Disusun Oleh:
NERS XVIII
KELOMPOK III
Ulfa Wildana Hasan (70900120032)
Nurul Awaliah (70900120027)
Muslimin. A (70900120030)
Dosen Pembimbing:
PRODI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesempatan, kesehatan dan
pengetahuan sehingga laporan seminar kasus dapat terselesikan. Terima kasih juga
kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-
ide serta saran dan masukan nya sehingga laporan seminar kasus ini bisa diselesaikan
dan disusun dengan baik dan rapi.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak adas esuatu yang
sempurna, Kami berharap semoga laporan pendahuluan ini bisa menambah
pengetahuan bagi para pembaca maupun penulis sendiri. Maka dari itu, kami
mengharapakan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi penyusunan
seminar kasus yang lebih baik lagi.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan seminar kasus ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Kelompok III
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) tahun 2016
menunjukkan bahwa pada tahun 2015 terdapat 23 juta atau sekitar 54% dari total
kematian disebabkan oleh Congestive Heart Failure (CHF). Penelitian yang telah
dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa resiko berkembangnya
Congestive Heart Failure (CHF) adalah 20% untuk usia ≥ 40 tahun dengan
kejadian > 650.000 kasus baru yang diagnosis Congestive Heart Failure (CHF)
selama beberapa dekade terakhir.
Kejadian CHF meningkat dengan bertambahnya umur. Tingkat kematian
untuk CHF sekitar 50% dalam kurun waktu lima tahun (Arini,2015). CHF telah
meningkat dan menjadi peringkat pertama sebagai penyebab utama kematian di
Indonesia. Prevalensi CHF di Indonesia menurut Riskesdas (2016) sebesar 0,3%
dari total jumlah penduduk di Indonesia. Data prevalensi penyakit ditentukan
berdasarkan hasil wawancara pada responden umur ≥ 15 tahun berupa gabungan
kasus penyakit yang pernah di diagnosis dokter atau kasus yang mempunyai
gejala penyakit gagal jantung (Riskesdas, 2016). Penyakit CHF meningkat seiring
dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur 65-74 tahun (0,5%) untuk yang
terdiagnosis, menurun sedikit pada umur ≥ 75 tahun (0,4%) tetapi untuk gejala
tertinggi pada umur ≥ 75 tahun (1,1%) (Riskesdas, 2016).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan diagnosis medis chf
pada Ny H di ruangan perawatan CVCU RSUD Labuang Baji
A. Definisi
jantung. Pasien dengan gagal jantung memiliki tanda dan gejala, sesak nafas yang
spesifik pada saat istirahat atau saat melakukan aktivitas, rasa lemah, tidak
bertenaga, retensi air seperti kongestif paru, edema tungkai, terjadi abnormalitas
sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu.
B. Etiologi
3. Arterosklerosis Koroner
laktat) dan hipoksia. Kematian sel jantung (infark miokard) merupakan awal
5. Faktor Sistemik
Secara garis besar gagal jantung terjadi akibat penyakit jantung yang
C. Klasifikasi
Association (NYHA):
Tidak ada batasan : aktivitas fisik yang
biasa tidak menyebabkan dipsnea
Kelas 1
napas, palpitasi atau keletihan
berlebihan
Gangguan aktivitas ringan : merasa
nyaman ketika beristirahat, tetapi
Kelas II
aktivitas biasa menimbulkan keletihan
dan palpitasi.
Keterbatasan aktivitas fisik yang nyata :
merasa nyaman ketika beristirahat,
Kelas III
tetapi aktivitas yang kurang dari biasa
dapat menimbulkan gejala.
Tidak dapat melakukan aktivitas fisik
apapun tanpa merasa tidak nyaman :
gejala gagal jantung kongestif
Kelas IV ditemukan bahkan pada saat istirahat
dan ketidaknyamanan semakin
bertambah ketika melakukan aktivitas
fisik apapun.
D. Patofisiologi
organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal
jantung normal mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon primer
tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini pada keadaan normal.
yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Bila
jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka
darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
kontraksi yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan
panjang serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan
tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah satu komponen itu
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal
jantung ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru
akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu
E. Manifestasi Klinis
diakibatkan oleh tekanan arteri dan vena yang meningkat karena penurunan
terjadi di ventrikel.
produksi mukus.
bernafas.
retensi cairan
tidur, bendungan aliran darah yang tadinya berkumpul pada area bawah
ginjal juga ikut relatif meningkat. Dengan demikian, produksi air kencing
malam hari.
F. Penatalaksanaan
1. Terapi Oksigen
3. Terapi Diuretik
garam dan air serta diuretik baik oral atau parenteral. Tujuannya agar
menurunkan preload (beban awal) dan kerja jantung. Diuretik memiliki efek
antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. Hal ini
garam natrium ditahan, air juga akan tertahan dan tekanan darah akan
tidak menahan kalium, dan diuretik yang menahan kalium disebut diuretik
hemat kalium.
4. Digitalis
Digitalis diberikan dalam dosis yang sangat besar dan dengan cepat diulang.
Klien dengan gagal jantung lebih berat mungkin mendapat keuntugan dengan
5. Inotropik positif
pada keadaan bradikardi di saat tropin tidak menghasilkan kerja yang efektif
pada dosis 5-20 mg/kg/menit. Dopamin sering kali diberikan dalam bentuk
atau normalsalin.
6. Terapi Sedatif
empat kali sehari dengan tujuan mengistirahatkan klien dan memberi relaksasi
pada klien.
7. Diet
ketegangan otot jantung minimal dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan
selera dan pola makan klien dan pembatasan natrium (Ramadhani, 2020).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Ekokardiografi
pemeriksaan invasife lain tidak lagi diperlukan. Gambaran yang paling sering
dilatasi, dan beberapa kelainan katup adalah dilatasi ventrikel kiri yang
disertai hipokinesis seluruh dinding vertikel. EKG pada pasien CHF et causa
interval PR dan kompleks QRS normal, aksis deviasi kekiri, elevasi dan
depresi segmen ST pada sadapan yang berbeda, terdapat LVH (left ventricular
2. Rontgen toraks
peningkatan tekanan vena paru adalah adanya diversi aliran darah ke daerah
3. Elektrokardiografi
hasil pemeriksaan EKG yang normal perlu dicurigai bahwa hasil diagnosis
salah. Pada pemeriksaan EKG untuk klien dengan gagal jantung dapat
d. Aritmia
4. Sonogram
5. Scan jantung
6. Kateterisasi Jantung
gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosis katup atau insufisiensi,
7. Elektrolit
terapi diuretik
8. Oksimetrinadi
H. Komplikasi
1. Edema pulmoner akut: akibat fungsi bilik kiri yang tidak berjalan secara
darah di sekitarnya.
4. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-
angiotensin-aldosteron.
merah
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
lelah, pusing, Nyeri dada, Edema ektremitas bawah, Nafsu makan menurun,
batuk, dan edema pulmonal akut. Gejala-gejala lain yang mengganggu pasien.
oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih relevan. Alergi yang
dimiliki pasien
6. Pengkajian data
istirahat, sakit dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas.
pucat.
d. Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
e. Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare atau
konstipasi.
6. Pemeriksaan fisik
b. TTV
hepertrofi ventrikel
c) Perkusi :
yang terjadi pada saat kontraksi isimetris dari bilik pada permulaan
systole
7. Pemeriksaan penunjang
dari gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat,
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan konduksi elektrikal.
interstitial
(PPNI, 2017).
C. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan
No Diagnosa
Kriteria Intervensi Rasional
. Keperawatan
Hasil
1. Penurunan Tujuan : a. Identifikasi a. Mengetahui
curah jantung Setelah tanda/gejala tanda dan
berhubungan dilakukan primer gejala primer
dengan tindakan penurunan penurunan
penurunan keperawatan curah jantung curah jantung.
kontraktilitas diharapkan b. Identifikasi b. Mengetahui
ventrikel kiri, curah jantung tanda/gejala tanda dan
perubahan meningkat. sekunder gejala sekunder
frekuensi, penurunan penurunan
irama, dan Kriteria hasil: curah jantung. curah jantung.
konduksi a. Tanda c. Monitor intake c. Ginjal
elektrikal. vital dan output merespon
dalam cairan untuk
rentang menurunkan
normal curah jantung
Disfungsi miokard Beban tekanan Beban sistolik Peningkatan keb. Beban volume Penyakit Aterosklerosis HT
(AMI) Miokarditis berlebih berlebih metabolism meningkat jantung coroner pulmonal
Kontraktilitas Disfungsi
Menurun miokardium
Hambatan pengosongan
Ventrikel
Gagal pompa ventrikel kiri Penurunan curah jantung Gagal pompa ventrikel kanan
Gagal pompa ventrikel kiri Penurunan curah jantung Gagal pompa ventrikal kanan
Defisit
Nutrisi
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Ny. H
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 64 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Cerai Mati
Pekerjaan : Pensiunan ASN
Pendidikan Terakhir : S1
Alamat : JL. Merdeka No. 26 Kolaka Utara
No. CM : 392454
Diagnostic Medis : CHF
Tanggal Masuk RS : Sabtu, 8 Mei 2021
Tanggal Pengkajian : Minggu, 9 Mei 2021
b. Penanggung Jawab
Nama : Hj. Jum’ah
Umur : 55 Tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : ASN
Alamat : JL. Merdeka No. 26 Kolaka Utara
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan Utama : Sesak nafas
Keterangan :
= Laki – laki
= Perempuan
= Klien
X = Meninggal
= Tinggal serumah
= Garis Keturunan
= Garis pernikahan
G1 =Ayah klien meninggal akibat penyakit yang tidak diketahui.
Ibu klien meninggal karena penyakit DM. Ayah dan Ibu
mertua klien meninggal karena penyakit yang tidak diketahui
G2 = Saudara 1 klien memiliki penyakit DM + jantung. Saudara
ke-3 klien juga memiliki penyakit DM + Jantung + Ginjal.
b. Klien tinggal bersama anaknya
c. Ibu klien memiliki riwayat penyakit yang sama dengan klien.
d. Anak serta ipar klien tetap merawat dan menjaga klien.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) GCS E3V3M5, Somnolen
2) KU lemah
3) TTV = TD : 150/67 mmHg S : 36 x / i SPO2=93
N : 58 x/i P : 14°C
4) TB = 156 cm, BB = 56 kg
Lingkar lengan atas = 28, 5 cm
IMT = 23 kg/m2
5) Derajat edema III dibagian ekstremitas
6) Warna kulit mengkilat dibagian tubuh yang terdapat edema
7) Tirah baring
8) Terpasang oksigen kanul nasal 3L
9) Terpasang monitor
b. Pemeriksaan Cepalo Kaudal
1) Kepala
a) Bentuk kepala normal, simetris
b) Pigmen rambut mulai berkurang (memutih)
c) Keadaan kulit kepala bersih
DO : Suplai O2 menurun
- Nampak edema
diekstremitas bawah Hipoksia
derajad III
- Nampak tirah baring Darah yang kaya O2 hanya mengisi
- Akral dingin bagian-bagian yang vital
- Warna kulit
mengkilap dibagian Ujung-ujung perifer tidak tersuplai
yang terdapat edema darah yang kaya akan O2
- TD = 150/67 mmHg
- HB = 6,8 g/dL Perfusi perifer tidak efektif
- SPO2 = 93
- N = 58 x/i , P = 17
x/i
5. DS : Gagal jantung kongestif Defisit
DO : Vomitting centre
- Nampak sariawan di
lidah dan mukosa Peningkatan asam lambung
bibir
- Mukosa bibir Anoreksia (mual, muntah)
nampak pucat
- Bising usus 6x/menit Defisit nutrisi
- Nampak
menghabiskan
makanannya 2-5
sendok nasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d penurunan kontraktilitas ventrikel kanan dan
kiri.
2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas
3. Nyeri akut b.d. agen pencidera fisiologi.
4. Perfusi perifer tidak efektif b.d. penurunan aliran ateri dan / atau vena
5. Defisit nutrisi b.d. ketidakmampuan menelan makanan
6. Introleransi aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suply ke jaringan dengan
kebutuhan sekunder penurunan curah jantung.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung adalah kondisi dimana
otot jantung tidak mampu untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Berlawanan dengan konotasi harfiahnya, gagal jantung tidak berarti
bahwa jantung benar-benar gagal bekerja. Ketika gagal jantung kongestif,
kemampuan jantung memompa daah menjadi lemah dan kurang bertenaga. Seperti,
perputaran aliran darah melalui jantung dan tubuh dengan lebih lambat, menyebabkan
meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah. Hal ini mengakibatkan pembuluh
darah mendorong cairannya ke jaringan tubuh lainnya yang bisa menyebabkan
penumpukan di paru-paru, hati, tangan, kaki dan saluran pencernaan.
Narolita, Y. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Jantung Kongestif ( Gjk
) Dengan Masalah Hipervolemia.
Porumba, M., Iadanza, E., Massaroc, S., & Pecchia, L. (2020). A convolutional
neural network approach to detect congestive heart failure. Biomedical Signal
{rocessing and Control, 55.