Anda di halaman 1dari 19

A.

Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah

yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan

nutrisi (Smletzer, 2002). Gagal jantung dapat didefinisikan sebagai

abnormalitas dari fungsi struktural jantung atau sebagai kegagalan jantung

dalam mendistribusikan oksigen sesuai dengan yang dibutuhkan pada

metabolisme jaringan, meskipun tekanan pengisian normal atau adanya

peningkatan tekanan pengisian (Mc Murray et al., 2012). Gagal jantung

kongestif adalah sindrom klinis progresif yang disebabkan oleh

ketidakmampuan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme tubuh (Dipiro et al., 2015).

Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung

mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan

selsel tubuh akan nutrien dan oksigen. Hal ini mengakibatkan peregangan

ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk

dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan

menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang

singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa

dengan kuat (Udjianti, 2010).

Congestive Heart Failure merupakan sindrome klinis yang kompleks

yang 6 dapat mengakibatkan gangguan jantung struktural maupun

fungsional sehingga mengganggu kemampuan ventrikel menerima atau

dapat mengakibatkan gangguan jantung struktural maupun fungsional


sehingga mengganggu kemampuan ventrikel menerima atau memompa

darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Kimble

et al., 2009).

Berdasarkan American Heart Association (Yancy et al., 2013),

klasifikasi dari gagal jantung kongestif yaitu sebagai berikut :

a. Stage A

Stage A merupakan klasifikasi di mana pasien mempunyai resiko

tinggi, tetapi belum ditemukannya kerusakan struktural pada jantung serta

tanpa adanya tanda dan gejala (symptom) dari gagal jantung tersebut.

Pasien yang didiagnosa gagal jantung stage A umumnya terjadi pada

pasien dengan hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus, atau

pasien yang mengalami keracunan pada jantungnya (cardiotoxins).

b. Stage B

Pasien dikatakan mengalami gagal jantung stage B apabila ditemukan

adanya kerusakan struktural pada jantung tetapi tanpa menunjukkan tanda

dan gejala dari gagal jantung tersebut. Stage B pada umumnya ditemukan

pada pasien dengan infark miokard, disfungsi sistolik pada ventrikel kiri

ataupun penyakit valvular asimptomatik.

c. Stage C

Stage C menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan struktural pada

jantung bersamaan dengan munculnya gejala sesaat ataupun setelah terjadi

kerusakan. Gejala yang timbul dapat berupa nafas pendek, lemah, tidak

dapat melakukan aktivitas berat.


d. Stage D

Pasien dengan stage D adalah pasien yang membutuhkan penanganan

ataupun intervensi khusus dan gejala dapat timbul bahkan pada saat

keadaan istirahat, serta pasien yang perlu di monitoring secara ketat.

The New York Heart Association (Yancy et al., 2013) mengklasifikasikan

gagal jantung dalam empat kelas, meliputi :

a. Kelas I

Aktivitas fisik tidak dibatasi, melakukan aktivitas fisik secara normal

tidak menyebabkan dyspnea, kelelahan, atau palpitasi.

b. Kelas II

Aktivitas fisik sedikit dibatasi, melakukan aktivitas fisik secara normal

menyebabkan kelelahan, dyspnea, palpitasi, serta angina pektoris (mild

CHF).

c. Kelas III

Aktivitas fisik sangat dibatasi, melakukan aktivitas fisik sedikit saja

mampu menimbulkan gejala yang berat (moderate CHF).

d. Kelas IV

Pasien dengan diagnosa kelas IV tidak dapat melakukan aktivitas fisik

apapun, bahkan dalam keadaan istirahat mampu menimbulkan gejala yang

berat (severe CHF).


Klasifikasi gagal jantung baik klasifikasi menurut AHA maupun

NYHA memiliki perbedaan yang tidak signifikan. Klasifikasi menurut

AHA berfokus pada faktor resiko dan abnormalitas struktural jantung,

sedangkan klasifikasi menurut NYHA berfokus pada pembatasan aktivitas

dan gejala yang ditimbulkan yang pada akhirnya kedua macam klasifikasi

ini menentukan seberapa berat gagal jantung yang dialami oleh pasien.

2. Etiologi

Menurut Smeltzer (2002) penyebab gagal jantung kongestif yaitu:

- Kelainan otot jantung

- Aterosklerosis koroner

- Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)

- Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif

- Penyakit jantung lain

Penyakit Congestive Heart Failure dapat diklasifikasikan dalam enam

kategori utama, yaitu :

- Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas miokard, dapat

disebabkan oleh hilangnya miosit (infark miokard), kontraksi yang tidak

terkoordinasi (left bundle branch block), dan berkurangnya kontraktilitas

(kardiomiopati).

- Kegagalan yang berhubungan dengan overload (hipertensi).

- Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas katup.

- Kegagalan yang disebabkan abnormalitas ritme jantung (takikardi).

- Kegagalan yang disebabkan abnormalitas perikardium atau efusi

perikardium (tamponade).
- Kelainan kongenital jantung (Parker et al., 2008)

3. Manifestasi Klinis

Menurut Hudak dan Gallo (2000), Gejala yang muncul sesuai dengan

gejala gagal jantung kiri diikuti gagal jantung kanan dan terjadinya di dada

karena peningkatan kebutuhan oksigen. Pada pemeriksaan fisik ditemukan

tanda – tanda gejala gagal jantung kongestif biasanya terdapat bunyi derap

dan bising akibat regurgitasi mitral.

Manifestasi klinisnya yaitu :

a. Gagal Jantung Kiri

1. Gelisah dan cemas

2. Kongesti vaskuler pulmonal

3. Edema

4. Penurunan curah jantung

5. Gallop atrial (S3)

6. Gallop ventrikel (S4)

7. Crackles paru

8. Disritmia

9. Bunyi nafas mengi

10. Pulsus alternans

11. Pernafasan cheyne-stokes

12. Bukti-bukti radiologi tentang kongesti pulmonal

13. Dyspneu

14. Batuk

15. Mudah lelah


b. Gagal Jantung Kanan

1. Peningkatan JVP

2. Edema

3. Curah jantung rendah

4. Disritmia

5. S3 dan S4

6. Hiperresonan pada perkusi

7. Pitting edema

8. Hepatomegali

9. Anoreksia

10. Nokturia

11. Kelemahan

4. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan

Menurut Mansjoer (2001) prinsip penatalaksanaan CHF adalah:

a. Tirah baring baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga

cadangan jantung dan menurunkan tekanan darah.

b. Diet Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung

minimal. Selain itu pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah,

mengatur dan mengurangi edema.

c. Oksigen Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan

membantu memenuhi oksigen tubuh.

d. Terapi Diuretik Diuretik memiliki efek anti hipertensi dengan

meningkatkan pelepasan air dan garam natrium sehingga menyebabkan

penurunan volume cairan dan merendahkan tekanan darah. Mengurangi


kongestif pulmonal dan edema perifer, mengurangi gejala volume

berlebihan seperti ortopnea dan dispnea noktural peroksimal, menurunkan

volume plasma selanjutnya menurunkan preload untuk mengurangi beban

kerja jantung

5. Pemeriksaan Penunjang Dan Diagnostik

Menurut Doenges (2000) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan

untuk menegakkan diagnosa CHF yaitu:

a. Elektro kardiogram (EKG) Hipertrofi atrial atau ventrikuler,

penyimpangan aksis, iskemia, disritmia, takikardi, fibrilasi atrial

b. Scan jantung Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan

pergerakan dinding.

c. Sonogram (echocardiogram,echokardiogram doppler) Dapat

menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur

katub atau area penurunan kontraktilitas ventricular.

d. Kateterisasi jantung Tekanan abnormal merupakan indikasi dan

membantu membedakan gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dan

stenosis katub atau insufisiensi.

e. Rongent Dada Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan

mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam

pembuluh darah abnormal

f. Elektrolit Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi

ginjal, terapi diuretik

g. Oksimetri Nadi Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal

jantung kongestif akut menjadi kronis. h. Analisa Gas Darah (AGD) Gagal
ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan (dini) atau

hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)

i. Pemeriksaan Tiroid Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan

hiperaktivitas tiroid sebagai pre pencetus gagal jantung kongestif

6. Komplikasi

Menurut Smeltzer (2002), komplikasi dari CHF adalah :

1. Edema pulmoner akut

2. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,

katabolisme dan masukan diit berlebih.

3. Perikarditis: Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah

uremik dan dialisis yang tidak adekuat.

4. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem

renin-angiotensin-aldosteron.

5. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah

merah
7. WOC

Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi,

yang tergantung pada 3 faktor, yaitu:

a. Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan

bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan

yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung)


b. Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada

tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar

kalsium)

c. Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan

untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh

tekanan arteriole).

Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi

baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel

berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat,

maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan

meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir

diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini

berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat

istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang

berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner

dan sirkulasi sitemik.

Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi

cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik. Penurunan cardiac output,

terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial atau penurunan perfusi

ginjal, akan mengaktivasi beberapa system saraf dan humoral. Peningkatan

aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi

denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume darah sentral yang
selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang

untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh.

Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat

memacu terjadinya iskemia pada pasien dengan penyakit arteri koroner

sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner.

Aktivasi sistem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer. Adaptasi

ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika

aktivasi ini sangat meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan

jaringan. Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan

aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan

menimbulkan retensi sodium dan cairan.

Sitem rennin-angiotensinaldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan

peningkatan resistensi vaskuler perifer selanjutnya dan penigkatan afterload

ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan. Gagal jantung berhubungan

dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam sirkulasi, yang juga bersifat

vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi

peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang

menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan

vasodilator.

B. Landasan Teoritis Asuhan keperawatan

1. Pola Fungsional Gordon

a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan


Kaji status kesehatan, status promosi dan praktek pencegahan

kesehatan, persepsi pengobatan atau perawatan. Biasanya pasien tidak

tahu tanda-tanda dan gejala penyakitnya, sehingga terlambat pergi

berobat.

b. Nutrisi dan Metabolisme

Kaji pola makan, keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit, kesulitan

menelan, diet khusus, BB, postur tubuh, tinggi badan.

c. Eliminasi

Kaji BAB dengan jumlah feses, warna feses dan khas, BAK dengan

jumlah urine, warna urine dengan kejernihan. Biasanya tidak

mengalami gangguan.

d. Tidur dan Istirahat

Kaji frekwensi dan durasi periode istirahat tidur, penggunaan obat

tidur, kondisi lingkungan saat tidur.

e. Aktivitas dan Latihan

Kaji apakah klien mengalami kesulitan atau gangguan dalam

beraktifitas terkait dengan keluhan penyakit yang dideritanya.

f. Sensori dan Kognitif

Kaji kemampuan melihat dan mendengar serta meraba, disorientasi,

reflek.

g. Persepsi dan Konsep Diri

Kaji perasaan harga diri, sikap tentang dirinya, identitas diri, dan pola

emosional.
h. Hubungan dan Peran

Kaji hubungan dengan orang lain dan keluarga. Kaji peran kelurga dan

peran sosial, kepuasan dan ketidakpuasan dengan peran, persepsi

terhadap peran yang terbesar dalam hidup.

i. Seksual dan Reproduksi

Kaji kepuasan atau ketidakpuasan dengan seks, pola reproduksi, dan

menstruasi.

j. Stres dan Koping

Metode untuk mengatasi atau koping terhadap stres, mendefinisakan

stressor, toleransi terhadap stress, efektifitas koping.

k. Nilai dan Kepercayaan

Kaji nilai, tujuan, dan kepercayaan berhubungan dengan pilihan, atau

membuat keputusan, kepercayaan spiritual, isu tentang hidup yang

penting, hubungan antara pola nilai kepercayaan dengan masalah dan

praktek kesehatan.

2. Diagnosa

a. Penurunan Curah Jantung b.d perubahan frekuensi/ irama jantung

b. Gangguan Pertukaran gas

c. Intoleransi Aktivitas
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Noc Nic

1 Penurunan Curah Keefektifan Pompa Jantung Perawatan Jantung

Jantung
Definisi : Definisi :

Definisi : Kecukupan volume darah yang


dipompakan dari ventrikel kiri Keterbatasan dari komplikasi sebagai hasil dari
untuk mendukung tekanan
Ketidakadekuatan darah perfusi Sistemik ketidakseimbangan antara suplai oksigen pada otot dan

yang di pompa oleh Skala target outcome : kebutuhan

jantung untuk memenuhi seorang pasien yang memiliki gejala gangguan fungsi
1 = Deviasi berat dari
kebutuhan metabolic jantung
kisaran normal

Aktifitas :
5 = Tidak ada deviasi dari

kisaran normal  Mengecek fisik dan psikologis pasien secara rutin

 Pastikan kegiatan pasien tidak membahayakan curah


jantung atau memprovokasi serangan jantung
Indikator :  Dorong adanya peningkatan aktifitas bertahap ketika

Tekanandarah sistol kondisi pasien sudah distabilkan

12345  Instruksikan pasien untuk melapor apabila ada nyeri

Tekanandarah diastole dada

12345  Monitor EKG untuk mengetahui adakah segmen

Denyut jantung apical ST sebagaimana mestinya

12345  Monitor TTV secara rutin

Denyut nadi perifer  Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung

12345

Urin output

12345

Keseimbangan intake dan

output dalam 24 jam


12345

2 Gangguan Respon Ventilasi Monitor Respirasi

Pertukaran Gas Mekanik


Definisi :
Kelebihan atau Definisi :
Sekumpulan data dan analisis keadaan pasien untuk
oksigenasi dan/atau
Pertukaran alveolar dan memastikan kepatenan jalan nafas dan kecukupan
eliminasi karbon dioksida
perfusi jaringan secara efektif pertukaran gas
pada membrane alveolar-
yang didukung oleh ventilasi
Kapiler Aktifitas :
secara mekanik
 Monitor kecepatan irama, kedalaman, dan kesulitan
Skala target outcome : bernafas
 Catat pergerakan dada, catat ketidak simetrisan,
1= Deviasi berat dari penggunaan otot- otot bantu nafas, dan retraksi pada otot
supraclaviculaa dan interkosta
kisaran normal  Monitor suara nafas tambahan
 monitor pola nafas
5= Tidak ada deviasi dari  Monitor saturasi oksigen
 Palpasi kesimetrisan ekstensi paru
kisaran normal  Monitor keluhan sesak nafas pasien
Indikator :
 Berikan terapi nafas jika
Tingkat pernapasan 1 2 3 4 5
 diperlukan
Irama pernapasan 1 2 3 4 5

Kedalaman aspirasi 1 2 3 4 5

Volume tidal 1 2 3 4 5

Saturasi oksigen 1 2 3 4 5

Keseimbangan ventilasi perfusi

12345

3. Intoleransi Toleransi Terhadap Aktivitas Peraawtan Jantung : Rehabilitatif

Aktivitas
Definisi : Definisi :

Definisi :
Respon fisiologis terhadap Peningkatan tingkat fungsi aktifitas yang paling
Ketidakcukupan energi
psikologis atau fisiologis pergerakan yang memerlukan maksimum pada pasien yang telah mengalami episode
untuk mempertahankan
atau menyelesaikan energi dalam aktivitas sehari- gangguan fungsi jantung yang terjadi karena
aktivitas kehidupan sehari-
hari yang harus atau yang
ingin dilakukan. hari ketidakseimbangan suplai oksigen ke otot jantung dan

kebutuhannya
Skala target outcome : 1=

Aktifitas :
sangat terganggu
 Monitor toleransi pada pasien terhadap aktivitas

5= tidak terganggu
 Pertahankan jadwal ambulansi tergantungtoleransi

Indikator : pasien

Saturasi oksigen ketika  Intruksikan kepada pasien dan keluarga mengenai resep

beraktivitas 1 2 3 4 5 obat diluar tempat pasien dirawat

Frekuensi nadi ketika


 Instruksikan pasien dan keluarga tentang bagaimana
beraktivitas 1 2 3 4 5
perawatan nyeri dada, aturan berolahraga dan aktifitas
Frekuensi pernapasan
sehari- hari
ketika beraktivitas 1 2 3
 Intruksikan pasien dan keluarga untuk melanjutkan
45
Kemudahan bernapas ketika perawatan

berkativitas 1 2 3 4 5
 Skrining akan adanya kecemasan
Kekuatan tubuh bagian atas

12345

Kekuatan tubuh bagian bawah

12 3 4 5

Anda mungkin juga menyukai