Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR

MAMMAE DI KLINIK BEDAH ONKOLOGI RSUD LABUANG BAJI

Disusun Oleh:
Ulfa Wildana Hasan
70900120032
Ners XVIII

CI Lahan CI Institusi

( ) ( )

PRODI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
BAB I
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Tumor mammae adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim, stroma,
areola dan papilla mammae (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010).Tumor mammae
adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae di mana sel abnormal
timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan
pembuluh darah (Nurarif & Kusuma, 2015).
Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat terjadi pada
suatu sel / jaringan di dalam mammae dimana ia tumbuh secara liar dan tidak bisa
dikontrol (Junaidi, 2007).

B. Klasifikasi
Secara histologi menurut Sarjadi, (2007), tumor mammae terbagi menjadi:
1. Intracanalicular fibroadenoma
Tumor ini secara tidak teratur dibentuk dari pemecahan antara stroma
fibrosa yang mengandung serat jaringan epitel. Rongga mirip duktus atau
kelenjar dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang regular dengan membran
basal jelas dan utuh, dimana sebagian lesi rongga duktus terbuka, bundar
sampai oval dan cukup teratur.
2. Pericanalicular fibroadenoma
Tumor yang menyerupai kelenjar atau kista yang dilingkari oleh
jaringan epitel pada satu atau banyak lapisan. Sebagian lainnya tertekan oleh
poliferasi ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang rongga tersebut
tampak sebagai celah atau struktur irregular mirip bintang.
C. Etiologi
Menurut Junaidi, (2007), sampai saat ini, penyebab pasti tumor mammae
belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah terid entifikasi,
yaitu :
1. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor mammae dibandingkan dengan
pria. Prevalensi tumor mammae pada pria hanya 1% dari seluruh tumor
mammae.
2. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor mammae
beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor mammae.
3. Faktor genetic
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom
13 dapat meningkatkan resiko tumor mammae sampai 85%. Selain itu, gen
p53, BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya
kanker mammae.
4. Faktor usia
Resiko tumor mammae meningkat seiring dengan pertambahan usia.
5. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika
tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan
resiko terjadinya tumor mammae.
6. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat
dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.

D. Patofisiologi
Patofisiologi fibroadenoma mammae (FAM) sebagian besar dipengaruhi oleh
aktivitas hormonal. Kelenjar mamae berasal dari bagian kaudal jaringan
ektodermal yang dikenal sebagai garis susu, dimulai dari aksila hingga inguinal
pada permukaan anterior dari fetus yang sedang berkembang. Saat pubertas,
hormon pituitari dan ovarium mempengaruhi stimulasi dari pembesaran payudara
wanita secara primer menyebabkan akumulasi dari adiposit.
Setiap payudara mengandung 15-22 unit kelenjar yang dikenal dengan lobulus
payudara yang dibatasi oleh ligament Cooper. Setiap lobulus terdiri dari kelenjar
tubuloalveolar dan jaringan adiposa. Setiap lobulus berakhir pada duktus
laktiferus yang selanjutnya keluar pada permukaan puting. Multipel duktus
laktiferus berkumpul untuk membentuk ampula yang melintasi puting untuk
membuka pada bagian apeks. Di bawah permukaan puting, duktus laktiferus
membentuk dilatasi besar yang dinamai sinus laktiferus dimana berfungsi sebagai
reservoir ASI saat laktasi.
Massa payudara dapat mengenai bagian manapun dari jaringan yang
membentuk payudara termasuk kulit, duktus, lobulus dan jaringan ikat.
Fibroadenoma berasal dari duktus terminal dari lobulus.
Perjalanan fibroadenoma berbeda pada setiap individu, tetapi kebanyakan
fibroadenoma mengecil akibat penurunan jumlah sel disertai infark yang
membentuk kalsifikasi dan hialinisasi. 
Peran Fibroblast Growth Factor
Mekanisme pembentukan dan progresi fibroadenoma mammae (FAM) masih
belum diketahui secara jelas. Sebuah studi melaporkan bahwa acidic fibroblast
growth factor (AFGF) diduga berperan dalam patogenesis FAM. AFGF adalah
aktivator fibroblast yang berinteraksi dengan reseptor sel seperti fibroblast
growth factor receptor 4 (FGFR4). Studi ini menyatakan bahwa interaksi AFGF
dengan FGFR4 menyebabkan mekanisme modulasi parakrin atau autokrin dari sel
stromal dan epitelial yang memicu terbentuknya FAM.
Mutasi Gen MED12
Gen mediator complex subunit 12 (MED12) adalah gen yang berperan
dalam mengkode protein yang merupakan komponen dari regulator
transkripsional 26-subunit yang diduga memfasilitasi proses bridging sekuens
regulatorik DNA menjadi kompleks inisiasi RNA polimerase II. Selain daripada
itu, gen MED12 juga berperan dalam pensinyalan gen sonic hedgehog. Mutasi
pada gen ini diduga berkaitan dengan berkembangnya fibroadenoma mammae
(FAM) (Smeltzer, 2013).

E. Manifestasi Klinik
Pasien biasanya datang dengan benjolan/massa di payuidara, rasa sakit, keluar
cairan dari puting susu, kulit sekung (lesung), retraksi atau deviasi putting susu,
nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah, dari putting. Kulit Peau d’ orange,
kulit tebal dengan pori-pori yang menonjol sama dengan kulit jeruk, dan atau
ulserasi pada payudara keduanya merupakan tanda lanjut dari penyakit.
Tanda dan gejala metastasis yang luas meliputi pembesaran kelenjar getah
bening, nyeri pada daerah bahu, pinggang, punggung bagian bawah, atau pelvis,
batuk menetap, anoreksi atau berat badan yang turun, gangguan pencernaan,
pusing,  penglihatan yang kabur dan sakit kepala.
Tumor payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara tetapi
mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan
payudara terdapat. Tumor payudara umumnya terjadi pda payudara sebelah kiri.
Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak
teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi
pada saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak.
Metastasis ke kulit dapat dimanifestasikan adanya Tumor payudara pada tahap
lanjut (Junaidi, 2007).

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Pamungkas, 2011), tumor mammae dapat di diagnosis dengan
beberapa cara, yaitu:
1. Mammografi
Adalah proses penyinaran dengan sinar x terhadap payudara.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit pada payudara
yang tidak diketahui gejalanya (asimptomatik).
2. Biopsi
Merupakan tindakan untuk mengambil contoh jaringan payudara dan
dilihat di bawah lensa mikroskop, guna mengetahui adakah sel kanker.
3. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
Pemeriksaan yang direkomendasikan pada wanita yang memiliki
resiko.
4. USG payudara
Dikenal dengan beast ultrasound, digunakan untuk mengevaluasi
adanya ketidaknormalan pada payudara yang telah ditemukan pada hasil
pemeriksaan mammografi.

G. Penatalaksanaan
1. Pembedahan ( eksisi)
a. Indikasi : usia >40 tahun, ukuran > 3 cm (sel atipia banyak ditemukan),
simptomatis dan pasien tidak nyaman, konservatif massa membesar >20%
b. Lokasi eksisi adalah di atas masa jika lokasi tumor 3 cm atau kurang dari
nipple di anjurkan insisi pariareolar.
c. Penjahitan rongga defek yang besar pasca eksisi tidak di anjurkan, oleh
karena akan mengakibatkan distrosi payudara.
d. Rekonstruksi ang rumit seperti flap-deepitelisai, prostesis silikon,
mammoplasti reduksi dan tissue ekspander, sebaiknya di lakukan setelah
penyembuhan luka secara alami.
e. Pada giant FAM usia muda (< 20 tahun) insisi yang dianjurkan insisi
submammari (The Gaillard Thomas Incisio)
2. Terapi Hormonal
Terdapat kecenderungan untuk memberikan terapi hormonal pada
pasien fibroadenoma mamae menggunakan tamoxifen, danazol dan gestogen
(Suyatno, 2015).
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah
sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
b. Identitas Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien.
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan mammae, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan
mengeras, bengkak dan nyeri.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat tumor mammae sebelumnya atau ada kelainan pada
mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian
dada.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga yang mengalami tumor mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami tumor mammae atau pun keluarga klien
pernah mengidap penyakit tumor lainnya,
3. Pengkajian Data
Persepsi dan Manajemen Biasanya klien tidak langsung memeriksakan
benjolan yang terasa pada mammaenya kerumah sakit karena menganggap itu
hanya benjolan biasa.
a. Nutrisi – Metabolik Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami
anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada
riwayat mengkonsumsi makanan mengandung MSG.
b. Eliminasi Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan
mengalami melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
c. Aktivitas dan Latihan Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas
dan lathan klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.
d. Kognitif dan Persepsi Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah
sehingga kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun
motorik.
e. Istirahat dan Tidur Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena
nyeri.
f. Persepsi dan Konsep Diri. Mammae merupakan alat vital bagi wanita.
Kelainan atau kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya
diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.
g. Peran dan Hubungan Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami
gangguan dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.
h. Reproduksi dan Seksual Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien
dan perubahan pada tingkat kepuasan.
i. Koping dan Toleransi Stress Biasanya klien akan mengalami stress yang
berlebihan, denial dan keputus asaan.
j. Nilai dan Keyakinan Diperlukan pendekatan agama supaya klien
menerima kondisinya dengan lapang dada.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
b. Rambut : Biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
c. Mata : Biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata
anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga : Normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda
infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e. Hidung : Bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
f. Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
g. Leher : Biasanya terjadi pembesaran KGB.
h. Dada : Adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi
atau tanda-tanda radang.
i. Hepar : Biasanya tidak ada pembesaran hepar.
j. Ekstremitas: Biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisiologis
2. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi.
4. Risiko infeksi.
5. Risiko perdarahan (PPNI, 2017a).

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisiologis
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, klien dapat menurunkan nyeri
dengan kriteria hasil :
a. Tidak melaporkan nyeri
b. Tidak menunjukan ekspresi nyeri
c. Tidak mengerang dan menangis
d. Tidak meringis
e. Tidak menggosok area nyeri
Intervensi Keperawatan:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi ,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan faktor pencetus
nyeri
b. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri (misal : suhu
ruangan, pencahayaan , dan kebisingan)
c. Observasi reaksi nonverbal dari nyeri
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis (misal : hipnosis, relaksasi,
akupresur, pijatan, sensasi dingin/panas, distraksi, terapi bermain,
terapi aktivitas, terapi musik, ) baik sebelum, setelah, bahkan selama
terjadi nyeri bila memungkinkan
e. Berikan medikasi untuk mengurangi nyeri
f. Tingkatkan istirahat
g. Dorong klien untuk mengungkapkan pengalaman nyerinya
h. Berikan infoirmasi tentang nyeri, termasuk penyebab nyeri, berapa
lama akan terjadi, antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
i. Turunkan faktor –faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan
nyeri

2. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional.


Setelah dilakukan asuhan keperawatan, tingkat kecemasan klien dapat
menurun, dengan kriteria hasil :
a. Tidak mengatakan terjadi kecemasan.
b. Tidak terjadi gangguan tidur.
c. Tidak terjadi serangan panik.
d. Tangan tidak gemetaran.
e. Tidak marah yang berlebihan
Intervensi Keperawatan:
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Jelaskan semua tindakan dan apa yang akan dirasakan selama tindakan
c. Berikan informasi yang aktual tentang diagnosa, tindakan dan
prognosis
d. Dorong secara tepat kepda keluarga untuk mendampingi klien
e. Dukung perilaku klien secara tepat
f. Dengarkan klien dengan penuh perhatian
g. Ciptakan suasana saling percaya dengan klien
h. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, persepsi dan ketakutan
i. Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
j. Kaji tanda-tanda cemas secara verbal dan nonverbal

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi.


Setelah dilakukan asuhan keperawatan,, klien akan mengetahui tindakan
yang akan dilakukan, dengan kriteria hasil: a
a. Klien mengetahui informasi kesehatan
b. Klien berperilaku sesuai dengan kondisinya
c. Klien mampu menghindari perilaku yang merugikan kesehatan
Intervensi Keperawatan
a. Nilai tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya
b. Jelaskan secara obyektif pendidikan kesehatan yang diberikan pada
klien
c. Dorong keluarga untuk membantu klien dalam merubah perilaku
kesehatan
d. Berikan informasi yang tepat kepada keluarga tentang kemajuan klien
e. Hindari memberikan harapan kosong
f. Hindari taktik menakut-nakuti klien dalam merubah pola perilaku
klien
g. Diskusikan dengan klien tentang perubahan gaya
h. Jelaskan secara tepat kemungkinan komplikasi kronis
i. Berikan informasi secara tepat tentang kondisi klien saat ini.

4. Risiko infeksi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, tidak terjadi peningkatan infeksi
dengan kriteria hasil:
a. Tidak ada kemerahan
b. Tidak ada discharge yang berbau busuk
c. Tidak ada sputum purulen
d. Tidak ada demam
e. Ada nafsu makan
Intervensi Keperawatan
a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai klien lain.
b. Batasi jumlah pengunjung
c. Ajarkan teknik cuci tangan pada klien dan keluarga
d. Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan di tempat klien
e. Terapkan universal precaution
f. Pakai sarung tangan steril sesuai indikasi
g. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat (tindakan
invasif)
h. Pastikan menggunakan teknik perawatan luka secara tepat
i. Dorong klien untuk meningkatkan pemasukan nutrisi
j. Berikan antibiotik bila perlu
k. Ajarkan kepada klien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

5. Risiko perdarahan.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, tidak terjadi penurunan kehilangan
darah dengan kriteria hasil:
a. Tidak terjadi perdarahan
b. Tidak terjadi kepucatan di kulit dan membrane mukosa
c. Tidak terjadi penurunan haemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hmt)
Intervensi Keperawatan:
a. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
b. Monitor tanda dan gejala dari perdarahan yang menetap (catat berapa
darah yang keluar)
c. Pertahankan bedrest selama perdarahan aktif
d. Berikan medikasi secara tepat
e. Sarankan untuk tidak mengkonsumsi aspirin atau obat antikoagulan
lainnya
f. Monitor tanda-tanda vital
g. Berikan tranfusi darah (WB,PRC)
h. Lindungi klien dari trauma, terutama yang bias menyebabkan
perdarahan (PPNI, 2017b)
. Patofisiologi (Fibroadenoma mammae)
Faktor predisposisi dan resiko tinggi terjadinya FAM (usia, genetik, pola
makan, stress, pekerjaan

Gangguan produksi hormon

kelemahan genetik sel sel

terbentuknya sel-sel tumor

hiperplasia pada sel mendesak jaringan sekitar mendesak sel syaraf mendesak pembuluh Pembedah
mammae darah

Diskontinuit as
mensuplai nutrisi ke menekan jaringan pada interufsi sel aliran darah jaringan
jaringan mammae syaraf lambat

luka terkontaminasi
Hipermetabolisis ke peningkatan hypoxia
bakteri
jaringan konsistensi
mamammae

Hipermetabolisis ke
jaringan lain daya tahan tubuh
mammae
membengkak bakteri patogen

nyeri
berat badan turun
massa tumor Infeksi
mammae asimetrik
mendesak jaringan luar Necrosis jaringan
nfeksi
kurang pengetahuan
nutrisi kurang dari
ukuran mammae
kebutuhan tubuh
Infiltrasi pleura abnormal
Gg body image
parietela
cemas

ekspani paru
perfusi Ulkus Gg intregritas
Gg pola nafas jaringan kulit/jaringan
menurun

DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, I. (2007). Kanker. Jakarta : . hal. 118-119, 129. Buana Ilmu Populer.

Nurarif, A. ., & Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. MediAction.

Pamungkas, Z. (2011). Deteksi Dini Kanker Payudara. Buku Biru.

PPNI. (2017a). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. PPNI.

PPNI. (2017b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. PPNI.

Sarjadi. (2007). Buku ajar Patologi Robbins. EGC.

Smeltzer, S. . (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth (12th ed.).
EGC.

Suyatno. (2015). Peran Pembedahn Pada umor Jinak Payudara.

Anda mungkin juga menyukai