Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATDARURATAN


SISTEM GASTROINTESTINAL: POST OP LAPARATOMI RESEKSI
TUMOR SARCOMA MESENTRIAL DAN RESEKSI ANASTOMOSISI
ILEUM PADA PASIEN Ny. B TUMOR INTRA ABDOMEN

OLEH :

EVITA HENDRASARI

NIM. G3A020202

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


TAHUN 2021

A. PENGERTIAN
Tumor adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh
terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan di sekitarnya serta tidak
berguna bagi tubuh (Dhia, 2014). Tumor intra abdomen merupakan massa yang padat dengan
ketebalan yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi
dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut
berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah
terkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava
inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di bungkusnya
tetapi tidak menginvasinya. Yang termasuk tumor intra abdomen antara lain, Tumor hepar,
Tumor limpa /lien, Tumor lambung/usus halus, Tumor colon, Tumor ginjal (hipernefroma),
Tumor pankreas. Pada anak-anak dapat terjadi Tumor wilms (ginjal) (Smelstzer & Suzanne C,
2001).

B. ETIOLOGI ATAU RISK FACTOR


Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal.
Perbedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi
autonominya dalam pertumbuhan, kemampuannya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan
metastasis. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain
(Smelstzer & Suzanne C, 2001):
1. Karsinogen
a. Kimiawi
Bahan kimia dapat berpengrauh langsung (karsinogen)atau memerlukan aktivasi terlebih
dahulu (ko-karsinogen) untukmenimbulkan neoplasi. Bahan kimia ini dapat merupakan
bahan alami atau bahan sintetik/semisintetik. Benzopire suatu pencemar lingkungan yang
terdapat di mana saja, berasal dari pembakaran tak sempurna pada mesin mobil dan atau
mesin lain (jelaga dan ter) dan terkenal sebagai suatu karsinogen bagi hewan maupun
manusia. Berbagai karsinogen lain antara lain nikel arsen, aflatoksin,vinilklorida.
b. Fisik
Radiasi gelombang radioaktif seiring menyebabkan keganasan. Sumber radiasi lain adalah
pajanan ultraviolet yang diperkirakan bertambah besar dengan hilangnya lapisan ozon
pada muka bumi bagian selatan. Iritasi kronis pada mukosa yang disebabkan oleh bahan
korosif atau penyakit tertentu juga bisa menyebabkan terjadinya neoplasma.
c. Viral
Dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jenis asam ribonukleatnya: virus DNA serta RNA.
Virus DNA yang sering dihubungkan dengan kanker antara human papiloma virus (HPV),
Epstein-Barr virus (EPV), hepatiti B virus (HBV), dan hepatitis C virus (HCV). Virus
RNA yang karsonogenik adalah human T-cell leukemia virus I (HTLV-I) .
2. Hormon
Hormon dapat merupakan promoter kegananasan.
3. Faktor gaya hidup
Kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makanmakanan yang kurang berserat.
Asupan kalori berlebihan, terutama yang berasal dari lemak binatang, dan kebiasaan
makan makanan kurang serat meningkatkan risiko berbagai keganasan, seperti karsinoma
payudara dan karsinoma kolon.
4. Parasit schistosoma hematobin yang mengakibatkan karsinoma planoseluler.
5. Genetik, infeksi, trauma, hipersensivitas terhadap obat.

C. TANDA GEJALA
Tumor abdomen merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk dideteksi.
Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika mulai mendesak jaringan di
sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sifat rongga tumor abdomen yang longgar dan sangat
fleksibel. Tumor abdomen bila telah terdeteksi harus mendapat penanganan khusus. Bahkan,
bila perlu dilakukan pemantauan disertai dukungan pemeriksaan secara intensif. Adapun tanda
dan gejala yang sering ditemui pada tumor abdomen (Sylvia A, 2005):
1. Hiperplasia.
2. Konsistensi tumor umumnya padat atau keras.
3. Tumor epitel biasanya mengandung sedikit jaringan ikat, dan apabila tumor berasal dari
masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat elastis kenyal atau lunak.
4. Kadang tampak hipervaskulari di sekitar tumor.
5. Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi.
6. Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa.
7. Konstipasi.
8. Nyeri.
9. Anoreksia, mual, lesu.
10. Penurunan berat badan.
11. Pendarahan
D. PATOFISIOLOGI
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh mutasi
genetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan berpopliferasi secara
abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut.
Sel-sel neoplasma mendapat energi terutama dari anaerob karena kemampuan sel untuk
oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap untuk oksidasi. Susunan enzim
sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang biak yang membutuhkan energi untuk
anabolisme dari pada untuk berfungsi yang menghasilkan energi dengan jalan katabolisme.
Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk protioplasma dan energi,
antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal dalam
mendapatkan bahan-bahan tersebut. (Kusuma, 2001).
Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri–ciri invasi, dan terjadi
perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan
memperoleh akses ke limfe dan pembuluh–pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut
sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastases (penyebaran
tumor) pada bagian tubuh yang lain. Meskipun penyakit ini dapat diuraikan secara umum
seperti yang telah digunakan, namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab
tunggal: tetapi lebih kepada suatu kelompok penyakit yang jelas dengan penyebab, metastase,
pengobatan dan prognosa yang berbeda.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan adalah:
1. Radiografi polos atau radiografi tanpa kontras, contoh: X-foto tengkorak, leher, toraks,
abdomen, tulang, mammografi.
2. Radiografi dengan kontras, contoh: Foto Upper Gr, bronkografi, Colon in loop, kistografi.
3. USG (Ultrasonografi), yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara. Contoh:
USG abdomen, USG urologi, mammosografi.
4. CT-scan (Computerized Tomography Scanning), contoh: Scan kepala, thoraks, abdomen,
whole body scan, dll.
5. MRI (Magnetic Resonance Imaging) Merupakan alat scanning yang masih tergolong baru
dan pada umumnya hanya berada di rumah sakit besar. Hasilnya dikatakan lebih baik dari
CT.
6. RIA (Radio Immuno Assay), untuk mengetahui petanda tumor (tumor marker).
PATHWAY TUMOR INTRA ABDOMEN

Gaya hidup tidak Genetik


sehat

Paparan
Karsinogen

Terbentuk sel
Mutasi Genetik abnormal dalam
dari DNA Sel abdomen

Membentuk kolon Mempersepsikan


dan berproliferasi tindakan bedah Ansietas
yang negatif
Defisiensi
Pengetahuan Pertumbuhan cepat
dan tidak terkontrol
Kurangnya pajanan informasi Perencanaan
mengenai penyakit yang tindakan Luka
TUMOR ABDOMEN insisi post
dialami pembedahan
Post Operasi operasi

Invasi tumor ke Jalur masuknya kuman patogen


Pelepasan Kebutuhan Nutrisi
jaringan sekitarnya
Protein tumor sel Tumor tinggi
Resiko Infeksi

Pembengkakan Penekanan pada organ sekitar Beredar ke sistemik Penurunan asupan


Ketidakseimbangan Nutrisi:
dari sel tumor abdomen dan thorax nutrisi ke sel lainnya
Kurang dari kebutuhan
tubuh

Menekan saraf
nyeri pada jaringan
Faal Ginjal Produksi
sekitarnya Lambung energi tubuh
Paru

Nyeri Akut
Stress Hematuria, disuria,
Keletihan
Penurunan Lambung polakisuria, oliguria, dan
ekspansi paru anuria

Peningkatan
Ketidakefektifan sekresi asam Gangguan
Pola Napas lambung Eleminasi urin

Mual
F. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
 Anamnesis Identitas klien meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia mudah), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah
sakit, no registrasi, diagnosa medis.
 Riwayat kesehatan: perasaan lelah, nyeri abdomen (PQRST), pola eliminasi terdahulu dan
saat ini, deskripsi tentang warna, bau, dan konsistensi feses, mencakup adanya darah dan
mukus.
 Riwayat masa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolon, riwayat keluarga
dari penyakit kolon dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup masukan
lemak dan atau serat serta jumlah konsumsi alkohol. Penting dikaji riwayat penurunan berat
badan.
 Auskultasi terhadap bising usus dan palpasi untuk nyeri tekan, distensi dan masa padat.
Specimen feses diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah.
 Aktivitas dan istirahat. Gejala: Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak
tidur semalaman karena diare. Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas/kerja
sehubungan dengan efek proses penyakit.
 Sirkulasi. Tanda: Takikardia (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri).
Kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K). Tekanan darah hipotensi, termasuk
postural. Kulit/membran mukosa: turgor buruk, kering, lidah pecah–pecah
(dehidrasi/malnutrisi).
 Integritas ego. Gejala: Ansietas, ketakutan misalnya: perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Faktor stress akut/kronis misalnya: hubungan dengan keluarga dan pekerjaan, pengobatan
yang mahal. Tanda: Menolak, perhatian menyempit, depresi.
 Eliminasi. Gejala: Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair. Episode
diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang timbul, sering tak dapat dikontrol (sebanyak 20-
30 kali defekasi/hari); perasaan dorongan/kram (tenesmus); defekasi darah/pus/mukosa
dengan atau tanpa keluar feses. Pendarahan per rektal. Riwayat batu ginjal (dehidrasi). Tanda:
Menurunya bising usus, tak adanya peristaltik atau adanya peristaltik yang dapat dilihat di
hemoroid, fisura anal (25 %), fistula perianal.
 Makanan dan cairan. Gejala: Penurunan lemak, tonus otot dan turgor kulit buruk. Membran
mukosa bibir pucat; luka, inflamasi rongga mulut. Tanda: Anoreksia, mual dan muntah.
Penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diit/sensitive; buah segar/sayur, produk susu,
makanan berlemak.
 Hygiene. Tanda: Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri. Stomatitis menunjukan
kekurangan vitamin. Bau badan.
 Nyeri dan kenyamanan. Gejala; Nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang
dengan defekasi), titik nyeri berpindah, nyeri tekan (atritis). Tanda: Nyeri tekan
abdomen/distensi.
 Keamanan. Gejala; Riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik, vaskulitis, Arthritis
(memperburuk gejala dengan eksaserbasi penyakit usus). Peningkatan suhu 39-40°Celcius
(eksaserbasi akut). Penglihatan kabur, alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan
histamine kedalam usus dan mempunyai efek inflamasi). Tanda: Lesi kulit mungkin ada
misalnya: eritema nodusum (meningkat, nyeri tekan, kemerahan dan membengkak) pada
tangan, muka; pioderma ganggrenosa (lesi tekan purulen/lepuh dengan batas keunguan) pada
paha, kaki dan mata kaki.
 Interaksi social. Gejala: Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi. Ketidak
mampuan aktif dalam sosial.
 Penyuluhan dan pembelajaran. Gejala: Riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus

 Pemerikasaan fisik persistem (B1-B6)


a) Breathing (pernapasan): Biasanya ditandai dengan napas pendek dispnea, ditandai dengan
takipne dan frekuensi napas menurun.
b) Blood (Sirkulasi/kardio): Terdapat takikardi, perubahan perfusi ditandai dengan turgor
buruk, kulit pucat.
c) Brain (persarafan): Kesadaran composmentis–coma refleks menurun
d) Blader (perkemihan): Oliguria, inkontenensia, penurunan jumlah urin akibat kurangnya
intake cairan, dehidrasi.
e) Bowel (pencernaan): Ditandai dengan anoreksia, mual, muntah, penurunan BB, tidak
toleran terhadap diet, kehilangan nafsu makan, feses bervariasi dari bentuk lunak sampai
keras, diare, feses berdarah, menurunnya bising usus.
f) Bone (muskuloskeletal): Penurunan kekuatan otot, kelemahan, dan malaise.

2. DIAGNOSA & INTERVENSI KEPERAWATAN


a) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Managemen nyeri:
 Lakukan pengkajian nyeri secara komp rehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
R/ mengetahui tindakan dan obat yang akan diberikan
 Observasi reaksi nonverbal dariketidaknyamanan
R/ mengetahui tingkat nyeri pasien
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
R/membantu pasien mengungkapkan perasaan nyerinya
 Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau
R/untuk memberikan intervensi yang tepat
 Kontrol lingkungan yang dapatmempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
R/membantu mengurangi nyeri pasien
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
R/ mengurangi nyeri pasien
 Pilih dan lakukanpenanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
R/ membantu mengurangi rasa nyeri pasien
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
R/ memberikan intervensi yang tepat
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi
R/mengurangi nyeri dengan cara pengobatan non farmakologis
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri R/ nyeri dapat berkurang - Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
R/ nyeri terkontrol
 Tingkatkan istirahat
R/ menguragi nyeri
Analgesic Administration
 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
R/ untuk memberikan intervensi yang tepat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
R/ benar dalam pemberian obat
 Cek riwayat alergi pilihananalgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
R/ menentukan obat yang tidak alergi untuk pasien
 Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
R/ memberikan obat yang sesuai dengan keluhan
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
R/ mengetahui kondisi pasien
 Berikan analgesik tepatwaktu terutama saat nyeri hebat
R/ membantu mengurangi nyeri

b) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi.


 Perawatan luka
R/ mencegah infeksi
 Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
R/ menjaga integritas kulit pasien
 Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
R/agar kulit tetap lembab
 Hindari kerutan pada tempat tidur
R/ menjaga integritas kulit tetap baik
 Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
R/ membantu agar pasien nyaman
 Monitor kulit akan adanya kemerahan
R/ mengetahui kondisi integritas kulit
 Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
R/ agar kulit tetap terjaga tidak terjadi luka baru
 Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
R/ membantu pasien agar bisa mobilisasi
 Monitor status nutrisi pasien
R/ mengawasi pasien agar tidak kekurangan nutrisi
 Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
R/mempertahankan personal higiene pasien
 Observasi luka :lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik, warna cairan, granulasi, jaringan
nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal.
R/ menguragi tanda-tanda infeksi
 Lakukan teknik perawatan luka dengan steril
R/mencegah adanya infeksi.

c) Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit


Penurunan kecemasan
 Gunakan pendekatan yang menenangkan
R/ meningkatkan bina hubungan saling percaya
 Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
R/ agar pasien mengetahui tujuan dan prosedur tindakan
 Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
R/ mengurangi kecemasan pasien
 Berikan informasi factual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
R/ membantu mengungrangi tingkat kecemasan
 Identifikasi tingkat kecemasan
R/ mengetahui tingkat kecemasan pasien
 Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
R/membantu pasien agar lebih tenang
 Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
R/ membantu pasien
 Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
R/ cemas berkurang, pasien merasa tenang
 Berikan obat
R/untuk mengurangiKecemasan

d) Resti infeksi berhubungan dengan luka post operasi


Infection Control (Kontrol infeksi)
 Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
R/mengurangi resiko infeksi
 Pertahankan teknik isolasi
R/ menurunkan resiko kontaminasi silang
 Batasi pengunjung bila perlu
R/ menurunkan resiko infeksi
 Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien
R/ mencegah terjadinya kontaminasi silang
 Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
R/ mencegah terpajan pada organisme infeksius
 Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
R/ menurunkan resiko infeksi
 Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
R/ mempertahankan teknik steril
 Tingkatkan intake nutrisi
R/ membantu meningkatkan respon imun
 Berikan terapi antibiotik bila perlu
R/ mencegah terjadinya infeksi b
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
R/mengidentifikasi keadaan umum pasien dan luka
 Monitor hitung granulosit, WBC
R/ mengidentfikasi adanya infeksi
 Monitor kerentanan terhadap infeksi
R/ menghindari resiko infeksi
 Berikan perawatan kulit pada area epidema
R/ meningkatkan kesembuhan Inspeksi kondisi luka / insisi bedah R/mengetahui tingkat
kesembuhan pasien
 Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
R/ membantu meningkatkan status pertahanan tubuh terhadap infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
R/ mempertahankan teknik aseptik
 Laporkan kultur positif
R/ mengetahui terjadinya infeksi pada luka.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., &Dotcherman, J.M. 2008. Nursing Interventions
Classification, 5th ed. St. Louis: Mosby-Year Book.
T. Heater Herdman, dkk. NANDA nursing diagnoses: definitions and classification
2015-2017. Philadelphia: NANDA International.
Nurarif, A.H., & Kusuma, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis, NANDA, dan N0C-NIC Jilid 1. Yogyakarta: MediAction.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., & Swanson, E. 2008. Nursing Outcomes
Classification, 4 th edition.
Mosby Elsevier. Smeltzer, Suzanna C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Brunner & Suddartedisi 8 volume 1, 2, 3. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005). Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
 Nama: Ny B
 No RM: C88xxxx
 Usia 40 tahun
 BB 60 kg
 Tgl masuk 25 September 2021
 Tanggal pengkajian 28 September 2021 pukul 08.00WIB
 Riwayat kesehatan: pasien mengatakan nyeri pada perut sejak lebih dari 3 bulan yang lalu,
seperti ditekan, bertambah saat bergerak dan beraktivitas, hilang timbul.
 Keadaan umum: post operasi laparatomi dan surgical staging, pasien terpasang ETT no 7,5 KK
kedalaman 20 cm, TD 90/70mmhg, HR 120x/mnt, T 36C
 Respirasi terpasang JR 10 lpm SpO2 100%, RR 12 x/mnt
 Abdomen tampak luka operasi linea medianan tertutup kassa
 Ekstremitas: edema ekstremitas inferior kiri dan kanan
 BAK: terpasang DC urin 50cc/ 4 jam, warna kuning bau khas urin
 Pemeriksaan genetalia:
Ins/VT flx- flr-
v/u tidak ada kelainan
vagina tidak ada kelainan
portio licin jempol tangan
cut sulit diraba
adnexa teraba massa kistik dengan bagian solid ukuran hamil aterm gemelli
cd tidak ada kelainan
 Hasil laborat 26/9/2021
Hb 8,4
L 10900
Tr 495000
GDS/SGOT/SGPT 79/67/0,5
Alb/ur/cr 2,7/14/0,5
Na/K/Cl 143/3,9/108
 Medikamentosa yang masuk selama operasi
Rl 1500 cc
NaCl 500cc
Gelofusin 1000cc
WB 358cc
PRC 258 cc
Propofol 130 mg
Roculax 30 mg
Fentanyl 100mcg
Paracetamol 1000mg
Midazolam 3mg
Asam traneksamat 1000mg
Vit K 10mg
Dexametashon 10 mg
Vascon syring pump 0,3 mcg/kgbb/mnt
Ketamin syringpump 70 mg/jam
Dibutamin 7,5 mcg/kgbb/jam
 Cairan keluar
Darah 4500 cc
Urin 50cc
 Advis post operasi
Infus Rl 18 tpm
Beri O2 3lpm nasal kanul
Monitoring KU bila AS>8 boleh pindah ruangan
Bila KU stabil, tidak mual dan muntah boleh makan minum bertahap
Medikamentosa post op: PCT 1000mg/8jam, ketorolac 30mcg/8jam, ampicillin sulbactam
1,5gr/8jam, OMZ 40 mg/12jam, metoclopamid 10mg/12jam, Asam traneksamat 500mg/8jam,
vit K 10mg/8jam, Sp midazolam, Sp morfin, Ca glukonas 1 mg/8jam

 Pengkajian nyeri
Pasien mengatakan nyeri mencengkeram dibagian perut yang dioperasi skala nyeri 5 hilang
timbul bertambah saat bergerak dan berkurang saat istirahat.
B. ANALISA DATA & DIAGNOSA KEPERAWATAN

NoHari/Tgl Data Problem Kemungkinan penyebab

Selasa, 28 Subyektif :- Pola nafas tidak efektif Efek agen farmakologis


September D.0005
2021 pukul Obyektif :
08.00  post operasi laparatomi dan surgical
staging, pasien terpasang ETT no
7,5 KK kedalaman 20 cm, TD
90/70mmhg, HR 120x/mnt, T 36C
 Respirasi terpasang JR 10 lpm SpO2
100% RR 12 x/mnt
 Efek anestesi telah masuk obat
Propofol 130 mg
Roculax 30 mg
Fentanyl 100mcg
Paracetamol 1000mg
Midazolam 3mg
 Abdomen tampak luka operasi linea
medianan tertutup kassa

Selasa, 28 Subyektif :- Resiko syok D.0039 Hipotensi dan kekurangan volume


September cairan
2021 pukul Obyektif :
08.05  post operasi laparatomi dan surgical
staging
 Cairan keluar
Darah 4500 cc dan urin 50cc
 Hemodinamik belum stabil
TD 90/70mmhg, HR 120x/mnt, T
36C

Selasa, 28 Subyektif: Nyeri akut Agen pencidera fisik dd trauma


September  P: Pasien mengatakan nyeri saat prosedur operasi
2021 pukul bergerak
08.05  Q: nyeri mencengkeram
 R: nyeri dibagian perut yang
dioperasi
 S: skala nyeri 5
 T: hilang timbul

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN SDKI


1. Pola nafas tidak efektif D.0005 berhubungan dengan Efek agen farmakologis
2. Resiko syok D.0039 berhubungan dengan Hipotensi dan kekurangan volume cairan
3. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik (trauma) prosedur operasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN SLKI DAN SIKI
HARI/TANGGAL DIAGNOSE TUJUAN& KRITERIA INTERVENSI TTD
KEPERAWATAN HASIL
Selasa, 28 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas I.01011 Evita
September 2021 efektif D.0005 keperawatan selama 2x24 Observasi
pukul 08.10 berhubungan jam diharapkan pola nafas  Monitor pola nafas!
dengan Efek agen efektif kembali L.01004  Monitor sputum!
farmakologis dengan kriteria hasil: Terapeutik
 RR dalam rentang  Pertahankan kepatenan jalan
normal18-20x/mnt napas!
 SpO2 >95%  Lakukan penghisapan lender
 Tidak terpasang alat kurang dari 15 detik!
bantu nafas  Lakukan hiperoksigenasi
 Pasien sadar sebelum penghisapan
endotrakeal!
 Berikan oksigen sesuai
saturasi!
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, mukolitik dan
ekspektoran bila perlu!

Pemantauan respirasi I.01014


Observasi
 Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, kedalaman dan
upaya nafas!
 Monitor pola nafas!
 Monitor adanya produksi
sputum!
 Auskultasi bunyi nafas!
 Monitor saturasi oksigen!
Terapeutik
 Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien!
 Dokumentasikan hasil
pemantauan!

Selasa, 28 Resiko syok Setelah diberikan tindakan Pencegahan syok I.02068 Evita
September 2021 D.0039 keperawatan 2x24 jam Observasi
pukul 08.20 berhubungan diharapkan tidak terjadi  Monitor status
dengan Hipotensi syok L.03032 dengan kardiopulmonal!
dan kekurangan kriteria hasil:  Monitor status oksigenasi!
volume cairan  Urin output  Monitor status cairan!
meningkat 0,5-1  Monitor tingkat kesadaran &
ml/kgbb/jam respon pupil!
 Kesadaran meningkat Terapeutik
 TD meningkat  Beri oksigen untuk
mempertahankan saturasi!
 Pertahankan intubasi!
 Pertahankan jalur IV!
 Pertahankan DC untuk
pemantauan cairan!
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan
IV!
 Kolaborasi pemberian
HARI/TANGGAL DIAGNOSE TUJUAN& KRITERIA INTERVENSI TTD
KEPERAWATAN HASIL
tranfusi darah bila perlu!
 Kolaborasi pemberian anti
inflamasi!
Pemantauan cairan I.03121
Observasi
 Monitor frekuensi dan
tekanan nadi!
 Monitor frekuensi nafas!
 Monitor tekanan darah!
 Monitor jumlah, warna dan
berat jenis urin!
 Monitor intake&output
cairan!
 Identifikasi tanda
hipovolemi!
 Identifikasi tanda
hipervolemi!
Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien!
 Dokumentasikan hasil
pemanatauan!

Selasa, 28 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan asuhanManajemen Nyeri Evita


September 2021 keperawatan selama 2x24  Identifikasi lokasi,
Agen Pencedera
pukul 08.20 jam, nyeri klien berkurang karakteristik, durasi,
Fisik (trauma) dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas
Tingkat Nyeri berkurang ,intensitas nyeri!
prosedur operasi
- Keluhan nyeri berkurang  Identifikasi skala nyeri!
dari 5 menjadi 4  Identifikasi respon nyeri
- Tampak lebih tenang saat nonverbal!
nyeri menyerang  Identifikasi faktor yang
memperberat nyeri!
 Berikan mobilisasi dini
dengan rentang gerak sendi
aktif (saat anastesi sudah
mulai hilang), miring kanan
dan kiri, meninggikan posisi
kepala bertahap, sampai
duduk bersandar di akhir 24
jam pertama!
 Kolaborasi pemberian
analgetic PCT
1000mg/8jam, ketorolac
30mcg/8jam!
 Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri!
D. CATATAN KEPERAWATAN / IMPLEMENTASI
NO TGL/ HARI IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
DX
2 Selasa, 28  Memonitor status RS:- Evita
September kardiopulmonal RO:
2021 pukul  Memonitor status TD 90/70 mmhg, Hr 120 x/menit teraba lemah
08.00 oksigenasi RR 12 x/mnt via JR SpO2 100%
 Memonitor status cairan Cairan masuk RL 18 tpm
 Memonitor tingkat Kesadaran belum bisa dikaji masih dalam
kesadaran & respon pupil pengaruh anestesi
Respon pupil +/+
1 Selasa, 28  Memonitor frekuensi, RO: Evita
September irama, kedalaman, rr 12x/mnt, irama reguler, kedalaman nafas dalam
2021 pukul kedalaman dan upaya dan upaya nafas mandiri belum tampak
08.05 nafas

1 Selasa, 28  Mempertahankan RO: terpasang ventilator mekanik dengan mode Evita


September kepatenan jalan napas psimv fiO2 60% RR 18x/menit, hemodinamik
2021 pukul dengan memasang belum stabil
08.10 ventilasi mekanik
 Memberikan oksigen
sesuai saturasi
1 Selasa, 28  Melakukan penghisapan RO: suction keluar lender warna putih kental Evita
September lendir kurang dari 15 volume kurang lebih 50 cc
2021 pukul detik
08.17
3 Selasa, 28  Mengidentifikasi lokasi, RS: Pasien mengatakan nyeri mencengkeram Evita
September karakteristik, durasi, dibagian perut yang dioperasi skala nyeri 5 hilang
2021 pukul frekuensi, kualitas
08.30 ,intensitas nyeri timbul bertambah saat bergerak dan berkurang
 Mengidentifikasi skala saat istirahat.
nyeri

1 Selasa, 28  Memonitor pola nafas RO: pola nafas lambat, suara nafas vesikuler, Evita
September  Memonitor adanya tidak ada bunyi nafas tambahan, produksi sputum
2021 pukul produksi sputum sedikit warna putih kental
10.00  Mengauskultasi bunyi
nafas

1 Selasa, 28  Mengatur interval RO: RR terendah 18 x/mnt dan tertinggi 20x/mnt Evita
September pemantauan respirasi pemantauan per 30 menit
2021 pukul sesuai kondisi pasien
10.15
3 Selasa, 28  Mengientifikasi respon RO: pasien tampak meringis kadang-kadang Evita
September nyeri nonverbal sambil memgangi area post operasi teritama saat
2021 pukul  Mengidentifikasi faktor bergerak dan batuk.
10.20 yang memperberat nyeri
1 Selasa, 28  Memonitor saturasi RO: SpO2 95% dengan oksigen FiO2 60% Evita
September oksigen
2021 pukul
12.00
2,3 Selasa, 28  Mengevaluasi jumlah, RO: Evita
September warna dan berat jenis urin  kondisi 10 jam pasca operasi total urin 300 cc,
2021 pukul  Mengevaluasi total intake cairan 4000 ml dan output 5300ml
12.00 intake&output cairan  Terdapat mata cekung, nadi 122x/mnt cepat dan
 Mengidentifikasi tanda lemah, sianosis, kesadaran somnolen.
hipovolemi  Obat analgetik ketorolac dan paracetamol
 Mengidentifikasi tanda masuk melalui intra vena tidak ada reaksi alergi
NO TGL/ HARI IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
DX
hipervolemi
 Kolaborasi pemberian
analgetic PCT
1000mg/8jam, ketorolac
30mcg/8jam!

2 Selasa, 28  Mempertahankan intubasi RO: intubasi masih terpasang dengan ventilasi Evita
September  Mempertahankan jalur IV mekanik, jalur infus 2 jalur untuk tranfusi dan
2021 pukul  Mempertahankan DC pemberian cairan, kolaborasi pemeriksaan laborat
12.30 untuk pemantauan cairan post operasi menunggu hasil, DC terpasang
dengan luaran urin warna kuning pekat volume
310cc/ 6 jam
2 Selasa, 28  Kolaborasi pemberian RO: Evita
September terapi dan prosuk darah Dalam proses memasukkan prosuk darah 2 PRC
2021 pukul untuk pencegahan syok dan 1 WB, usaha PRC 3 kantong lagi.
12.45 Inj Ampicilin subactam 1,5 gr/8jam H1, kalnek
500mg/8 jam, inj vit K 10mg/8jam, Sp
midazolam, morphin, inj ca glukonas 1mg/8jam,
inj metronidazole 1gr/8jam H1, rubber gizi diet
air gula 50ml/6jam
Semua terapi masuk, tidak ada reaksi alergi dan
respon hemodinamik pasien lebih stabil

2 Selasa, 28  Mendokumentasikan hasil RO: kesadaran belum bisa dikaji masih dalam Evita
September pemantauan status pengaruh anestesi, TD 100/80 mmHg, N
2021 pukul kardiopulmonal dan status 120x/mnt, RR 20x/mnt, SpO2 98% dengan
13.00 oksigenasi ventilator mekanik FiO2 60% mode psimv

1, 2 Rabu 29  Memonitor status RS: belum bisa dikaji Evita


September kardiopulmonal, cairan RO: TD 118/82 mmhg, Hr 106x/mnt, RR
2021 07.00  Memonitor tingkat 28x/mnt, T 36,5C, SpO2 100% NRM 10 lpm
kesadaran & respon pupil

3 Rabu 29  Berikan mobilisasi dini RS: pasien mengatakan nyeri skala 5 hilang Evita
September dengan rentang gerak timbul mencengkeram bertambah saat batuk dan
2021 07.30 sendi aktif (saat anastesi beraktivitas
sudah mulai hilang), RO: pasien tampak meringis sambil memegangi
miring kanan dan kiri, area post operasi saat dilakukan mobilisasi miring
meninggikan posisi kiri dan kanan H+1
kepala bertahap, sampai
duduk bersandar di akhir
24 jam pertama
1 Rabu 29  Memonitor frekuensi dan RO: TD 106/77mmHg, Nadi 112 x/mnt teraba Evita
September tekanan nadi lemah, RR 16x/mnt, T37 C
2021 09.00  Memonitor frekuensi
nafas
 Memonitor tekanan darah

1,2 Rabu 29  Memonitor jumlah, warna RO: Evita


September dan berat jenis urin Drain volume 1000 cc/ 20jam serohemoragi
2021 09.30  Memonitor intake&output Urin 500cc/9Jam warna kuning pekat, bau khas
cairan urin.
 Mengidentifikasi tanda Hb/L/Tr 4,3/21rb/110rb
hipovolemi Alb/ur/cr/Mg/Ca 0,9/26/0,6/1,6/1,6
 Mengidentifikasi tanda Na/K/Cl 143/4,8/109
hipervolemi Ddimer kuantutatif 2840
 Mengidentifikasi hasil Titer fibrinogen 92
NO TGL/ HARI IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
DX
laborat
1,2 Rabu 29  Mempertahankan jalur IV RO: Evita
September  Mempertahankan DC DC terpasang paten, infus 2 jalur paten rencana
2021 10.30 untuk pemantauan cairan tranfusi dan mempertahankan IV line

1,2 Rabu 29  Kolaborasi pemberian RO: Evita
September terapi dan prosuk darah Lab post tranfusi 2 PRC dan 1 WB,. Hb/L/Tr
2021 12.00 untuk pencegahan syok 4,3/21rb/110rb, rencana masuk PRC 3 kolf lagi

Inj Ampicilin subactam 1,5 gr/8jam H1, kalnek


500mg/8 jam, inj vit K 10mg/8jam, Sp
midazolam, morphin, inj ca glukonas 1mg/8jam,
inj metronidazole 1gr/8jam H1, rubber gizi diet
air gula 50ml/6jam
Semua terapi masuk, tidak ada reaksi alergi dan
respon hemodinamik pasien lebih stabil

2 Rabu 29  Memberikan albumin RO: Albumin masuk tidak ada reaksi alergi Evita
September 25% 100cc
2021 13.00
1,2 Rabu 29  Dokumentasikan hasil RO: Evita
September pemanatauan! TD 119/64 mmHg, N 95x.mnt terba lemah, RR
2021 13.30 20x/mnt, T 36,5C, SpO2 100% dengan NRM
5lpm, KU lemah kesadaran composmentis, urin
output 500/8 jam

E. EVALUASI

HARI/TGL NO EVALUASI TTD


DX
Selasa, 28 1 S:- Evita
September O:
2021 pukul  Kesadaran belum bisa dikaji masih dalam pengaruh anestesi
13.30  TD 100/80 mmHg, N 120x/mnt, RR 20x/mnt, SpO2 98% dengan ventilator
mekanik FiO2 60% mode psimv
A: Masalah pola nafas tidak efektif teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Manajemen jalan nafas I.01011
Observasi
 Monitor pola nafas!
 Monitor sputum!
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas!
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik!
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal!
 Berikan oksigen sesuai saturasi!
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik dan ekspektoran bila perlu!

Pemantauan respirasi I.01014


Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman, kedalaman dan upaya nafas!
 Monitor pola nafas!
 Monitor adanya produksi sputum!
HARI/TGL NO EVALUASI TTD
DX
 Auskultasi bunyi nafas!
 Monitor saturasi oksigen!
Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien!
 Dokumentasikan hasil pemantauan!

Selasa, 28 2 S:- Evita


September O:
2021 pukul  DC terpasang dengan luaran urin warna kuning pekat volume 310cc/ 6 jam
14.00  Kesadaran belum bisa dikaji masih dalam pengaruh anestesi
 Terpasang Sp midazolam dan morfin
A:masalah resiko syok belum tertasi
P:pertahankan intervensi
Pencegahan syok I.02068
Observasi
 Monitor status kardiopulmonal!
 Monitor status oksigenasi!
 Monitor status cairan!
 Monitor tingkat kesadaran & respon pupil!
Terapeutik
 Beri oksigen untuk mempertahankan saturasi!
 Pertahankan intubasi!
 Pertahankan jalur IV!
 Pertahankan DC untuk pemantauan cairan!
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV!
 Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila perlu!
 Kolaborasi pemberian anti inflamasi!
Pemantauan cairan I.03121
Observasi
 Monitor frekuensi dan tekanan nadi!
 Monitor frekuensi nafas!
 Monitor tekanan darah!
 Monitor jumlah, warna dan berat jenis urin!
 Monitor intake&output cairan!
 Identifikasi tanda hipovolemi!
 Identifikasi tanda hipervolemi!
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien!
 Dokumentasikan hasil pemanatauan!

Selasa, 28 3 S: Pasien mengatakan nyeri mencengkeram dibagian perut yang dioperasi skala nyeri Evita
September
5 hilang timbul bertambah saat bergerak dan berkurang saat istirahat.
2021 pukul
14.00 O:
 pasien tampak meringis kadang-kadang sambil memgangi area post operasi
teritama saat bergerak dan batuk.
 Obat analgetik ketorolac dan paracetamol masuk melalui intra vena tidak ada
reaksi alergi
A: masalah nyeri akut belum teratasi
P lanjutkan intervensi:
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas ,intensitas nyeri!
 Identifikasi skala nyeri!
 Identifikasi respon nyeri nonverbal!
 Identifikasi faktor yang memperberat nyeri!
 Berikan mobilisasi dini dengan rentang gerak sendi aktif (saat anastesi sudah
HARI/TGL NO EVALUASI TTD
DX
mulai hilang), miring kanan dan kiri, meninggikan posisi kepala bertahap,
sampai duduk bersandar di akhir 24 jam pertama!
 Kolaborasi pemberian analgetic PCT 1000mg/8jam, ketorolac 30mcg/8jam!
 Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri!
Rabu 29 1 S:- Evita
September O:
2021 13.30  RR 20x/mnt
 SpO2 100% dengan NRM 5lpm
 Pasien KU lemah kesadaran composmentis
A: masalah pola nafas tidak efektif teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Manajemen jalan nafas I.01011
Observasi
 Monitor pola nafas!
 Monitor sputum!
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas!
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik!
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal!
 Berikan oksigen sesuai saturasi!
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik dan ekspektoran bila perlu!

Pemantauan respirasi I.01014


Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman, kedalaman dan upaya nafas!
 Monitor pola nafas!
 Monitor adanya produksi sputum!
 Auskultasi bunyi nafas!
 Monitor saturasi oksigen!
Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien!
 Dokumentasikan hasil pemantauan!

Rabu 29 2 S:- Evita


September O:
2021 14.00  TD 119/64 mmHg, N 95x.mnt terba lemah, T 36,5C
 Drain volume 1000 cc/ 20jam serohemoragi
 Urin 500cc/9Jam warna kuning pekat, bau khas
 Pasien KU lemah kesadaran composmentis
 Hb/L/Tr 4,3/21rb/110rb
A: masalah resiko syok belum teratasi
P: pertahankan intervensi
Pencegahan syok I.02068
Observasi
 Monitor status kardiopulmonal!
 Monitor status oksigenasi!
 Monitor status cairan!
 Monitor tingkat kesadaran & respon pupil!
Terapeutik
 Beri oksigen untuk mempertahankan saturasi!
 Pertahankan intubasi!
 Pertahankan jalur IV!
 Pertahankan DC untuk pemantauan cairan!
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV!
HARI/TGL NO EVALUASI TTD
DX
 Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila perlu!
 Kolaborasi pemberian anti inflamasi!
Pemantauan cairan I.03121
Observasi
 Monitor frekuensi dan tekanan nadi!
 Monitor frekuensi nafas!
 Monitor tekanan darah!
 Monitor jumlah, warna dan berat jenis urin!
 Monitor intake&output cairan!
 Identifikasi tanda hipovolemi!
 Identifikasi tanda hipervolemi!
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien!
 Dokumentasikan hasil pemanatauan!

Rabu 29 3 S: : pasien mengatakan nyeri skala 5 hilang timbul mencengkeram bertambah saat Evita
September batuk dan beraktivitas
2021 14.00 O:
 pasien tampak meringis sambil memegangi area post operasi saat dilakukan
mobilisasi miring kiri dan kanan H+1 hilang timbul bertambah saat bergerak dan
berkurang saat istirahat.
 Obat analgetik ketorolac dan paracetamol masuk melalui intra vena tidak ada
reaksi alergi
A: masalah nyeri akut belum teratasi
P lanjutkan intervensi:
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas ,intensitas nyeri!
 Identifikasi skala nyeri!
 Identifikasi respon nyeri nonverbal!
 Identifikasi faktor yang memperberat nyeri!
 Berikan mobilisasi dini dengan rentang gerak sendi aktif (saat anastesi sudah
mulai hilang), miring kanan dan kiri, meninggikan posisi kepala bertahap,
sampai duduk bersandar di akhir 24 jam pertama!
 Kolaborasi pemberian analgetic PCT 1000mg/8jam, ketorolac 30mcg/8jam!
 Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri!

Anda mungkin juga menyukai