Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

MAKALAH INOVASI

“METODE KANGURU PADA BAYI BARU LAHIR”

OLEH:

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan dalam bidang social dan ekonomi mempunyai pengaruh yang

sangat baik terhadap angka kematian bayi. Pengaruh demikian tidak tampak

pada angka kematian perinatal. Dalam 30 tahun terakhir ini angka kematian

bayi turun dengan mencolok, akan tetapi angka kematian perinatal dalam

sepuluh tahun terakhir kurang lebih menetap. Negara-negara Barat telah

berhasil menurunkan angka kematian perinatal hal ini digunakan sebagai

ukuran untuk menilai kualitas pengawasan selama masa neonatal karena hal

tersebutmendapat banyak perhatian.Angka kematian perinatal di Indonesia

tidak diketahui secara pasti karena belum ada survey yang menyeluruh. angka

yang ada ialah angka kematian perinatal di rumah sakit – rumah sakit besar

yang umumnya merupakan referral hospital, umumnya merupakan referral

hospital, sehingga tidak memberikan gambaran yang mendekati angka

kematian perinatal keseluruhan (Wiknjosastro 2015).

Menurut Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialis Departemen

Kesehatan RI dalam seminar Kebijakan Program Rumah Sakit Sayang Ibu

dan Bayi (RSSIB) yang diselenggarakan oleh Perinatologi, di Fakultas Ilmu

Kesehatan Anak FK UGM/RSUP Dr. Sardjito,Yogyakartamengemukakan


bahwa kondisi di Indonesia saat ini Angka Kematian Bayi (AKB) 34/1000

kelahiran hidup Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2017),

sedangkan target Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) Departemen Kesehatan 2014-2019 AKB turun menjadi 26/1000

kelahiran hidup. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2019)

hal tersebut dikarena penyebab kematian neonatal di Indonesia yaitu

prematuritas& BBLR (29 persen), asfiksia neonatorum (27 persen),

pemberian makan (10 persen), tetanus neonatorum (10 persen), lainnya (13

persen) (Lutfia, 2019).

Pada saat ini bayi berat lahir rendah merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang penting di Negara sedang berkembang termasuk Indonesia

karena merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi

terhadap kematian bayi khususnya pada masalah perinatal. Banyak faktor-

faktor yang mendorong terjadinya berat badan lahir rendah antara lain faktor

ibu yaitu gizi saat hamil yang kurang, umur, jarak kelahiran, status pekerjaan

serta penyakit menahun pada ibu hamil yang dapat menyebabkan Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR) seperti hipertensi, jantung dan perokok (Manuaba,

2012). Salah satu cara perawatan pada bayi untuk meningkatkan berat badan

pada bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) dan prematur yaitu dengan

cara metode kanguru, dengan cara ini detak jantung bayi stabil dan

pernapasannya lebih teratur, sehingga penyebaran oksigen ke seluruh

tubuhnya pun lebih baik. Selain itu, cara ini mencegah bayi kedinginan. Bayi
lebih tenang, lebih jarang menangis, dan kenaikan berat badan menjadi lebih

cepat.

B. Rumusan Masalah

Perawatan metode kangguru mampu menjaga suhu lingkungan bayi

tetap hangat dan dapat meningkatkan hubungan antara ibu dengan bayinya.

Metode tersebut tidak hanya dapat dilakukan pada bayi dengan keadaan

khusus, namun semua bayi perlu dijaga untuk tetap hangat. Dengan begitu

pemberian inovasi terkait dengan penggunaan metode kanguru pada ibu dapat

dilakukan sebagai salah satu upaya menjaga kehangatan tubuh bayi,

meningkatkan berat badan bayi dan meningkatkan hubungan antara ibu

dengan bayinya.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan berat badan pada bayi baru lahir berat lahir rendah dengan

pembinaan tenaga kesehatan

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan berat badan bayi dengan BBLR

b. Membuat ibu lebih aktif

c. Membuat ibu lebih mandiri


d. Membuat ibu lebih produktif

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Cara metode kanguru, dengan cara ini detak jantung bayi stabil dan

pernapasannya lebih teratur, sehingga penyebaran oksigen ke seluruh

tubuhnya pun lebih baik. Selain itu, cara ini mencegah bayi kedinginan. Bayi

lebih tenang, lebih jarang menangis, dan kenaikan berat badannya menjadi

lebih cepat.

Metode Kanguru adalah metode perawatan dini dengan sentuhan kulit

ke kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi seperti kanguru. Dengan

metode ini mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi baru lahir prematur

dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu.

Sehingga memberi peluang untuk dapat beradaptasi baik dengan dunia luar.

Perawatan kanguru ini telah terbukti dapat menghasilkan pengaturan suhu

tubuh yang efektif dan lama serta denyut jantung dan pernafasan yang stabil

pada bayi. Perawatan kulit ke kulit mendorong bayi untuk mencari puting dan

mengisapnya, hal ini mempererat ikatan antara ibu dan bayi serta membantu

keberhasilan pemberian ASI . Di samping efek sentuhan kulit, metode


tersebut akan membuat bayi lebih tahan sakit daripada dengan digendong

memakai jarit. Berat badannya pun akan cepat naik.(Suci, 2013).

B. Pelaksanaan Metode Kanguru

Perawatan metode kangguru merupakan alternatif metode perawatan

bayi baru lahir. Metode ini adalah salah satu teknik yang tepat dan sederhana,

serta murah dan sangat dianjurkan untuk perawatan pada bayi BBLR. Metode

ini tidak hanya menggantikan inkubator, tetapi juga dapat memberikan

manfaat lebih yang tidak didapat dari pemberian inkubator. Pemberian metode

kangguru ini dirasa sangat efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang

sangat mendasar seperti kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi,

stimulasi, keselamatan dan kasih sayang (Maryunani, 2013).


Metode ini biasanya dilakukan pada fasilitas unit perawatan khusus

dan intensif. Metode ini tidak diberikan secara terus menerus sepanjang

waktu, hanya diberikan ketika ibu mengunjungi bayi yang masih berada

dalam inkubator dengan durasi minimal satu jam secara terus menerus dalam

satu hari. Metode ini dapat dimulai pada bayi yang yang sakit, yang berada

dalam proses penyembuhan tetapi masih memerlukan pengobatan medis

(seperti infus, tambahan oksigen dengan konsentrasi rendah) (Maryunani,

2013)

Pelaksanaan metode kangguru yang singkat kurang dari 60 menit

dapat membuat bayi stress. Strategi yang dapat dilakukan untuk menghindari

hal tersebut antara lain: Jika bayi masih berada di fasilitas pelayanan

kesehatan, maka lebih baik bayi diletakkan di inkubator. Apabila bayi telah

dilakukan pemulangan, anggota keluarga lain dapat menggantikan ibu dalam

melaksanakan perawatan metode kangguru (Maryunani, 2013).

Penelitian Toni, Sitompul dan Tambunan (2016) menyatakan ibu yang

melakukan PMK, memiliki berbagai pengalaman seperti sedih, trauma dan

khawatir, takut, nyaman, merasa bersalah dan menyesal.

Ibu melakukan PMK dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu

(Amalia & Herawati, 2018). Pengetahuan ibu BBLR berkaitan dengan umur

dan pendidikan ibu, semakin tinggi pendidikan ibu makan semakin banyak

ilmu pengetahuan yang didapat (Amalia & Herawati, 2018; Idris & Enggar,

2019; Solehati, Kosasih, Rais, & Fithriyah, 2018; Willaims, Ambika,


Chandrashekar, Prasannakumar, & Muralimohan, 2016). Hal ini bertentangan

dengan penelitian yang dikemukakan oleh Gomathi, (2014); dan Nina,

Magdalena, & Przemko, (2018) yang menyatakan tidak ada hubungan

pengetahuan dan tingkat pendidikan ibu. Pengetahuan ibu yang baik, akan

menghasilkan sikap yang positif. Sikap positif dipengaruhi oleh kepercayaan

diri (self efficancy) ibu.

Kepercayaan diri ibu timbul setelah ada pengalaman melakukan PMK.

Memberi edukasi ibu mengenai PMK menjadi hal penting.

WHO (2013) memberikan panduan edukasi posisi kanguru sebagai

berikut :

1. Bayi ditempatkan diantara kedua payudara ibu, dengan posisi

tegak serta dada bayi menempel kedada ibu.

2. Kepala bayi dimiringkan kesalah satu sisi dengan posisi sedikit

ekstensi.

3. Pertahankan posisi kepala bayi ekstensi untuk memastikan jalan

napas terbuka dan terjadi kontak mata ibu dan bayi.

4. Hindari kepala bayi menekuk dan menghadapkan muka keatas.

5. Bayi diberikan posisi “kodok” dengan pinggul bayi posisi fleksi.

Pertahankan pelekatan dengan optimal.

6. Lakukan PMK minimal 1 jam, PMK bisa dilakukan ibu, ayah atau

anggota keluarga lainnya.


PMK memberikan efek kepada bayi dan ibu. PMK memberikan

manfaat meningkatkan kepercayaan diri ibu dan meningkatkan keterikatan ibu

dan bayi (Stuard, 2016). Pelaksanaan PMK di ruang rawat mengalami

hambatan seperti ibu takut menyentuh bayi, takut terhadap lingkungan dan

peralatan yang ada pada bayi dan kehadiran ibu yang tidak terus menerus

(Namnabati, Talakoub, Mohammadizadeh, & Mousaviasl, 2016). Selain itu

pelaksanaan PMK di rumah mengalami hambatan seperti memerlukan waktu

khusus (16,7%), tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah (11,9%), bayi

kepanasan dan terlihat tidak nyaman (19,5%), waktu berkurang untuk anak

lain (7,1%) dan terlalu stres (7,1%) (Opara & Okorie, 2017)

Durasi melaksanakan PMK berbeda – beda. Penelitian Parsa, Karimi,

Basiri, dan Roshanaei (2018) mengemukakan PMK selama 4 jam sehari

memberikan peningkatan saturasi oksigen signifikan dibandingkan dengan

yang dilakukan kurang dari 4 jam sehari. PMK memberikan efek kepada bayi

berupa perubahan fisiologis (meningkat denyut jantung, saturasi oksigen dan

kecepatan pernapasan), frekuensi menangis bayi lebih rendah, kenaikan berat

badan bayi, dan daya hisap bayi meningkat (Parsa et al., 2018; Stuard, 2016).

Penelitian Opara dan Okorie (2017) mengemukakan durasi PMK yang efektif

dilakukan selama di rumah sakit 2,03 ± 1,22 ( 0,81 – 3,25) jam dan di rumah

selama 3,25 ± 2,85 (0,5 – 12) jam. Hal ini didukung oleh penelitian
Namnabati et al., (2016) yang menyatakan durasi PMK selama 60 menit

dengan pelekatan yang benar, akan meningkatkan berat badan bayi.


C. Manfaat Pelaksanaan Metode Kanguru

1. Menurunkan AKN

Manfaat PMK dalam menstabilkan suhu, pernafasan dan denyut jantung

bayi Berbagai penelitian menunjukkan bahwa PMK dapat menstabilkan

suhu, laju pernapasan, dan laju denyut jantung bayi lebih cepat dari bayi

yang dirawat dalam inkubator. Bayi pada PMK merasa nyaman dan

hangat dalam dekapan ibu sehingga tanda vital dapat lebih cepat stabil.

Penelitian oleh Yanuarso di RSCM memperlihatkan bahwa dengan

menggunakan metode kanguru, BBLR akan lebih cepat mencapai

kestabilan suhu tubuh dibanding BBLR tanpa PMK (120 menit vs. 180

menit)

2. Mengurangi Infeksi

Berbagai penelitian juga telah memperlihatkan manfaat PMK dalam

mengurangi kejadian infeksi pada BBLR selama perawatan. Pada PMK,

bayi terpapar oleh kuman komensal yang ada pada tubuh ibunya sehingga

ia memiliki kekebalan tubuh untuk kuman tersebut. Rao dalam

penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah BBLR yang mengalami sepsis

sebesar 3,9% pada kelompok PMK dan 14,8% pada kelompok kontrol

(p=0,008). Sedangkan Agudelo dalam tulisannya menyebutkan manfaat

PMK dalam menurunkan infeksi nosokomial pada usia koreksi 41 minggu


(RR 0,49, 95% CI 0,25 - 0,93). Manfaat lainnya dengan berkurangnya

infeksi pada bayi adalah bayi dapat dipulangkan lebih cepat sehingga

masa perawatan lebih singkat, dan biaya yang dikeluarkan lebih sedikit.

3. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

Manfaat PMK lainnya adalah meningkatkan berat badan, panjang badan

dan lingkar kepala bayi. Penelitian menunjukkan bahwa kenaikkan berat

badan, panjang badan dan lingkar kepala BBLR yang menjalani PMK

lebih tinggi secara bermakna dibandingkan BBLR yang mendapat

perawatan dengan metode konvensional. Subedi memperlihatkan bahwa

kenaikan berat badan BBLR dapat mencapai 30 g/hari, sedangkan Gupta

menunjukkan kenaikan berat badan yang mirip yaitu 29 g/hari. Feldman

dalam penelitiannya memperlihatkan bahwa BBLR yang dilakukan PMK

memiliki nilai perkembangan yang lebih baik secara bermakna

dibandingkan BBLR dengan metode konvensional.

4. Meningkatkan keberhasilan pemberian ASI

Pada berbagai penelitian terlihat bahwa PMK sangat erat kaitannya

dengan pemberian ASI. Pada PMK, ASI dapat selalu tersedia dan sangat

mudah diperoleh. Hal ini dapat dijelaskan karena bayi dengan PMK,

terlebih pada PMK kontinu, selalu berada di dekat payudara ibu,

menempel dan terjadi kontak kulit ke kulit, sehingga bayi dapat menyusu
setiap kali ia inginkan. Selain itu, ibu dapat dengan mudah merasakan

tanda-tanda bahwa bayinya mulai lapar seperti adanya gerakan-gerakan

pada mulut bayi, munculnya hisapan-hisapan kecil serta adanya gerakan

bayi untuk mencari puting susu ibunya. Ibu dapat menilai kesiapan

menyusu bayinya dengan memasukkan jari bersih ke dalam mulut bayi

dan menilai isapan mulut bayi. Berikan ASI saat bayi sudah terjaga dari

tidurnya. Bila telah terbiasa melakukan PMK, ibu dapat dengan mudah

memberikan ASI tanpa harus mengeluarkan bayi dari baju kangurunya.

Bayi yang mendapat PMK memperoleh ASI lebih lama dibandingkan

bayi yang mendapat perawatan dengan metode konvensional. Perawatan

metode kanguru juga meningkatkan ikatan (bonding) ibu dan bayi serta

ayah dan bayi secara bermakna. Posisi bayi yang mendapat PMK

memudahkan ibu untuk memberikan ASI secara langsung kepada bayinya.

Selain itu, rangsangan dari sang bayi dapat meningkatkan produksi ASI

ibu, sehingga ibu akan lebih sering memberikan air susunya sesuai dengan

kebutuhan bayi.

Pada PMK, pemberian ASI dapat dilakukan dengan menyusui bayi

langsung ke payudara ibu, atau dapat pula dengan memberikan ASI perah

menggunakan cangkir (cup feeding) dan dengan selang (orogastric tube).

Pemberian ASI pada bayi yang dilakukan PMK umumnya akan diteruskan

di rumah saat dipulangkan, dan lama pemberian ASI lebih panjang. PMK

juga meningkatkan volume ASI yang dihasilkan oleh ibu.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK)

merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau kelahiran prematur

dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau

skin-to-skin contact dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk

menghangatkan bayi. Perawatan Metode Kanguru (PMK) mempermudah

pemberian ASI, sehingga meningkatkan lama dan jumlah pemberian ASI.

B. Saran

Untuk memantau kecukupan asupan ASI, timbang bayi sekali sehari hingga

berat badan bayi mulai meningkat, kemudian lanjutkan menimbang 2 kali

seminggu, dan selanjutnya timbang bayi sekali seminggu sampai usia bayi

mencapai cukup bulan.


DAFTAR PUSTAKA

Adam, A., Bagu, A. A., & Sari, N. P. (2016). Pemberian Inisiasi Menyusu Dini Pada
Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Manarang, 2(2), 76.
https://doi.org/10.33490/jkm.v2i2.19

Asih, Y., & Risneni. (2016). Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan (Pertama). Trans
Info Media.

Amalia, L., & Herawati, E. (2018). Hubungan pengetahuan dan sikap dalam
pelaksanaan perawatan metode kanguru. Jurnal Pendidikan Keperawatan
Indonesia, 4(2). https://doi.org/10.17509/jpki.v4i2.13658

Giannì, M. L., Bezze, E., Sannino, P., Stori, E., Plevani, L., Roggero, P., … Mosca,
F. (2016). Facilitators and barriers of breastfeeding late preterm infants
according to mothers’ experiences. BMC Pediatrics, 16(1), 1–8.
https://doi.org/10.1186/s12887- 016-0722-7

Gomathi, B. (2014). Effect of video - assisted teaching programme on management


og breastfeeding problems. The Nursing Journal of India, 4(22), 8–10.

Idris, I., & Enggar, E. (2019). Pengaruh penyuluhan menggunakan audio visual
tentang asi eksklusif terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil di puskesmas
Singgani kota Palu. Jurnal Bidan Cerdas (JBC), 2(1), 1.
https://doi.org/10.33860/jbc.v2i1.159

Fitri, L. (2018). Hubungan Bblr Dan Asi Ekslusif Dengan Kejadian Stunting Di
Puskesmas Lima Puluh Pekanbaru. Jurnal Endurance, 3(1), 131.
https://doi.org/10.22216/jen.v3i1.1767

Hutagaol, H. S., Darwin, E., & Yantri, E. (2014). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) terhadap Suhu dan Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir. Jurnal
Kesehatan Andalas, 3(3), 332–338. https://doi.org/10.25077/jka.v3i3.113

Marmi. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Pustaka Pelajar.

Namnabati, M., Talakoub, S., Mohammadizadeh, M., & Mousaviasl, F. (2016). The
implementation of kangaroo mother care and nurses’ perspective of barriers in
Iranian’ NICUs. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research, 21(1), 84.
https://doi.org/10.4103/1735-9066.174753

Nina, M., Magdalena, Z., & Przemko, K. (2018). Does type of feeding affect body
composition in very low birth weight infants? A prospective cohort
study. Science Direct, 04(010), 1–6.
https://doi.org/10.1016/j.pedneo.2018.04.010

Opara, P., & Okorie, E. (2017). Kangaroo mother care: Mothers experiences post
discharge from hospital. Journal of Pregnancy and Neonatal Medicine, 01(01),
16–

Pratiwi, A. (2015). Pemberian Metode Kangaroo Mother Care (KMC) Terhadap


Kestabilan Suhu Tubuh BBLR Pada AsuhanKeperawatan Bayi Ny. Y di Ruang
HCU Neonatus RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pratiwi, A. (2015). Pemberian
Metode Kangaroo Mother Care (KMC) Terhadap Kestabilan Suhu Tubuh BBLR
Pada AsuhanKeperawatan Bayi Ny. Y Di Ruang HCU Neonatus RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.

Triningsih, W. (2019). Tata Laksana Perawatan Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). In Perinotologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
https://sardjito.co.id/2019/06/03/tata-laksana-perawatan-bayi-berat-badan-lahir-

Anda mungkin juga menyukai