Anda di halaman 1dari 11

ANALISA EBN

EFEK PEMBERIAN STIMULASI ORAL


UNTUK MERANGSANG REFLEK MENGHISAP DAN MENELAN BBLR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi


Pembimbing Akademik: Ns. Elsa Naviati, M.Kep., Sp.Kep.An

Oleh:
Anis Dwi Prakasiwi
NIM 22020210088
NERS 36

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2020
A. RESUME ARTIKEL

RESUME ARTIKEL EBN 1

Judul: Stimulasi Oral Meningkatkan Reflek Hisap Pada Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr)
Sumber: Journal of Ners community Volume 10, Nomor 01, Juni 2019 Hal. 20-28

Penulis: Yuanita Syaiful, Lilis Fatmawati, Siti Sholikhah

Latar Belakang: Bayi BBLR sering mengalami kesulitan oral feeding, yang disebabkan oleh
imaturitas organ yang akan berdampak pada gagalnya perawatan bayi BBLR. Tindakan yang
dilakukan untuk menurunkan angka kematian BBLR adalah dengan mengatasi masalah yang
terjadi dengan reflek hisap yang lemah, yaitu dengan memberikan stimulasi oral sejak dini
berupa sentuhan pemijatan terhadap jaringan otot disekitar mulut.

Tujuan: untuk menjelaskan pengaruh stimulasi oral terhadap reflek hisap bayi BBLR.

Desain Penelitian: Penelitian pre eksperimental one group pre post test design. Jumlah populasi
30 BBLR dengan purposive sampling mendapatkan 28 responden di Ruang NICU RSUD Ibnu
Sina Gresik pada bulan September 2017 – 31 November 2017.

Cara kerja dengan pemberian stimulasi oral selama 15 menit/hari selama 7 hari berturut – turut
lalu menilai reflek hisap bayi BBLR sebelum dan sesudah pemberian stimulasi oral. Penilaian
reflek hisap dengan mengukur jumlah volume ASI/susu formula dan frekuensi minum serta
menuliskan kemampuan hisap bayi sesuai kebutuhan cairan per hari. Peningkatan kemampuan
menghisap bayi BBLR dengan cara mengobservasi setiap hari dan membandingkan hasilnya
untuk mengetahui perubahan kemampuan menghisap yang terjadi diobservasi dengan
menggunakan indikator jumlah rata – rata volume ASI/ susu formula yang dapat diminum dalam
satu hari (mL) dan frekuensi minum, dengan hasil reflek hisap baik jika ≥ 80 % kebutuhan
cairan, cukup jika 50 - 79% kebutuhan cairan, dan kurang jika <49% kebutuhan cairan (Tom
Lissauer, 2016). Stimulasi dilakukan pada perioral diantaranya menekan area pipi, bibir
sebanyak 8 kali dan intraoral diantaranya pipi bagian dalam, gusi atas bawah, lidah dengan
menggunakan dot (4x setiap sisi gusi) selama kurang lebih 5 menit dilanjutkan menempatkan dot
di tengah langit-langit untuk memicu reflek hisap dengan membiarkan bayi menghisap dot.
Hasil: Uji Wilcoxon Sign Rank Test α < 0,05 artinya ada pengaruh stimulasi oral terhadap reflek
hisap bayi BBLR yang diukur dengan membandingkan reflek hisap bayi BBLR sebelum dan
sesudah diberikan stimulasi oral dengan skala data ordinal. Hasil yang diperoleh yaitu BBLR
yang memiliki reflek hisap baik, sebelum dilakukan stimulasi oral sebanyak 1 responden tetapi
setelah dilakukan stimulasi oral meningkat sebanyak 6 responden. Gambaran reflek hisap
kurang, sebelum dilakukan stimulasi oral sebanyak 15 responden tetapi setelah dilakukan
stimulasi oral menurun sebanyak 4 responden. Dengan demikian, pemberian stimulasi oral pada
BBLR mampu meningkatkan reflek hisap bayi.

Kesimpulan: Stimulasi oral mempengaruhi reflek hisap pada bayi. Reflek hisap sebelum
dilakukan stimulasi oral sebagian besar mempunyai reflek hisap yang kurang. Reflek hisap 27
setelah dilakukan stimulasi oral mempunyai reflek hisap yang cukup.

RESUME ARTIKEL EBN 2

Judul: The effects of premature infant oral motor intervention (PIOMI) on oral feeding of
preterm infants: A randomized clinical trial

Sumber: International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology 120 (2019) 202-209

Penulis: Hadiseh Ghomi, Fariba Yadegari, Farin Soleimani, Brenda Lessen Knoll, Mahdi
Noroozi, Ali Mazouri

Latar belakang: Mengingat peningkatan angka kelahiran dan kelangsungan hidup bayi
prematur, perlu adanya kesehatan yang mendukung

Tujuan: untuk menguji keefektifan intervensi motorik pada mulut bayi prematur (PIOMI) dalam
perkembangan makan dan intervensi dini.

Desain penelitian: Penelitian uji klinis acak tersamar ganda dengan melibatkan bayi prematur di
unit perawatan intensif neonatal (NICU) di dua rumah sakit di Tehran pada Juli 2017 sampai
Januari 2018, yang secara acak dikelompokkan kedalam kelompok intervensi dan kontrol,
masing-masing berisi 15 infants. PIOMI diberikan kepada kelompok intervensi selama 10 hari.
Bayi pada kelompok kontrol menerima layanan keperawatan rutin biasa. Pengukuran berulang
ANOVA (RMA) dianalisis. Evaluasi dilakukan berdasarkan usia pasca menstruasi dan berat
badan infant setelah menyelesaikan satu, empat, dan delapan kali menyusu dalam sehari dan
pada saat keluar dari rumah sakit.

Cara kerja:

 Sebanyak 30 bayi prematur dengan usia kehamilan 26-29 minggu dimasukkan dalam
penelitian sesuai dengan inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusinya yaitu bayi yang lahir
dengan usia gestasi 26-29 minggu, stabilitas fisiologis pada saat menerima oral stimulasi,
skor Apgar 6 pada 5 menit setelah lahir, dan persetujuan orang tua untuk ikut partisipasi.
Selama stimulasi, bayi bisa menerima oksigen dengan tekanan jalan napas positif
berkelanjutan (CPAP) atau cabang hidung, jika dibutuhkan. Kriteria eksklusi adalah
sebagai berikut: kelainan bawaan dan kelainan kromosom, kondisi medis kronis, seperti
displasia bronko-paru, perdarahan intraventrikular derajat III &IV (IVH), necrotizing
entero-colitis (NEC), asfiksia dan kejang, neo-ikterus karena natal memerlukan transfusi
tukar, dan terbukti sepsis dengan kultur darah positif, bayi yang dipindahkan ke pusat
perawatan lain, dan yang telah diresepkan pemberian makan gavage sebelum minggu ke
29.
 Semua neonatus dalam penelitian NICU dimonitor secara rutin untuk tanda-tanda vital,
SPO2, isyarat fisiologis negatif (seperti apnea atau hipopnea, bradikardia atau takikardia,
dan / atau penurunan PO2) dan isyarat perilaku (tanda stres).
 Dalam protokol ini, struktur wajah dan mulut dirangsang dihitung dengan waktu dan
frekuensi secara manual, termasuk rolling, curling dan peregangan bibir, bentangan pipi,
pijat lateral dan tengah batas lidah, gusi, langit-langit dan pipi menimbulkan isapan dan
NNS diberikan kepada kelompok intervensi sekali sehari selama 10 hari berturut-turut.
Sebelum memberikan stimulus, terapis mencuci tangannya terlebih dahulu dengan sabun,
air, dan pembersih tangan, dan kenakan sarung tangan lateks. Dalam penelitian ini,
pemberian makanan secara oral berarti pemberian ASI atau botol makan, dan kriteria
pemberian makan mandiri mencapai delapan kali menyusui per hari. Satu kali makan per
oral sehari berarti bayi bisa secara oral menerima susu setidaknya satu kali dalam sehari
(melalui botolmakan atau menyusui), sementara tidak ada tanda kekurangan oksigen,
apnea, atau bradikardia diamati selama menyusui, yang dicatat dalam grafik oleh
perawat.
 Kelompok kontrol tidak menerima rangsangan apapun selain pelayanan keperawatan
rutin, dan selama 10 hari,

Hasil: Kelompok intervensi mencapai pemberian makanan oral pertama (rata-rata 7,2 hari) dan
delapan pemberian makanan oral (dengan rata-rata 13,47 hari) lebih awal dari kelompok kontrol.
Lama tinggal di rumah sakit kelompok intervensi adalah secara signifikan lebih pendek (P =
0,03). RMA tidak signifikan secara statistik antara kelompok untuk berat badan (F: 0,76, P:
0,39,ŋ: 0,03); tetapi tes dalam subjek menunjukkan bahwa perubahan bobot untuk interaksi
waktu kelompok signifikan (F: 74,437, P <0,001, ŋ: 0,727). Ukuran efek usia bayi dalam waktu
pengukuran adalah 91%.

Kesimpulan: Dalam penelitian ini, terlihat bahwa PIOMI sesuai untuk bayi prematur usia 29
minggu, dengan durasi intervensi 5 menit selama 10 hari berturut-turut satu kali sehari,
berdampak positif pada pengembangan keterampilan motorik oral, perkembangan makan, dan
penurunan durasi rawat inap.
B. PEMBAHASAN

Pada kedua artikel menunjukkan hasil yang sama dengan metode stimulasi oral yang
berbeda. Pada artikel pertama yaitu penelitian yang dilakukan di Gresik, Indonesia menghasilkan
kesimpulan bahwa pemberian stimulasi oral selama 15 menit selama 7 hari berturut-turut dapat
meningkatkan reflek hisap bayi BBLR. Sedangkan pada artikel kedua yaitu penelitian yang
dilakukan di Tehran, Iran menghasilkan kesimpulan bahwa pemberian stimulasi oral dengan
durasi intervensi 5 menit selama 10 hari berturut-turut satu kali sehari, berdampak positif pada
pengembangan keterampilan motorik oral, perkembangan makan, dan penurunan durasi rawat
inap. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa pemberian stimulasi oral dapat memberikan dampak
positif bagi BBLR.
Berat Bayi Lahir Rendah sering mengalami berbagai macam gangguan fungsi tubuh.
Salah satu gangguan yang dialami oleh BBLR yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi per
oral. Kemampuan menghisap BBLR baru berkembang pada usia 32 – 40 minggu, dan
selanjutnya pada usia 40 minggu bayi akan mencapai tingkat yang sempurna. Beberapa faktor
yang dapat menimbulkan kesulitan minum pada bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah
gangguan koordinasi proses mengisap, menelan, bernapas akibat dari system saraf yang kurang
optimal. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menstimulus system syaraf BBLR agar
mampu menghisap, menelan dan bernafas dengan baik yaitu dengan stimulasi oral.
1. Stimulasi oral
Stimulasi oral didefinisikan sebagai stimulasi sensoris pada bibir, rahang, lidah, palatum
lunak, faring, laring dan otot-otot respirasi yang berpengaruh didalam mekanisme orofaringeal.
Stimulasi sensoris pada struktur oral ini dapat meningkatkan kemampuan struktur oral dalam
proses menghisap (sucking) dan menelan.1 Tujuan diberikan stimulasi oral yaitu untuk
merangsang kematangan syaraf pusat dan syaraf tepi yang berhubungan dengan reflek vagus. 2
Stimulasi sensoris pada struktur oral ini dapat meningkatkan struktur oral dalam proses
menghisap (sucking) dan menelan (swallowing). Stimulasi oral dengan pemijatan akan
meningkatkan aliran darah dengan vasodilatasi pembuluh darah yang berdampak dapat
meningkatkan oksigen dan nutrisi lain. Stimulasi oral dengan pemijatan tonus nervus vagus
(saraf ke – X) akan menaikkan penyerapan gastrin dan insulin, sehingga penyerapan makanan
lebih baik dan berat badan lebih cepat meningkat. Peningkatan aktivitas nervus vagus akan
menyebabkan bayi cepat lapar yang akan menstimuli reflek hisap dan akan lebih sering menyusu
pada ibunya.3

2. Cara stimulasi oral

Cara kerja stimulasi oral ada berbagai macam. Menurut artikel pertama menjelaskan
bahwa stimulasi oral dilakukan pada perioral dengan cara menekan area pipi, bibir sebanyak 8 X
dan intra oral diantaranya pipi bagian dalam, gusi atas bawah, lidah dengan menggunakan dot
(4x setiap sisi gusi) selama ± 5 menit dilanjutkan menempatkan dot ditengah langit – langit
untuk memicu reflek hisap dengan membiarkan bayi menghisap dot. 3 Sedangkan dalam artikel
kedua, stimulasi oral dilakukan dengan pemijatan yang diawali dari daerah sekitar hidung,
diakhiri pada daerah rahang bayi. Teknik yang dapat dilakukan adalah dengan senyum I, senyum
II, senyum III, dan lingkaran kecil dirahang (small circles around jaw).4
Pada penelitian yang dilakukan oleh Putri Rizki menggunakan prosedur stimulasi oral
dengan stimulasi perioral dan intraoral yang dilakukan selama + 3 menit dan dilanjutkan dengan
menghisap dot selama + 2 menit. Stimulasi perioral dilakukan pada pipi dan bibir. Gerakan di
pipi yaitu dengan menekan pipi dengan jari telunjuk dengan lembut 8x pada masing-masing pipi
dan membelai pipi dengan jari telunjuk dari dasar hidung ke arah telinga, kemudian kembali ke
sudut bibir (8x setiap pipi), lalu ulangi pada sisi yang lain. Sedangkan gerakan di bibir dengan
cara menempatkan jari telunjuk dan jari tengah di tengah bibir atas dan bibir bawah, dengan
cepat tapi lembut regangkan ke luar (8x setiap bibir). Stimulus intraoral dilakukan pada gusi,
lidah dan tekhnik menghisap menggunakan dot. Gerakan stimulus di gusi dengan cara
menggosok gusi atas dengan lembut, tapi tekan kuat dari gusi bagian tengah ke arah belakang
dan kembali ke pusat untuk setiap sisi gusi dengan menggunakan dot (4x setiap sisi gusi).
Mengulangi prosedur pada gusi bagian bawah. Gerakan pada lidah dilakukan dengan
menempatkan dot di lidah dan dengan lembut membelai maju, lalu menggabungkan dengan
tekanan ke bawah (8x) (jika bayi menonjolkan lidah, hanya tekanan ke bawah yang diberikan).
Tekhnik yang terakhir yaitu menghisap dengan cara menempatkan dot di tengah langit-langit,
belai lembut langit-langit untuk memicu reflek menghisap. Biarkan bayi menghisap dot selama 2
menit.5
3. Mekanisme stimulasi oral
Mekanisme dasar stimulasi oral pada bayi adalah; 1) Pengeluaran beta endorphin yang
memberikan efek; penurunan enzim ornitine ecarboxylase (ODC) suatu enzim yang menjadi
petunjuk peka bagi pertumbuhan sel dan jaringan (maturitas), penurunan pengeluaran hormon
pertumbuhan, penurunan kepekaan ornitine decarboxylase terhadap hormon pertumbuhan,
pengurangan sensasi taktil akan meningkatkan pengeluaran suatu neurochemical beta-
endhorphine, yang mengurangi pembentukan hormon pertumbuhan karena menurunnya jumlah
dan aktifitas ornitine decarboxylase jaringan; 2) Aktifitas Nervus vagus mempengaruhi
penyerapan makanan, pemijatan meningkatkan tonus nervus vagus (saraf ke-X) yang akan
meningkatkan penyerapan gastrin dan insulin, dengan demikian penyerapan makanan lebih baik
dan berat badan lebih cepat meningkat 3) Aktivitas nervus vagus (Nervus ke V) meningkatkan
nafsu makan, peningkatan aktivitas nervus vagus akan menyebabkan bayi capat lapar yang akan
menstimuli reflek hisap dan akan lebih sering menyusu pada ibunya. Selain ketiga hal tersebut
diatas mekanisme dasar fisioterapi pada bayi adalah peningkatan produksi serotonin untuk
mempertahankan daya tahan tubuh, meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi
mengikat glucocorticoid sehingga menurunkan kadar adrenalin (hormon stress) yang akan
meningkatkan IgM dan Ig, serta mengubah gelombang otak, membuat bayi tidur lelap,
meningkatkan kesiagaan (alertness) atau konsentrasi karena perubahan gelombang otak yaitu
penurunan gelombang alfa dan meningkatkan gelombang tetha, yang dapat dilihat dengan
electro encephalogram (EEG).4

Proses menghisap melibatkan struktur dan fungsi di area ronggga mulut, bibir, lidah,
palatum lunak dan keras serta rahang. Otot yang berperan penting yaitu otot lidah dan
pharyngeal. Otot lain yang juga berperan yaitu otot-otot sekitar wajah. Stimulasi oral mampu
meningkatkan sistem kekebalan, meningkatkan aliran cairan getah bening keseluruh tubuh untuk
membersihkan zat yang berbahaya dalam tubuh, mengubah gelombang otak secara positif,
memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan,merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan,
meningkatkan kenaikan berat badan, mengurangi depresi dan ketegangan, membuat tidur lelap,
mengurangi rasa sakit, mengurangi kembung dan kolik (sakit perut), meningkatkan hubungan
batin antara orang tua dan bayinya, meningkatkan volume air susu ibu, mengembangkan
komunikasi, memahami isyarat bayi, meningkatkan percaya diri.3

4. Factor- factor yang mempengaruhi pemilihan intervensi stimulasi oral


Sebelum memberikan stimulasi oral perlu dikaji terlebih dahulu kesiapan bayi untuk
mendapatkan makanan melalui oral. Factor yang mempengaruhi penilaian tentang kesiapan
untuk makan yang bergantung pada berbagai factor seperti usia, berat badan, keterampilan
motorik oral, minat makan dan pengalaman makan. 6 Dalam penentuan kesiapan pemberian
makan per oral perlu diperhatikan stabilitas pernafasan, stabilitas fisiologis dan kemampuan
tubuh untuk mentoleransi dan berkoordinasi dengan organ- organ lainnya. Untuk membantu
dokter menentukan kesiapan pemberian makan per oral, diantaranya dengan menggunakan
formulir Early Feeding Skills Assesment untuk BBLR.7 Setelah mengetahui kesiapan makan
tahap selanjutnya yaitu memilih intervensi yang tepat untuk mempercepat masa transisi
pemberian makan per oral. Berbagai macam intervensi dirancang untuk mengurangi
persensitivitas kesehatan mulut, meningkatkan kemampuan gerak dan kekuatan otot untuk
menghisap, meningkatkan organisasi motorik oral dan mengaktifkan perilaku refleks menghisap
nutrisi.8 Secara umum teknik bertujuan untuk menormalkan sensasi dengan memulihkan refleks
yang pada waktunya menstimulus gerakan mulut normal pada bibir, lidah, rahang dan faring
untuk menghisap dan menelan.9

C. KESIMPULAN

Pemberian stimulasi oral merupakan teknik perawatan yang dapat diaplikasikan dalam
merawat bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah di rumah maupun di rumah sakit. Penelitian
menunjukan bahwa pemberian stimulasi oral memberikan dampak yang baik untuk menstimulus
perkembangan syaraf dalam reflek menelan, mengunyah dan bernafas pada bayi dengan BBLR.
Sebelum melakukan metode ini, perlu dinilai terlebih dahulu kesiapan bayi dalam memperolah
makan per oral berdasarkan factor usia, berat badan, keterampilan motorik oral, minat makan dan
pengalaman makan. Dalam penentuan kesiapan pemberian makan per oral perlu diperhatikan
stabilitas pernafasan, stabilitas fisiologis dan kemampuan tubuh untuk mentoleransi dan
berkoordinasi dengan organ- organ lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Lyu TC, Zhang YX, Hu XJ, Cao Y, Ren P, Wang YJ. The effect of an early oral
stimulation program on oral feeding of preterm infants. Int J Nurs Sci [Internet].
2014;1(1):42–7. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.ijnss.2014.02.010
2. Ghomi H, Yadegari F, Soleimani F, Knoll BL, Noroozi M, Mazouri A. The effects of
premature infant oral motor intervention (PIOMI) on oral feeding of preterm infants: A
randomized clinical trial. Int J Pediatr Otorhinolaryngol [Internet].
2019;120(February):202–9. Available from: https://doi.org/10.1016/j.ijporl.2019.02.005
3. Syaiful YFS. Stimulasi Oral Meningkatkan Reflek Hisap Pada Bayi Berat Lahir Rendah
(Bblr). J Ners Community. 2019;10:20–8.
4. Retnowati R dwi, H.S R, Supriyadi. PengaruhFisioterapi Oral Terhadap Refleks Hisap
Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah Di Ruang Perinatologi RSD dr. Soebandi Jember.
Indones J Heal Sci. 2013;3(2).
5. Ananda PR. Pengaruh Stimulasi Oral Terhadap Kemampuan Minum Pada Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Diruangan Neonatal Intensif Care Unit (NICU) RSUD dr. Achmad
Muchtar Bukittinggi Tahun 2019. 2019;
6. Marshall M, Lockwood A. Early Intervention for psychosis. Cochrane Database Syst Rev.
2003;(3).
7. Thoyre, S.M., Shaker, C.S., Pridham KF. The early feeding skills assessment for preterm
infants. 2005;3(24):7–16. Available from: Neonatal%0ANetwork
8. Fucile, S., Gisel, E., Lau C. Oral stimulation accelerates the transition from tube to oral
feeding in preterm infants. J Pediatr. 2002;2(141):230–6.
9. Greene Z, O’Donnell CPF, Walshe M. Oral stimulation techniques in preterm infants -
International research challenges. J Neonatal Nurs [Internet]. 2013;19(4):168–74.
Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jnn.2013.03.005

Anda mungkin juga menyukai