Oleh:
Pembimbing Akademik
Journal Reading
Oleh:
Pembimbing Akademik
Mengetahui,
1
BAB I
ISI JURNAL
A. Judul Jurnal
B. Abstrak Jurnal
Regurgitasi (gumoh) yaitu mengalirnya isi lambung (ASI) ke
terjadi ≥4x dalam sehari maka bayi akan mengalami resiko kekurangan berat
badan karena nutrisi yang seharusnya diserap oleh tubuh sudah keluar lagi.
pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Pejawaran Banjarnegara.
sehari) tidak ada (0%) dan tidak normal (≥4x sehari) sebanyak 20 responden
2
sendawa pada bayi dengan kategori normal 13 responden (65%) dan tidak
normal 7 responden (35%). Hasil uji Wilcoxon Match Pairs Test diperoleh nilai
sendawa terhadap frekuensi regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah
C. Pendahuluan/Latar Belakang/Tujuan
Bayi usia 0-6 bulan memiliki fungsi sistem tubuh yang belum sempurna
(Mellinda & Ardani, 2012). Pada sistem pencernaan, bayi muda memiliki
mulut yang pendek, palatum mole yang relatif panjang dan fungsi sfingter
biasanya terjadi pada bayi di bawah usia 6 bulan tanpa adanya upaya yang kuat
(Sukrita, 2017).
otot yang mempererat ruang untuk menuju perut pada bayi belum kuat. Otot
2017).
3
Menurut Sodikin (2012) cit (Delima, Kartina, & Rosya, 2018)seiring
9-12 bulan dan sekitar 5% pada usia 18 bulan. Menurut Hegar (2013) tercatat
bahwa 80% bayi berumur 1 bulan mengalami regurgitasi setiap harinya paling
sedikit 1x, pada umur 6 bulan menjadi 40-50%, dan menurun secara bertahap
hingga mencapai 3-5% pada umur12 bulan. Sebanyak 25% orangtua bayi
terjadi pada saat makan dan minum saja akan tetapi pada saat beraktifitas dan
Ardani, 2012). Bayi akan rewel, menangis dan kesulitan untuk tidur karena di
dalam perut bayi terdapat udara yang seharusnya dikeluarkan tetapi tidak,
sehingga bayi merasa tidak nyaman (Orami, 2017). Dalam satu hari sejak baru
lahir, bayi membutuhkan ASI sebanyak 10-20 ml dan akan meningkat pada
saat bayi berusia 12 bulan menjadi 200-300 ml (Fikawati, Syafiq, & Karima,
2015). Apabila bayi mengalami regurgitasi empat kali atau lebih dalam satu
sempat diserap oleh tubuh bayi sudah keluar menyebabkan kebutuhan nutrisi
bayi belum tercukupi, maka kemungkinan asupan gizi pada bayi berkurang,
4
bayi mengalami regurgitasi sebanyak <4 kali dalam sehari (Aydoğa et.al.,
2014). Resiko yang paling berat yaitu apabila isi lambung atau cairan yang
perawat berperan aktif dalam mempersiapkan ibu untuk merawat bayi ketika di
menyusui yang baik dan cara menyendawakan bayi setelah menyusui untuk
gumoh yaitu usia bayi, bayi mengalami kekenyangan, banyaknya udara yang
masuk ketika minum susu, bayi tidak disendawakan ketika selesai menyusu,
posisi tidur dan tingkat pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang kurang
tepat (Sukrita, 2017). Sewaktu menyusu, bayi akan menelan udara secara tidak
sengaja. Udara yang tertelan akan mendorong sebagian makan yang terdapat
5
terus menangis dan dapat menyebebkan bayi kesulitan tidur (Orami, 2017).
Udara yang terdapat dalam saluran makan dapat dikeluarkan melalui proses
sendawa. Dapat dilakukan dengan teknik Over Your Shoulder yaitu dengan
cara meletakkan bayi di pundak ibu atau ditelungkupkan di dada ibu, lalu
sendawa daripada teknik sittingon your lap. Menurut Sukrita (2017) bayi
apabila ibu menyusui setiap 3 jam sesuai dengan langkah-langkah yang tepat
dari regurgitasi.
D. Metodologi
(kontrol). Pada desain ini dilakukan observasi sebanyak dua kali yaitu pada
6
saat sebelum perlakuan pelaksanaan sendawa (pre test) dan observasi yang
ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Pejawaran Banjarnegara.
perbedaan antara mean pretest dan posttest. Dengan demikian peneliti dapat
melihat perbedaan nilai antara pretest dan posttest. Dalam pelaksanaan uji
wilcoxon, analisis data dilakukan dengan program SPSS. Apabila hasil analisis
uji statistik diperoleh nilai signifikansi (p) 0,05 maka hipotesis alternatif (Ha)
7
pelaksanaan menyendawakan bayi terhadap frekuensi regurgitasi pada bayi
tidak normal (≥4 x sehari) yaitu pada usia 0-3 bulan yaitu sebanyak 19
bayi (95%) selanjutnya pada usia >3 bulan sebanyak 1 bayi (5%). Peneliti
tidak menemukan responden dengan bayi usia 5 dan 6 bulan pada saat
dikemukakan oleh Fikawati,dkk (2015) yaitu pada saat baru lahir, bayi
belum memiliki fungsi sistem tubuh yang sempurna, salah satunya yaitu
salah satu penyebab terjadinya frekuensi regurgitasi pada bayi yang tidak
normal. Hal ini sesuai dengan penelitian Samsuri (2016) yang berjudul
8
89,5% sering mengalami kejadian regurgitasi. Pelaksanaan sendawa
adalah salah satu tahapan dari teknik menyusui yang bertujuan untuk
mengeluarkan udara tertelan pada saat bayi menyusu dari dalam lambung
mulut (Hanum, 2019). Pelaksanaan sendawa adalah salah satu tahapan dari
yaitu 13 orang (65%), hal ini dikarenakan udara yang tertelan bayi ketika
menyusu berhasil dikeluarkan sehingga tidak ada lagi tekanan udara yang
Irianto (2014) apabila perut bayi terisi udara, maka akan menyebabkan
tekanan abdominal yang akan mendorong kembali isi perut (ASI) ke mulut
9
Mencegah Refluks Gastroesofagus Pada Bayi Di Ruang Perinatologi
lambung, aspirasi, resiko kekurangan berat badan dan yang paling berat
frekuensi regurgitasi pada bayi terjadi secara normal (0-3x sehari) maka
gangguan pada sistem pernafasan bayi dan bayi dapat tumbuh berkembang
10
F. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh pelaksanaan sendawa pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah
maka dapat disampaikan saran yaitu kepada seluruh ibu yang memiliki bayi 0-
11
BAB II
TELAAH JURNAL
A. Judul Jurnal
B. Abstrak
terjadi ≥4x dalam sehari maka bayi akan mengalami resiko kekurangan berat
badan karena nutrisi yang seharusnya diserap oleh tubuh sudah keluar lagi.
dari 20 responden kategori normal (0-3x sehari) tidak ada (0%) dan tidak
12
regurgitasi sebelum dilakukan pelaksanaan sendawa pada bayi dengan
Hasil uji Wilcoxon Match Pairs Test diperoleh nilai signifikansi p=0,000.
C. Pendahuluan
terjadi pada saat makan dan minum saja akan tetapi pada saat beraktifitas dan
Ardani, 2012). Bayi akan rewel, menangis dan kesulitan untuk tidur karena di
dalam perut bayi terdapat udara yang seharusnya dikeluarkan tetapi tidak,
sehingga bayi merasa tidak nyaman (Orami, 2017). Dalam satu hari sejak
baru lahir, bayi membutuhkan ASI sebanyak 10-20 ml dan akan meningkat
pada saat bayi berusia 12 bulan menjadi 200-300 ml (Fikawati, Syafiq, &
Karima, 2015).
Apabila bayi mengalami regurgitasi empat kali atau lebih dalam satu
sempat diserap oleh tubuh bayi sudah keluar menyebabkan kebutuhan nutrisi
bayi belum tercukupi, maka kemungkinan asupan gizi pada bayi berkurang,
bayi mengalami regurgitasi sebanyak <4 kali dalam sehari (Aydoğa et.al.,
2014). Resiko yang paling berat yaitu apabila isi lambung atau cairan yang
13
disebabkan oleh regurgitasi masuk ke saluran pernafasan (aspirasi) akan
D. Metodologi
(kontrol). Pada desain ini dilakukan observasi sebanyak dua kali yaitu pada
saat sebelum perlakuan pelaksanaan sendawa (pre test) dan observasi yang
ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas
responden.
14
E. Hasil dan Pembahasan/Diskusi
mengalami regurgitasi tidak normal (≥4 x sehari) yaitu pada usia 0-3 bulan
yaitu sebanyak 19 bayi (95%) selanjutnya pada usia >3 bulan sebanyak 1
bayi (5%).
orang (65%), hal ini dikarenakan udara yang tertelan bayi ketika menyusu
berhasil dikeluarkan sehingga tidak ada lagi tekanan udara yang terdapat
bahwa ada pengaruh pelaksanaan sendawa pada bayi usia 0-6 bulan
seluruh ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan hendaknya melakukan pelaksanaan
bayi.
G. PICOT
Populasi Bayi usia 0-6 bulan berjumlah 20 responden
15
Outcome Mengetahui pengaruh pelaksanaan sendawa terhadap
frekuensi regurgitasi pada bayi usia 0-6 bulan
H. RAMMbo
Representatif Ya
Alokasifair Ya
Maintenance Ya
fair
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Gumoh
Gumoh adalah suatu peristiwa yang sering di alami oleh bayi yaitu
keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung beberapa saat setelah makan.
Bayi memuntahkan kembali susu (ASI) yang telah di minumnya adalah hal
yang umum, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Hal
tersebut disebabkan karena bayi menelan udara saat menyusui. Secara ilmiah,
gumoh adalah pengeluaran isi lambung atau esophagus secara paksa melalui
merupakan keluarnya (tumpah) susu yang telah ditelan ketika atau beberapa
saat setelah minum susu botol atau menyusui dalam jumlah yang sedikit
ditelanya, jika jumlahnya sedikit maka disebut dengan gumoh dan volumenya
10cc, sebaliknya jika dalam jumlah yang banyak dan volumenya diatas 10cc,
disebut dengan muntah (Dinarti, 2010). Sedikitnya 25% orang tua khususnya
Data dari Praktik Mandiri Bidan Reni Roniati dari tanggal 5-24
Desember ditemui 2 orang bayi yang dibawa ibu untuk berobat dengan
17
seluruh dunia mengalami gumoh paling tidak sekali dalam sehari. Puncak
gumoh terjadi pada usia 4 bulan dan mencapai 81%. Sementara itu, di
Indonesia kondisi serupa juga terjadi pada 75% bayi berusia 0-3 bulan,
mewaspadai dampak gumoh yang terjadi pada bayi mereka (Rahayu, 2012).
hasil wawancara yang dilakukan pada 6 orang ibu hanya ada satu orang ibu
yang cara menyusui seluruhnya benar dan 6 ibu cara menangani gumoh masih
ada yang belum benar seperti memiringkan seluruh badan bayi saat bayi
mengalami gumoh.
radang, napas terhenti sesaat, cairan gumoh dapat menimbulkan iritasi, Pucat
pada wajah bayi karena tidak bisa napas, Bayi tersedak dan batuk
bahwa penelitian di RSCM pada tahun 2004 menunjukkan bahwa bayi yang
mengalami gumoh lebih dari empat kali dalam sehari, mengalami kenaikan
bayinya dan Upright position merupakan posisi yang cocok untuk diberikan
18
kepada bayi yang mengalami gumoh karena pada posisi ini ada gaya gravitasi
B. Etiologi
Penyebab terjadinya gumoh memang bisa bermacam-macam. Diantaranya
adalah :
a. Susu atau ASI yang diminum bayi melebihi kapasitas lambung, padahal
menangis.
setelah menyusu bayi ditidurkan atau dibiarkan dalam posisi salah, susu
C. Patofisiologi
atas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan
karena otot katup diujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik yang
seharusnya mendorong isi lambung ke bawah. Keadaan ini juga dapat terjadi
19
pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar. Kebanyakan gumoh
D. Gejala Klinis
akibat paparan asam lambung yang terlalu banyak dan lama perlu
tinja, menolak makan, kenaikan berat badan yang adekuat, rewel berlebihan.
Gejala nyeri umumnya timbul akibat paparan asam lambung berlebihan atau
(back arching). Pada esofagitis berat mungkin dijumpai darah pada isi
muntahan, nyeri atau gangguan menelan, dan darah pada tinjanya. Gangguan
pertumbuhan. Gagal tumbuh terjadi bila jumlah masukan nutrisi lebih sedikit
E. Komplikasi
Gumoh yang terjadi biasanya akan berhenti apabila isi lambung sudah
sesuai dengan kapasitasnya dalam arti tidak melebihi kapasitas lambung bayi
lagi. Akan tetapi gumoh dapat pula terjadi secara terus menerus dimana
cairan akan terus keluar lewat mulut bayi tanpa henti setelah diberi ASI atau
20
dari mulut ke lambung). Oleh karena itu ASI atau susu yang masuk ke
kerongkongan akan naik dan kembali lagi keluar melewati mulut bayi.
F. Tata laksana
A. Beri susu yang lebih kental pada bayi yang sudah dapat mengkonsumsi
biasanya.
teknik menyusui yang benar yaitu dagu bayi menempel pada payudara,
areola atas lebih terlihat, bibir bawah melebar keluar dan mulut membuka
lebar. Jangan memaksakan memberi ASI atau susu dan makanan apabila
kecil dalam posisi 45° atau tidurkan terlentang dan ganjalan berupa
dari posisi tidurnya. Padahal cara ini justru berbahaya, karena cairan
gumoh bisa turun lagi, masuk ke paru, dan akhirnya malah mengganggu
paru-paru.
21
E. Biarkan saja bayi bila mengeluarkan gumoh dari hidungnya. Hal ini justru
lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk ke dalam paru-paru
ini upright position pada sudut 300. Upright position diberikan beberapa
saat setelah bayi minum ASI atau susu formula. Pada posisi ini ada gaya
karena pada posisi ini adanya peningkatan volum paru-paru (Richard &
pada bayi pengosongan lambung terjadi selama 34,9 menit (Omari. dkk,
2004).
22
b. Pada 6 bulan pertama lebih baik bayi mendapat ASI tanpa diberikan
susu formula. Pada Usia 6 bulan mulai diperkenalkan dengan nasi tim
vitamin dan mineral diberikan 1x/hari. Zat gizi yang sangat baik
didapatkan oleh bayi yaitu diperloeh dari ASI. Bayi memerlukan zat
H. Peran bidan
Bidan memiliki peran dan tanggung jawab sebagai bidan pendidik
dalam mengatasi masalah muntah pada bayi yaitu bidan harus segera
terutama ibu bahwa muntah bukanlah suatu keadaan yang harus diatasi
tepat. Ibu dianjurkan untuk tidak panik akan tetapi harus dapat menangani
sendiri ketika bayi muntah di rumah. Oleh karena itu bidan harus
menjelaskan cara dan teknik menangani bayi yang muntah agar tidak
terjadi salah asuhan sehingga tidak menimbulkan dampak yang fatal pada
gumoh bayi tersebut. Kemudian bidan juga perlu memberi tahu kepada ibu
23
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam jurnal ini telah merangkum hasil penelitian yang dapat menjadi
24
DAFTAR PUSTAKA
25