-60% bayi sehat berumur 4 bulan

mengalami regurgitasi sedikitnya satu kali setiap hari dengan volume

regurgitasi lebih 5 ml. Frekuensi dan volume regurgitasi berhubungan

dengan ketidaknyamanan bayi (Putra, 2006). Catatan Depkes pada tahun

2010 sekitar 70% bayi berumur dibawah 4 bulan mengalami gumoh minimal

1 kali dalam sehari dan akan berkurang seiring bertambahnya usia 8- 10%

pada umur 9-12 bulan dan 5% pada umur 18 bulan. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Hegar, dkk. (2013), Gumoh banyak terjadi pada usia bayi 0-3

bulan, frekuensinya kadang-kadang mencapai 1 sampai 4 kali dalam sehari.

Sebanyak 25% bayi mengalami gumoh lebih dari 4 kali dalam sehari selama

3 bulan pertama. Gumoh akan menjadi gejala patologis apabila frekuensinya

lebih dari 2 kali sehari selama lebih dari 2 hari/minggu. Pada gejala gumoh

yang patologi juga ditemukan adanya penurunan berat badan (Mohan,


2002). Selain itu bayi juga akan sering menangis, tidak mau makan atau

disfagia dan adanya gangguan pernapasan (Hegar, 2013).

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gumoh pada

bayi, diantaranya disebabkan karena ASI atau susu yang diberikan melebihi

kapasitas lambung bayi, posisi saat menyusui, bayi yang terlalu aktif, klep

penutup lambung dan tarikan peristaltik pada lambung masih belum

sempurna. Bayi akan lebih jarang mengalami gumoh saat disusui dengan

posisi yang lebih tegak, sehingga ASI tidak mengalir kembali dengan

mudah. Menyendawakan bayi sesaat setelah menyusui dan memberikan

ASI sedikit-sedikit tapi sering, biasanya dapat membantu mengatasi atau

mencegah terjadinya gumoh (Widyastuti, 2012). Hasil penelitian oleh

Mellinda (2012) bahwa praktik mencegah regurgitasi sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan adalah buruk (48%). Ibu menunjukkan cara

menangani dan mencegah regurgitasi belum benar. Dari hasil wawancara

yang dilakukan pada 6 orang ibu hanya ada satu orang ibu yang cara

menyusui seluruhnya benar dan 6 ibu cara menangani regurgitasi masih ada

yang belum benar seperti memiringkan seluruh badan bayi saat 3 bayi

mengalami regurgitasi.

Banyak orang tua yang sering mengabaikan gumoh pada anaknya.

Selain itu, tingkat pengetahuan ibu terhadap gumoh dan cara

penanganannya sangatlah minim, kebanyakan orangtua sering tidak terlalu

menganggap serius pada bayi yang sering mengalami gumoh. Padahal

frekuensi gumoh yang berlebihan atau lebih dari 4 kali dalam sehari akan

menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan

bayi (Bernandus, 2012).


Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang “Pengaruh tingkat pengetahuan ibu dalam menyendawakan bayi

terhadap kejadian regurgitasi/gumoh pada bayi usia 0-6 bulan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Untuk melakukan penelitian tersebut, diperlukan data umum mengenai

jumlah kelompok ibu yang dapat menyendawakan bayi usia 0-6 bulan dan

jumlah bayi usia 0-6 bulan yang mengalami gumoh di Dinas Kesehatan

Kabupaten Malang, sehingga peneliti dapat memilih atau menentukan

tempat penelitian yang sesuai.

1.3 Ruang Lingkup

Ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dan bayi berusia 0-6 bulan di wilayah

yang telah ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Malang sebagai

tempat penelitian, dan juga memenuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi.

1.4 Metode Penelitian

Desain penelitian yang akan dilakukan adalah metode cross sectional.

Dengan populasi penelitian yaitu ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan, dan

bayi yang berusia 0-6 bulan yang berada di daerah dengan presentase

tertinggi se Kabupaten Malang. Sampel penelitian ini adalah ibu yang

memiliki bayi usia 0-6 bulan, dan bayi yang berusia 0-6 bulan ibu nifas yang

memenuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi yang akan dijelaskan lebih

lanjut. Selanjutnya akan dilakukan wawancara pada ibu mengenai tingkat

pengetahuan ibu dalam menyendawakan bayi dan mengenai gumoh pada

bayinya. Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner tentang

pengetahuan ibu dalam menyendawakan bayi terhadap kejadian gumoh.


1.5 Nama Lokasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Malang yang selanjutnya akan memilih atau

menentukan tempat yang direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Malang untuk dijadikan tempat penelitian.

1.6 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2016. Maret-April

2016 pengambilan data awal penelitian dan Mei-Juli 2016 pengambilan data

penelitian.

1.7 Sasaran/Target Penelitian

Ibu yang dapat menyendawakan bayi usia 0-6 bulan dan bayi berusia 0-6

bulan yang mengalami gumoh yang bearada di wilayah sesuai rekomendasi

dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.

1.8 Hasil yang Diharapkan

Mendapatkan tempat rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malang

untuk tempat penelitian. Serta mendapatkan gambaran data mengenai :

1. Data jumlah ibu yang dapat menyendawakan bayi usia 0-6 bulan dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Malang

2. Data jumlah bayi yang mengalami gumoh pada usia 0-6 bulan dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Malang

3. Data wilayah/daerah yang memiliki jumlah ibu yang dapat menyendawakan

bayi usia 0-6 bulan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malang

4. Data wilayah/daerah yang memiliki jumlah bayi yang mengalami gumoh

pada usia 0-6 bulan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malang

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan setiap tenaga kesehatan

dapat mengajarkan ibu cara menyendawakan bayi usia 0-6 bulan sehingga

dapat mencegah terjadinya gumoh pada bayi usia 0-6 bulan.

Anda mungkin juga menyukai