Anda di halaman 1dari 104

LAPORAN LENGKAP KEPERAWATAN PADA KELUARGA “Tn.

B” DI
DESA LEMPANGAN KECAMATAN BAJENG

OLEH
La Ode Agustino Saputra, S.Kep
70900120011

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

BLOK KEPERAWATAN KELUARGA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia. Dalam

20 tahun World Health Organitation (WHO) dengan negara-negara yang

tergabung di dalamnya mengupayakan untuk mengurangi TB Paru.

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang di sebabkan

oleh infeksi menular oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber

penularan yaitu pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang

dikeluarkannya. Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau pengobatannya

tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian

(Kemenkes RI, 2015).

Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian

global. Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan

kematian akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan

masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada

tahun 2014. India, Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita

tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan 10% dari seluruh

penderita di dunia (WHO, 2015). Pada tahun 2015 di Indonesia terdapat

peningkatan kasus tuberkulosis dibandingkan dengan tahun 2014. Pada tahun

2015 terjadi 330.910 kasus tuberkulosis lebih banyak dibandingkan tahun

2014 yang hanya 324.539 kasus. Jumlah kasus tertinggi terdapat di provinsi

dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa

tengah (Kemenkes RI, 2016).

Peningkatan tuberkulosis paru di tanggulangi dengan beberapa strategi

dari Kementrian Kesehatan, salah satunya yaitu meningkatkan perluasan


pelayanan DOTS (Directly Observed Treatment Short-course). DOTS adalah

salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai TB

paru melalui penyuluhan sesuai dengan budaya setempat, mengenai TB paru

pada masyarakat miskin, memberdayakan masyarakat dan pasien TB paru,

serta menyediakan akses dan standar pelayanan yang diperlukan bagi seluruh

pasien TB paru.

Studi sebelumnya mengungkapkan bahwa pelayanan kesehatan khususnya

pelayanan untuk penyakit tuberculosis tidak efektif dan terbatas. Petugas

kesehatan baik dari pemerintah atau swasta kurang dilatih dalam diagnosis

danpengobatan tuberculosis serta kurangnya keterampilan komunikasi yang

dibutuhkan untuk memotivasi pasien guna meningkatkan kepatuhan dalam

upaya penyembuhan tuberculosis (Mushtaqdkk, 2011).

Meningkatnya penderita TB Paru di Indonesia disebabkan oleh perilaku

hidup yang tidak sehat. Hasil survey di Indonesia oleh Ditjen Pemberantasan

Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) salah satu penyebab

tingginya anka kejadian TB Paru di sebabkan oleh kurangnya tingkat

pengetahuan (Kemenkes, 2011).

B. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam laporan ini adalah

bagaimanakah “Asuhan Keperawatan Keluarga “Tn. B” dengan salah satu

Anggota Keluarga “Ny. H” Menderita TBC di Dusun Gambong Desa

Lempangan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa”.

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman yang nyata dalam aplikasi keperawatan

komunitas dan keluarga atau kesehatan masyarakat serta mampu


melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif

meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual dengan

pendekatan proses keperawatan pada keluarga Keluarga “Tn.B” dengan

Salah Satu Anggota Keluarga “Ny. H” Menderita TBC di Desa Tangke

Lempangan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa”.

b. Tujuan Khusus

1. Penulis mampu melakukan pengkajian keluarga Keluarga “Tn. B”

dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Ny. H” Menderita TBC di

Desa Lempangan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa”.

2. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan Keluarga “Tn.

B” dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Ny. H” Menderita TBC di

Desa Lempangan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa”.

3. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan keluarga Keluarga

“Tn. B” dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Ny. H” Menderita

TBC di Desa Lempangan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa”.

4. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan Keluarga

“Tn. B” dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Ny. H” Menderita

TBC di Desa Lempangan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa”.

5. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga Keluarga

“Tn. B” dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Ny. H” Menderita

TBC di Desa Lempangan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa”.

D. Manfaat

a. Manfaat Bagi Penulis

Dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu dalam

menerapkan asuhan keperawatan keluarga sehingga dapat

mengembangkan dan menambah wawasan.


b. Manfaat Praktis

1. Bagi Masyarakat/Klien

Menambah pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam

upaya pencegahan, perawatan serta pemanfaatan fasilitas kesehatan

dalam merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi tambahan guna meningkatkan informasi /

pengetahuan sebagai referensi perpustakan UIN Alauddin Makassar

yang bisa digunakan oleh mahasiswa sebagai bahan bacaan dan

dasar untuk studi kasus selanjutnya.

3. Bagi Puskesmas

Dapat memberikan sumbangan pikiran dalam meningkatkan

“Asuhan Keperawatan Keluarga dengan kasus Hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Bajeng kabupaten Gowa”


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Konsep Keluarga

a. Definisi Keluarga

Menurut Setiadi, (2008: 3), Keluarga adalah dua atau lebih

individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan

adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan lainnya

dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

Sedang Andarmoyo, (2012: 3), Keluarga adalah sebuah kelompok

yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing–masing

mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik,

kakak dan nenek.

Padila (2012: 19), mengemukakan keluarga sebagai dua atau

lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional

serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

b. Ciri-ciri Keluarga
Ciri-ciri keluarga menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton

dan Ali, (2010: 5), adalah:

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan

hubungan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau

dipelihara.

3. Keluarga mempunyai suatu sistem tatanama (Nomen Clautur)

termasuk perhitungan garis keturunan.


4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh

anggota– anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk

mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

5. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah

tangga.

Ciri keluarga Indonesia, menurut Setiadi, ( 2008) adalah:

1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat

gotong royong.

2. Dijiwai oleh kebudayaan ketimuran.

3. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan

dilakukan secara musyawarah.

c. Tipe keluarga

Tipe keluarga menurut Harmoko, (2012: 22), tergantung pada konteks

keilmuan dan orang yang mengelompokkan:

1. Secara Tradisional

a) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya

terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari

keturunannya atau adopsi keduanya.

b) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga yang lain yang masih mempunyi hubungan

darah (kakek – nenek, paman, bibi).

2. Secara Modern

a) Tradisional nuclear, merupakan keluarga inti ayah, ibu, dan

anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi

legal dalam suatu suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya

dapat bekerja diluar rumah.


b) Reconstituted nuclear, pembentukan baru dari keluarga inti

melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam

pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu dari

bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan

baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.

c) Middle Age/Aging Couple, suami sebagai pencari uang, istri di

rumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah

meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti

karier.

d) Dyadic Nuclear, suami istri yang sudah berumur dan tidak

mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar

rumah.

e) Single Parent, satu orang tua sebagai akibat perceraian atau

kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di

rumah atau di luar rumah.

f) Dual Carrier, suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa

anak.

g) Commuter Married, suami istri atau keduanya orang karier

dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling

mencari pada waktu-waktu tertentu.

h) Single Adult, wanita atau pria dewasa tinggal sendiri dengan

tidak adanya keinginan untuk kawin.

i) Three Generation, tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu

rumah.

j) Institusional, anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal

dalam suatu panti.


k) Comunal, satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang

monogamy dengan ank-anaknya dan bersama-sama dalam

penyediaan fasilitas.

l) Group marriage, suatu perumahan terdiri dari orang tua dan

keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu

adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua

dari anak-anak.

m) Unmaried Parent and Child, ibu dan anak dimana perkawinan

tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.

n) Cohibing Coiple, dua orang atau satu pasangan yang tinggal

bersama tanpa kawin.

o) Gay and lesbian family, keluarga yang dibentuk oleh pasangan

yang berjenis kelamin sama.

d. Struktur keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan

fungsi keluarga dimasyarakat. Menurut Padila (2012: 24), ada

beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari

bermacam-macam diantaranya adalah:

1. Patrilineal adalah keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu

disusun melalui jalur ayah.

2. Matrilineal adalah keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu

disusun melalui jalur ibu.


e. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga

mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan

dilakukan. Lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang

harus dilakukan yaitu :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.

setiap anggotanya Perubahan sekecil apapun yang dialami

anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan

tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya

perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan

apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

bagi keluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuia dengan keadaan

keluarga dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang

mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan

tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang

tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi.

Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyoganya meminta

bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.

3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

Perawatan ini bisa dilakukan dirumah apabila keluarga

memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan

pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh

tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.


4) Memepertahankan susana dirumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan anggota keluaraga.

5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara kelurga dan

lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

(Setiadi,2008)

f. Fungsi Keluarga

Friedman (1998) dalam Padila (2012) mengidentifikasikan lima

fungsi dasar keluarga, yakni:

1) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota

keluarga,perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,

dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,

bagaimana kehangatan tercipta pada anggoa keluarga dan

bagaimana keluarga mengembangakan sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau

hubungan dalam keluarga,sejauhmana anggota keluarga

belajar disiplin,norma,budaya dan perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauhmana keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang

sakit. Sejauhmana pengetahuan keluarga mengenai sehat

sakit.Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga

melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga,yaitu keluarga

mampu mengenal masalah kesehehatan,mengambil


keputusan, melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga

adalah :

a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana

keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan

meliputi pengertian,tanda-gejalafaktor penyebab dan yang

mempengaruhinya,serta persepsi keluarga terhadap masalah.

b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambill

keputusan mngenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang

perlu dikaji adalah :

(1) Sejauhmana kemampuan keluarga mengertii mengenai

sifat dan luasnya masalah.

(2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.

(3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah

yang dialami.

(4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan

penyakit

(5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas

kesehatan yang ada

(6) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.

(7) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah

terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.

c. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji

adalah :
(1) Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya

(sifat, penyebaran, komplikasi, prognosa, dan cara

perawatannya).

(2) Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sifat dan

perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

(3) Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas

yang diperlukan untuk perawatan.

(4) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber

yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang

bertanggung jawab, sumber keuangan / finansial,

fasilitas fisik, psikososial).

(5) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga

memelihara lingkungan rumah yang sehat. Hal yang perlu

dikaji adalah :

(1) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber

keluarga yang dimiliki.

(2) Sejauhmana keluarga melihat

keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan.

(3) Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygiene

sanitasi.

(4) Sejauhmana keluarga mengetahui upaya

pencegahan penyakit.

(5) Sejauhmana sikap/pandangan keluarga terhadap hygiene

sanitasi.
(6) Sejauhmana kekompakan antara anggota

keluarga.

e. Untuk mengetahui sejau hmana kemampuan keluarga

menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di

masyarakat. Hal yang perlu dikaji adalah :

(1) Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas

kesehatan.

(2) Sejauhmana keluarga memahami keuntungan-

keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas

kesehatan.

(3) Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap

petugas dan fasilitas kesehatan

(4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang

baik terhadap petugas kesehatan.

(5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh

keluarga

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:

a) Berapa jumlah anak

b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga

c) Metode apa yg digunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlah anggota keluarga

5) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga

adalah:
a) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan

dan papan

b) Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan

keluarga

g. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap-tahap perkembangan dan tugas keluarga menurut Jhonson dan

Leny, (2010) adalah sebagai berikut :

1) Tahap 1, keluarga baru menikah

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah membina

hubungan intim yang memuaskan, membina hubungan dengan

keluarga lain, teman dan kelompok sosial, dan mendiskusikan

rencana memiliki anak.

2) Tahap 2, keluarga dengan anak baru lahir.

Tugas perkembangan keluarga pada tahapini adalah

mempersiapkan menjadi orang tua,adaftasi dengan

perubahan adanya anggota keluarga, interaksi

keluarga,hubungan seksual dan kegiatan, mempertahankan

hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.

3) Tahap 3,keluarga dengan anak usia pra sekolah

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah

memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan

tempat tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak untuk

bersosialisasi, beradaftasi dengan anak baru lahir, sementara

kebutuhan anak yang lai (tua) juga harus terpenuhi;

mempertahankan hubungan yang sehat baik dalam waktu untuk


individu, pasangan dan anak (biasanya keluarga mempunyai

tingkat kerepotan yang tinggi); pembagian tanggung

jawab anggota keluraga ; merencanakan kegiatan dan

waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan

anak.

4) Tahap 4, keluarga dengan anak usia sekolah.

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah membantu

sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah

dan lingkungan lebih luas (yang tidak kurang diperolehdari

sekolah atau masyarakat) mempertahankan keintiman

pasangan; memenuhi kebutuhan yang meningkat,

termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.

5) Tahap 5, keluarga dengan anak remaja.

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah memberikan

kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat

remaja adalah seorang dewasa muda dan mulai memiliki

otonomi; mempertahankan hubungan intimdalam keluarga;

mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan

orang tua; hindarkan terjadinya perbedaan, kecurigaan, dan

permusuhan mempersiapkan perubahan sistem peran dan

peraturan(anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan

tumbuh kembang anggota keluarga.

6) Tahap 6, keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah

memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadii

keluarga besar, memepertahankan keintiman pasangan,


membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dii

masyarakat;penataan kembali peran orang tua dan kegiatan

di rumah.

7) Tahap 7, keluarga usia pertengahan

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah

mempertahankan kesehatan indvidu dan pasangan usia

pertengahan, mempertahankan hubungan yang serasai dan

memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya;

meningkatkan keakraban pasangan.

8) Tahap 8,keluarga usia tua.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah

mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling

menyenangkan pasangannya; adaptasi dengan perubahan

yang akan terjadi kehilangan pasangan, kekuatan fisik,

dan penghasilan keluarga, mempertahanka keakraban pasangan

dan saling merawat; melakukan live review masa lalu.

h. Stres dan Koping Keluarga

1) Stresor jangka pendek dan panjang Stresor

a. jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu 6 bulan

b. Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih

dari 6 bulan

Strategi koping yang digunakan Strategi koping apa yang digunakan

keluarga bila menghadapi permasalahan (Padila, 2012).


B. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama

menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian

tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe. Agen

infeksius utama adalah Mycobacterium tuberculosis adalah batang

aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap

panas dan sinar ultraviolet. M.bovis dan M.avium pernah, pada kejadian

yang jarang, berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberculosis (Smeltzer

& Bare, 2002).

Tuberculosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan

oleh bakteri berbentuk batang (basil) yang bernama Mycobacterium

tuberculosis (Price, 2006).

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang

disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman

tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara

(pernapasan) ke dalam paru-paru, kemudian menyebar dari paru-paru ke

organ tubuh yang lain melalui peredaran darah, yaitu: kelenjar limfe,

saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain

(Depkes RI, 2002).

Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang menyerang

parenkim paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis

(Somantri, 2012).

Jadi dapat disimpulkan, tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi

menular yang disebabkan oleh suatu bakteri yaitu Microbacterium

tuberculosis yang menyerang bagian paru-paru yang disebut parenkim.


2. Epidemiologi

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan

tingkat kejadian 9 juta kasus per tahun di seluruh dunia dan kasus

kematian hampir mencapai 2 juta manusia (Atif et al ,2012) Menurut

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI),pada tahun 2011 kasus TB

baru terbanyak terjadi di Asia sekitar 60% dari kasus baru yang terjadi

disel uruh dunia. Akan tetapi Afrika Sub Sahara memiliki jumlah

terbanyak kasus baru perpopulasi dengan lebih dari 260 kasus per

100000 populasi pada tahun 2011 (WHO,2013). Jumlah kasus TB

terbanyak adalah region Asia Tenggara (35%), Afrika (30%), dan region

Pasifik barat (20%). Berdasarkan data WHO pada tahun 2009, lima

Negara dengan insiden kasus TB terbanyak yaitu, India (1,6 -2,4 juta),

China (1,1-1,5 juta), Afrika selatan (0.4-0.59 juta), Nigeria (0.37-0.55

juta) dan Indonesia (0.35-0.52 juta) (PDPI, 2011).

Di Indonesia, diperkirakan prevalensi TB di Indonesia untuk semua

tipe TB adalah 505.614 kasus per tahun, 244 per 10.000 penduduk dan

1.550 per hari. Insidensi penyakit TB 528.063 kasus per tahun, 228 kasus

per 10.000 penduduk dan 1.447 per hari.Indisdensi kasus baru 236.029
per tahun, 102 kasus per 10.000 penduduk, dan 647 per hari. Insidensi

kasus TB yang mengakibatkan kematian 91.369 per tahun, 30 kasus per

10.000 penduduk, dan 250 per hari (DepKes, 2010)

3. Etiologi

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

berbentuk batang (basil) yang bernama Mycobacterium tuberculosis.

Sebagian besar struktur organisme ini terdiri atas asam lemak (lipid) yang

membuat mikobakterium lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan

terhadap gangguan kimia dan fisik. M. tuberculosis hominis merupakan

penyebab sebagian besar kasus tuberculosis. Mikobakterium ini tahan

hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan

bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada

dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali

dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob.

Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-

paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini

merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.

Macam-macam jenis Micobacterium tubercolusae complex adalah:

a. M. tuberculosae

b. Varian Asian

c. Varian African I

d. Varian African II

e. M. Bovis

Kelompok kuman Mycobacteria Other Than TB (MOTT, atypical

adalah:
a. M. kansasi

b. M. avium

c. M. intra cellular

d. M. scrofulaceum

e. M.malmacerse

f. M. xenopi (Amin, 2007)

4. Patofisiologi

Paru merupakan port d’entrée kasus infeksi TB. Pada waktu batuk atau

bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet

(percikan dahak). Droplet yang mengandung Mycobakterium tuberkulosis

dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam. Orang dapat terinfeksi

kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Setelah

Mycobacterium tuberkulosis masuk ke dalam saluran pernapasan, masuk ke

alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai memperbanyak diri.

Basil juga secara sistemik melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian

tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainnya

(lobus atas).

Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit

(neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit melisis

(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan

penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. lnfeksi

awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajanan.Massa jaringan

baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil yang masih

hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding
protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral

dari massa fibrosa ini disebut tuberkel Ghon (fokus primer Gohn).

Dari fokus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju

ke kelenjar limfe regional. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya

inflamasi di saluran limfe. Pada sebagian besar individu dengan sistem

imun yang berfungsi baik, begitu sistem imun seluler berkembang,

proliferasi kuman TB terhenti. Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat

tetap hidup dalam granuloma.

Setelah imunitas seluler terbentuk, focus primer di jaringan paru

biasanya mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau

kalsifikasi setelah mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar

limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi

penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan

paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun

dalam kelenjar ini.

Komplek primer dapat juga mengalai komplikasi. Komplikasi yang

terjadi dapat disebabkan oleh fokus di paru atau di kelenjar limfe regional.

Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair

dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan

paru atau kavitas. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal

menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru. Obstruksi total dapat

menyebabkan atelektasis. Masa kiju dapat menimbulkan obstruksi

komplit pada bronkus sehingga menyebabkan atelektasis dan pneumonitis.

Sebelum terbentuknya imunitas selular, dapat terjadi penyebaran

limfogen dan hematogen. Pada penyebaran hematogen, kuman TB masuk

ke dalam sirkulasi darah yang menyebar ke seluruh tubuh yang sering


disebut penyakit sistemik (Sudoyo, 2006; Price & Wilson, 2006; Raharjoe,

2005).

5. Klasifikasi

Menurut Price & Wilson, (2006), TB dibedakan menjadi:

Klasifikasi I

Tabel 1. Klasifikasi TB

Class 0 Tidak ada jangkitan atau terinfeksi, riwayat terpapar, reaksi test tuberculin

(PPD) tidak bermakna.

Class 1 Terpapar TBC, tidak ada bukti infeksi, reaksi kulit tak bermakna

Class 2 Ada infeksi TBC, reaksi kulit bermakna, pemeriksaan bakteri (-), tidak ada

bukti.

Class 3 Sedang sakit, BTA (+), test mantoux bermakna, Rontgent Thorax (+). Lokasi

tempat : Paru-paru, Pleura, Limfatik, tulang/sendi, meninges, peritoneum,

dsb.

Class 4 Sedang sakit, ada riwayat mendapat pengobatan, Rontgent Thorax (+), test

mantoux bermakna.

Class 5 dicurigai TBC, sedang dalam pengobatan


Klasifikasi II

1. Tuberculosis Primer

a. Tuberculosis primer adalah bentuk penyakit yang terjadi pada orang

yang belum pernah terpajan (orang yang belum pernah mengalami TB)

atau peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik

terhadap basil mikobakterium.

b. Dampak utama dari tuberculosis primer adalah

a) penyakit ini memicu timbulnya hipersensitivitas dan resistensi.

b) fokus jaringan parut mungkin mengandung basil hidup selama

bertahun-tahun bahkan seumur hidup

c) penyakit ini (meskipun jarang) dapat menjadi tuberculosis primer

progresif. Hal ini terjadi ada orang yang mengalami gangguan

akibat suatu penyakit (terutama penyakit yang menyerang sistem

kekebalan tubuh, seperti AIDS dan biasanya terjadi pada pada anak

yan mengalami malnutrisi atau usia lanjut).

2. Tuberculosis Sekunder (Tuberculosis Post Primer)

Merupakan penyakit yang terjadi pada seseorang yang telah

terpajan penyakit tuberculosis atau peradangan jaringan paru oleh karena

terjadi penularan ulang di mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan

spesifik terhadap basil mikobakterium tersebut. Penyakit ini mungkin

terjadi segera setelah tuberculosis primer, tetapi umumnya muncul karena

reaktivasi lesi primer dorman beberapa dekade setelah infeksi awal,

terutama jika sistem pertahanan penjamu (seseorang yang pernah terkena

TB sebelumnya) melemah.

6. Tanda Gejala
Menurut Jhon Crofton (2012), gejala klinis yang timbul pada pasien

Tuberculosis berdasarkan adanya keluhan penderita adalah :

a. Batuk lebih dari 3 minggu

Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil

proses destruksi paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit

menahun, keluhan ini dirasakan dengan kecenderungan progresif walau

agak lambat. Batuk pada Tuberculosis paru dapat kering pada permulaan

penyakit, karena sekret masih sedikit, tapi kemudian menjadi produktif.

b. Dahak (sputum)

Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit,

kemudian berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen

(kuning hijau) dan menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan.

c. Batuk darah

Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah

sampai berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk.

Penyebabnya adalah akibat peradangan pada pembuluh darah paru dan

bronchus sehingga pecahnya pembuluh darah.

d. Sesak napas

Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru.

Merupakan proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan.

e. Nyeri dada

Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi

gesekan pada dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan

pleuritis dan tegangan otot pada saat batuk.

f. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang

disebabkan oleh sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.

g. Demam dan menggigil

Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu

reaksi umum dari proses infeksi.

h. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang

timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.

i. Malaise

Ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.

j. Rasa lelah dan lemah

Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.

k. Berkeringat banyak terutama malam hari

Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit

Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah

lanjut.

Gejala khas TB, yaitu TRIAS TB yaitu batuk > 3 mggu yang tidak

disebabkan penyakit lain, kadang hemoptisis; berkeringat terutama di malam

hari; dan nafsu makan ↓ diikuti penurunan BB. Penyakit tuberculosis sering

dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak

kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti

lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas

sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik. Gambaran klinik TB

paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik

(Sudoyo, 2006).
1. Gejala respiratorik meliputi:

a. Batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum

Batuk dapat terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini

diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk

mulai dari kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan

menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lebih lanjut

adalah berupa batuk darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah

yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada

kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronchus.

b. Dahak bercampur darah.

Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian

setelah timbul peradagan menjadi produktif(menghasilkal

sputum).keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat

pembuuh darah yang pecah.kebanyakan batuk darah pada tuberkulusis

terjadi pada kavitas,tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

Batuk darah berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau

darah segar dalam jumlah banyak

c. Sesak nafas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak

nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,

dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.

d. Nyeri dada

Gejala ini sedikit jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila

infiltrasinya radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan

pleuritis, terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan


napasnya. Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.

Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

e. Wheezing

Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang

disebabkan oleh sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.

2. Gejala sistemik meliputi:

a. Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan

malam hari mirip dengan demam influenza, hilang timbul dan makin lama

makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek

b. Gejala sistemik

Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat

badan, serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa

minggu sampai bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas,

sesak nafas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai pneumonia.

7. Pencegahan

Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) pada

tahun 2010 menjelaskan tentang pencegahan penularan TBC, yaitu:

a. Bagi Masyarakat

1. Makan makanan yang bergizi seimbang sehingga daya tahan tubuh

meningkat.

2. Tidur dan istirahat yang cukup.

3. Tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol


4. Lingkungan yang bersih baik tempat tinggal ataupun lingkungan

sekitar

5. Membuka jendela agar masuk sinar matahari di semua ruangan,

karena kuman TBC akan mati bila terkena sinar matahari

6. Imunisasi BCG

7. Menyarankan apabila ada yang dicurigai menderita TBC agar segera

memeriksakan diri dan berobat sesuai aturan sampai sembuh

b. Bagi penderita

1. Tidak meludah di sembarang tempat

2. Menutup mulut saat batuk dan bersin

3. Berperilaku hidup bersih dan sehat

4. Berobat sesuai aturan sampai sembuh

5. Memeriksakan balita yang tinggal serumah agar segera diberi

pengobatan pencegahan.

Saat ini vaksin BCG (Bacille Calmette Guerin) adalah vaksin yang

sudah dikenal sebagai cara untuk mencegah TBC, diberikan dengan

suntikan di bawah kulit. Vaksin ini efektif pada anak baru lahir untuk

mencegah penyakit TB berat. Saat ini TBC memang tidak memberi dampak

yang signifikan untuk mengurangi kasus TB pada orang dewasa.

Saat ini masih belum ditemukan vaksin yang efektif diberikan pada

orang dewasa untuk mencegah penyakit TBC. Akan tetapi, menurut studi

literatur yang dilakukan melita tahun 2013 menyatakan bahwa baru-baru ini

ditemukan vaksin booster TBC baru, MVA85A, dengan harapan dapat

meningkatkan kekebalan pasien terhadap TBC. Hasil dari studi literatur

tersebut menyatakan bahwa Vaksin MVA85A aman dan sangat imunogenik

pada subjek yang pernah diberi vaksin BCG, subjek yang tinggal di daerah
endemis TBC, subjek dengan infeksi TBC laten di UK. Tiga penelitian

membandingkan respons sel T setelah diberi vaksin MVA85A dengan

pemantauan selama 1 tahun dengan keadaan baseline. Keadaan baseline

yang dimaksud adalah keadaan sel T sebelum vaksinasi.

8. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Konjungtiva mata pucat karena anemia, malaise, badan kurus/

berat badan menurun. Bila mengenai pleura, paru yang sakit terlihat

agak tertinggal dalam pernapasan. RR meningkat (>24 x/menit).

Adanya dyspnea, sianosis, distensi abdomen, batuk dan barrel chest.

b. Perkusi

Terdengar suara redup terutama pada apeks paru, bila terdapat

kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonar dan

timpani. Bila mengenai pleura, perkusi memberikan suara pekak.

c. Auskultasi

Terdengar suara napas bronchial. Akan didapatkan suara napas

tambahan berupa rhonci basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrasi

ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napas menjadi vesikuler

melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, auskultasi

memberikan suara amforik. Bila mengenai pleura, auskultasi

memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar sama

sekali.

d. Palpasi
Badan teraba hangat (demam), denyut nadi meningkat

(>100x/menit), turgor kulit menurun, fremitus raba meningkat disisi

yang sakit.(Amin, 2007).

9. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

a. Aksi Tes Tuberkulin Intradermal ( Mantoux).

Tes mantoux adalah dengan menyuntikan tuberculin (PPD) sebanyak

0,1 ml mengandung 5 unit (TU) tuberculin secara intrakutan pada

sepertiga atas permukaan volar atau dorsal lengan bawah setelah

kulit dibesihkan dengan alkohol. Untuk memperoleh reaksi kulit

yang maksimal diperlukan waktu antara 48 sampai 72 jam sesudah

penyuntikan dan reaksi harus dibaca dalam peiode tersebut.

Interpretasi tes kulit menunjukan adanya beberapa tipe reaksi :

a) Indurasi ≥ 5 mm diklasifikasikan positif dalam kelompok berikut:

1) Orang dengan HIV positif.

2) Baru-baru ini kontak dengan orang yang menderita TB.

3) Orang dengan perubahan fibrotic pada radigrafi dada yang

sesuai dengan gambaran TB lama yang sudah sembuh.

4) Pasien yang menjalani tranplanstasi organ dan pasien yang

mengalami penekanan imunitas ( menerima setara dengan ≥ 15

mg/hari prednisone selama ≥1 bulan).

b) Indurasi ≥ 10 mm diklasifikasikan positif dalam kelompok

berikut:

1) Baru tuba ( ≤ 5 tahun ) dari Negara yang berprevalensi tinggi.

2) Pemakai obat-obat yang disuntikkan.


3) Penduduk dan pekerja yang berkumpul pada lingkungan yang

berisiko tinggi. Penjara, rumah-rumah perawatan, panti jompo,

fasilitas yang disiapkan untuk pasien dengan AIDS, dan

penampungan untuk tuna wisma/

4) Pengawai laboratorium mikrobakteriologi.

5) Orang dengan keadaan klinis pada daerah mereka yang

berisioko tinggi.

6) Anak di bawa usia 4 tahun atau anak-anak dan remaja yang

terpajan orang dewasa kelompok risiko tinggi.

c) Indurasi ≥ 15 mm diklasifikasikan positif dalam kelompok

berikut:

1) Orang dengan factor risiko TB.

2) Target program-program tes kulit

seharusnya hanya dilakukan di anatara kelompok risiko tinggi

(Price & Wilson, 2006)

b. Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum)

Pemeriksaan dapat memperkirakan jumlah basil tahan asam

( AFB) yang terdapat pada sediaan. Sediaan yang positif

memberikan petunjuk awal utnuk menekakan diagnose, tetapi suatu

sediaan yang negative tidak menyingkirkan kemungkinan adanya

infeksi penyakit. Pemeriksaan biakan harus dilakukan pada semua

biakan. Mikrobakteri akan tumbuh lambat dan membutuhkan suatu

sediaan kompleks. Koloni matur akan berwarna krem atau

kekuningan, seperti kulit dan bentuknya seperti kembang kol.

Jumlah sekecil 10 bakteri/ml media konsentrasi yang telah diolah

dapat dideteksi oleh media biakan ini (Price & Wilson, 2006).
c. Vaksinasi BCG

Vaksinasi dengan BCG biasanya menimbulkan sensitivitas

terhadapa tes tuberculin. Derajat sensitivitas biasanya bervariasi,

bergantubg pada strain BCG yang dipakai dan populasi yang

divaksinasi (Price & Wilson, 2006).

2. Pemeriksaan Radiologi

Rongten dada biasanya menunjukan lesi pada losus atas atau

superior lobus bawah/ dapat juga terlihat adanya pembentukan kavitas

dan gambaran penyakit yang menyebar yang biasanya bilateral (Price &

Wilson, 2006).

3. Pemeriksaan lain-lain

a. Ziehl Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk

usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat.

b. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ;

urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk

mycobakterium tuberkulosis.

c. Biopsi jarum pada jaringan paru, positif untuk granula TB ;

adanya sel raksasa menunjukan nekrosis.

d. Elektrosit dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya

infeksi ; ex. Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat

pada TB paru luas. GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat

dan kerusakan sisa pada paru.

e. Pemeriksaan fungsi pada paru, penurunan kapasitas vital,

peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan

kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder


terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan jaringan paru dan

penyakit pleural (TB paru kronis luas) (Doegoes, 2000).

10. Kriteria Diagnosis

a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

b. Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)

c. Foto thorax PA dan lateral. Gambaran foto thoraks yang menunjang

diagnosis TB, yaitu :

1) Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apical

lobus bawah

2) Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)

3) Adanya kavitas, tunggal atau ganda

4) Kelainan bilateral, terutama dilapangan atas paru

5) Adanya kalsifikasi

6) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

7) Bayangan milier

d. Pemeriksaan sputum BTA

Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun

pemeriksaan ini tidak sensitive karena hanya 30-70% pasien TB yang

dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.

e. Tes PAP (Perksidase Anti Peroksidase)

Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen

imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG spesifik

terhadap basil TB

f. Tes Mantoux/Tuberkulin

g. Tehnik Polymerase Chain Reaction


Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam

berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1

mikroorganisme dalam spesimen

h. Bection Dickinson Diagnostic Instrument System

Deteksi growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari

metabolisme asam lemak oleh M. tuberculosis

i. Enzyme Linked Immunosorbent Assay

Deteksi respon humoral, berupa proses antigen-antibodi yang terjadi.

Pelaksanaannya rumit dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama

sehingga menimbulkan masalah.

j. MYCODOT

Deteksi antibody memakai antigen lipoarabinomannan yang direkatkan

pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan

dalam serum pasien. Bila terdapat antibody spesifik dalam jumlah

memadai maka warna sisir akan berubah. (Mansjoer, 2001)

k. Penatalaksanaan

Pengobatan TBC

Tujuan pemberian obat pada penderita tuberculosis adalah:

menyembuhkan, mencegah kematian,dan kekambuhan, menurunkan

tingkat penularan (Depkes RI. 2002).

a. Jenis dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

1) Isoniazid (H)

Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 %

populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Sangat

efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman


yang sedang berkembang. Dosis harian 5 mg/kg berat badan,

sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali se minggu diberikan

dengan dosis 10 mg/kg berat badan.

2) Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid, membunuh kuman semi dormant yang tidak dapat

dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg berat badan. Dosis sama untuk

pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.

3) Pirazinamid (Z)

Bersifat bakterisid, membunuh kuman yang berada dalam sel dengan

suasana asam. Dosis harian 25 mg/kg berat badan, sedangkan untuk

pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg

berat badan.

4) Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid, dosis 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk

pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama.

5) Etambutol (E)

Bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik). Dosis

harian 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk intermiten 3 kali

seminggu diberikan dengan 30 mg/kg berat badan.

Panduan pemberian OAT yang digunakan oleh Program Nasional

Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia adalah :

6) Kategori 1 : 2RHZE/4RH3

7) Kategori 2 : 2 RHZES/RHZE/5RH3E3

Kategori 1
OAT Kategori 1 diberikan pada pasien baru, yaitu pasien TB paru

terkonfirmasi bakteriologis, TB paru terdiagnosis klinis, dan pasien TB


ekstra paru. OAT kategori 1 diberikan dengan cara RHZ diberikan

selama 2 bulan, dilanjutkan dengan RH 4 bulan.

Kategori 2

OAT Kategori 2 diberikan pada pasien BTA positif yang sudah diberikan

tatalaksana sebelumnya, yaitu pada pasien kambuh, pasien gagal

pengobatan dengan kategori 1, dan pasien yang diobati kembali setelah

putus obat.

b. Tahap Pengobatan

Pengobatan Tuberculosis diberikan dalam 2 tahap yaitu:

1) Tahap Intensif

Penderita mendapat obat setiap hari. Pengawasan berat/ketat untuk

mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua Obat Anti

Tuberculosis (OAT).

2) Tahap Lanjutan

Penderita mendapat jenis obat lebih sedikit dalam jangka waktu yang

lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman

persistem (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

Terapi MDR-TB 

Gunakan sedikitnya 4-5 obat yang tidak pernah diberikan sebelumnya,

dimana obat-obat tersebut masih sensitif secara in vitro.  Jangan gunakan

obat yang sudah resisten.  Ada baiknya mengonsultasikan pasien dengan

MDR-TB kepada spesialis penyakit paru.

Berikut ini adalah pilihan obat yang dapat diberikan pada pasien dengan

MDR-TB, dengan catatan bahwa obat-obat ini masih sensitif :


a. Grup 1: first- lineterapi oral, misalnya: pirazinamid, etambutol,

rifampisin

b. Grup 2: injeksi, misalnya: kanamisin, amikasin, capreomycin,

streptomisin

c. Grup 3: golongan fluoroquinolon, misalnya: levofloksasin,

moxifloksasin, ofloksasin

d. Grup 4: second- lineterapi oral bakteriostatik, misalnya: cycloserine,

terizidone, asam para aminosalisilat (PAS), etionamide, protionamide

e. Grup 5:  obat-obat ini tidak dianjurkan oleh WHO untuk penggunaan

rutin karena efektifitasnya masih belum jelas.  Namun diikutsertakan

dengan alasan bahwa bilamana ke 4 grup obat tersebut diatas tidak

mungkin diberikan kepada pasien, seperti pada XDR-TB.

Penggunaan obat ini mesti dikonsultasikan terlebih dahulu dengan

spesialis penyakit paru.  Contoh obatnya: clofazimine, linezolid,

amoksisilin klavulanat, thiocetazone, imipenem/cilastatin, klaritromisin,

INH dosis tinggi.

Kehamilan

Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan

pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT

aman untuk kehamilan, kecuali streptomisin dan kanamisin yang bersifat

ototoksik pada janin. Pemberian kedua obat tersebut akan menyebabkan

gangguan pendengaran dan keseimbangan pada bayi ketika lahir.


Pada ibu hamil yang mengkonsumsi OAT, dianjurkan pemberian

piridoksin 50 mg/hari. Vitamin K juga dianjurkan diberikan dengan dosis

10 mg/hari jika rifampisin digunakan pada trimester ketiga.

Ibu Menyusui

Pada prinsipnya, pengobatan OAT pada ibu menyusui tidak berbeda

dengan pengobatan TB pada umumnya. Semua jenis OAT aman bagi ibu

menyusui. Tatalaksana OAT yang adekuat akan mencegah penularan TB

ke bayi. Untuk bayi yang menyusu dari ibu penderita TB, terapi

profilaksis isoniazid dapat diberikan.

Rawat Inap

Umumnya pasien dengan tuberkulosis paru (TB Paru) tidak perlu dirawat

inap. Namun akan memerlukan rawat inap pada keadaan atau komplikasi

berikut :

a) Batuk darah masif

b) Keadaan umum dan tanda vital buruk

c) Pneumotoraks

d) Empiema

e) Efusi pleural masif/bilateral

f) Sesak nafas berat yang tidak disebabkan oleh efusi pleura

Kriteria Sembuh

Seseorang pasien Tuberkulosis paru (TB Paru) dianggap sembuh apabila

memenuhi kriteria :

a) BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir

pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat


b) Pada foto toraks, gambaran radiologik tetap sama atau menunjukkan

perbaikan

c) Apabila dilakukan biakan, ditemukan biakan negatif

Monitoring

Monitoring pada tuberkulosis paru (TB paru) dilakukan dengan dua

tujuan, yaitu evaluasi pengobatan dan evaluasi komplikasi maupun efek

samping obat.

c. Evaluasi Pengobatan

Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis

( hilangnya keluhan, nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain-

lain ), berkurangnya kelainan radiologis paru dan konversi sputum

menjadi negatif.

Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada akhir

bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum

BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. Biakan BTA dilakukan

pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan. Pemeriksaan

resistensi dilakukan pada pasien baru yang BTA-nya masih positif

setelah tahap intensif dan pada awal terapi pasien yang mendapat

pengobatan ulang (retreatment).

Perawatan TBC

Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah :

a) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang

terdekat yaitu keluarga.


b) Mengetahui adanya gejala samping obat dan merujuk bila diperlukan.

c) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita

d) Istirahat teratur minimal 8 jam per hari

e) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua,

kelima dan enam

f) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang

baik

Pengawasan Penderita, Kontak dan Lingkungan.

a) Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut (dengan

menggunakan masker) sewaktu batuk dan membuang dahak di tempat

yang disediakan dan tertutup, tidak disembarangan tempat.

b) Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan dengan

terhadap bayi harus harus diberikan vaksinasi BCG.

c) Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang

penyakit TB yang antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang

ditimbulkannya.

d) Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang ketat,

perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry,

tempat tidur, pakaian), ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.

e) Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang

tepat. Obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter diminum

dengan tekun dan teratur, waktu yang lama ( 6 atau 12 bulan).

Diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, dengan pemeriksaan

penyelidikan oleh dokter.

l. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2012), komplikasi yang dapat terjadi pada

penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :

a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena

tersumbatnya jalan napas.

b. Atelektasis (parumengembang kurang sempurna) atau kolaps dari

lobus akibat retraksi bronchial.

c. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis

(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada

paru.

d. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan

ginjal.

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan merupakan intisari dari keperawatan yang

menjadi pusat semua tindakan keperawatan. Langkah-langkah proses

keperawatan keluarga, (Ali, 2010: 57). adalah:

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi

secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya,

(Harmoko, 2012: 70). Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah:

a. Pengumpulan Data

1. Data umum terdiri dari: identitas kepala keluarga, tipe

keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi

keluarga, aktivitas rekreasi


2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga terdiri dari:

tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan

keluarga yang belum terpenuhi, riwayat kesehatan keluarga

inti, riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

3. Data lingkungan terdiri dari: karakteristik dan denah rumah,

karakteristik tetangga dan komunitasnya, mobilitas

keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan

masyarakat, sistem pendukung keluarga.

4. Struktur keluarga terdiri dari: pola komunikasi keluarga,

struktur kekuatan keluarga, struktur dan peran keluarga,

nilai dan norma keluarga.

5. Fungsi Keluarga terdiri dari Fungsi Afektif, Fungsi Sosial,

Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan,

Fungsi reproduksi, Fungsi ekonomi

6. Stres dan koping keluarga terdiri dari stresor jangka pendek

dan panjang, kemampuan keluarrga berespon terhadap

situasi/streaos, strategi koping yang digunakan, strategi

adaptasi disfungsional

7. Pemeriksaan Fisik

8. Harapan Keluarga

b. Analisa data

Setelah data terkumpul (dalam format pengkajian) maka

selanjutnya dilakukan analisa data yaitu mengkaitkan data dan

menghubungkan dengan konsep teori dan prinsip yang relevan

untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah

kesehatan dan keperawatan keluarga. Cara analisa data adalah :


1. Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul

dalam format pengkajian

2. Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan biopsiko –

social dan spiritual

3. Membandingkan dengan standart

4. Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan,

(Setiadi, 2008: 48).

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan kesimpulan yang ditarik dari

data yang dikumpulkan tentang pasien. Diagnosa keperawatan

berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan masalah pasien yang

dapat ditangani oleh perawat (Andarmoyo, 2012: 95). Diagnosa

keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

didapatkan pada pengkajian, komponen diagnosa keperawatan

meliputi:

a) Masalah (Problem)

Adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan masalah (tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga atau anggota keluarga) yang

diidentifikasi oleh perawat melalui pengkajian. Tujuan penulisan

pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan secara jelas

dan sesingkat mungkin. Daftar diagnosa keperawatan keluarga pada

masalah fungsi perawatan kesehatan berdasarkan NANDA (North

American Nursing Diagnosis Association) dalam Setiadi (2008:50)

adalah sebagai berikut:

1. Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan


2. Perubahan pemeliharaan kesehatan

3. Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan

4. Perilaku mencari pertolongan kesehatan

5. Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga

6. Resiko terhadap penularan penyakit

b) Penyebab (etiologi)

Adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan

mengacu kepada lima tugas keluarga yaitu sebagai berikut:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari

diagnosis keperawatan keluarga menurut Mubarak (2011:105)

adalah :

1. Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan

kesalahan persepsi).

2. Ketidakmauan (sikap dan motivasi).

3. Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu

prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga, baik

financial, fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik, dan

psikologis).

c) Tanda (sign)

Adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh

perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung


masalah dan penyebab, (Suprajitno, 2004: 43). Tipologi diagnosa

keperawatan keluarga menurut Suprajitno (2004: 43) dibedakan

menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang

dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat

dengan cepat.

2. Diagnosis risiko/risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang

belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan

aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat

bantuan perawat.

3. Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga

ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya

dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang

memungkinkan dapat tingkatkan.

d) Prioritas Diagnosa Keperawatan

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis keperawatan

lebih dari satu masalah. Prioritas masalah kesehatan keluarga dengan

menggunakan proses skoring sebagai berikut.

Kriteria Skor Bobot


1) Sifat masalah :
a) Aktual (tidak/kurang sehat) 3 1
b) Ancaman kesehatan 2
c) Keadaan sejahtera 1
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
a) Mudah 2
b) Sebagian 1 2
c) Tidak dapat 0
3) Potensi masalah untuk dicegah :
a) Tinggi 3
b) Cukup 2 1
c) Rendah 1
4) Menonjolnya masalah:
a. Masalah dirasakan dan 2 1
perlu segera ditangani
b. Masalah dirasakan tapi tidak 1
perlu segera ditangani 0
c. Masalah tidak dirasakan
Total Skore

Keterangan :

Total Skor didapatkan dengan:


Skor (total nilai kriteria) x Bobot
=Nilai
angka tertinggi dalam skor
Cara melakukan Skoring adalah :

1) Tentukan skor untuk setiap criteria

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

3) Jumlah skor untuk semua criteria

4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor

diagnosa keperawatan keluarga.

3. Intervensi keperawatan keluarga

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,


diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan

keluarga, dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi

intervensi alternative dan sumber, serta menentukan prioritas,

intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi

keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja

(Friedman, 2010).

2. Pengkajian TBC
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboratorium

untuk memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai

dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan pasien.

a. Keadaan Umum

Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat

kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal pasien.

b. Tanda-tanda Vital

Meliputi pemeriksaan:

1) Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji

tekanan nadi, dan kondisi patologis.

2) Pulse rate

3) Respiratory rate

4) Suhu

Pola Pengkajian Gordon

1. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Pengkajian meliputi kebiasaan pasien terhadap pemeliharaan kesehatan

baik sebelum atau sesudah sakit. Misalnya : kebiasaan merokok, minum

obat, alkohol,riwayat minum obat-obatan.

2. Nutrisi / Metabolik

Pasien mengalami penurunan nafsu makan, mual/muntah, nafsu makan

buruk/anoreksia dan ketidakmampuan untuk makan karena penurunan

nafsu makan.Gejala : adanya anoreksia (kehilangan nafsu makan), adanya

penurunan berat badan, makanan yang disediakan hanya dimakan ¼ porsi


Tanda : turgor kulit buruk, kering / bersisik, massa otot berkurang / lemak

subkutan berkurang, IMT = (kekurangan BB tingkat berat), Pasien tampak

kurus.

3. Eliminasi

Pada pasien dengan TBC kemungkinan mengalami gangguan pada system

eliminasi jika bakteri tersebut sudah menyebar sampai ke system

gastrointestinal.

4. Aktivitas dan Latihan

Pada pasien dengan TBC kemungkinan ditemukan gangguan aktivitas dan

latihan karena pasien mengalami keletihan, kelelahan, malaise,

ketidakmampuan untuk melakukan aktvitas sehari-hari karena sulit

bernapas, ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk

tinggi.Gejala: adanya kelelahan dan kelemahan, kesulitan tidur pada

malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat.

Tanda : takikardia, takipnea / dispnea saat beraktivitas, kelelahan otot.

5. Persepsi, Sensori, Kognitif

Pasien mengalami gangguan berupa rasa nyeri di daerah dada. Perasaan

takut.

Gejala : adanya faktor stres dalam waktu yang lama, adanya perasaan

berduka

Tanda : ansietas, takut, perasaan bersalah (menyalahkan diri sendiri),

keputusasaan, kesedihan, ekpresi kurang dalam penerimaan terhadap

penyakit, ekspresi kurang kedamaian, rasa bersalah

6. Tidur dan Istirahat


Pasien mengalami gangguan pada pola tidurnya karena sulit untuk tidur

karena nyeri dan sesak napas.

7. Konsep Diri

Pasien mengalami gangguan pada harga diri , karena kondisi yang terkena

TBC. Gejala : adanya perasaan rendah diri karena mengidap penyakit

menular, adanya perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran,

tidak berpartisipasi dalam kegiatan agama, perubahan pola ibadah, merasa

diabaikan dan diasingkan, menolak interaksi dengan orang lain, merasa

dipisahkan dari lingkungan sosial.

perubahan interaksi dalam keluarga, seperti: perubahan tugas dalam

keluarga, perubahan dukungan emosional, perubahan pola komunikasi

dalam keluarga, perubahan keakraban, perubahan partisipasi dalam

menyelesaikan masalah.

8. Peran dan Hubungan

Pasien mengalami gangguan pada peran dan hubungan,hubungan yang

ketergantungan dengan keluarga, kurang sistem pendukung, penyakit lama

atau ketidakmampuan membaik.

9. Seksual dan Reproduksi

Pada pasien dengan tbc kemungkinan ditemukan penurunan libido.

10. Koping Stres dan Adaptasi

Pasien kemungkinan mengalami gangguan pada pola koping stress dan

adaptasi, ansietas, ketakutan, peka rangsang.

11. Nilai dan Kepercayaan

Pada pasien dengan pada tbc kemungkinan pasien mengalami gangguan

dalam melakukan aktivitas beribadah diluar rumah (tempat-tempat

ibadah).
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

sekresi trakeobronkial yang sangat banyak ditandai dengan frekuensi

napas, irama, kedalaman tak normal, bunyi napas tak normal (ronchi,

mengi), stridor, dispneu.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan

permukaan efektif paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar-

kapiler, sekret kental, tebal, edema bronkialditandai dengansesak,

pucat, sianosis pada bibir, napas cepat dan dangkal, RR>20x/menit,

AGD abnormal, takikardi, gelisah, penggunaan otot bantu pernapasan,

pernapasan cuping hidung, pergerakan dada tidak seimbang.

c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan

penurunan ekspansi paru ditandai dengan adanya sesak, sesak semakin

berat apabila stres dan sering timbul pada malam hari, frekuensi napas

>20 x/menit, napas cepat dan dangkal, ekspansi dada tampak menurun.

d. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu

sekunder akibat infeksi TB, ditandai dengan adanya peningkatan suhu

tubuh (>37,5°C), kulit teraba hangat, nadi meningkat (>100x/menit),

kulit tampak kemerahan, menggigil.

e. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru,

reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin, batuk menetap ditandai dengan

nyeri dada, sakit kepala, nyeri sendi, melindungi area yang sakit,

perilaku distraksi, gelisah.

f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan peningkatan kebutuhan kalori sekunder akibat

infeksi TB ditandai dengan nafsu makan menurun/anoreksia,


kelemahan ditandai dengan berat badan < 10%-20% BBI, gangguan

sensasi pengecap, tonus otot buruk.

g. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri berhubungan

dengan kurang pengetahuan, kompleksitas regimen terapeutik ditandai

dengan klien mengatakan tidak mengerti mengenai penyakitnya, klien

mengatakan ingin berhenti minum obat

h. Resiko kontaminasi berhubungan dengan praktik hygiene

personal dan pemajanan bersama.

3. Intervensi

Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan Intervensi
Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Posisikan
Bersihan Jalan Napas tindakan keperawatan dan pasien untuk
berhubungan dengan jalan napas pasien paten memaksimalkan
retensi sekret, mukus Ktriteria Hasil: ventilasi
berlebih. Definisi: 1. Batuk efektif 2. Buang sekret
Ketidakefektifan 2. Mengeluarkan sekret dengan memotivasi
bersihan jalan napas secara efektif pasien untuk
adalah ketidak 3. Mempunyai jalan melakukan batuk
mampuan untuk napas yang paten atau menyedot
membersihkan sekret 4. Pada pemeriksaan lender
atau obstruksi saluran auskultasi memiliki 3. Memotivasi
napas guna suara napas yang pasien untuk
mempertahankan jernih bernapas pelan,
jalan napas yang 5. Mempunyai irama dalam, berputar dan
bersih (Wilkinson, dan dan frekuensi batuk
2015) pernapasan dalam 4. Intruksikan
rentang normal bagaimana agar
6. Mempunyai fungsi bisa melakukan
paru dalam batas batuk efektif
normal 5. Posisikan
7. Mampu pasien untuk
mendeskripsikan meringankan sesak
rencana untuk napas
perawatan di rumah 6. Monitor status
Manajemen Jalan pernapasan dan
Napas oksigenasi,
sebagaimana
mestinya
Pengisapan Lendir pada
Jalan Napas
1.
suksion mulut atau
trachea
2.
sebelum dan setelah
tindakan suksion
3.
pasien dan keluarga
tentang pentingnya
tindakan suksion
4.
dengan kanul
suksion sesuai
dengan kebutuhan
5.
6.
setiap suksion
trachea buang sekret
dan (cek) respon
pasien terhadap
suksion
Terapi Oksigen
1. Bersihkan mulut,
hidung, dan sekresi
trachea dengan
tepat
2. Batasi (aktivitas)
merokok
3. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
4. Berikan oksigen
tambahan seperti
yang diperintahkan
5. Pantau adanya
tandatanda
keracunan oksigen
dan kejadian
atelektasis
Pengaturan Posisi
1. Monitor status
oksigenasi (pasien
sebelum dan setelah
perubahan posisi)
2. Tempatkan pasien
dalam posisi terapeutik
yang sudah dirancang
3. Posisikan (pasien)
untuk mengurangi
dypsnea (misalnya.,
posisi semi fowler)

4. Implementasi

Keperawatan Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana

keperawatan oleh perawat dan pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap

asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan

dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan

dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana digambarkan dalam rencana yang

sudah dibuat di atas.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wibowo, 2016) ada

beberapa cara untuk menanggulangi sesak nafas dan mengeluarkan sekret.

Metode yang paling sederhana dan efektif untuk mengurangi resiko

penurunan pengembangan dinding dada yaitu dengan pengaturan posisi saat

istirahat. Posisi yang paling efektif bagi pasien dengan penyakit pulmonary

adalah diberikannya posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 30-45º.

Batuk efektif merupakan satu upaya untuk mengeluarkan dahak dan menjaga

paru – paru agar tetap bersih, disamping dengan memberikan tindakan

nebulizer dan postural drainage. Pada pasien tuberculosis ini diperlukan terapi

tambahan berupa oksigenasi, terapi ini dapat memberikan asupan oksigen ke

dalam tubuh lebih tinggi sehingga sel-sel di dalam tubuh bekerja secara

optimal dan keadaan tubuh menjadi lebih baik, dan untuk menunjang
keberhasilan tindakan mandiri perawat tersebut harus mengkolaborasikan

dengan terapi medis Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan dosis yang sesuai

kebutuhan pasien (Bachtiar, 2015).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan

perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria

hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Rohma, 2013). Tujuan dari

evaluasi itu sendiri adalah untuk melihat kemampuan pasien dengan

mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat

respon pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat

dapat mengambil keputusan (Nursalam, 2008). Tipe pertanyaan tahapan

evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif

adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan,

sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir (Dermawan, 2013).

Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi adalah

dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil

yang telah ditetapkan. Format evaluasi menggunakan S (subjektive) adalah

informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah tindakan

diberikan. O (objektive) adalah informasi yang didapat berupa hasil

pengamatan, penilaian pengukuran yang dilakukan. A (analisis) adalah

membandingkan antara informasi subjektive 37 dan informasi objektive

dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan masalah

teratasi, teratasi sebagian atau tidak teratasi. P (planning) adalah rencana

keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa

(Dermawan, 2013).
BAB III

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. Pengkajian Keluarga

A. Data Umum

1. Nama Keluarga (KK) :

a. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn.B

b. Umur : 55 Tahun

c. Pendidikan : SMA

d. Pekerjaan : Wartawan

2. Alamat dan Telpon :


a. Alamat :Dusun Bontomanai, Desa

Lempangan

b. No Telepon : 085398847569

3. Komposisi Keluarga :

Hub dgn TTl/ Status Status


No Nama JK Pendidikan Pekerjaan
KK Umur Imunisasi Kesehatan

1 Ny. H P Isteri 52 Tahun SMA IRT Tidak Sakit

2 Nn. N P Anak 17 Tahun SMA - diketahui TBC

3 An R L Ponakan 6 Tahun - - Lengkap

4 An A P Cucu 8 Bulan - - Lengkap Sehat

Lengkap Sehat

Sehat

4. Genogram
Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Garis Keturunan

: Garis Hubungan

------ : Tinggal Serumah

G1: Orangtua Tn.BM Sudah lama meninggal. Ayah Tn. M B meninggal

karena sebab sebyang tidak diketahui. Begitupula dengan ibu dari Tn.

B,telah meninggal akibat sebab yang tidak diketahui. Kemudian, ibu

Ny. H telah meninggal akibat sebab yang tidak diketahui. Meninggak

dengan riwayat penyakit Hepatitis dan ibu Tn.M meninngal dengan

riwayat , begitupun orang tua Ny R telah meninggal dengan riwayat

penyakit Ayah gagal Ginjal dan riwayat penyakit Ibu Diabetes

Mellitus

G2: Tn. B merupakan anak ke 2 dari 7 bersaudara. Ny. H merupakan

anak 2 dari 7 bersaudara. Saat ini Ny. H mengeluhkan batuk

berdahak, sesak nafas, dan luka pada punggung dekat bokong.

G3: Tn.B dan Ny.H memiliki anak 4 orang anak perempuan, anak

pertama, kedua, ketiga sudah berkeluarga. Saat ini sedang bekerja di

luar daerah dan dalam keadaan sehat. Anak ke 4 saat ini bersama

dengan Tn. B dan Ny. H.


5. Tipe keluarga

Keluarga Tn.B termasuk keluarga inti dimana dalam satu keluarga

terdiri dari ayah, istri, dan anak.

6. Suku

Tn. B dan Ny. H semua berasal dari suku Makassar dan bahasa

keseharian yang digunakan adalah dengan bahasa Indonesia dan

Makassar.

7. Agama

Keluarga Tn. B menganut agama Islam. Keluarga Tn. B rutin

menjalankan ibadah wajib dan beberapa ibadah Sunnah, sebelum adanya

pandemic Covid 19 Tn. B rutin mengikuti pengajian setiap hari Kamis di

masjid dekat rumah. Selain itu Ny.H juga tergabung dalam kelompok

mengaji majelis taklim bersama ibu-ibu dikomplek perumahan. Namun

saat ini, berbagai kegiatan yg dilakukan di mesjid dihentikan untuk

sementara, sehingga Keluarga Tn. B hanya beribadah di rumah saja.

8. Status sosial ekonomi

Tn. B bekerja sebagai wartawan dan Ny. H bekerja sebagai ibu

rumah tangga. Kisaran penghasilan keluarga ± Rp. 2.000.000 perbulan,

dengan alokasi pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Semua anggota keluarga Tn.B terdaftar dalam Jaminan Kesehatan

Nasioanal KIS.

9. Aktivitas rekreasi

Tn. B memiliki hobi membaca dan menulis. Sedangkan Ny. H

memiliki hobi menonton TV, menanam berbagai macam tumbuhan

bunga-bunga dan setiap sore merawat tanamannya tersebut.


B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Saat ini keluarga Tn. B berada pada tahap perkembangan ke 6,

yakni keluarga mulai melepas anak sebagai anak dewasa.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Jika dilihat saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum

terpenuhi yakni keluarga usia pertengahan. Tiga anak tertua Tuan B.

sudah menikah dan tinggal terpisah dengan kedua orang tuanya.

3. Riwayat keluarga inti

Tn. B saat ini sehat dan tidak mengonsumsi obat-obatan

tertentu. Saat ini, Ny. H mengalami TBC berupa gejala batuk, sesak

nafas, dan nyeri akibat ulkus pada bagian pinggang karena bisul

yang dialami. Keluarga mengatakan Ny.H mengeluh nyeri pada

pinggang bagian belakang dekat bokong sebelah kanan. Ny.H

mengatakan timbulnya keluhan karena bisul. Ny.H mengatakan

keluhan yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, pada daerah

pinggang bagian belakang dekat bokong sebelah kanan dengan

skala nyeri 4 (sedang) dan timbul secara tiba-tiba dan hilang

apabila meminum obat. Ny. H tampak meringis dan tampak

memegang bagian pinggang yang sakit.

Pada saat dilakukan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu, hasil

yang didapatkan ialah sebesar 225 mg/dL yang menandakan terdapat

adanya hiperglikemia. Namun, hal ini membutuhkan pemeriksaan yang

lebih lanjut ke fasilitas pelayanan kesehatan. Anak terakhir dari Tuan B,

saat ini sehat dan tidak ada obat-obatan yang sedang dikonsumsi.

4. Riwayat keluarga sebelumnya


Tn. B tidak pernah dirawat di rumah sakit. Sakit yang biasanya

dialami adalah flu, demam dan batuk biasa. Ny H sebelumnya pernah

dirawat di rumah sakit beberapa kali diakibatkan mengalami flu tulang.

Anak Tn.B, yakni Nn.N, tidak pernah mengalami riwayat dirawat di

rumah sakit. Adapun penyakit yang sering dialami ialah demam, batuk,

dan flu biasa.

C. Lingkungan

1. Karakteristik rumah

Jenis rumah Tn.B yaitu permanen dengan status kepemilikian

rumah pribadi dan berukuran 6x7 m2 terdiri dari 1 ruang tamu, teras, 5

kamar tidur, 2 ruang keluarga, 1 ruang shalat, 3 kamar mandi, 1 dapur,

atap dari seng, dan lantai dari keramik, berdinding tembok.

a. Ventilasi

Rumah keluarga Tn.B memiliki ventilasi yang cukup

dengan jendela dan sirkulasi udara yang baik, di mana terdapat

ventilasi di ruang tamu dan ventilasi di disetiap kamar, setdapat

juga ventilasi-ventilasi kecil di setiap atas bagian jendela dan pintu.

b. Pencahayaan

Pencahayaan rumah baik, pada saat siang hari cahaya

masuk ke ruangan lewat jendela dan pintu, pada malam hari

terdapat lampu menerangi tiap ruangan.

c. Saluran pembuangan limbah


Rumah Tn. B memiliki pipa pembuangan yang langsung

terhubung keluar ke selokan untuk membuang limbah dari air

mandi dan air cucian

d. Sumber air bersih

Sumber air bersih berasal dari sumur bor yang digunakan

untuk mandi, dan mencuci, serta sebagai air minum. Karakteristik

air ialah bersih dan tidak berbau.

e. Jamban

Jamban yang digunakan keluarga adalah leher angsa yang

letaknya di dalam rumah, jarak dari septic tank kurang dari 2 meter

yang berada di sekitar rumah.

f. Tempat sampah

Tn. B mengumpulkan sampah di dalam kantong plastik dan

akan diambil oleh petugas sampah yang berada di desa.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas (RW)

Tn. B tinggal di Desa Lempangan, sehingga jarak antara rumah

dengan rumah lain berdekatan. Hubungan sosial antara keluarga Tn.B

dan tetangga sangat baik. Terkadang setiap sore hari beberapa tetangga

akan keluar dari rumah dan saling mendatangi untuk berserita satu sama

lain. Selain itu, kebiasaan para tentangga terkadang saling memberi

makanan satu sama lain dan saling tolong menolong jika ada yang

membutuhkan. Tn. B tergabung dalam komunitas pengguna sepeda di

kompleks sehingga sangat akrab dengan para tetangga dan sering

melakukan kegiatan bersepeda bersama.

3. Mobilitas geografis keluarga


Tn. B memilki sebuah sepeda motor yang digunakan sebagai media

transportasi untuk berangkat kerja dan pergi ke tempat lainnya.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Tn. B dan istrinya mengatakan sering terlibat dalam kegiatan

masyarakat di kompleks perumahan seperti kerja bakti, arisan, kelompok

mengaji. Tn.B aktif dalam bersosialisasi dengan masyarakat dan

memiliki komunitas sepeda.

5. Sistem pendukung keluarga

Semua anggota keluarga Tn. B terdaftar dalam Jaminan Kesehatan

Nasional KIS sehingga jika ada anggota keluarga yang sakit, Tn. B akan

membawa ke klinik keluarga ataupun puskesmas.

D. Struktur keluarga

1. Pola kemunikasi keluarga

Keluarga Tn. B menerapkan komunikasi terbuka, bilamana ada

kesalahan atau masalah dalam keluarga maka akan didiskusikan dan

mencari solulsi yang tepat dan keluarga saling membantu bila ada

masalah.

2. Struktur kekuatan keluarga

Tn. B sabagai kepala keluarga berperan sebagai pengambil

keputusan dalam keluarga, namun tetap membuka diskusi dengan

anggota keluarga lainnya.

3. Struktur peran

Tn. B berperan sebagai kepala keluarga yang masih aktif bekerja

mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ny. H berperan

sebagai ibu dan istri. Semua anak Tn.B tinggal terpisah dengan Tn. B

kecuali Nn. N, dan Tn. B dititip oleh 2 orang cucu dari anak-anaknya. Nn
N menjalankan perannya sebagai anak, yang saling menolong jika ada

anggota keluarga yang membutuhkan.

4. Nilai dan norma budaya

Dalam keluarga tetap menekankan etika dan sopan santun dalam

pergaulan. Keluarga menyatakan dalam keluarga menghormati satu sama

lain terlebih pada orang yang lebih tua.

E. Fungsi keluarga

1. Fungsi Afektif

Keluarga Tn. B termasuk keluarga yang harmonis. Interaksi

dengan keluarga berjalan baik. Antar anggota keluarga saling

memperhartikan, menghormati dan menyayangi sehingga tidak ada

istilah pilih kasih.

2. Fungsi sosialisasi

a. Kerukunan hidup dalam keluarga

Kerukunan keluarga dengan tetangga dan sesame anggota keluarga

nampak terjaga dengan baik.

b. Interaksi hubungan dalam keluarga

Interaksi dalam keluarga sangat baik dengan komunikasi yang

dilakukan secara terbuka dan saling mengenal dengan masyarakat

lainnya.

c. Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan

Di dalam keluarga yang mengambil keputusan adalah Tn.B yang

berperan sebagai kepala keluarga, dimana dalam pengambilan

keputusan selalu melakukan musyawarah.

d. Kegiatan Keluarga di waktu senggang


Waktu senggang yang sering dilakukan keluarga yaitu menonton

televisi dan Ny.H sering memanfaatkan waktunya untuk menanam

tanaman dan bunga-bunga.

3. Fungsi perawatan keluarga

a. Mengenal masalah kesehatan

Keluarga Tn.B. mengetahui bahwa istrinya mengalami

sesak nafas dan batuk, serta luka bisul. Namun, keluarga Tn.B

tidak mengetahui bahwa sebenarnya Ny.H mengalami TBC.

Pada saat dilakukan kunjungan oleh perawat desa, maka perawat

desa mengatakan Ny. H kemungkinan mengalami TBC

dikarenakan tanda dan gejala yang dirasakan oleh Ny.H

mengarah ke penyakit tersebut. Ditambah dengan adanya gejala

flu tulang dari Ny.H yang semakin membuat perawat desa

menduga kuat bahwa Ny. H mengalami TBC. Pada saat

dilakukan wawancara, keluarga Tn. B belum mengetahui tentang

penyebab dari penyakit TBC. Keluarga tampak kurang paham

saat ditanyakan mengenai penyebab, tanda dan gejala serta

penanganan dari penyakit TBC tersebut. Keluarga juga Nampak

tidak mengetahui pengobatan yang benar untuk penyakit TBC.

b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

Keluarga sudah mengambil keputusan untuk

mengkonsumsi obat yang didapatkan dari apotek dengan

menanyaka obat yang sesuai dengan gejala yang dialami oleh

Ny. H.

c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit


Keluarga mengatakan tidak tahu cara merawat anggota

keluarga yang sakit dengan TBC dan luka bisul. Keluarga jika

sakit hanya berobat di sarana kesehatan. Keluarga Tn. B. belum

bisa melakukan upaya perawatan untuk anggota keluarga yang

sakit, belum mampu merawat anggota keluarga dengan baik.

Keluarga tampak kurang paham saat ditanyakan mengenai

penyebab, tanda dan gejala serta penanganan dari penyakit TBC

tersebut. Keluarga juga nampak tidak mengetahui pengobatan

yang benar untuk penyakit TBC. Keluarga nampak kurang

mengerti bagaimana cara merawat anggota keluarga yang sakit,

tindakan alternatif yang baik dilakukan untuk menghilangkan

atau meringankan gejala sakit yang diderita oleh anggota

keluarga itu sendiri. Saat ini, Ny. H mengalami sakit berupa

sesak nafas dan batuk berdahak semenjak 1 bulan yang lalu.

Keluarga juga nampak gagal dalam melakukan pencegahan

masalah kesehatan berupa TBC.

d. Kemampuan keluarga memelihara atau memodifikasi

lingkungan rumah yang sehat

Keluarga tidak mampu memodifikasi lingkungan yang

baik untuk perawatan TBC, seperti makanan, obat-obatan

herbal, di dalam rumah juga belum terdapat pegangan terutama

di dalam WC untuk menghindari resiko jatuh karena Ny. H

sesekali merasa pusing. Suasana rumah nyaman dan tenang,

tidak ada keributan atau kegaduhan dan keluarga saling

mendukung satu sama lain.


e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas / pelayanan

kesehatan di masyarakat

Keluarga Tn.B mengatakan keluarga sudah mampu

memanfaatkan fasilitas kesehatan selalu mengunjungi puskesmas

dan RS jika ada anggota keluarga yang sakit. Fasilitas yang ada

pada daerah atau dusun dilengkapi dengan sarana pelayanan

kesehatan seperti pustu dan puskesmas yang jaraknya mudah di

jangkau.

F. Stress dan koping keluarga

1. Stressor jangka pendek

Ny. H kadang memikirkan kenapa ia belum sembuh dari

penyakitnya. Istri Tn. B ingin segera sembuh dari sakit yang dirasakan

agar dapat kembali menjelankan perannya sebagai istri dan dapat

membantu suami di rumah.

2. Stressor jangka panjang

Istri Tn.B khawatir apabila ia lama mengalami sakitnya. Ia

berharap bias cepat sembuh, agar dapat melakukan aktivitasnya

kembali tanpa harus mengeluh dengan sakit yang dirasakan dan agar

klien tidak hanya terdiam diri di rumah.

3. Kemampuan keluarga terhadap stressor

Keluarga Tn.B mengatakan sudah dapat beradaptasi dengan

perkembangan keluarganya saat ini. Begitu pula dengan masalah

penyakit yang dialami oleh Ny.H. Tn B mengatakan mungkin ini

adalah cobaan dari Allah. Mereka berharap Ny.H bisa sembuh dari

penyakitnya dan dapat beraktivitas seperti sedia kala.


4. Strategi koping yang digunakan

Tn.B mengatakan jika ada masalah keluarga kami lebih suka

berdiskusi membicarakan bersama dan pasrah kepada Allah azza wa

jallah terutama dengan penyakit istrinya yang belum sembuh.

5. Strategi Adaptasi Disfungsional

Dalam keluarga Tn. B tidak menerapkan pola kekerasan dalam

membina anggota keluarganya dan tidak pernah memaksakan keluarga

yang sakit untuk tetap bekerja di rumah.

G. Harapan Keluarga

1. Harapan keluarga pada perawat

Tn.B berharap bisa mendapatkan berbagai informasi kesehatan dan

mampu memberikan penyelesaian masalah kesehatan berupa TBC

yang dihadapi keluarga.

2. Persepsi keluarga terhadap perawat

Tn.B menganggap perawat adalah seseorang yang mampu

membantu jika ada masalah kesehatan yang muncul.

3. Harapan keluarga terhadap perawat berhubungan dengan masalah yang

dihadapi

Tn.B mengatakan ingin mendapatkan berbagai informasi mengenai

kesehatan demi menjaga kesehatan anggota keluarga yang sakit.

4. Petugas kesehatan yang ada

Keluarga Tn.B berharap agar ada petugas kesehatan yang mampu

memberikan pelayanan yang baik dan sama rata dalam menangani

orang sakit di Desa Lempangan, tidak berdasarkan status ekonomi dan

kedudukan.
H. Pemeriksaan fisik (anggota keluarga)

Jenis Nama Anggota Keluarga


No
Pemeriksaan
. Tn. B Ny. H Nn.N

1. Kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala

normocephal, normocephal, normocephal,

rambut beruban, rambut beruban dan rambut hitam,

tidak ada benjolan, pendek, tidak ada tidak ada benjolan,

tidak ada nyeri tekan benjolan. tidak ada nyeri

tekan

2. Mata Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak

anemis. anemis. anemis.

3. Hidung Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada

polip polip polip

4. Telinga Bersih, simetris, Bersih, simetris, Bersih, simetris,

tidak ada massa. tidak ada massa. tidak ada massa.

5. Mulut Gigi sudah ada yang Gigi sudah ada yang Gigi utuh, mulut

tanggal, mulut tanggal, mulut bersih, tidak ada

bersih, tidak ada lesi, bersih, tidak ada lesi, lesi, bentuk

bentuk simetris. bentuk simetris, simetris.


mukosa bibir lembab

6. Leher Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat

pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar pembesaran

tiroid, tidak ada tiroid, tidak ada kelenjar tiroid,

kesulitan menelan kesulitan menelan tidak ada kesulitan

menelan

7. Dada Bentuk Simetris, Bentuk Simetris, Bentuk Simetris,

tidak terdapat suara terdapat suara nafas tidak terdapat

nafas tambahan ronkhi. suara nafas

tambahan

8. Abdomen Bentuk datar, Bentuk datar, Bentuk datar,

peristaltik terdengar peristaltik, tidak peristaltik, tidak

12x/menit, tidak terdapat pembesaran terdapat

terdapat pembesaran hepar dan tidak ada pembesaran hepar

hepar dan tidak ada nyeri tekan. Namun, dan tidak ada nyeri

nyeri tekan. terdapat luka bisul di tekan.

pinggal dekat

bokong sebelah

kanan.

9. Ektremitas Tidak ada edema, Tidak ada edema, Tidak ada edema,

atas tidak ada kelehan tidak ada kelehan tidak ada kelehan

anggota gerak
anggota gerak. anggota gerak.

10. Ektremitas Tidak ada edema, Tidak ada edema, Tidak ada edema,

bawah kekuatan otot baik kekuatan otot baik kekuatan otot baik.

5 5 5 5

5 5 5 5

11. Tanda-tanda

vital Composmentis GCS Composmentis GCS Composmentis

Kesadaran 15 15 GCS 15

Tekanan 130/80 mmHg 80/60 mmHg 110/80 mmHg

darah 20 x/menit 24 x/menit 18 x/menit

Pernafasan 82 x/menit 83 x/menit 80 x/menit

Nadi 36,0o C/ aksilah 36,8o C/ aksilah 36,0o C/ aksilah

Suhu
KLASIFIKASI DATA

Nama Pasien :Ny.H Alamat :Dusun Bontomanai, Desa Lempangan


No Data Subjektif Data Objektif
1. Keluarga mengatakan Ny.H 1. Ny.H tampak meringis
mengeluh batuk dan sesekali sesak 2. Ny.H dan keluarga
nafas tampak bingung dan
2. Keluarga mengatakan Ny.H tidak mengerti ketika
mengeluh nyeri pada pinggang ditanya mengenai
bagian belakang dekat bokong perawatan TBC selama
sebelah kanan. di rumah.
P: Ny.H mengatakan timbulnya 3. Keluarga tampak
keluhan karena bisul kurang paham saat
Q: Ny.H mengatakan keluhan ditanyakan mengenai
yang dirasakan seperti tertusuk- penyebab, tanda dan
tusuk gejala serta
R: Ny.H mengatakan keluhan penanganan dari
dirasakan pada daerah pinggang penyakit TBC tersebut.
bagian belakang dekat bokong 4. Keluarga juga nampak
sebelah kanan. tidak mengetahui
S: Skala nyeri 4 (sedang) pengobatan yang benar
T: Ny.H mengatakan keluhan untuk penyakit TBC.
timbul secara tiba-tiba dan hilang 5. Keluarga juga nampak
apabila meminum obat. gagal dalam melakukan
3. Keluarga Tn.B. mengetahui bahwa pencegahan masalah
istrinya mengalami sesak nafas dan kesehatan berupa TBC.
batuk, serta luka bisul. Namun, 6. Ny. H tampak
keluarga Tn.B tidak mengetahui memegang bagian
bahwa sebenarnya Ny.H pinggang yang sakit
mengalami TBC. 7. TTV: 80/60 mmHg, 24
4. Pada saat dilakukan wawancara, x/menit, 83 x/menit,
keluarga Tn. B mengatakan belum 36,8o C/ aksila.
mengetahui tentang penyebab dari
penyakit TBC.
5. Keluarga mengatakan tidak tahu
cara merawat anggota keluarga
yang sakit dengan TBC dan bisul.
6. Keluarga mengatakan jika sakit
hanya berobat di sarana kesehatan.
Keluarga Tn. B. belum bisa
melakukan upaya perawatan untuk
anggota keluarga yang sakit, belum
mampu merawat anggota keluarga
dengan baik.
7. Keluarga mengatakan kurang
mengerti bagaimana cara merawat
anggota keluarga yang sakit,
tindakan alternatif yang baik
dilakukan untuk menghilangkan
atau meringankan gejala TBC yang
dialami oleh anggota keluarga.
8. Ny. H mengatakan mengalami
sakit berupa sesak nafas dan batuk
berdahak semenjak 1 bulan yang
lalu.
ANALISA DATA

Nama Pasien :Ny.H Alamat :Dusun Bontomanai, Desa Lempangan


No Data Masalah
DS: Domain 1 promosi
1. Keluarga mengatakan Ny.H kesehatan, kelas 2
mengeluh batuk dan sesekali sesak manajemen kesehatan, kode
nafas 00099.
2. Ny. H mengalami sakit berupa
sesak nafas dan batuk berdahak
semenjak 1 bulan yang lalu.
3. Keluarga mengatakan Ny.H
mengeluh nyeri pada pinggang
bagian belakang dekat bokong
sebelah kanan.
P: Ny.H mengatakan timbulnya
keluhan karena bisul
Q: Ny.H mengatakan keluhan
yang dirasakan seperti tertusuk-
tusuk
R: Ny.H mengatakan keluhan
dirasakan pada daerah pinggang
bagian belakang dekat bokong
sebelah kanan.
S: Skala nyeri 4 (sedang)
T: Ny.H mengatakan keluhan
timbul secara tiba-tiba dan hilang
apabila meminum obat.
DO:
1. Ny.H tampak meringis
2. Tampak memegang bagian pinggang
yang sakit
3. TTV: 80/60 mmHg, 24 x/menit, 83
x/menit, 36,8o C/ aksila.
4. Keluarga mengatakan tidak tahu cara
merawat anggota keluarga yang sakit
TBC dan luka bisul.
5. Ny.H dan keluarga tampak bingung
dan tidak mengerti ketika ditanya
mengenai perawatan TBC selama di
rumah

DS:
1. Keluarga mengatakan jika sakit Domain 1 promosi kesehatan,
hanya berobat di sarana kesehatan. kelas 2 manajemen kesehatan
Keluarga Tn. B. belum bisa dengan kode 00080.
melakukan upaya perawatan untuk
anggota keluarga yang sakit, belum
mampu merawat anggota keluarga
dengan baik.
2. Keluarga mengatakan kurang
mengerti bagaimana cara merawat
anggota keluarga yang sakit,
tindakan alternatif yang baik
dilakukan untuk menghilangkan
atau meringankan gejala sakit yang
diderita oleh anggota keluarga.
DO:
1. Keluarga juga nampak gagal
dalam melakukan pencegahan
masalah kesehatan berupa TBC
2. Keluarga juga nampak gagal
dalam melakukan pencegahan
masalah kesehatan berupa TBC
3. Keluarga tampak kurang paham
saat ditanyakan mengenai
penyebab, tanda dan gejala serta
penanganan dari penyakit TBC
tersebut.
4. Keluarga juga nampak tidak
mengetahui pengobatan yang
benar untuk penyakit TBC.
SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan pada keluarga Tn B dengan TBC
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah : 3/3 x 1 1 Masalah sudah ada
defisit kesehatan : 3

2 Kemungkinan 2/2 x 2 2 keluarga menerima


masalah dapat diubah: informasi dengan
Mudah : 2 positif
3 Potensial masalah 3/3 x 1= 1 1 Keluarga
Untuk Dicegah menunjukan
tinggi : 3 kemauan untuk
merubah perilaku.
4 Menonjol masalah: 2/2 x 1 1 masalah telah ada,
Masalah dirasakan dan dan mengancam
perlu segera ditangani kesehatan
:2
Total Skor 5

2. Ketidakefektifan Pemeliharaan Keseahatan pada Keluarga Tn.B dengan TBC


No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah : 2/3 x 1= 0,6 0,6 Masalah sudah
Ancaman kesehatan :2 terjadi
2 Kemungkinan masalah 1/2 x 2 1 keluarga kurang
dapat diubah mengetahui factor
Sebagian : 1 penyebab
3 Potensial untuk dicegah 2/3 x 1= 0,6 0,6 kurangnya
Cukup : 2 pengetahuan
keluarga sehingga
keluarga tidak
memiliki upaya
pencegahan
penyakit
4 Menonjol masalah 2/2 x 1= 1 1 masalah telah ada,
skala berat/harus segera dan mengancam
ditangani kesehatan
Total Skor 3,2
INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa keperawatan NOC NIC
Data
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Hasil
DS: TUK 1 Keluarga mampu
1. Keluarga 00080 Ketidakefektifan 1837 Setelah dilakukan mengenal masalah
mengatakan jika sakit manajemen kesehatan tindakan keperawatan kesehatan penulis
hanya berobat di keluarga dengan masalah mengambil pada
sarana kesehatan. TBC, maka mampu domain 3: perilaku,
Keluarga Tn. B. mengenal masalah kelas S: pendidikan
belum bisa kesehatan dengan kriterial kesehatan
melakukan upaya hasil : Intervensi :
perawatan untuk Domain 4: pengetahuan 5614 1. Kaji pola
anggota keluarga kesehatan dan perilaku. pernafasan dan
yang sakit, belum kelas S : pengetahuan danya bunyi suara
mampu merawat tentang kesehatan dengan tambahan pada
anggota keluarga Luaran: pengetahuan pemeriksaan
dengan baik. manajemen TBC yaitu auskultasi dada
2. Keluarga pemahaman tentang 2. Jelaskan mengenai
mengatakan kurang penyebab, pengobatan dan penyebab TBC
mengerti bagaimana pencegahan serta kepada keluarga
cara merawat komplikasinya meningkat 3. Jelaskan pada
anggota keluarga dari 2 (pengetahuan pasien mengenai
yang sakit, tindakan terbatas) menjadi 4 tujuan dan
alternatif yang baik (pengetahuan banyak). pengobatan yang
dilakukan untuk Dengan indikator: disarankan terkait
menghilangkan atau 18370 1. Manfaat pengobatan dengan kesehatan
meringankan gejala 7 jangka panjang secara umum
sakit yang diderita 2. Penggunaan yang 4. Libatkan pasien
oleh anggota 18370 benar dari obat yang dan keluarga
keluarga. 9 diresepkan
3. Pentingnya mematuhi
DO: pengobatan
1. Keluarga juga 18370
4. Diet yang dianjurkan
nampak gagal dalam 7
melakukan
pencegahan masalah 18372
kesehatan berupa 1
TBC
2. Keluarga juga
nampak gagal dalam
melakukan
pencegahan masalah
kesehatan berupa
TBC
3. Keluarga tampak
kurang paham saat
ditanyakan mengenai
penyebab, tanda dan
gejala serta
penanganan dari
penyakit TBC
tersebut.
4. Keluarga juga
nampak tidak
mengetahui
pengobatan yang
benar untuk penyakit
TBC.

1621 TUK 2 : Keluarga mampu


Setelah dilakukan mengambil keputusan
tindakan keperawatan Domain 3 :prilaku
keluarga dengan masalah Kelas R: Bantuan
TBC, keluarga mampu Koping
5250 Intervensi :
mengembil keputusan
dengan kriteria hasil: 1. tentukan apakah
Domain 4: pengetahuan terdapat perbedaan
Tentang kesehatan dan antara pandangan
perilaku pasien dan
Kelas R: kepercayaan pandangan
tentang kesehatan penyediaan
Luaran: kepercayaan perawatan
mengenai kesehatan yaitu kesehatan
keyakinan pribadi yang mengenai kondisi
mempengaruhi kesehatan pasien,
meningkat dari 2 (lemah) 2. informasikan
kepada pasien
menjadi 4 (kuat) dengan mengenai
indikator: pandangan-
170001 1. Merasakan pentingnya pandangan atau
mengambil tindakan solusi alternative
2. Merasakan ancaman dengan cara yang
170002 jika tidak bertindak jelas dan
3. Merasakan manfaat mendukung,
170003 dan bertindak 3. bantu pasien
mengidentifikasi
keuntungan dan
kerugian dari setiap
alternative pilihan,
4. fasilitasi
percakapan pasien
mengenai tujuan
perawatan,
5. berikan informasi
sesuai permintaan
pasien dan jadilah
sebagai
penghubung antara
pasien dan
keluarga.
TUK 3:
3107 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
keluarga dengan masalah
TBC, mampu merawat
anggota keluarga yang
sakit dengan kriterial
hasil: doamain 4:
pengetahuan kesehatan
dan perilaku, kelas FF :
manajemen kesehatan
dengan
luaran: manajemen diri:
TBC yaitu tidakan
seseorang untuk
mengelolah TBC,
pengobatan, pencegahan
perkembangan penyakit
dan komplikasinya
meningkat dari 2 (jarang
menunjukan) menjadi 4
(sering menunjukan).
Indicator:
310701 1. mengetahui terapi
komplementer untuk
310705 menangani batuk dan
sesak nafas
310714 2. menggunakan obat-
obat sesuai resep
3. memanfaatkan
fasilitas kesehatan

2609 TUK 3 2380 Keluarga mampu


Setelah dilakukan memberikan perawatan
tindakan keperawatan Domain 2: fisiologi dan
keluarga mampu kompleks
memberikan perawatan Kelas H: manajemen
kesehatan dengan kriteria obat-obatan
hasil: Intervensi: manajemen
Domain VI: kesehatan obat
keluarga 1. Tentukan obat apa
Kelas X: kesejahteraan yang diperlukan dan
keluarga kelola menurut askep
Luaran: Dukungan dan atau protokol
keluarga selama 2. Tentukan
perawatan yaitu kapasitas kemampuan pasien
dari sebuah keluarga untuk mengobati diri
untuk menunjukan dan sendiri dengan cara
menyediakan dukungan yang tepat
emosional kepada 3. Ajarkan pasien dan
individu yang menjalani atau anggota
perawatan meningkat dari keluarga mengenai
2 (jarang menunjukan) tindakan dan efek
menjadi 4 (sering samping yang
diharapkan dari obat
260901 menunjukan) dengan 4. Berikan pasien dan
indikator: atau anggota
1. Anggota keluarga keluarga mengenai
mengungkapkan informasi tertulis dan
260903 keinginan untuk visual untuk
mendukung meningkatkan
anggota keluarga pemahaman diri
yang sakit mengenai pemberian
260906 2. Anggota keluarga obat yang tepat
bertanya bagaimana
mereka dapat
membantu
3. Anggota keluarga
260907
mempertahankan
komunikasi dengan
anggota keluarga
yang sakit
4. Anggota keluarga
260909 memberikan
dorongan kepada
anggota keluarga
yang sakit
5. Mencari dukungan
spiritual untuk
anggota keluarga
yang sakit
6. Bekerja sama
dengan penyedia
layanan kesehatan
dalam menentukan
perawatan

DS: 00099 Ketidakefektifan 1902 TUK 1 Keluarga mampu


1. Keluarga Pemeliharaan Setelah dilakukan mengenal masalah
mengatakan Ny.H Kesehatan tindakan keperawatan kesehatan penulis
mengeluh batuk keluarga dengan masalah mengambil pada
dan sesekali sesak TBC, mampu mengenal domain 4 tentang
nafas masalah kesehatan dengan kaemanan,
2. Ny. H mengalami kriterial hasil: kelas V tentang
sakit berupa sesak Domain 4 tentang manajemen resiko
nafas dan batuk pengetahuan kesehatan 6610 intervensi yaitu:
berdahak semenjak dan perilaku
1 bulan yang lalu. kelas T tentang control 1. kaji ulang riwayat
3. Keluarga resiko dan keamanan kesehatan lalu dan
mengatakan Ny.H dengan dokumentasikan
mengeluh nyeri luaran: kontriol resiko bukti yang
pada pinggang TBC yaitu tindakan menunjukan adanya
bagian belakang individu untuk mengerti, penyakit medis
dekat bokong mencegah, 2. identifikasi resiko
sebelah kanan. mengeliminasi atau biologis lingkungan
P: Ny.H mengurangi ancaman dan perilaku serta
mengatakan kesehatan yang berkaitan hubungan timbal
timbulnya keluhan dengan TBC tinggi balik
karena bisul meningkat dari 2 (jarang 3. identifikasi strategi
Q: Ny.H menunjukan) menjadi 4 koping yang
mengatakan (sering menunjukan) digunakan dan
keluhan yang dengan tiga indikator : diskusikan dan
dirasakan seperti 1. mengidentifikasi rencanakan
tertusuk-tusuk faktor resiko, tanda aktifitas,
R: Ny.H dan gejala TBC kode pengurangan resiko
mengatakan 190220. 4. berkolaborasi
keluhan dirasakan 2. mengenali factor dengan individu
pada daerah resiko individu terkait dan kelompok.
pinggang bagian TBC kode 190201
belakang dekat 3. mengenali
bokong sebelah kemampuan untuk
kanan. merubah perilaku
S: Skala nyeri 4 kode 190221
(sedang)
T: Ny.H
mengatakan keluhan
timbul secara tiba-
tiba dan hilang
apabila meminum
obat.
DO:
1. Ny.H tampak
meringis
2. Tampak memegang
bagian pinggang yang
sakit
3. TTV: 80/60 mmHg,
24 x/menit, 83
x/menit, 36,8o C/
aksila.
4. Keluarga mengatakan
tidak tahu cara
merawat anggota
keluarga yang sakit
TBC dan luka bisul.
5. Ny.H dan keluarga
tampak bingung dan
tidak mengerti ketika
ditanya mengenai
perawatan TBC
selama di rumah

1606 TUK 2: 5510 Keluarga mampu


Setelah dilakukan memberikan perawatan
tindakan keperawatan anggota keluarga yang
keluarga dengan masalah mengalami TBC:
TBC mampu merawat 1. Berikan manajemen
anggota keluarga yang jalan nafas: terapi
sakit dengan kriterial inhalasi sederhana
hasil: 2. Latih batuk efektif
domain 4: pengetahuan 3. Berikan terapi
kesehatan dan perilaku. oksigen
kelas Q : perilaku sehat
dengan
luaran: keluarga mampu
memutuskan
berpartisipasi dalam
memutuskan perawatan
kesehatan meningkat dari
2 (jarang menunjukkan)
menjadi 4 (sering
menunjukkan) indikator :
1. status respirasi:
kepatenan jalan nafas
0414
2. perilaku
meningkatkan
kesehatan 1602
3. penampilan keluarga
dalam memberikan
perawatan langsung
1844
TUK 3 Keluarga mampu
3000 Setelah dilakukan 7910 memanfaatkan fasilitas
tindakan keperawatan pelayanan kesehatan:
keluarga dengan masalah 1. Fasilitasi
TBC mampu konsultasi
memanfaatkan fasilitas 2. Rujuk ke sistem
pelayanan kesehatan pelayanan
dengan kriteria hasil: kesehatan
Kepuasan klien: akses
menuju sumber pelayanan
kesehatan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA

Nama :Ny.H Alamat :Dusun Bontomanai, Desa Lempangan


Diagnosis Hari Implementasi Para Hari Evaluasi SOAP Paraf
Tanggal f Tanggal
keperawatan Jam Jam
Ketidakefektifan Sabtu, TUK 1 Sabtu, Subjektif :
manajemen 05/06/2021 1. Mengkaji pola 05/06/2021 1. Pasien dan keluarga
kesehatan pernafasan dan danya mengatakan telah memahami
15.23 bunyi suara tambahan 17.04 WITA tentang penyebab TBC
WITA pada pemeriksaan 2. Keluarga pasien mengatakan
auskultasi dada akan menjaga pasien dengan
Hasil: bunyi nafas baik.
terdengar ronkhi pada 3. Pasien dan keluarga
auskultasi pada kedua memahami betapa
lapang paru. pentingnya memulai
15.34 2. Menjelaskan mengenai memeriksaan kesehatan dan
WITA penyebab TBC kepada memulai program
keluarga pengobatan TBC
Hasil: keluarga Objektif :
mengerti mengenai 1. Pasien tampak memahami
penyebab TBC, yakni penjelasan yang telah
bakteri tuberkulosis, diberikan
pengaruh lingkungan, Assesment:
dan akibat penularan Masalah belum teratasi
dari orang lain. Planning :
15.40 3. Menjelaskan pada 1. Kaji pola nafas pasien secara
WITA pasien mengenai tujuan berkala
terhadap pengobatan 2. Instruksikan pasien untuk
yang disarankan terkait
dengan kesehatan memakai masker jika batuk
secara umum 3. Jelaskan pada pasien
Hasil: keluarga dan mengenai pentingnya untuk
pasien mulai mengerti
segera memanfaatkan
mengenai program
pengobatan selama 6 fasilitas kesehatan seperti
bulan untuk puskesmas untuk mengecek
mengurangi dan kondisi kesehatan
menghilangkan gejala 4. Libatkan pasien dan keluarga
penyakit TBC
TUK 2 Subjektif :
16.00 1. Menentukan apakah 1. Pasien mengatakan bahwa
WITA terdapat perbedaan penyakitnya mungkin akan
antara pandangan lama sembuhnya
pasien dan pandangan 2. Pasien mengatakan akan
penyediaan perawatan melakuka pengobatan
kesehatan mengenai didukung oleh keluarganya
kondisi pasien selama di rumah.
Hasil: pasien Objektif :
mengatakan bahwa ia 1. Pasien tampak mulai
menganggap sakitnya memahami pemanfaatan
hanya sebagai batuk dan fasilitas dalam menunjang
sesak biasa. Namun, kesehatannya
saat kunjungan oleh 2. Pasien tampak mulai minat
perawat desa, maka untuk ke puskesmas setelah
sangat kuat dugaan mendapatkan informasi dari
bahwa Ny.H mengalami perawat.
TBC berdasarkan gejala Assesment:
dan riwayat Masalah belum teratasi
pemeriksaan. Planning :
16.04
2. Menginformasikan 1. tentukan apakah terdapat
WITA perbedaan antara pandangan
kepada pasien mengenai
pandangan-pandangan pasien dan pandangan
atau solusi alternative penyediaan perawatan
dengan cara yang jelas kesehatan mengenai kondisi
dan mendukung, pasien,
Hasil: Ny.H disarankan 2. informasikan kepada pasien
untuk segera melakukan mengenai pandangan-
pandangan atau solusi
pemeriksaan dahak ke alternative dengan cara yang
puskesmas sesegera jelas dan mendukung,
mungkin. Walaupun 3. bantu pasien
awalnya ia tidak ingin, mengidentifikasi keuntungan
karena takut akan dan kerugian dari setiap
ditetapkan sebagai alternative pilihan,
pasien covid-19 jika ia 4. fasilitasi percakapan pasien
16.29 positif dalam swab test. mengenai tujuan perawatan,
WITA 3. Membantu pasien 5. berikan informasi sesuai
mengidentifikasi permintaan pasien dan
keuntungan dan jadilah sebagai penghubung
kerugian dari setiap antara pasien dan keluarga.
alternative pilihan,
Hasil: pasien mengerti
penyakitnya akan
semakin parah jika tidak
segera memeriksakan
diri dan menjalani
16. 33 pengobatan.
WITA 4. Memfasilitasi
percakapan pasien
mengenai tujuan
perawatan,
Hasil: perawat berusaha
meyakinkan kepada
keluarga utamanya
Tn.B bahwa penting
kiranya untuk segera
dibawa ke puskesmas.
16.40
5. Memberikan informasi
WITA sesuai permintaan
pasien dan menjadi
sebagai penghubung
antara pasien dan
keluarga
Hasil: pasien dan
keluarga diberikan
informasi mengenai
program pengobatan
nanti yang akan dijalani
oleh Ny.H
Ahad , TUK 3 Ahad , Subjektif :
06/06/2021 06/06/2021 1. Pasien dan keluarga
Manajemen obat mengatakan memahani
07.09 1. Menentukan obat apa tindakan yang tepat untuk
WITA yang diperlukan dan 09.00 WITA dilakukan sesuai dengan
kelola menurut askep kesehatan keluarga
Hasil: perawat 2. Pasien mengatakan akan
menjelaskan bahwa obat patuh dengan pengobatannya
yang nanti harus nanti
dikonsumsi adalah obat Objektif :
anti TBC selama 6 bulan. 1. Pasien tampak mulai
07.30 2. Mengajarkan pasien dan menyebutkan ingin pergi ke
atau anggota keluarga puskesmas keesokan harinya
WITA
mengenai tindakan dan 2. Pasien tampak bersemangat
efek samping yang dalam mendengarkan
diharapkan dari obat penjelasan perawat
Hasil: perawat Assesment:
menjelaskan jika terdapat Masalah belum teratasi
efek yang tidak Planning :
diinginkan, maka untuk 1. Tentukan obat apa yang
segera melapor ke diperlukan dan kelola
petugas kesehatan menurut askep
3. Memberikan pasien dan 2. Ajarkan pasien dan atau
atau anggota keluarga anggota keluarga mengenai
08.00
mengenai informasi tindakan dan efek samping
WITA tertulis dan visual untuk yang dihadapatkan dari obat
meningkatkan 3. Berikan pasien dan atau
pemahaman diri anggota keluarga mengenai
mengenai pemberian informasi tertulis dan visual
obat yang tepat untuk meningkatkan
Hasil: keluarga diberikan pemahaman diri mengenai
informasi berupa pemberian obat yang tepat
penjelasan dari
mahasiswa ners dan
perawat desa.
Ketidakefektifan Ahad , TUK 1 Ahad , Subjektif :
Pemeliharaan 06/06/2021 1. mengkaji ulang riwayat 06/06/2021 1. Pasien mengatakan memiliki
Kesehatan 10.00 kesehatan lalu dan 11.00 WITA riwayat penyakit flu tulang
WITA dokumentasikan bukti pada masa lalu
yang menunjukan 2. Pasien mengatakan bahwa
adanya penyakit medis anak dan suaminya selalu
Hasil: pasien memperhatikannya selama ia
mengatakan pernah sakit
mengalami flu tulang 3. Keluarga pasien mengatakan
dan pernah meminum akan berusaha menjaga
10.09 obat yang diresepkan kesehatan keluarganya
WITA oleh dokter Objektif :
2. mengidentifikasi resiko 1. Pasien tampak berkolaborasi
biologis lingkungan dan dengan aparat yang
perilaku serta hubungan mendukung kesehatannya
timbal balik 2. Pasien tampak senang dengan
Hasil: jika diperhatikan, kesiapan keluarganya
maka Ny.H berpotensi Assesment:
menularkan penyakitnya Masalah belum teratasi
10.30 kepada suami dan Planning :
WITA anaknya. 1. kaji ulang riwayat kesehatan
3. mengidentifikasi strategi lalu dan dokumentasikan
koping yang digunakan bukti yang menunjukan
dan diskusikan dan adanya penyakit medis
rencanakan aktifitas, 2. identifikasi resiko biologis
pengurangan resiko lingkungan dan perilaku serta
Hasil: koping yang hubungan timbal balik
digunakan adalah 3. identifikasi strategi koping
koping keluarga, di yang digunakan dan
10.50
mana keluarga siap diskusikan dan rencanakan
WITA
membantu Ny. H dalam aktifitas, pengurangan resiko
perawatannya. 4. berkolaborasi dengan
4. mengolaborasikan individu dan kelompok
dengan individu dan
kelompok.
Hasil: pasien akan
ditangani dan
diperhatikan
kesehatannya selama
pengobatan akan
berjalan oleh petugas
kesehatan yang ada di
desa Lempangan.

Senin ,
07/06/2021 TUK 2 Senin, Subjektif :
1. Memberikan 07/06/2021 1. Pasien mengatakan lebih
16.08 manajemen jalan nafas: legah dalam bernafas
WITA terapi inhalasi sederhana 17.00 WITA 2. Pasien mengatakan
Hasil: pasien sangat terbantu dengan terapi
mengatakan bahwa inhalasi
nafasnya menjadi lebih
legah disbanding Objektif :
16.30 sebelum diberi terapi 1. Pasien mampu melakukan
WITA 2. melatih batuk efektif latihan batuk efektif dan
Hasil: pasien mengikuti terapi inhalasi sederhana
arahan dan kemudian 2. Pasien tampak mengeluarkan
16.45 melakukan batuk lender dari saluran pernafasan
WITA efektif. Nampak lender Assesment:
yang kental dan agak Masalah belum teratasi
jernih. Planning :
3. Memberi terapi oksigen 1. Berikan manajemen jalan
Hasil: pasien nampak nafas: terapi inhalasi
mendapatkan terapi sederhana
oksigen sebanyak 3 L 2. Latih batuk efektif
melalui nasal kanul jika 3. Berikan terapi oksigen
sesaknya dating.

Selasa,
08/06/2021 Selasa,
TUK 3: 08/06/2021 Subjektif :
08.00 1. Memfasilitasi 1. Pasien mengatakan akan
WITA konsultasi 09.00 WITA segera ke puskesmas
Hasil: pasien akan keesokan harinya
difasilitasi untuk 2. Keluarga pasien
konsultasi ke mengatakan akan segera
Puskesmas bersama membawa pasien ke
tenaga kesehatan puskesmas
08.30 yang ada di
puskesmas Objektif :
WITA
2. merujuk ke sistem 1. Pasien nampak sudah
pelayanan kesehatan tidak ragu lagi ke
Hasil: pasien puskesmas
dibantu oleh Assesment:
perawat desa dalam Masalah belum teratasi
hal rujukan. Dan Planning :
rencana besoknya 1. Fasilitasi konsultasi
pasien akan segera 2. Rujuk ke sistem
ke puskesmas untuk pelayanan kesehatan
melakukan
pemeriksaan lebih
lanjut.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengakajian merupakan satu tahapan dimana perawat mengambil

data yang ditandai dengan pengumpulan informasi terus menerus dan

keputusan professional yang mengandung arti terhadap informasi yang

dikumpulkan. Pengumpulan data keluarga berasal dari berbagai sumber

: wawancara, observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, pengalaman

yang dilaporkan anggota keluarga (Padila, 2012).

Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas penulis melakukan

pengkajian pada keluarga Tn.B dengan menggunakan format

pengkajian keluarga, metode wawancara, observasi dan pemeriksaan

fisik untuk menambah data yang diperlukan. Saat dilakukan pengkajian

pada tanggal 06 Juli 2021 jam 17.00, Ny.H mengeluh mengalami sakit

berupa sesak nafas dan batuk berdahak semenjak 1 bulan yang lalu.

Kemudian bisul pada daerah punggung dekat panggul, dialami

semenjak 1 bulan yang lalu serta hipotensi. Hasil pengkajian fisik

menunjukan TD: 80/60 mmHg, pernafasan 24x per menit, nadi 83x per

menit, dan suhu: 36,8 derajat celcius, serta terpasang oksigen dengan

volume 2 Liter. Keluhan yang disampaikan tersebut sesuai dengan

tanda dan gejala TBC menurut Jhon Crofton (2012). Gejala klinis yang

timbul pada pasien Tuberculosis ialah batul lebih dari 3 pekan, terdapat

sputum, terdengar bunyi ronkhi pada kedua lapang paru, sesak nafas,

dan malaise.

Pada pengkajian fungsi perawatan kesehatan keluarga didapatkan

data keluarga tidak mengetahui tentang penyakit TBC, Ny.H belum ke


puskesmas untuk memeriksakan diri lebih lanjut, dikarenakan takut

dinyatakan sebagai Covid-19. Objektif ; Ny.H dan keluarga kurang

dapat mengingat, Ny.H dan keluarga tampak bingung dan tidak

mengerti ketika ditanya mengenai penyakit TBC. Keluarga juga tidak

tahu cara perawatan penyakit TBC.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang mengambarkan

respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi

aktual/potensial) dari individu atau kelompok perawat secara legal

mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti

untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan

atau mencegah perubahan (Rohma dan Walid, 2012). Penulisan

diagnosa keperawatan mengacu pada P-E-S (Problem + etiologi +

simptom) dimana untuk problem (P) dapat digunakan tipologi dari

NANDA. Pada perumusan diagnosa yang didapatkan dari analisa data

berdasarkan data subjektif dan objektif diagnosa yang muncul dan

ditemukan pada tinjauan teori dengan kasus mengenai masalah

hipertensi terdapat sedikit perbedaan. Dalam teori terdapat 9

kemungkinan diagnosa keperawatan yang kemungkinan ditemukan,

tetapi di kasus terdapat 2 diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan

yang muncul dalam tinjauan teori (NANDA NIC-NOC 2013) yaitu :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas

2. Gangguan pertukaran gas

3. Ketidakefektifan pola napas

4. Hipertermi

5. Nyeri akut
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

7. Ketidakefektifan manajemen kesehatan

8. Resiko infeksi

Sedangkan diagnosa yang dijumpai dalam kasus keluarga Tn.B

dengan TBC pada Ny.H yaitu :

1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan pada keluarga Tn

B dengan TBC

2. Ketidakefektifan Pemeliharaan Keseahatan pada Keluarga

Tn.B dengan TBC

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,

diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga,

dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi

alternative dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak

bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu

dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).

Penyusunan intervensi disesuaikan dengan teori asuhan

keperawatan yang ada. Intervensi dari diagnosa pertama yakni

ketidakefektifan manajemen kesehatan, disusun sesuai dengan NANDA

NIC-NOC yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,

mengambil keputusan, dan merawat anggota keluarga yang sakit.

Penyusunan intervensi disesuaikan dengan NANDA NIC-NOC (teaching:

disease procces) dan fungsi perawatan kesehatan keluarga, intervensi yang

diberikan yaitu kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang TBC,

diskusikan dengan keluarga tentang TBC dengan menggunakan

leaflet/lembar balik meliputi pengertian TBC, penyebab, tanda dan gejala,


proses penyakit, komplikasi, perawatan dan pencegahan TBC, diskusikan

dengan keluarga tentang keputusan untuk merawat anggota keluarga sakit,

diskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga yang sakit,

diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang menunjang

kesehatan dan diskusikan bersama keluarga tentang pemanfaatan fasilitas

kesehatan. Intervensi diagnosa kedua mengenai

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan. Penyusunan intervensi

disesuaikan dengan NANDA NIC-NOC (teaching: disease procces) dan

fungsi perawatan kesehatan keluarga, intervensi yang diberikan yaitu

pemberian terapi komplementer berupa terapi inhalasi sederhana untuk

meringankan dan mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh anggota

keluarga.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi

rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga

dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga dididik

untuk dapat menilai potensi yang dimiliki mereka dan

mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat memampukan

keluarga untuk : mengenal masalah kesehatannya, mengambil keputusan

berkaitan dengan persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat dan

membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi

lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta memanfaatkan

sarana pelayanan kesehatan terdekat ( Sudiharto, 2012).

Implementasi keperawatan dibuat berdasarkan intervensi

keperawatan keluarga yang telah disusun.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai

keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya

sehingga memiliki produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan

setiap anggota keluarga. Sebagai komponen kelima dalam proses

keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menetukan apakah tujuan

yang telah ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam

melaksanakan evaluasi (Sudiharto, 2012). Evaluasi dilakukan setiap

kali implementasi dilakukan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus penerapan asuhan keperawatan keluarga

Tn.Y dengan hipertensi pada Ny.H, Dusun Bontomani, Desa Lempangan,

Kabupaten Gowa penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian dilakukan sesuai dengan teori yang sudah ada. Pada hasil

pengkajian didapatkan data dimana anggota keluarga Tn.B dalam hal ini

Ny.H mengeluhkan sakit berupa sesak nafas dan batuk berdahak

semenjak 1 bulan yang lalu. Kemudian bisul pada daerah punggung

dekat panggul, dialami semenjak 1 bulan yang lalu serta hipotensi. Hasil

pengkajian fisik menunjukan TD: 80/60 mmHg, pernafasan 24x per

menit, nadi 83x per menit, dan suhu: 36,8 derajat celcius, serta terpasang

oksigen dengan volume 2 Liter.

2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada kasus ini terdapat 2

diagnosa keperawatan keluarga yaitu ketidakefektifan manajemen

kesehatan dan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.

3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah

keperawatan yang ditemukan. Intervensi yang direncanakan untuk

diagnosa yaitu pengenalan keluarga terhadap penyakit, pemberian terapi

inhalasi sederhana, proses rujukan dan perawatan oleh keluarga.

4. Implementasi dilakukan pada tanggal 05 Juni s/d 08 Juni 2021.

Implementasi yang telah dilaksanakan sesuai dengan intervensi (NIC)


yang telah disusun.

5. Evaluasi dilakukan pada tanggal 05 Juni s/d 08 Juni 2021 . Evaluasi yang

telah dilaksanakan sesuasi dengan tujuan keperawatan (NOC) yang telah

disusun.

B. Saran

1. Bagi Mayarakat/Klien

Keluarga berisiko untuk terjadi kekambuhan penyakit, sehingga

diharapkan perlunya upaya pencegahan serta pengendalian secara

rutin dari keluarga.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil laporan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai

tambahan informasi dan ilmu pengetahuan untuk institusi

pendidikan dan sebagai referensi perpustakaan yang bisa digunakan

untuk mahasiswa sebagai bahan acuan dan dasar dalam menerapkan

asuhan keperawatan keluarga khususnya TBC

3. Bagi Puskesmas

Bagi Puskesmas diharapkan dapat memberikan motivasi dan

bimbingan kesehatan khususnya penyakit TBC kepada keluarga dan

dapat memberikan asuhan keperawatan keluarga secara optimal

serta lebih meningkatkan mutu pelayanan di komunitas atau di

lapangan.
FORMAT PENILAIAN KEMANDIRIAN KELUARGA

Tingkat Kemandirian Keluarga Tn.B (55 tahun)

NO KRITERIA YA TIDAK PEMBENARAN

1 Keluarga menerima petugas kesehatan √ Keluarga menerima

kedatangan perawat dengan

baik saat dilakukan

kunjungan

2 Keluarga menerima pelayanan √ Keluarga berencana akan

kesehatan sesuai rencana segera ke puskesmas untuk

memeriksakan Ny.H

3 Keluarga menyatakan masalah √ Keluarga nampak bingung

kesehatan secara benar ketika ditanayakan

mengenai penyakit TBC

4 Keluarga memanfaatkan fasilitas √ Keluarga belum

kesehatan sesuai anjuran memanfaatkan faskes

karena takut dianggap

sebagai pasien Covid-19

5 Keluarga melaksanakan perawatan √ Keluarga pasien belum

sederhana sesuai anjuran mengetahui perawatan

sederahana kepada anggota

keluarga yang sakit, karena

tidak mengetahui cara

merawat anggota keluarga


yang sakit.

6 Keluarga melaksanakan tindakan √ Keluarga belum melakukan

pencegahan secara aktif tindakan pencegahan TBC

secara aktif dan benar.

7 Keluarga melaksanakan tindakan √ Keluarga belum melakukan

promotif secara aktif tindakan upaya promotif

secara aktif.

Keterangan

- Kemandirian I, Jika kriteria I dan 2 terpenuhi

- Kemandirian II, Jika kriteris I – 5 terpenuhi

- Kemandirian III, jika kriteria 1- 6 terpenuhi

- Kriteria IV, Jika kriteria 1 - 7 terpenuhi


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

Black & Hawk. 2014. Medikal Surgical Nursing Clinical Management for
Positive outcomes (Ed. 7). St. Louis : Missouri Elsevier Saunders.

Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta :
ECG. Bustan, M.N. 2007. Epidemologi Penyakit Tidak Menular.
Cetakan 2. Jakarta: Rineka Cipta

Dion,Y & Betan,Y. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik.
Yogyakarta: Nuha Medika

Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset,


Teori &Praktik. Jakarta : EGC

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita
Hipertensi secaraTerpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
Jakarta : Kemenkes RI; 2014.
Koes Irianto. 2014. Epideminologi Penyakit Menular dan Tidak Menular
Panduan Klinis. Bandung: IKAPI
Mubarrak, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas 2; Konsep Dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika
Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction
Nurarif & Kusuma. 2013. Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction

Robbins. 2007. Buku ajar : Patologi. Jakarta : EGC

Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang

Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transtruktual. Jakarta : EGC

Setiadi. 2008. Konsep dan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Masriadi . 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : TIM

Smeltzer, S. C. And Bare, B. G. 2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Sudart Edisi 8. Jakarta: EGC

Tarwoto et al. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.


Cetakan Pertama. Trans Info Media: Jakarta

Wijaya, Andra Saferi & Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal
Bedah.Yogyakarta : Nuha Medika

Wijaya, Andra S &Putri, Yesi M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.


Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai