Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT CONGESTIVE HEART FAILURE

(CHF) DI RUANG PERAWATAN CVCU RSUD LABUANG BAJI

Disusun Oleh:
Ulfa Wildana Hasan
70900120032
Ners XVIII

CI Lahan CI Institusi

( ) ( )

PRODI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi

Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang kompleks, dimana didasari

oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruhan jaringan

tubuh yang adekuat, mengakibatkan gangguan struktural dan fungsional dari

jantung. Pasien dengan gagal jantung memiliki tanda dan gejala, sesak nafas yang

spesifik pada saat istirahat atau saat melakukan aktivitas, rasa lemah, tidak

bertenaga, retensi air seperti kongestif paru, edema tungkai, terjadi abnormalitas

dari struktur dan fungsi jantung (Narolita, 2018)

Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologi dimana jantung tidak

mampu lagi memompakan darah secukupnya untuk memenuhi kebutuhan

sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu.

(Porumba et al., 2020).

B. Etiologi

Berikut beberapa penyebab dari gagal jantung:

1. Kelainan Otot Jantung

Kelainan otot jantung disebabkan karena menurunnya kontraktilitas

jantung. Kondisi yang mendasari kelainan fungsi otot meliputi hipertensi

arterial, aterosklerosis koroner, dan penyakit degeratif atau inflamasi.

2. Hipertensi Pulmonal Atau Sistemik

Dimana beban kerja jantung mengalami peningkatan dan

mengakibatkan hipertrophi serabut otot jantung.

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


3. Arterosklerosis Koroner

Berakibat pada gangguan fungsi miokardium karena aliran darah ke

otot jatung mengalami gangguan. Terjadi asidosis (akibat penumpukan asam

laktat) dan hipoksia. Kematian sel jantung (infark miokard) merupakan awal

terjadinya gagal jantung. Penyakit miokardium degeneratif dan peradangan

berhubungan dengan gagal jantung dimana secara langsung merusak serabut

jantung dan menyebabkan penurunan kontraktilitas.

4. Penyakit Miokardium Degeneratif Dan Peradangan

Kondisi ini sangat terkait dengan gagal jantung dimana secara

langsung menyebabkan penurunan kontraktilitas

5. Faktor Sistemik

Sejumlah fakor berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal

ginjal. Laju metabolisme meningkat, terjadi hipoksia dan anemia yang

membutuhkan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan akan

oksigen. Terjadinya hipoksia dan anemia dapat menurunkan suplai oksigen ke

jantung. Kontraktilitas jantung akan menurun diakibatkan abnormalitas

elektronik dan asidosis respiratori.

6. Penyakit Jantung Lain

Secara garis besar gagal jantung terjadi akibat penyakit jantung yang

sesungguhnya, dan secara langsung berpengaruh terhadap jantung. Biasanya

mekanisme mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis

katup semiluner), ketidak mampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade,

perikarditif konstriktif, pericardium, stenosis AV), dan peningkatan mendadak

afterload (Narolita, 2018).

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


C. Klasifikasi

Klasifikasi gagal jantung berdasarkan kapasitas fungsional New York Heart

Association (NYHA):
Tidak ada batasan : aktivitas fisik yang
biasa tidak menyebabkan dipsnea
Kelas 1
napas, palpitasi atau keletihan
berlebihan
Gangguan aktivitas ringan : merasa
nyaman ketika beristirahat, tetapi
Kelas II
aktivitas biasa menimbulkan keletihan
dan palpitasi.
Keterbatasan aktivitas fisik yang nyata :
merasa nyaman ketika beristirahat,
Kelas III
tetapi aktivitas yang kurang dari biasa
dapat menimbulkan gejala.
Tidak dapat melakukan aktivitas fisik
apapun tanpa merasa tidak nyaman :
gejala gagal jantung kongestif
Kelas IV ditemukan bahkan pada saat istirahat
dan ketidaknyamanan semakin
bertambah ketika melakukan aktivitas
fisik apapun.
Sumber : (Aspiani, 2016)

D. Patofisiologi
Kekuatan jantung untuk merespon stressor tidak mencukupi dalam memenuhi

kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan tugasnya sebagai

organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal

disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan

jantung normal mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada

penurunan curah jantung. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk

mempertahankan perfusi organ vital normal.

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon primer

yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal

akibat aktivitas neurohormon, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini

mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung. Mekanisme-

mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada

tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini pada keadaan normal.

Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas jantung

yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Bila

curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi

jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka

volume sekuncup yang harus menyesuaikan. Volume sekuncup adalah jumlah

darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu

preload (jumlah darah yang mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan

kontraksi yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan

panjang serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan

ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan

tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah satu komponen itu

terganggu maka curah jantung akan menurun.

Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner,

hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis

koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggu alirannya darah

ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).

Infark miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi

sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek (hipertrofi

miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan

meningkatkan kontraktilitas jantung.

Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal

jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,

menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami

kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal

jantung ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru

akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu

ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan (Ramadhani, 2020)..

E. Manifestasi Klinis

1. Tanda dominan : Meningkatnya volume intravaskuler. Kongestif jaringan

diakibatkan oleh tekanan arteri dan vena yang meningkat karena penurunan

curah jantung. Gejala kongesti dapat berbeda tergantung kegagalan yang

terjadi di ventrikel.

2. Gagal jantung kiri : Terjadi kongesti paru, hal ini disebabkan

ketidakmampuan ventrikel kiri untuk mengalirkan darah yang datang dari

paru. Manifestasi klinisnya yaitu :

a. Dispnea : Terjadi karena penimbunan cairan dalam alveolus dan

mengganggu proses pertukaran gas, kadang terjadi ortopnea. Beberapa

pasien mengalami kondisi ortopnea pada saat malam hari yang sering

disebut PND (Paroksimal Nokturnal Dispnea).

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


b. Batuk : salah satu gejala kongesti vascular pulmonal yang sering

terlewatkan, tetapi dapat merupakan gejala dominan. Batuk ini dapat

produktif, tetapi biasanya kering dan pendek. Gejala ini dihubungkan

dengan kongesti mukosa bronkial dan berhubungan dengan peningkatan

produksi mukus.

c. Mudah lelah : Dikarenakan curah jantung berkurang dan sirkulasi normal

jaringan terhambat, serta terjadi penurunan pada pembuangan sisa dari

hasil katabolisme yang diakibatkan karena energi yang digunakan

meningkat saat bernafas dan terjadinya insomnia karena kesulitan

bernafas.

d. Kegelisahan dan kecemasan. Terjadi karena gangguan oksigenasi jaringan,

stress karena kesulitan saat bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak

berfungsi bagaimana semestinya.

3. Gagal jantung kanan:

a. Kongestif pada jaringan perifer dan jaringan viseral.

b. Edema pitting pada kaki, bertambahnya berat badan. : akibat adanya

retensi cairan

c. Pembengkakan pada jantung dan nyeri tekan pada abdomen di bagian

kuadran atas kanan : adanya pembesaran pembuluh darah balik di hepar

d. Anoreksia dan mual : adanya pembesaran vena dalam rongga abdomen.

e. Nokturia (sering kencing malam hari) : ketika penderita berbaring untuk

tidur, bendungan aliran darah yang tadinya berkumpul pada area bawah

tubuh terdistribusi kembali ke jantung sehingga menyebabkan aliran darah

relatif menigkat. Adanya peningkatan aliran darah ke jantung

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


menyebabkan jumlah darah yang dipompa ke seluruh tubuh termasuk

ginjal juga ikut relatif meningkat. Dengan demikian, produksi air kencing

juga meningkat dan menyebabkan penderita lebih sering kencing pada

malam hari.

f. Kelemahan : Suplai darah menurun sehingga menimbun pembentukan

ATP dan asam laktat dalam darah (Majid, 2017).

F. Penatalaksanaan

1. Terapi Oksigen

Pemberian oksigen ditujukkan pada klien gagal jantung disertai

dengan edema paru. Pemenuhan oksigen akan mengurangi kebutuhan

miokardium dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen.

2. Terapi nitrat dan vasodilator

Pengunaan nitrat, baik secara akut maupun kronis, sangat dianjurkan

dalam penatalaksanaan gagal jantung. Jantung mengalami unloaded

(penurunan afterload-beban akhir), dengan adanya vasodilatasi perifer.

Peningkatan curah jantung lanjut akan menurunkan pengukuran yang

menunjukkan derajat kongesti vaskular pulmonal dan beratnya vertikel kiri

dan penurunan pada konsumsi oksigen miokardium.

3. Terapi Diuretik

Selain tirah baring, klien dengan gagal jantung perlu pembatasan

garam dan air serta diuretik baik oral atau parenteral. Tujuannya agar

menurunkan preload (beban awal) dan kerja jantung. Diuretik memiliki efek

antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. Hal ini

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


menyebabkan penurunan volume cairan dan merendahkan tekanan darah. Jika

garam natrium ditahan, air juga akan tertahan dan tekanan darah akan

meningkat. Banyak jenis diuretik yang menyebabkan pelepasan elektrolit-

elektrolit lainnya, termasuk kalium, magnesium,klorida dan bikarbonat.

Diuretik yang meningkatkan ekresi kalium digolongkan sebagai diuretik yang

tidak menahan kalium, dan diuretik yang menahan kalium disebut diuretik

hemat kalium.

4. Digitalis

Digitalis adalah obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas.

Digitalis diberikan dalam dosis yang sangat besar dan dengan cepat diulang.

Klien dengan gagal jantung lebih berat mungkin mendapat keuntugan dengan

terapi digitalis jangka panjang. Mempertahankan kadar obat serum 1,54

sampai 2,56 nmol/liter.

5. Inotropik positif

Dopamin bisa juga digunakan untuk meningkatkan denyut jantung

pada keadaan bradikardi di saat tropin tidak menghasilkan kerja yang efektif

pada dosis 5-20 mg/kg/menit. Dopamin sering kali diberikan dalam bentuk

campuran dengan konsentrasi 400-800 mg dalam 250 mi dekstrosa 5% dalam

air dan diberikan secara IV melalui pompa infus volumetrik untuk

mendapatkan dosis yang akurat. Dobutamin (dobutrex) adalah suatu obat

simpatomimetik dengan kerja beta 1 adrenergik. Dobutamin yang sering

digunakan adalah 1000 mg dicampur dalam 250 mi dekstrosa 5% dalam air

atau normalsalin.

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


6. Terapi Sedatif

Pada keadaan gagal jantung berat, pemberian sedative untuk

mengurangi kegelisahan dapat diberikan. Dosis phenobarbital 15-30 mg

empat kali sehari dengan tujuan mengistirahatkan klien dan memberi relaksasi

pada klien.

7. Diet

Rasional dukungan diet adalah mengatur diet sehingga kerja dan

ketegangan otot jantung minimal dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan

selera dan pola makan klien dan pembatasan natrium (Ramadhani, 2020).

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Ekokardiografi

Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat pemeriksaan

diagnostik yang pertama untuk manajemen gagal jantung; sifatnya tidak

invasif dan segera dapat memberikan diagnosis disfungsi jantung. Dengan

adanya kombinasi M-Mode, ekokardiografi 2D, dan Doppler , maka

pemeriksaan invasife lain tidak lagi diperlukan. Gambaran yang paling sering

ditemukan pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, kardiomiopati

dilatasi, dan beberapa kelainan katup adalah dilatasi ventrikel kiri yang

disertai hipokinesis seluruh dinding vertikel. EKG pada pasien CHF et causa

HHD memberikan gambaran irama jantung yang normal atau takikardi,

interval PR dan kompleks QRS normal, aksis deviasi kekiri, elevasi dan

depresi segmen ST pada sadapan yang berbeda, terdapat LVH (left ventricular

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


hypertrophy), iskemik miokard, dan Q patologik, dan juga low voltage

(hantaran yang kecil) (Sari, 2018).

2. Rontgen toraks

Foto Rontgen posterior-anterior dapat menunjukkan adanya hipertensi

vena, edema paru atau kardiomegali. Bukti yang menunjukkan adanya

peningkatan tekanan vena paru adalah adanya diversi aliran darah ke daerah

atas dan adanya peningkatan ukuran pembuluh darah.

3. Elektrokardiografi

Pemeriksaan EKG meskipun memberikan informasi yang berkaitan

dengan penyebab, tetapi tidak dapat memberikan gambaran spesifik. Pada

hasil pemeriksaan EKG yang normal perlu dicurigai bahwa hasil diagnosis

salah. Pada pemeriksaan EKG untuk klien dengan gagal jantung dapat

ditemukan kelainan EKG seperti berikut ini.

a. Left bundle branch block, kelainan segmen ST/T menunjukan disfungsi

ventrikel kiri kronis.

b. Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen ST

menunjukkan penyakit jantung iskemik.

c. Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang terbalik, menunjukkan stenosis

aorta dan penyakit jantung hipertensi

d. Aritmia

e. Deviasi aksis ke kanan, right bundle branch block, dan hipertrofi vertikel

kanan menunjukkan disfungsi ventrikel kanan.

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


4. Sonogram

Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam

fungsi/struktur katup atau area penurunan kontraktilitas ventricular.

5. Scan jantung

Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.

6. Kateterisasi Jantung

Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan

gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosis katup atau insufisiensi,

Juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan kedalam

ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi fraksi/perubahan

kontraktilitas. (Udjianti, 2010).

7. Elektrolit

Mungkin beruban karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal

terapi diuretik

8. Oksimetrinadi

Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung

kongestif akut menjadi kronis.

9. Analisa gas darah

Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratory ringan (dini)

atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)

10. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin

Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan

baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


11. Pemeriksaan tiroid

Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai

pencetus gagal jantung (Sari, 2018).

H. Komplikasi

Menurut Smeltzer dalam Ramadhani (2020), komplikasi dari CHF adalah :

1. Edema pulmoner akut: akibat fungsi bilik kiri yang tidak berjalan secara

optimal, menyebabkan peningkatan tekanan pada serambi kiri dan pembuluh

darah di sekitarnya.

2. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan

masukan diit berlebih.

3. Perikarditis: Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah

uremik dan dialisis yang tidak adekuat.

4. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-

angiotensin-aldosteron.

5. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah

merah

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas

a. Identitas pasien : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,

pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah

sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.

b. Identitas Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,

alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien.

2. Keluhan utama: Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal, ortopnea,

lelah, pusing, Nyeri dada, Edema ektremitas bawah, Nafsu makan menurun,

nausea, distensi abdomen, urine menurun

3. Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan

pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan

gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea,

batuk, dan edema pulmonal akut. Gejala-gejala lain yang mengganggu pasien.

4. Riwayat penyakit dahulu

Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien

apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium,

hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Obat-obatan yang biasanya diminum

oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih relevan. Alergi yang dimiliki

pasien

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


5. Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan

penyakit keturunan lain seperti DM, Hipertensi.

6. Pengkajian data

a. Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang

istirahat, sakit dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas.

b. Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia,

fibrilasi atrial,kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis,

pucat.

c. Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit paru.

d. Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.

e. Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare atau

konstipasi.

f. Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.

g. Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang

h. Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada kulit/dermatitis

6. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress,

sikap dan tingkah laku pasien.

b. TTV

c. Head to toe examination

1) Kepala : bentuk , kesimetrisan

2) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak

3) Mulut: apakah ada tanda infeksi

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


4) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan

5) Muka; ekspresi, pucat

6) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe

7) Dada: gerakan dada, deformitas

8) Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan

9) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit, edema,

clubbing, bandingakan arteri radialis kiri dan kanan

10) Pemeriksaan khusus jantung :

a) Inspeksi : vena jugularis dengan JVP meningkat, letak ictus cordis

(normal : ICS ke5)

b) Palpasi : PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau

hepertrofi ventrikel

c) Perkusi :

batas jantung normal pada orang dewasa

Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra

Kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra

Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis sinistra

Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra

d) Auskultasi bunyi jantung I dan II

BJ I : terjadi karena getaran menutupnya katup atrioventrikular,

yang terjadi pada saat kontraksi isimetris dari bilik pada permulaan

systole

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


BJ II : terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan arteri

pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada

permulaan diastole. (BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I)

7. Pemeriksaan penunjang

a. Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema

atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF

b. EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan

iskemi (jika disebabkan AMI), ekokardiogram

c. Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut

dari gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat,

peninkatan bilirubin dan enzim hati (Ramadhani, 2020).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan konduksi elektrikal.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perembesan cairan, kongesti


paru sekunder, perubahan membrane kapiler alveoli, dan retensi cairan

interstitial

3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru tidak


optimal, kelebihan cairan di paru

4. Nyeri akut berhubungan dengan kurangnya suplai darah ke miokardium,


perubahan metabolisme, dan peningkatan produksi asam laktat

5. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri


dan/atau vena

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder penurunan curah jantung

(PPNI, 2017).

C. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan
No Diagnosa
Kriteria Intervensi Rasional
. Keperawatan
Hasil
1. Penurunan Tujuan : a. Identifikasi a. Mengetahui
curah jantung Setelah tanda/gejala tanda dan
berhubungan dilakukan primer gejala primer
dengan tindakan penurunan penurunan
penurunan keperawatan curah jantung curah jantung.
kontraktilitas diharapkan b. Identifikasi b. Mengetahui
ventrikel kiri, curah jantung tanda/gejala tanda dan
perubahan meningkat. sekunder gejala sekunder
frekuensi, penurunan penurunan
irama, dan Kriteria hasil: curah jantung. curah jantung.
konduksi a. Tanda c. Monitor intake c. Ginjal
elektrikal. vital dan output merespon
dalam cairan untuk
rentang menurunkan
normal curah jantung
b. Kekuatan dengan
nadi menahan cairan
perifer dan natrium
meningkat d. Berikan terapi d. Stress emosi
c. Tidak ada terapi relaksasi menghasilkan
edema untuk vasokonstriksi,
mengurangi yang
strees, jika perlu meningkatkan
TD dan
meningkatkan
frekuensi/kerja
jantung
e. Anjurkan e. Melatih pasien
beraktifitas fisik beraktivitas
sesuai toleransi fisik secara
toleran
f. Kolaborasi f. Untuk
pemberian

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


antiaritmia, jika menangani
perlu kondisi aritmia

2. Gangguan Tujuan : a. Monitor a. Menyatakan


pertukaran gas Setelah frekuensi irama, adanya
berhubungan dilakukan kedalaman dan kongesti
dengan tindakan upaya nafas paru/pengumpu
perembesan keperawatan lan secret
cairan, kongesti diharapkan menunjukkan
paru sekunder, pertukaran kebutuhan
perubahan gas untuk
membrane meningkat. intervensi
kapiler alveoli, lanjut.
dan retensiKriteria hasil: b. Monitor b. Membersihkan
cairan a. Dipsnea kemampuan jalan nafas dan
interstitial menurun batuk efektif memudahkan
b. Bunyi nafas aliran oksigen.
tambahan c. Monitor nilai c. Hippoksemia
menurun AGD dapat menjadi
c. Pola nafas berat selama
membaik edema paru.
d. PCO2 dan d. Monitor saturasi d. Meningkatkan
O2 oksigen konsentrasi
membaik oksigen
alveolar
e. Kolaborasi e. Meurunkan
pemberian obat kongesti
sesuai indikasi alveolar,
seperti obat meningkatkan
diuretic. pertukaran gas.
3. Pola napas Tujuan : a. Monitor pola a. Menyatakan
tidak efektif Setelah nafas (frekuensi, adanya
berhubungan dilakukan kedalaman, kongesti
dengan tindakan usaha nafas) paru/pengumpu
pengembangan keperawatan lan secret
paru tidak diharapkan menunjukkan
optimal, pola nafas kebutuhan
kelebihan membaik. untuk
cairan di paru intervensi
Kriteria hasil : lanjut.
a. Frekuensi b. Monitor bunyi b. Mengetahui
nafas nafas tambahan adanya

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


dalam (mis: gagling, sumbatan pada
rentang mengi, jalan nafas dan
normal Wheezing, perkembangan
b. Tidak ada ronkhi) status
pengguanaa kesehatan
n otot bantu pasien
pernafasan c. Monitor sputum c. Mengetahui
c. Pasien (jumlah, warna, produksi
tidak aroma) sputum yang
menunjukk dihasilkan dan
an tanda untuk
dipsnea menegakkan
diagnosa
d. Posisikan semi d. Memberikan
fowler atau posisi yang
fowler nyaman untuk
pasien,
mengurangi
sesak nafas
e. Ajarkan teknik
e. Memudahkan
batuk efektif
pasien untuk
mengeluarkan
sputum
f. Kolaborasi f. Mengencerkan
pemberian sptum sehingga
bronkodilato, melancarkan
ekspetoran, jalan
mukolitik, jika pernafasan.
perlu.
4. Nyeri akut Tujuan : a. Anjurkan pasien a. Nyeri dan
berhubungan Setelah untuk penurunan
dengan dilakukan memberitahu curah jantung
kurangnya tindakan perawatan dapat
suplai darah ke keperawatan dengan cepat merangsang
miokardium, diharapkan bila terjadi nyeri system saraf
perubahan tingkat nyeri dada. simpatis untuk
metabolisme, menurun. mengeluarkan
dan sejumlah besar
peningkatan Kriteria hasil : norepinefrin.
produksi asam a. Pasien b. Identifikasi b. Membantu
laktat mengataka terjadinya meredakan
n nyeri pencetus, bila nyeri dada dini
berkurang ada; frekuensi, dan alat

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


b. Pasien durasi, evaluasi.
menunjukk intensitas, dan
an ekspresi lokasi nyeri
wajah c. Pertahankan c. Stress
tenang tenang, mental/emosi
c. Pasien lingkungan meningkatkan
dapat nyaman, batasi kerja miokard.
beristirahat pengunjung bila
dengan perlu.
nyaman d. Berikan oksigen d. Meningkatkan
tambahan sesuai kebutuhan
indikasi oksigen untuk
kebutuhan
miokard/mence
gah iskemia
5. Perfusi perifer Tujuan : a. Periksa sirkulasi a. Untuk
tidak efektif Setelah perifer(mis:nadi mencegah
berhubungan dilakukan perifer,edema,p terjadinya
dengan tindakan engisian kapiler, syok.
penurunan keperawatan warna,suhu)
aliran arteri diharapkan b. Lihat pucat, b. Vasokintriksi
dan/atau vena perfusi perifer sianosis, kulit sistemik
meningkat. dingin/lembab. diakibatkan
catat kekuatan oleh penurunan
Kriteria hasil : nadi perifer. curah jantung
a. Nadi mungkin
perifer dibuktikan ole
teraba kuat penurunan
b. Akral perfusi kulit
teraba dan penurunan
hangat nadi.
c. Warna kulit c. Pantau c. Pompa jantung
tidak pucat pernafasan, gagal dapat
catat kerja mencetuskan
nafas. distress
pernasafasan.
d. Kaji funsgi d. Penurunan
gastro intestinal, darah ke
catat anoreksia, mesentrium
penurunan dapat
bising usus. mengakibatkan
disfungsi gasto

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


intestinal
e. Pantau e. Penurunan
pemasukan dan pemasukan
catat oerubahan terus
haluaran urin, menerusdapat
catat berat jnis mengakibatkan
sesuai indikasi penurunan
volume
sirkulasi.
6. Intoleransi Tujuan : a. Monitor a. Menetapkan
aktivitas Setelah kelelahan fisik kemampuan
berhubungan dilakukan dan emosional dan
dengan tindakan memudahkan
ketidakseimban keperawatan pilihan
gan antara diharapkan intervensi.
suplai oksigen toleransi b. Sediakan b. Menecgah rasa
ke jaringan aktifitas lingkungan stress dan
dengan meningkat. yang nyaman memberikan
kebutuhan dan rendah rasa nyaman
sekunder Kriteria hasil : stimulus (mis: untuk
penurunan a. Kemampu cahaya, suara, beristirahat.
curah jantung. an kunjungan)
melakukan c. Anjurkan tirah c. Memberikan
aktifitas baring rasa istirahat
sehari-hari d. Anjurkan yan nyaman
meningkat melakukan pada pasien
b. Pasien aktifitas secara d. Mencegah
Mampu bertahap kelemahan.
berpindah
dengan
atau tanpa
bantuan
c. Pasien
mangataka
n dipsnea
saat
dan/atau
setelah
aktifitas
menurun
Sumber : PPNI, (2017)

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R. . (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. EGC.
Majid, A. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Pustaka Baru Press.
Narolita, Y. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Jantung Kongestif ( Gjk
) Dengan Masalah Hipervolemia.
Porumba, M., Iadanza, E., Massaroc, S., & Pecchia, L. (2020). A convolutional
neural network approach to detect congestive heart failure. Biomedical Signal
{rocessing and Control, 55.
PPNI. (2017a). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. PPNI.
PPNI. (2017b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. PPNI.
Ramadhani, F. N. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GAGAL
JANTUNG KONGESTIF (CHF) YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT.
Sari, D. I. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI RUANG FLAMBOYAN RSUD
ARIFIN ACHMAD PEKANBARU.

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


PATHWAY CHF

Disfungsi miokard Beban tekanan Beban sistolik Peningkatan keb. Beban volume Penyakit Aterosklerosis HT
(AMI) Miokarditis berlebih berlebih metabolism meningkat jantung coroner pulmonal

Kontraktilitas Beban systole Preload Gg. aliran darah


Menurun meningkat meningkat ke otot jantung

Kontraktilitas Disfungsi
Menurun miokardium

Hambatan pengosongan
Ventrikel

COP menurun Beban jantung Atrofi serabut otot


Meningkat

Gagal Jantung Kongestif

Gagal pompa ventrikel kiri Penurunan curah jantung Gagal pompa ventrikel kanan

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


PKDM CHF

Gagal jantung kongestif

Gagal pompa ventrikel kiri Penurunan curah jantung Gagal pompa ventrikal kanan

Forward Filure Backward failure Tekanan diastole Tidak dapat mengakomodasi


Semua darah yang secara normal
LEVD Tekanan atrium kanan kembali dari sirkulasi vena
Suplai darah Cairan diparu Rensi flow
Jaringan meningkat Tekanan vena peningkatan tekanan Retensi cairan pada
RAA pulmonalis vena porta diabdomen ekstremitas bawah
Metabolisme Suplai O2
Anaerob dalam darah Ratensi Na+H 2O Tekanan kapiler Retensi cairan pada Pitting edema
Paru organ pencernaan
Penimbunan Hipoksia Hypervolemia
Asam laktat Hypervolemia Hepatosplenomegali
\ Dan ATP O2 hanya mengisi
Bagian yang vital
Fatigue Edema paru Beban ventrikel Mendesak Cairan terdorong Sensasi penuh
Ujung-ujung perifer Kanan diafragma ke rongga abdomen dilambung
Tidak tersuplai darah Ronkhi basah
Intoleransi
Yang mengandung O2 Hipertrophy ventrikal Sesak nafas Asites Vomittng centre
aktivitas
kanan
Peningkatan Gangguan
PenyempitanPerfusi
lumen pertukaran gas asam lambung Pola Hypervolemia
perifer nafas
tidak muntah)
Anoreksia (mual, tidak
efektif efektif

Defisit
Nutrisi

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII

Anda mungkin juga menyukai