Disusun oleh :
NINA NURFITA
NIM. 17612989
2020
LEMBAR PENGESAHAN
A. DEFINISI
mempertahankan sirkulai yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan vena
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
Gagal jantung merupakan suatu keadaan yang terjadi saat jantung gagal
metabolisme (supply unequal with demand), atau jantung dapat bekerja dengan baik
memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh begitu juga dengan
venous return. Cardiac output tidak bisa mencukupi kebutuhan metabolik tubuh
tinggi, instrumen yang mendasar tentang gagal jantung termasuk kerusakan sifat
kontraktilitas jantung yang berkurang dan vetrikel tidak mampu memompa keluar
darah sebanyak yang masuk selama diastole. Hal ini menyebabkan volume pada saat
adalah keadaan jantung yang sudah tidak mampu lagi memompa darah sesuai
kebutuhan tubuh.
B. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi berdasarkan
gejala a Tipe I
Tidak ada pembatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan
b Tipe II
Sedikit keterbatasan terhadap aktivitas fisik sehari - hari. Nyaman saat istirahat.
c Tipe III
d Tipe IV
meningkat.
obyektif a Tipe I
Tidak ada tanda objektif penyakit kardiovaskular. Tidak ada gejala dan tidak
c Tipe III
dalam aktivitas karena gejala yang meningkat, bahkan selama aktivitas yang
d Tipe IV
Sedangkan menurut Sudoyo, 2012 berdasarkan beberapa istilah dari gagal jantung,
2. Gagal jantung diastolic adalah gangguan reaksi dan gangguan pengisian ventrikel.
Sedangkan menurut Morton, 2012 dilihat dari gejala dan intensitas gejala, dapat
dibedakan menjadi :
1. Gagal jantung kiri merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi atau
2. Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventikel kanan untuk memompa secara
adekuat. Penyebab gagal jantung kanan yang paling sering terjadi adalah gagal
jantung kiri, tetapi gagal jantung kanan dapat terjadi dengan adanya ventrikel kiri
benar-benar normal dan tidak menyebabkan gagal jantung kiri. Gagal jantung
kanan dapat juga disebabkan oleh penyakit paru dan hipertensi arteri pulmonari
primer.
saat istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan aktivitas
C. ETIOLOGI
maupun interna.
1. Faktor eksterna (dari luar jantung) : hipertensi renal, hiperteroid, dan anemia
kronis/berat.
menimbulkan gagal yang dominan sisi kiri atau gagal dominan sisi kanan.
arteriovenosa).
2. Dominan sisi kanan : gagal jantung kiri, penyakit jantung kongenital (VSD,
PDA), penyakit paru kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup trikuspid,
D. MANIFESTASI KLINIS
Berikut adalah manifestasi klinis dekompensasi codis, antara lain (Majid, 2017) :
tekanan arteri dan vena meningkat karena penurunan curah jantung. Manifestasi
2. Gagal jantung kiri : Kongesti paru menonjol, hal ini disebabkan ketidakmampuan
ventrikel kiri memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang
terjadi yaitu :
pertukaran gas, bisa juga terjadi ortopnea. Beberapa pasien bisa mengalami
kondisi ortopnea pada malam hari yang sering disebut Paroksimal Nokturnal
Dispnea (PND).
b Batuk.
c Mudah lelah karena curah jantung berkurang dan menghambat jaringan dari
sirkulasi normal, serta terjadi penurunan pada pembuangan sisa dari hasil
katabolisme yang diakibatkan karena meningkatnya energi yang digunakan saat
bagaimana semestinya.
c Hepatomegali dan nyeri tekan pada abdomen di kuadran kanan atas, terjadi
d Anoreksia dan mual, terjadi karena adanya pembesaran vena dan statis vena di
hari). f Kelemahan.
E. PATOFISIOLOGI
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Apabila curah
jantung berkurang, maka sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk tetap mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal
untuk dapat mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup
jantung-lah yang harus menyesuaikan diri untuk tatap bisa mempertahankan curah
jantung.
Volume sekuncup merupakan jumlah darah yang dipompa pada setiap jantung
berkontraksi, hal ini tergantung pada 3 faktor, yaitu: preload (jumlah darah yang
panjang serabut jantung dan kadar kalsium), afterload (mengacu pada besarnya
tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan
tekanan).
Tubuh mengalami beberapa adaptasi pada jantung dan hal ini terjadi secara
sistemik, jika terjadi gagal jantung. Volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam
kedua ruang jantung meningkat, apabila terjadi pengurangan volume sekuncup kedua
ventrikel akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat. Hal
ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan
menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Akan terjadi dilatasi ventrikel jika
kondisi ini berlangsung lama. Pada saat istirahat, cardiac output masih bisa berfungsi
dengan baik, akan tetapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama
(kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik.
Yang pada akhirnya tekanan kapiler akan meningkat dan menyebabkan transudasi
cairan serta timbul edema paru atau edema sistemik (Oktavianus & Rahmawati,
2014).
F. PATHWAY
Berikut komplikasi yang dapat terjadi menurut (Wijaya & Putri 2013) antara lain :
2. Syok kardiogenik.
Akibat penurunan dari curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke
3. Episode trombolik.
sampai ukuran maksimal. Cardiac output menurun dan aliran balik vena ke
jantung.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
jantung
EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis iskemia dan kerusakan
segmen ST/T persistensi 6 minggu atau lebih setelah imfrak miokrad menunjukkan
bentuk jantung, serta menilaikeadaan ruang jantung dan fungsi katup jantung.
4. Tes darah BNP : untuk mengukur kadar hormon BNP (Brype nattruretic peptide)
dinding.
membedakan gagal jantung sisi kanan, sisi kiri, dan stenosis katup atau
insufisiensi, juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikan kedalam
I. PENATALAKSANAAN
spesifik untuk proses penyembuhan penyakit gagal jantung, akan tetapi secara umum
ada beberapa penatalaksanaan pengobatan untuk gagal jantung adalah sebagai berikut
(Nurarif, 2015) :
1. Perawatan
a Tirah baring/bedrest
b Pemberian oksigen
kalori sesuai kebutuhan, pasien dengan gizi kurang diberi makanan tinggi kalori
2. Pengobatan medik
a Digitalisasi
Dosis digitalis :
1) Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam
Dosis penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari untuk pasien
usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan. Dosis penunjang digoksin untuk
b Diuretik
berlebihan dan secara umum untuk mengatasi retensi cairan yang berlebihan. Yang
c Vasodilator
1) Jika terjadi anemia, maka harus ditanggulangi dengan pemberian sulfa ferosus,
penenang; luminal dan morfin dianjurkan terutama pada anak yang gelisah.
Keperawatan, 2013).
3) Operatif
c. Aneurismektomi.
d. Kardiomioplasti.
A. Pengkajian
1. Biodata Pasien
Pada pengkajian identitas hal yang perlu dikaji diantaranya, nama atau inisial
memiliki resiko yang lebih tinggi, biasanya klien berusia lebih dari 40 tahun
(Purbianto, 2013).
2. Keluhan Utama
Pada pengkajian keluhan utama ini dibagi menjadi dua yaitu, keluhan utama
saat masuk rumah sakit dan keluhan utama saat pengkajian. Menurut
Riwayat penyakit dahulu pada pasien dengan gagal jantung kongestif perlu
dikaji adanya faktor resiko seperti hipertensi kronis, DM, serangan IMA
terdahulu, angina, infark miokard kronis, bedah jantung, distritmia atau
muncul keluhan sesak nafas disertai nyeri dada serta keharusan menggunakan
atau dada semakin berdebar setelah melakukan aktivitas tertentu atau bahkan
Tanyakan pasien penyakit yang pernah dialami oleh kelurga. Perlu dikaji juga
mengenai kebiasaan keluarga yang kurang sehat yang bisa menjadi faktor
olahraga yang tidak teratur atau bahkan tidak pernah dilakukan. Ada kalanya
(hipertensi, penyakit jantung coroner) maupun DM. Bila ada keluarga yang
tuanya juga menjadi faktor utama untuk penyakit jantung iskemik pada
polusi udaranya tinggi. Polusi ini bukan sebagai penyebab timbulnya penyakit
tapi bisa memperberat keadaan penyakit atau pada lingkungan yang polusi
udaranya kotor.
8. Riwayat Psikososial
Pada riwayat psikososial, kita perlu mengkaji cara yang biasa digunakan
disebabkan oleh adanya ketidakefektifan pola nafas antara lain klien merasa
baik walaupun dengan suara yang pelan karena merasakan sesak pada
dadanya. Sedangkan pada pola nilai dan kepercayaan klien jarang melakukan
ibadah dikarenakan setiap kali bergerak klien merasakan sesak dan lemas,
(Kasron, 2016).
a Nutrisi
hanya habis setengah porsi saja, ada beberapa pasien yang mempunyai
alergi tethadap makanan seperti, udang, abon, dll. Adanya mual atau
muntah, dan penurunan berat badan. Pasien juga minum air putih kurang
Pada pasien kemungkinan ada kesulitan maupun keluhan saat BAK maupun
c Istirahat
dalam posisi duduk tinggi karena merasakan sesak nafas dan sering
d Personal Hygiene
e Aktivitas
merasa badannya lemas dan takut apabila rasa sesaknya kambuh (Nixson
Manurung, 2016).
a Keadaan Umum
biasanya didapatkan kesadaran yang baik atau compos mentis dan akan
pernafasan terjadi peningkatan pada saat bernafas karena adanya rasa sesak,
batuk berdahak/kering, kesadaran composmentis. Vital sign, temperatur
dangkal.
b Pemeriksaan Kepala
Kepala bersih, rambut hitam, tidak ada kelainan bentuk kepala, tidak ada
c Pemeriksaan Hidung
terpasang NGT, tidak ada nyeri tekan pada hidung, jumlah RR > 20 x /
menit.
d Pemeriksaan Mulut
Mukosa bibir telihat kering karena terjadi penurunan nafsu makan dan
kurang minum air putih. Sedangkan pada kemampuan menelan tidak ada
gangguan. Bibir pucat karena kurangnya suplai O2, bibir kering karena
e Pemeriksaan Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak ada serumen pada telinga, tidak ada nyeri
f Pemeriksaan Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan pada leher.
g Pemeriksaan Thorax
1) Inspeksi
2) Palpasi
denyut yang lemah. Selain itu gagal jantung yang berat akan timbul
3) Auskultasi
keempat (S3, S4) serta crakles pada paru-paru. S4 atau gallop atrium,
4) Perkusi
jantung (kardiomegali).
h. Pemeriksaan Abdomen
i. Pemeriksaan Neurologi
sesak, disorientasi, bingung, cemas, dan letargi (Bararah dan Jauhar, 2013).
j. Pemeriksaan Integumen
Pada pasien akan ditemukan turgor kulit menurun, kuku pucat atau
k. Pemeriksaan Muskuloskeletal
tonus otot menurun setiap kali bergerak klien merasakan sesak dan lemas,
l. Pemeriksaan Genetalia
bersih dan tidak terdapat tanda-tanda iritasi kulit, tidak ada penyakit kulit.
m. Sistem Pernafasan
akut. Crackles atau ronki basah halus secara umum terdengar pada dasar
posterior paru.
Gejala:
bantal
medikasi Tanda:
otot aksesoris
pulmonal
5) Bunyi napas: mungkin tidak terdengar dengan krekels banner dan mengi
Kardiovaskuler
Gejala:
septik, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen, sabuk terlalu kuat
Tanda:
mungkin lemah
insufisiensi
terjadi, nadi sentral mungkin kuat, misal: nadi jugularis coatis abdominal
terlihat.
Diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada pasien dengan dekompensasi cordis
adalah :
mual, muntah, dispnea saat makan, pembesaan rongga abdomen, dan penurunan
nafsu makan.
menurun.
- Ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
- Perubahan membran
kapiler-alveolar
Faktor yg berhubungan :
- Hiperventilasi
- Deformitas tulang
- Kelainan bentuk dinding
dada
- Penurunan
energi/kelelahan
- Perusakan/pelemahan
muskulo-skeletal
- Obesitas
- Posisi tubuh
- Kelelahan otot pernafasan
- Hipoventilasi sindrom
- Nyeri
- Kecemasan
- Disfungsi Neuromuskuler
- Kerusakan
persepsi/kognitif
- Perlukaan pada jaringan
syaraf tulang belakang
- Imaturitas Neurologis
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL TT
KEPERAWATAN HASIL
6. Diagnosa : NOC : NIC : 1. Mengetahui vital sign
- Energy conservation Activity Terapy klien, apakah terjadi
Intoleransi aktivitas
- Activity tolerance 1. Observasi TTV keabnormalan
berhubungan dengan antara
- Self care : ADLS 2. Kaji kemampuan klien dalam 2. Mengetahui
suplai dan kebutuhan
Kriteria Hasil : mobilisasi kemampuan klien
oksigen (hipoksia) dan
1. Mampu melakukan aktifitas 3. Ajarkan klien bagaimana dalam mobilisasi
fatigue/kelemahan.
sehari-hari (ADLs) secara cara mengubah posisi dan 3. Memberikan
Definisi : mandiri berikan bantuan jika perlu informasi dan
Ketidakcukupan energi 2. Tanda-tanda vital normal 4. Anjarkan pasien tentang mempermudah klien
psikologis atau fisiologis 3. Mampu berpindah dengan teknik ambulasi dalam mengubah
untuk melanjutkan atau atau tanpa bantuan alat 5. Kolaborasi dengan tenaga posisi
menyelesaikan aktifitas 4. Berpartisipasi dalam aktifitas rehabilitasi medik dalam 4. Untuk mendukung
kehidupan sehari-hari yang fisik tanpa disertai merencanakan program terapi kekuatan otot, daya
harus/yang ingin dilakukan. peningkatan tekanan darah, yang tepat. tahandan fleksibelitas
nadi, dan RR. 5. Memberikan
Batasan Karakteristik :
tindakan perawatan
- Respon tekanan darah lebih lanjut terhadap
abnormal terhadap klien.
aktifitas
- Ketidaknyamanan setelah
aktifitas
- Dipsnea setelah
beraktifitas
- Menyatakan merasa lelah
- Menyatakan merasa lemah
Faktor yg berhubungan :
Kondisi ketidakseimbangan
Penurunan imunologis
Penurunan sirkulasi
Kondisi gangguan metabolic
dilakukan untuk membantu klien dalam mencegah masalahnya serta membantu untuk
tindakan yang telah ditentukan pada tahap perencanaan dan juga harus disesuaikan
VI. EVALUASI
dimaksudkan untuk menilai apakah tujuan, kriteria hasil sudah tercapai atau belum
dan untuk melakukan pengkajian ulang. Evaluasi berhasil bila tujuan dan kriteria hasil
Amin Nurarif Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC jilid 1. Jogjakarta : MediAction.
Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta : DIVA Press.
Aronson, Philip. I & Ward, Jeremy. P. T. 2014. Sistem Kardiovaskuler. Edisi kelima. Jakarta:
Erlangga.
Bulecheck, Gloria M., dkk. (2018). Nursing Interventions Classifications (NIC). Edisi
ketujuh. Missouri : Mosby Elsevier.
Hariyanto, A & Sulistyowati, R. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 1 : dengan
diagnose NANDA international. Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA.
Kasron. 2016, Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Trans Info Media.
Long, Barbara C. 2013. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan).
Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan.
Majid, Abdul. 2017, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganguuan Sistem
Kardiovaskular. Yogaykarta: Pustaka Baru Press
Manurung, Nixson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta : CV.
Trans Info Media.
Morton, et al. 2012. Volume 1 Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik. Jakarta :
Kedokteran EGC.
New York Heart Association (NYHA) Fungsional Classification. 2016, diakses dari
<http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HeartFailure/AboutHeartFailure/Class
es-of-Heart-Failure UCM 306328 Article.jsp> pada 03 Mei 2020, jam 15.30.
Nugroho, dkk. 2016. Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Padilla. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta : Interna
Publishing.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha
Medika.