Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

TYPOID FEVER

Oleh :
YOPI KARTIKA RINI
17613186

DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : YOPI KARTIKA RINI


Judul : LAPORAN PENDAHULUAN TYPOID FEVER

Telah disetujui dalam rangka mengikuti Praktik Klinik Keperawatan III Mahasiswa
DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehtan Univesitas Muhammadiyah Ponorogo

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

(………………….) (……………………..)
A. KONSEP DASAR MASALAH
1. Definisi
Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhii
dan bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono, 2010).
Demam typhoid atau sering disebut dengan tifus abdominalis adalah penyakit
infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multi
sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi (Muttaqin, A & Kumala, S. 2011)
Demam typhoid atau Typhoid Fever ialah suatu sindrom sistemik terutama
disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam typhoid merupakan jenis terbanyak dari
salmonelosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam paratifoid yang
disebabkan oleh S. paratyphi A, S. schottmuelleri (semula S. paratyphi B), dan S.
hirschfeldii (semula S. paratyphi C). Demam Typhoid memperlihatkan gejala lebih
berat dibandingkan demam enterik yang lain (Cahyono, 2010).

2. Etiologi
Menurut Cahyono, (2010), penyebab dari demam typhoid adalah salmonella
typhi, termasuk dalam genus salmonella yang tergolong dalam famili
enterobacteriaceae. Salmonela bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak
membentuk spora, tidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan
kimia, tahan beberapa hari/ minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan
makanan kering, bahan farmasi dan tinja. Salmonela mati pada suhu 54.4º C dalam
1 jam, atau 60º C dalam 15 menit. Salmonela mempunyai antigen O (stomatik),
adalah komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan anti
gen H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi, juga pada
S. Dublin dan S. hirschfeldii terdapat anti gen Vi yaitu poli sakarida kapsul.
3. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi demam typhoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala- gejala
klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari
asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga
kematian. Masa inkubasi demam typhoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-
gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari
asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga
kematian.
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala
serupa dengan penyakit infeksi akut lain yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut,
batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan
meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan – lahan terutama pada sore hari
hingga malam hari (Perhimpunan Dokter Spesial Penyakit dalam Indonesia, 2014)
Masa tunas 7-14 hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal ( gejala
awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas ) yaitu:
1. Perasaan tidak enak badan
2. Nyeri kepala
3. Pusing
4. Diare
5. Anoreksia
6. Batuk
7. Nyeri otot
8. Muncul gejala klinis yang lain

Demam berlangsung 3 minggu. Minggu pertama: demam ritmen, biasanya


menurun pagi hari, dan meningkat pada sore dan malam hari. Minggu kedua :
demam terus. Minggu ketiga : demam mulai turun secara berangsur-angsur,
gangguan pada saluran pencernaan, lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan
kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai tremor, hati dan limpa membesar
yang nyeri pada perabaan, gangguan pada kesadaran, kesadaran yaitu apatis-
samnolen.

4. Patofisiologi
Kuman salmonella typhi yang masuk ke saluran gastrointestinal akan di telan
oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag yang ada di
dalam laminaprophia. Sebagian dari salmonella typhi ada yang dapat masuk ke usus
halus mengadakan invaginasi kejarinagn limfoid usus halus (lakpeyer) dan jaringan
limfoid mesenterika.Kemudian salmonella typhi masuk melalui folikel limfa ke
saluran limphatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi bakterimia.
Bakterimia pertama-tama menyerang sistem retikulo endothelial (RES) yaitu : hati,
limpa, dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh
antara lain sistem saraf pusat, ginjal, dan jaringan limpa (Muttaqin & Sari, 2011)
Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal, tetapi kadang bagian lain
usus halus dan kolon proksimal juga di hinggapi.Pada mulanya, plakatpeyer penuh
dengan vagosit, membesar, menonjol, dan tampak seperti infiltrate atau hyperplasia
dimukosa usus (Muttaqin & Sari, 2011).
Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak.Tukak ini lebih
besar di ileum dari pada di kolon sesuai dengan ukuran plakpeyer yang ada
disana.Kebanyakan tukaknya dangkal, tetapi kadang lebih dalam sampai
menimbulkan perdarahan.Perforasi terjadi pada tukak yang menembus
serosa.Setelah penderita sembuh, biasanya ulkus membaik tanpa meninggalkan
jaringan parut dan fibrosis (Muttaqin & Sari, 2011).
Masuknya kuman kedalam intestinal terjadi pada minggu pertama dengan
tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari
dan akan menurun menjelang pagi hari. Demam yang terjadi pada masa ini di sebut
demam interminten (suhu yang tinggi, naik turun, dan turunnya dapat mencapai
normal). Disamping peningkatan suhu tubuh, juga akan terjadi obstipasi sebagai
akibat penurunan motilitas suhu, namun hal ini tidak selalu terjadi dan dpat pula
terjadi sebalinya. Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk ke
sirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dan
tanda-tanda infeksi pada ERS seperti nyeri perut kanan atas, splenomegali, dan
hepatomegali (Muttaqin & Sari, 2011).

Pada minggu selanjutnya dimana infeksi fokal intestinal terjadi dengan tanda-
tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase bakterimia
dan berlangsung terus menerus (deman kontinu), lidah kotor, tepi lidah hiperemesis,
penurunan peristaltik, gangguan digesti dan absorpsi sehingga akan terjadi distensi,
diare dan pasien merasa tidak nyaman. Pada masa ini dapat terjadi perdarahan usus,
perforasi, dan peritonitis dengan tanda distensi abdomen berat, peristaltik menurun
bahkan hilang, melena, syok, dan penurunan kesadaran (Muttaqin & Sari, 2011).
5. Pathway
Makanan kontaminasi
Fekal Cuci tangan tidak
bersih Salmonella thypii

Masuk saluran pencernaan

Deman Thypoid

Kuman masuk peredaran darah ke


Bakterimia seluruh tubuh terutama di organ RES

Kuman mengeluarkan endotoksin Usus halus

Termoregulator di hipotalamus
terganggu Resiko
Proses Sistem cerna
Inflamasi terganggu komplikasi

Ketidakefektifan termoregulasi

Distensi abdomen Terjadi gangguan Hipoperstaltik


Nyeri epigastrik mobilitas usus
Peningkatan metabolisme Mekanisme patologis

Konstipasi
Hiperperstaltik
Kehilangan cairan tubuh Nyeri akut
Dehidrasi

Diare Anoreksia
Penurunan tonus otot
Kekurangan volume cairan
Ketidakseimabangan
nutrisi kurang dari
Kelemahan fisik
kebutuhan
Intoleransi aktivitas

Bedrest total Kurang terpaparnya


Gangguan pola tidur informasi

Dampak hospitalisasi
Defisiensi pengetahuan

Ansietas
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Leukosit
Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah
tepi dalam batas normal, malahan kadang terdapat leukositosis, walaupun
tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Jumlah SGOT dan SGPT akan meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh dari demam typhoid.
3. Tes Widal
Tes widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan anti bodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam
serum pasien demam typhoid, juga pada orang yang pernah ketularan
salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi terhadap demam typhoid.
Anti gen yang digunakan pada tes widal adalah suspensi salmonella yang
sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud tes widal adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita
demam typhoid.
a) Akibat infeksi oleh kuman salmonella, pasien membuat anti bodi
(aglutinin), yaitu: Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O
(berasal dari tubuh kuman).
b) Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagela
kuman).
c) Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosis. Makin tinggi titernya, makin besar kemungkinan
pasien menderita demam typhoid. Pada infeksi yang aktif, titer uji widal
akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling
sedikit 5 hari.
4. Biakan Darah.
Biakan darah positif memastikan demam typhoid, tetapi biakan darah negatif
tidak menyingkirkan demam typhoid, karena pada pemeriksaan minggu
pertama penyakit berkurang dan pada minggu-minggu berikutnya pada waktu
kambuh biakan akan positif lagi.
7. Penatalaksanaan
A. Medis
a. Anti Biotik (Membunuh Kuman)
1) Klorampenicol
2) Amoxicilin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim 
b. Antipiretik (Menurunkan panas)
1) Paracetamol
B. Perawatan
1) Isolasi, observasi dan pengobatan
2) Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau kurang lebih
dari selam14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya
komplikasi perforasi usus.
3) Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
4) Pasien dengan kesadrannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah
pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia
hipopastatik dan dekubitus.
5) Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
konstipasi dan diare.
C. Diet
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur, nomer register, agama, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
pekerjaan, tgl MRS, dx medis
b. Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluh demam, merasa mual dan kembung, nafsu makan
menurun, diare/konstipasi, nyeri kepala
c. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital
Keadaan umum badan tampak lemah, tekanan darah menurun, peningkatan
suhu, perubahan nadi repirasi menurun.
2. Kepala
Keadaan kepala cukup bersih, tidak ada lesi / benjolan, distribusi rambut
merata dengan warna hitam, tipis, tidak ada nyeri tekan.
3. Mata
Kebersihan mata cukup, bentuk mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak
ikterik, konjungtiva kemerahan / tidak anemis.Reflek pupil terhadap cahaya
baik.
4. Telinga
Kebersihan telinga bersih, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat
peradangan.
5. Hidung
Kebersihan hidung cukup, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat tanda-
tanda peradangan padamocusa hidung.Tidak terlihat pernafasan cuping
hidung taka ada epistaksis.
6. Mulut dan gigi
Kebersihan mulut kurang dijaga, lidah tampak kotor, kemerahan, mukosa
mulut/bibir kemerahan dan tampak kering.
7. Leher
Kebersihan leher cukup, pergerakan leher tidak ada gangguan.
8. Dada
Bentuk simetris, ada nyeri tekan.
9. Abdomen
Bentuk simetris,tidak ada benjolan, nyeri tekan,bising usus, terdapat
pembesaran hati dan limfa.
10. Sistem integumen
Didapatkan kulit kering, turgor kulit menurun, pucat, roseola (bintik merah
pada leher, punggung dan paha.
11. Ekstremitas
Tidak ada kelainan bentuk antara kiri dan kanan, atas dan bawah, tidak terdapat
fraktur, genggaman tangan kiri dan kanan sama kuat.
12. Nutrisi
Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan
13. Eliminasi
Kadang pasien mengalami diare atau konstipasi
14. Tidur dan istirahat
Pasien biasanya kurang tidur karena merasakan nyeri
B. Dignosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
2. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan fluktuasi suhu
lingkungan, proses penyakit.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan asupan
nutrisi.
4. Nyeri akut berhubungan dengan saluran gastrointestinal.
5. Diare berhungan dengan proses infeksi
6. Kontipasi berhubungan dengan asupan cairan yang tidak mencukupi.
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu dan lingkungan sekitar.
8. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit, misinterpretasi
informasi.
9. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah
interprestasi informasi, kurang pajanan, kurang minat dan belajar.
10. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi keperluan metabolisme
tubuh.
Batasan karakteristik :
- Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
- Bising usus hiperaktif
- Kurang minat pada makanan
- Kram abdomen
- Membrane mukosa pucat
- N zyeri abdomen
NOC :
- Nutritional Status
- Nutritional status : food and fluid
- Intake
- Nutritional status : nutrient intake
- Weight control
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
2. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
3. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berat
NIC :
Nutritional Management :
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
3) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
4) Berikan informasi terkait kebutuhan nutrisi
5) Anjurkan klien untuk membuat catatan makanan harian

2. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan infeksi.


Definisi : fraktusi suhu diantara hipotermi dan hipertermia
Batasan Karekteristik :
- Dasar kuku sianotik
- Hipertensi
- Peningkatan suhu tubuh diatas normal
- Kulit hangat
- Peningkatan frekuensi pernapasan
- Takikardia
NOC :
- Hidration
- Adhere behavior
- Immune status
- Risk control
- Risk detektion
Kriteris Hasil:
- Keseimbangan antara produksi panas, panas yang diterima, dan kehilangan
panas.
- Temperatur stabil
- Tidak ada perubahan warna kulit
NIC :
Temperature Regulation
- Monitor suhu minimal tiap 2 jam
- Rencakan monitor suhu secara berkala
- Monitor TD, nadi, RR
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
- Kolaborasi pemberian anti piretik

3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan asupan


nutrisi.
Definisi : Resiko mengalami dehidrasi vaskular, selular, atau intaselular.
Faktor Resiko :
- Kehilangan volume cairan aktif
- Kehilangan berlebih melalui rute
- Penyimpanan yang mempengaruhi absorbs cairan
NOC :
- Fluid Balance
- Hydration
- Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
- Mempertahankan urine output
- TTV normal
- Tidak ada tanda dehidrasi
NIC :
Fluid Management
1. Menganjurkan pasien banyak minum
2. Monitor masukan makanan dan cairan dan hitung intake kalori harian
3. Kolaborasi pemberian cairan IV
4. Monitor status hidrasi

4. Nyeri akut berhubungan dengan saluran gastrointestinal.


Definisi : Pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
1. Agen pencedera fisiologis (misal inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (missal terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (missal abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latian fisik berlebih)
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (misal waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor :
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
Kondisi klinis terkait :
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaucoma
Luaran utama :
- Tingkat nyeri
Luaran tambahan :
- Fungsi gastrointestinal
- Control nyeri
- Mobilisasi fisik
- Penyembuhan luka
- Fungsi miokard
- Fungsi perifer
- Pola tidur
- Status kenyamanan
- Tingkat cidera
Intervensi utama :
- Manajemen nyeri Pemberian analgesik
Intervensi pendukung :
- Aromaterapi
- Dukungan hypnosis diri
- Dukungan pengungkapan kebutuhan
- Edukasi efek samping obat
- Edukasi menajemen nyeri
- Edukasi proses penyakit
- Edukasi teknik nafas
- Kompres dingin
- Kompres panas
- Konsultasi
- Manajemen efek samping obat
- Menajemen kenyamanan lingkungan
- Menejemen edukasi
- Pemantauan nyeri
- Pemberian obat
- Pemberian obat intravena
- Pemberian obat oral
- Teknik distraksi
- Terapi relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono. (2010). Vaksinasi. Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
Amin, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.
https://www.slideshare.net/EllyeUtami/1-askep-thipoid diakses pada tanggal 29 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai