Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEGAWATDARURATAN

NEONATUS PADA KASUS ASFIKSIA

Disusun Oleh :
Kelompok 13
Deisy M. Pantow
711530119017
Greis Melisa Purnomo
711530119028
Pengertian
Kegawatdaruratan Neonatal
• Kegawatdaruratan neonatal adalah
situasi yang membutuhkan evaluasi dan
manajemen yang tepat pada bayi baru
lahir yang sakit kritis (≤ usia 28 hari)
membutuhkan pengetahuan yang dalam
mengenali perubahan psikologis dan
kondisi patologis yang mengancam jiwa
yang bisa saja timbul sewaktu-waktu.
ASFIKSIA NEONATORUM
• Asfiksia pada bayi baru Asfiksia Neonatorum dapat
lahir (BBL) menurut IDAI dibagi dalam tiga
(Ikatan Dokter Anak klasifiasi:
Indonesia) adalah • Asfiksia neonatorum
kegagalan nafas secara ringan : Skor APGAR 7-10.
spontan pada saat lahir • Asfiksia neonatorum
atau beberapa saat sedang : Skor APGAR 4-6
setelah lahir (Prambudi, • Asfisia neonatorum
2013). berat : Skor APGAR 0-3.
Etiologi / Penyebab Asfiksia

• Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil


dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
darah uteroplasenter sehingga pasokan
oksigen ke bayi menjadi berkurang.
• Beberapa faktor tertentu diketahui dapat
menjadi penyebab terjadinya asfiksia
pada bayi baru lahir, diantaranya
1. Faktor Ibu
2. Faktor Tali Pusat
3. Faktor Bayi
Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan tanda-
tanda
klinis pada janin atau bayi berikut ini :
• DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur.
• Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala.
• Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan organ lain.
• Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen. Bradikardi (penurunan
frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot-otot jantung atau sel-
sel otak.
• Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung,
kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta
sebelum dan selama proses persalinan.
• Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru atau
nafas tidak teratur/megap-megap.
• Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam darah.
• Penurunan terhadap spinkters.
• Pucat.
• (Depkes RI, 2007)
Tabel 1. Skor Apgar
Penanganan

1. Persiapan Alat Resusitasi


• Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering dan hangat.
• Dua buah handuk atau kain bersih dan kering (untuk
mengeringkan dan menutup tubuh dan kepala bayi).
• Satu buah handuk/kain bersih dan kering (untuk menganjal
bahu).
• Alat penghisap lendir De Lee atau Bola Karet bersih dan
kering.
• Alat pengantar udara/oksigen seperti :
• Tabung-sungkup untuk bayi cukup bulan atau prematur.
• Balon-sungkup dengan katup pengantar tekanan.
• Lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar 60
cm.
2. Penilaian Bayi Baru Lahir
• Lakukan penilaian (selintas) :
• Apakah bayi cukup bulan ?
• Apakah ketuban jernih, tidak bercampur
mekonium ?
• Apakah bayi menangis kuat dan bernapas
tanpa kesulitan ?
• Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
• Bila salah satu jawaban adalah ‘TIDAK” lanjut
ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru
lahir.
3. Langkah Awal
• Selimuti bayi dengan handuk/kain yang diletakkan diatas perut ibu, bagian muka dan
dada bayi tetap terbuka.
• Letakkan bayi ditempat resusitasi
• Posisikan kepala bayi pada posisi tengadah yaitu kepala sedikit ekstensi dengan
mengatur tebal handuk/kain, ganjal bahu yang telah disiapkan.
• Bersihkan jalan napas dengan menghisap lender pada mulut sedalam < 5 cm dan
pada hidung sedalam < 3 cm.
• Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) sebagai rangsangan taktil gosok-gosok dada,
perut, punggung bayi untuk merangsang pernapasan.
• Ganti kain yang basah dengan kain yang bersih dan kering.
• Mereposisikan kepala bayi dan nilai kembali usaha napas :
• Bila menangis kuat atau bernapas spontan, lakukan asuhan bayi baru lahir.
• Bila tetap tidak bernapas atau megap-megap maka lakukan ventilasi.
4. Ventilasi Tekanan Positif
• Langkah-langkahnya :
1. Pasang sungkup melingkupi hidung, mulut dan dagu (perhatikan perlengketan
sungkup dan daerah mulut).
2. Tekan pangkal tabung atau tekan balon untuk mengalirkan udara kejalan napas
bayi.
3. Lakukan ventilasi percobaan 2 kali dengan tiupan atau pemompaan tekanan 30
cm air.
Perhatikan gerakan dinding dada :
• Naiknya dinding dada mencerminkan mengembangnya paru dan udara masuk
dengan baik.
• Bila dinding dada tidak naik /mengembang periksa kembali :
 Kemungkinan kebocoran perlengketan sungkup dan hidung.
 Posisi kepala dan jalan napas.
 Sumbatan jalan napas oleh lendir pada mulut atau hidung.
Jika dada mengembang lakukan tahap berikutnya.
. Lakukan koreksi dan ulangi 5. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan
ventilasi percobaan sebanyak 20 dan lakukan penilaian ulang nafas.
kali dalam 30 detik dengan • Lakukan penilaian bayi apakah
tekanan 20 cm air. bernafas, tidak bernafas atau
4. Pastikan dada mengembang saat megap-megap.
dilakukan pemompaan, setelah  Jaka bayi sudah mulai bernafas
30 detik lakukan penilaian ulang spontan, hentikan ventilasi
nafas. bertahap dan lakukan asuhan
pasca resusitasi.
• Jika bayi mulai bernafas spontan,
 Jika bayi megap-megap atau tidak
hentikan ventilasi bertahap dan
bernafas, teruskan ventilasi 20 kali
lakukan asuhan pasca resusitasi.
dalam 30 detik kemudian lakukan
• Jika bayi megap-megap atau penilaian ulang nafas setiap 30
tidak bernafas lakukan ventilasi. detik.
6. Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas selama 2 menit
resusitasi.
• Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan.
• Teruskan resusitasi sambil menyiapkan untuk rujukan.
7. Lakukan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi.
• Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar
lanjitkan ventilasi selama 10 menit.
• Hentikan resusitasi bila denyut jantung tetap tidak
terdengar, jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan
kepadanya serta lakukan pencatatan.
• Bayi yang mengalami asitol 10 menit kemungkinan besar
mengalami kerusakan otak yang permanen.

Anda mungkin juga menyukai