Anda di halaman 1dari 28

BAB I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan Persalinan Normal
yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhan bayi baru lahir dapat dilaksanakan
oleh dokter, bidan atau perawat. Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir dilaksanakan dalam
ruangan yang sama dengan ibunya atau rawat gabung (ibu dan bayi dirawat dalam satu
kamar, bayi berada dalam jangkauan ibu selama 24 jam).
Perlindungan anak di bidang kesehatan diselenggarakan melalui berbagai
upaya pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi anak termasuk untuk bayi baru lahir
dan anak balita . Pelayanan kesehatan untuk bayi baru lahir dan ank balita merupakan
salah satu program kesehatan anak yang bertujuan untuk menjamin kelangsungan hidup,
tumbuh kembang anak secara optimal dan perlindungan khusus dari kekerasan dan
diskriminasi. Hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan anak Indonesia yang sehat ,
cerdas ceria, berahlaq mulia dan terlindungi sebagai modal dasar bagi pembangunan
bangsa.
Keluarga berencana merupakan salah satu pelayanan kesehatan prenvetif yang paling
dasardan utama bagai wanita .Meskipun tidaak selalu diakui demikian, peningkatan dan
perluasan KB merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematiaan ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita . Banyak
wanita yang harus menentukan pemilihan alat kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena
terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga metode-metode tertentu mungkin
tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB . Kesehatan individual ,
dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi .
Lansia atau lanjut usia adalah tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan atau bisa
juga diartikan sebagai masa perubahan yang dialami individu baik fisik maupun psikologi
akibat penurunan fungsi tubuh sehingga memerlukan pemeliharaan yang berbeda dengan
usia anak-anak, remaja, maupun dewasa yang membutuhkan dukungan dari orang di
sekitarnya.

B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui asuhan Bayi Baru Lahir dan Neonatus di komunitas berdasarkan Standar
Pelayanan Minimal

1
2. Mengetahui asuhan kesehatan bayi balita di komunitas berdasarkan Standar Pelayanan
Minimal melalui program pemerintah
3. Mengetahui apa saja pelayanan kontrasepsi dan KB di masyarakat
4. Mengetahui apa saja pelayanan lansia berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi di
masyarakat

C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas dari mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas
2. Menjelaskan tentang asuhan Bayi Baru Lahir dan Neonatus di komunitas berdasarkan
Standar Pelayanan Minimal, asuhan kesehatan bayi balita di komunitas berdasarkan
Standar Pelayanan Minimal melalui program pemerintah, pelayanan kontrasepsi dan
KB di masyarakat serta pelayanan lansia berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi di
masyarakat

2
BAB II. TINJAUAN TEORI
A. Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL) dan Neonatus di Komunitas
1. Pengertian Bayi Baru Lahir dan Neonatus
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu- 40 minggu
dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Arief, 2009).
Pelayanan kesehatan Neonatus harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahan
dan penanggulangan dini terhadap faktor-faktor yang memperlemah kondisi seorang ibu
hamil perlu diprioritaskan seperti gizi rendah, anemia, dekatnya jarak antar kehamilan, dan
buruknya hygiene (Prawirohardjo, 2009).
Penelitian telah menunjukan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode
Neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan Bayi Baru
Lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan
cacat seumur hidup, bahkan kematian (Prawirohardjo, 2009).
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode Neonatal merupakan
periode yang paling kritis. Neonatus pada minggu-minggu pertama sangat dipengaruhi oleh
kondisi ibu pada waktu hamil dan melahirkan (Prawirohardjo, 2009).

2. Alat, Tempat, Standar Pelayanan Bayi Baru Lahir dan Neonatus


a. Alat
Peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan asuhan bayi baru lahir harus
tersedia dalam satu ruangan dengan ibu, meliputi: Tempat (meja) resusitasi bayi,
diletakkan di dekat tempat ibu bersalin
a. Infant warmer atau dapat digunakan juga lampu pijar 60 watt dipasang sedemikian
rupa dengan jarak 60 cm dari bayi yang berfungsi untuk penerangan dan
memberikan kehangatan di atas tempat resusitasi
b. Alat resusitasi (balon sungkup) bayi baru lahir
c. Air bersih, sabun dan handuk bersih dan kering
d. Sarung tangan bersih
e. Kain bersih dan hangat
f. Stetoskop infant dan dewasa
g. Stop watch atau jam dengan jarum detik
h. Termometer

3
i. Timbangan bayi
j. Pengukur panjang bayi
k. Pengukur lingkar kepala 30
l. Alat suntik sekali pakai (disposible syringe) ukuran 1 ml/cc
m. Senter
n. Vitamin K1 (phytomenadione) ampul
o. Salep mata Oxytetrasiklin 1%
p. Vaksin Hepatitis B (HB) 0
q. Form pencatatan (Buku KIA, Formulir BBL, Formulir register kohort bayi)

Peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan kunjungan neonatal meliputi:


1) Tempat periksa bayi
2) Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan kehangatan.
3) Air bersih, sabun dan handuk kering
4) Sarung tangan bersih
5) Kain bersih
6) Stetoskop
7) Stop watch atau jam dengan jarum detik
8) Termometer
9) Timbangan bayi
10) Pengukur panjang bayi
11) Pengukur lingkar kepala
12) Alat suntik sekali pakai (disposable syringe) ukuran 1ml/cc
13) Vitamin K1 (phytomenadione) ampul
14) Salep mata Oxytetrasiklin 1%
15) Vaksin Hepatitis B (HB 0)
16) Form pencatatan (Buku KIA, Formulir bayi baru lahir, formulir MTBM, Partograf,
Formulir register kohort bayi)

b. Tempat
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada
bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga
jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama.
4
Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya, oleh
dokter, bidan dan perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu atau keluarga
dapat mendampingi tenaga kesehatan yang memeriksa.

Waktu pemeriksaan bayi baru lahir:

Bayi lahir di fasilitas kesehatan Bayi lahir di rumah

Baru lahir sebelum usia 6 jam Baru lahir sebelum usia 6 jam

Usia 6-48 jam Usia 6-48 jam

Usia 3-7 hari Usia 3-7 hari

Minggu ke 2 pasca lahir Minggu ke 2 pasca lahir

c. Standar Pelayanan Bayi Baru Lahir dan Neonatus


1) Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
a) Tujuan
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernapasan serta
mencegah hipotermi, hipoglikemia, dan infeksi
b) Pernyataan Standar
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernapasan
spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah
dan menangani hipotermia.
c) Hasil
1. Bayi Baru Lahir dengan kelainan atau kecacatan dapat segera menerima
perawatan yang tepat
2. Bayi Baru Lahir mendapatkan perawatan yang tepat dan dapat bernafas
dengan baik
3. Penurunan angka kejadian hipotermi.
d) Prasyarat
1. Bidan mampu untuk memeriksa dan menilai bayi baru lahir dan
menggunakan apgar skor, menolong bayi bernafas spontan dan melakukan

5
resusitasi bayi , mengenal tanda-tanda hipotermia dan dapat melakukan
pencegahan dan penanganannya.
2. Adanya alat/bahan yang diperlukan, misalnya sabun, air bersih, dan handuk
untuk mencuci tangan, handuk lembut bersih untuk bayi, kain yang bersih
dan kering untuk bayi, thermometer dan timbangan bayi.
3. Obat tetes mata : Salep mata tetrasiclin 1%, chloramphenicol 1% atau
eritromicin 0,5%
4. Kartu ibu
e) Proses
Bidan harus :
1. Segera setelah bayi lahir, menilai apakah bayi bernafas dengan baik
2. Segera keringkan bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat, kemudian
pakaikan kain kering yang hangat. Berikan bayi kepada ibunya untuk
didekap didadanya serta diberi ASI
3. Klem tali pusat dilakukan pada dua tempat. Pengikatan dilakukan didua
tempat, yang pertama berjarak 5 cm dari jarak umbilicus dan pengikat yang
kedua 10 cm dari umbilicus
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih lalu keringkan dengan handuk
bersih. Usahakan ruangan tetap hangat agar bayi tidak hipotermi
5. Sesudah 5 menit lakukan penilaian terhadap keadaan bayi secara umum
dengan menggunakan apgar score.
6. Periksa bayi dari kepala smpai ujung kaki untuk mencari kemungkinan
adanya kelainan. Periksa anus dan daerah kemaluan.
7. Timbang bayi dan ukur panjangnya
8. Perksa tanda vital bayi
9. Berikan bayi kepada ibu untuk disusui dengan ASI segera setelah lahir,
paling lambat dalam dua jam pertama.
10. Pastikan bahwa bayi tetap terbungkus/mengenakan pakaian hangat dan tutp
kepala. Bantulah ibu untuk menyusui bayinya, terutama ibu yang baru
pertama kali menyusui
11. Cuci tangan sekali lagi dengan sabun, air bersih dan keringkan tangan
dengan haduk bersih. Berikan salep pada mata bayi
12. Perhatikan pengeluaran urine dan meconium bayi dalam 24 jam pertama

6
13. Lakukan pencatatan semua yang ditemukan dalam kartu ibu dan kartu bayi,
rujuk kerumah sakit bila ada kelainan.
3. Jadwal Kunjungan Bayi
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap
pelayanan keehtan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan atau maalah
kesehatan pada neonatus. Resiko terbesar pada neonatus terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahr di
fasilitas ksesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24
jam pertama.
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan yang sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali,
selama periode 0-28 hari setelah lahir baik di fasilitas kesehatan maupun melalui
kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
a. Kunjungan Neonatal Ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah lahir.
b. Kunjungan neonatal ke- 2 (KN 2) dilakuka pada kurun waktu hari ke 3 samapi dengan
hari ke 7 setelah lahir.
c. Kunjungan neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan
hari ke 28 setelah lahir.

7
B. Asuhan Kesehatan Bayi Balita Di Komunitas
1. Pengertian Bayi Balita
Masa neonatal dini yaitu usia 0 – 7 hari Masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari.
Masa pasca neonatal yaitu usia 29 hari – 1 tahun.Bayi merupakan manusia yang baru lahir
sampai umur 1 tahun, namun tidak ada batasan yang pasti.
Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia
dimulai dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu
usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah. Balita adalah istilah
umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).

2. Alat dan Tempat, Standar Pelayanan Bayi Balita


a. Standar Peralatan
Peralatan Tidak Steril :
1) Stetoskop
2) Timbangan bayi
3) Pengukur panjang bayi
4) Termometer
5) Oksigen dalam regulator
6) Penghisap lender
7) Ambubag (bayi)
8) Lampu sorot
9) Penghitung Nadi
10) Sterilisator
11) Bak Instrumen dan tutup
12) Metlin (lila)
13) Sarung tangan
14) Celemek
15) Masker
16) Sarung kaki plastic (penolong)
17) Pengaman mata
18) Tempat kain kotor
19) Tempat sampah
20) Tempat plasenta

8
21) Gunting (biasa,perban)
22) Suction
23) Handuk

Peralatan Steril
1) Klem
2) ½ Kocher
3) Korentang
4) Penghisap lender
5) Handscon
6) Gunting tali pusat
7) Gunting benang
8) Benang dan jarum
9) Duk steril
10) Pinset (anatomis,ciruge)
11) Pengikat tali pusat
12) Kapas
13) Kain kasa
14) Plester
b. Standar tempat pelayanan
1) Mempunyai lokasi tersendiri yang telah disetujui oleh pemerintah daerah setempat
(tata kota), tidak berbaur dengan kegiatan umum lainnya seperti pusat perbelanjaan,
tempat hiburan, sejenisnya.
2) Tidak berdekatan dengan lokasi bentuk pelayanan sejenisnya dan juga agar sesuai
dengan fungsi sosialnya yang salah satu fungsinya adalah mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
3) Setiap ruang periksa mempunyai luas 2×3 meter
4) Setiap bangunan pelayanan, minimal mempunyai ruang periksa, ruang
administrasi/kegiatan lain sesuai kebutuhan, ruang tunggu dan kamar mandi/ WC,
masing-masing 1 buah.
5) Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan.
6) Lebih bagus jika ada ruangan khusus rooming in / rawat gabung, dan ruang laktasi

9
3. Jadwal Kunjungan Bayi Balita
a. Anak berumur sampai 5 bulan diperiksa setiap bulan
b. Pemeriksaan dilakukan setiap 2 bulan sampai anak berumur 12 bulan
c. Pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sampai anak berumur 24 bulan
d. Permeriksaan dilakukan satu kali dalam satu tahun

4. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan (Deteksi Dini)


Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah.
Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh kembang anak, maka
intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai “waktu” dalam
membuat rencana tindakan/intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan
ibu/keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit
dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak
a. Sasaran Langsung
Anak umur 0 sampai 5 tahun
b. Sasaran Tidak Langsung
1) Tenaga kesehatan yang bekerja di lini terdepan (dokter, bidan perawat, ahli gizi,
penyuluh kesehatan masyarakat, dan sebagainya).
2) Tenaga pendidik, petugas lapangan KB, petugas sosial yang terkait dengan
pembinaan tumbuh kembang anak.
3) Petugas sektor swasta dan profesi lainnya.

c. Jenis Skrining (Deteksi Dini )


1) Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
a) Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal,
kurus, kurus sekali atau gemuk dan Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan
jadwal DDTK. Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan
terlatih, yaitu tenaga kesehatan yang telah mengikuti pelatihan SDIDTK.
b) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA).
2) Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

10
3) Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/ pemeriksaan
untuk menemukan gangguan secara dini adanya masalah emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera
dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat
diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak.

5. Program Imunisasi
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan vaksin
kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi imunisasi akan terlindung dari
infeksi penyakit-penyakit: sebagai berikut: TBC, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejan),
Polio, Campak dan Hepatitis B. Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit-
penyakit, terhindar dari cacat, misalnya lumpuh karena Polio, bahkan dapat terhindar dari
kematian.
Vaksin yang di gunakan adalah :
a. BCG
Untuk mencegah penyakit tuberculosis
Imunisasi BCG (Bacicile Calmette Guerin) untuk mencegah terjadinya penyakit TBC
yang berat sebab TBC yang primer atau ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan
imunisasi BCG. Contohnya: TBC pada selaput otak, TBC milier pada lapang paru ,TBC
tulang . Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang
dilemahkan, diberikan melalui intradermal dengan dosis 0,05 ml
Efek samping imunisasi BCG yaitu terjadinya ulkus pada daerah suntikan,reaksi panas.
Rekomendasi
1) Imunisasi BCG diberikan saat bayi berusia ≤ 2 bulan
2) Jangan melakukan imunisasi pd bayi dg imunodefisiensi (HIV,gizi buruk)
3) Pada bayi yg kontak erat dg penderita TB,diberi INH profilaksis,jika kontak sdh
tenang dpt diberi BCG
b. Polio
Untuk mencegah penyakit polio
Imunisasi polio digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang
dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin adalah virus yang
dilemahkan. Imunisasi polio diberikan melalui oral bersamaan dengan suntikan vaksin
11
DPT & hepatitis B. Vaksin yang digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2
tetes oral yang menempatkan diri di usus & memacu pembentukan system baik dalam
darah maupun pada epitelium usus yang menghasilkan pertahanan terhadap virus polio
liar yang datang masuk kemudian.
c. DPT
Untuk mencegah penyakit Difteri, Pertuis, dan Tetanus
Vaksin mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun
masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid).
Imunisasi DPT diberikan melalui system scular dengan dosis 0,5 ml & dapat
menimbulkan efek samping ringan, terajdi pembengkakan, nyeri & demam. Efek
samping berat : terjadi menangis hebat, kesakitan ± 4 jam, kesadaran menurun, kejang
&syok.
d. Hepatitis B
Untuk mencegah penyakit Hepatitis B
Penyakit Hepatitis B sering menyebabkan hepatitis kronik yang dalam kurun waktu 10-
20 tahun dapat berkembang menjadi hepatitis akut. Penularan penyakit melalui:
hubungan seksual, dari ibu kepada bayinya, melalui alat-alat kedokteran. Imunisasi
diberikan melalui system scular dengan dosis 0,5 ml dan dapat menimbulkan efek
samping yang pada umumnya ringan, hanya berupa nyeri, bengkak, panas, mual &
nyeri sendi maupun otot.
e. Campak
Untuk mencegah penyakit Campak
Imunisasi bermanfaat untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak sehingga tidak
mudah tertular penyakit:TBC, tetanus, difteri, pertusis (batuk rejan), polio, campak dan
hepatitis.
Imunisasi dapat diperoleh di Posyandu, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas
Keliling, Praktek dokter atau bidan, dan di Rumah sakit.

12
C. Pelayanan Kontrasepsi dan Keluarga Berencana (KB) Di Masyarakat
1. Pengertian
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak . Agar
mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternative untuk mencegah
ataupun menunda kehamilan . Cara- cara tersebut diantaranya termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga .
Sebelum ibu memilih alat kontrasepsi sebaiknya mencari informasi terlebih dahulu
tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap benar dan akurat. Semua metode
kontrasepsi mempunyai efek samping yang harus diketahui akseptor sebelum memakainya
.Ada bermacam-macam jenis kontrasepsi yang ada sehingga ibu harus menetukan pilihan
kontrasepsi yang dianggap sesuai.
Kontasepsi berasal dari kata kontra yaitu mencegah dan konsepsi yang berarti
penemuaanantara sel sperma dan sel telur yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi
merupakan upaya mencegah ovulasi, melumpuhkan sperma atau mencegah penemuan sel
telur dan sel sperma . Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sel sperma laki-
laki mencapai dan membuahi sel telur wanita atau mencegah sel telur yang telah dibuahi
untuk berimplantasi dan berkembang didalam Rahim. Kontasepsi dapat bersifat reversible
(kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang bersifat reversible adalah metode
kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama dalam mengembalikan
kesuburan atau kemampuan kembali untuk memiliki anak. Sedangkan metode kontasepsi
permanen atau sterilisasi adalah metode kontasepsi yang tidak dapat mengembalikan
kesuburan karena telah melibatkan tindakan oprasi .

2. Tujuan Kontrasepsi
a. Untuk menunda kehamilan
b. Untuk menjarakkan kehamilan
c. Untuk mencegah kehamilan atau kesuburan

3. Bentuk- bentuk pelayanan kontrasepsi


a. Metode Sederhana tanpa alat kontrasepsi alamiah
1) Metode kalender
Metode ini digunakan prinsip pantang berkala, yaitu tidak melakukan masa subur
istri. Untuk menentukan masa subur istri digunakan 3 patokan:

13
a) Ovulasi terjadi 14 hari kurang lebih sebelum haid yang akan datang
b) Sperma dapat hidup selama 48 jam setelah ejakulasi
c) Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi

2) Koitus interuptus ( senggama terputus )


Cara kerjanya adalah dengan cara mengeluarkan alat kelamin pria (penis) sebelum
ejakulasi sehingga sperma tidak masuk kedalam vagina dan kehamilan dapat
dicegah. Manfaat dari metode ini yaitu tidak mengganggu produksi ASI, tidak ada
efek samping , dapat digunakan setiap waktu, tidak membutuhkan biaya ,
meningkatkan keterlibatan pria dalam KB dan memungkinkan hubungan lebih dekat
dan pengertian yang sangat dekat antar pasangan.
Indikasi dala metode ini adalah :
a) Pria yang ingin berpartisipasi dalam KB
b) Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk tidak
menggunkan metode-metode lain.
c) Pasangan yang memerlukan metode sementara sambil menunggu metode yang
lain
d) Pasangan yang menggunakan kontrasepsi segera.
e) Pasangan yang menggunakan metode pendukung.
f) Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.

b. Metode sederhana dengan alat


1) Kondom
Prinsipnya yaitu menghalangi masuknya sperma kedalam vagina sehingga
pertumbuhan dapat dicegah. Ada 2 jenis kondom yaitu kondom yang terbuat dari
karet dan usus domba ,dan kondom karet lebih elastis dan murah sehingga banyak
digunakan. Secara teoritis kegagalan kondom hanya terjadi jika kondom tersebut
sobek karena kurang hati-hati, pelumas kurang , atau karena tekanan pada waktu
ejakulasi . Keuntungan dari penggunaan kondom yaitu murah, mudah didapat , tidak
memerlukan pengawasan , dan mengurangi kemungkinan penyakit menular
kelamin. Pada jumlah kecil kasus tersebut terdapat alergi terhadap kondom karet.

14
Terdapat 2 model kondom :
Kondom untuk pria
Kondom untuk pria merupakan bahan karet (lateks) polioretan (plastic) atau
bahan yang sejenis yang kuat , tipis dan elastis .Benda tersebut ditarik menutupi
penis yang sedang ereksi untuk menampung semen selama ejakulasi dan
mencegah sperma masuk kedalam vagina. Selaput kondom yang tebuat dari
bahan alami sebagai alat untuk mencega kehamilan.
Kondom untuk wanita ( Diafragma )
Terbuat dari lapisan poliuretan tipis dengan cincin dalam yang fleksibel dandapat
digerakan pada ujung yang tertutup yang dimasukan kedalam vagina, dan cincin
yang kaku lebih besar pada ujung yang lebih terbuka dibagiaan depan yang tetap
berada didalam vagina dan terlindungi intoitus.

c. Metode Kimiawi
Spermidesa adalah bahan kimiawi ( biasanya nonoksinol ) yang digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma . Dikemas dalam bentukaerosol (busa), tablet
vaginal ,suposutaria , atau dissolvable film dan krim. Cara kerjanya adalah dengan cara
menyebabkan sel sperma terpecah ,memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan
kemampuan pembuahan disel telur.

d. Pelayanan Kontrasepsi dengan Menggunakan Metode Modern


1) Kontrasepsi hormonal
Perkembangan ilmu pengetahuaan dan teknologi hormonal telah mempelajari
bahwa ekstrogen dan progesterone memberikan umpan balik terhadapkelenjar
hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap
perkembangan folikel dan proses ovulasi.
Melalui hipotalamus dan hipofisis , ekstrogen dapat menghambat pengeluaran
follicle stimulating hormone (FSH) sehingga perkembangan dan kematangan folikel
de graaf tidak terjadi . Disamping itu progesterone dapat menghambat pengeluaran
hormone luteinizing hormone (LH). Ekstrogen mempercepat peristaltic tuba
sehingga hasil konsepsi mencapai uterus endometrium yang belum siap untuk
menerima implantasi.

15
a) Kontrasepsi hormonal pil
Konterepsi hormonal pil telah mengalami penelitian panjang, sehingga sebagian
besar wanita dapat menerima tanpa kesulitan, dengan partun menstruasi normal
serta durasi antara 4-6 hari . Disamping durasi 4-6 hari masih terdapat partun
menstruasi wanita.
Mekanisme kerja pil merupakan kombinasi kerja estrogen dan progestin .saat ini
tersedia3 variasi pil kombinasi :
1. Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone
aktif estrogen/progestindalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa
hormone aktif.
2. Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone
aktif estrogen / progestin dalam dua dosis yang berbeda , dan 7 tablet tanpa
hormone aktif.
3. Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone
estrogen / progestin dalam tiga dosos yang berbeda , dan 7 tablet tanpa
hormone aktif.
b) Suntikan KB
Metode suntukan KB telah menjadi gerakan keluarga berencana nasional serta
peminatnya semakin bertambah. Tingginya peminat suntikan KB oleh karenanya
aman , sederhana, efektif , tidak menimbulkan gangguan dan dapat digunakan
paska persalinan.
c) Implant KB
Implant KB dikenalkan diindonesia sejak 1982 dan dapat diterima masyarakat
Indonesia sehingga Indonesia merupakan Negara terbesar pemakai implant KB.
Susuk KB disebut alat KB bawah kulit (AKBK).
d) Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
Sampai sekarang belum ada orang yang yakin dengan bagaimana mekanisme
kerja AKDR dan mencegah kehamilan. Ada yang berpendapat bahwa AKDR
sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang setempat,dengan sebutan
leokosit yang dapat melarutkan blaskosit atau sperma . Mekanisme kerja
AKDR yang diteliti lewat tembaga mungkin berbeda.Tembaga dalam
konsentrasi kecil yang dikeluarkan kedalam rongga uterus selain menimbulkan
reaksi radang seperti AKDR biasa , juga menghambat khasiat anhidrase karbon

16
dan fosfotase alkalin. AKDR yang mengeluarkan hormone juga menimbulkan
lender serviks sehingga menghalangi sperma.

17
D. Pelayanan Lansia Berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi
1. Pengertian
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila
usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual.
Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia (lansia) dimulai pada
abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori
lansia. Namun, banyak lansia yang masih menganggap dirinya berada pada masa usia
pertengahan. Usia kronologis biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan
kenyataan penuaan lansia. Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda,
berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat
harus memberikan pendekatan yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya

2. Definisi Kesehatan Reproduksi Lansia


Kesehatan reproduki lansia ( lanjut usia ) meliputi kesehatan fisik dan mental setiap
individu sepanjang siklus kehidupannya sehingga pemeliharaan kesehatan pasca
reproduksi ( sering juga disebut dengan kesehatan lansia ) juga perlu mendapat perhatian
kita bersama. Masa pasca reproduksi ini ditandai dengan terjadinya penurunan berbagai
fungsi alat atau organ tubuh
Lansia atau Lanjut usia, menurut WHO : Pra lansia 45 – 54 tahun, Lansia 55 – 64 tahun,
Aging people 65 tahun keatas dan menurut BKKBN Lansia adalah 60 tahun ke atas.

3. Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia


a. Holistik
Seorang penderita lansia harus dipandang sebagai manusia seutuhnya, meliputi
lingkungan kejiwaan ( psikologik ), sosial, dan ekonomi
b. Vertikal
Pemberi pelayanan harus dimulai di masyarakt sampai ke pelayanan rujukan tertinggi
yaitu rumah sakit yang mempunyai sub - spesialis geriatric.

18
c. Horizontal
Pelayanan kesehatan harus merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan lansia
secara menyeluruh, lintas sektoral dengan dinas atau lembaga terkait dibidang
kesejahteraan misalnya agama, pendidikan, kebudayaan dan dinas sosial
d. Harus mencakup aspek preventif, promotif,kuratif dan rehabilitative.

4. Permasalahan Kesehatan Pasca Reproduksi


a. Klimakterium
Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang wanita sebelum
mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan sampai masa
non-reproduktif. Masa klimakterium meliputi pramenopause, menopause, dan
pascamenopause. Pada wanita terjadi antara umur 40-65 tahun.

b. Gejala Klimakterium
1) Gangguan Neurovegetatif (vasomotorik hipersimpatikotoni) yang mencakup:
a) Gejolak panas (hot flushes)
b) Keringat malam yang banyak
c) Rasa kedinginan
d) Sakit kepala
e) Desing dalam telinga
f) Tekanan darah yang goyah
g) Berdebar - debar
h) Susah bernafas
i) Jari-jari atrofi
j) Gangguan usus (meteorismus)
2) Gangguan Psikis
a) Mudah tersinggung
b) Depresi
c) Lekas lelah
d) Kurang bersemangat
e) Insomania atau sulit tidur
3) Gangguan Organik
a) Infark miokard (gangguan sirkulasi)

19
b) Aterosklerosis (hiperkolesterolemia)
c) Osteoporosis
d) Gangguan kemih (disuria)
e) Nyeri senggama (dispareunia)

c. Andropause
Andropause adalah kondisi pria diatas usia tengah baya yang mempunyai kumpulan
gejala, tanda dan keluhan yang mirip dengan menopause pada wanita.
Istilah andropause berasal dari bahasa Yunani, Andro artinya pria sedangkan Pause
artinya penghentian. Jadi secara harfiah andropause adalah berhentinya fungsi
fisiologis pada pria, yaitu penurunan produksi spermatozoa, hormon testosteron dan
hormon – hormon lainnya sedemikian perlahan.
Gejala Andropause adalah :
1) Penurunan libido (gairah seksual) dan impotensi (gagal ereksi)
2) Perubahan suasana hati (mood ), disertai penurunan aktivitas intelektual, kelelahan,
depresi, dan mudah tersinggung.
3) Menurunnya kekuatan otot dan massa otot
4) Lemah dan kurang energi
5) Perubahan emosional, psikologis dan perilaku (misalnya depresi)
6) Berkeringat dan gejolak panas di sekitar leher (hot flash ), yang terjadi secara
bertahap
7) Pengecilan organ-organ seks dan kerontokan rambut di sekitar daerah kelamin dan
ketiak
8) Peningkatan lemak di daerah perut dan atas tubuh 8. Osteoporosis (keropos tulang)
dan nyeri punggung
9) Risiko penyakit jantung

d. Menopause
Menopause adalah berasal dari kata “men” berarti bulan, “pause, pausis, paudo” berarti
periode atau tanda berhenti, hilangnya memopause diartikan sebagai berhentinya secara
definitiv.
Pada usia 45 sampai 50 tahun, siklus seksual biasanya tidak teratur, dan ovulasi tidak
terjadi selama beberapa siklus. Sesudah beberapa bulan sampai beberapa tahun, siklus

20
terhenti sama sekali. Periode dimana siklus berhenti dan hormon-hormon kelamin
wanita menghilang dengan cepat sampai hampir tidak ada disebut sebagai menopause.
Gejala Menopause adalah :
1) Haid menjadi tidak teratur.
2) Gelombang rasa panas ( hot flush ), terjadi akibat peningkatan aliran darah didalam
pembuluh darah pada wajah, leher, dada, dan punggung.
3) Gejala-gejala psikologis berupa suasana hati, pikiran motivasi, sikap, reaksi
biologis
4) Fatigue, yaitu rasa lelah yang diakibatkan berhentinya fungsi ovarium.
5) Keadaan atrofi, yaitu kemunduran keadaan gizi, suatu lapisan jaringan.
6) Pusing atau sakit kepala, keluhan ini bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya:
karena meningginya tekanan darah, adanya gangguan penglihatan.
7) Insomnia atau keluhan susah tidur, hal ini bisa disebabkan oleh penyebab fisik
maupun psikis.
8) Hilangnya kendali terhadap kandung kemih ( inkontinensia ) serta peradangan pada
kandung kemih dan vagina.

5. Perubahan - Perubahan pada Saluran Genitalia


Vulva yang terdiri dari labiya manyora,labiya minora,klitoris,dan vestibula
vagina,mengalami atropi dan labiya cendrung bersatu dengan kulit di sekitarnya.
Kehilangan rsmbut dan lemak subkutan menciptakan penampilan kulit yang tipis dan
kendur.vagi mangalmi berbagai perubahan secara langsung berhubungan dengan
pengurangan estrogen. Evital vagina menjadi tipis dan kihilangan vaskularisasi dan
elastisitas,sehingga tamopak pucat dan kering. Sekresi vagina yang kurang ,mngakibatkan
penurunan kolubrisasi. Serviks mengecil mengalami retraksi,sering menjadi satu dengan
dindinfg vagiana. Uterus juga mengalami penurunan ukuran dan menjadi lebih kecil selama
tahun-tahun reproduktif. Ovarium mengalami atropi dan menjadi tidak teraba pada saat
pemeriksaan. Akhirnya jaringan ikat dan otot yang menyokong vagina dan dasar panggul
juga mengalami atropi yang dapat mengarah pada dukungan yang tidak adekuat pada
organ-organ pelvis.

21
6. Perubahan - Perubahan pada Payudara
Perubahan terkait usia menepous menyebabkan jarinagn payudara ,yang selama masa
produktif terdiri jarinagn ikat fibrosa dan jarinagn kelenjar mamae,mengalai atropi dan
digantika oleh lemak. Ketika jaringan adiposa timbul berlebihan pada payudara yang
mengalami penuaan benjolan yang dapat di palpasi mungin ada, dengan komplikasi
diagnosis diperensial berupa kanker payudara, puting susu juga mengalami atropi dan
kehilangan kemampuan erektilnya. Oleh karena itu, atropi pada jarinag payudar dan
penurunan elastisitas ligamen penyangga dapat menyebabkan payudara dapat berubah
ukuran dan bentuknya.

7. Patofisiologi dan Manifestasi Klinik dari Gangguan yang Sering Terjadi


a. Pruritus Vulva
Rasa gatal pada kulit vulva dan mebran mukosa merupakan gajal umum dari penyakit
vulva. Pluritus ini dapat di sebabkan oleh infeksi,dermatitis kontak,obat-obatan,atau
gangguan sistemik seperti diabetes. Karena pengerutan hilangnya elastisitas, dan
kekeringan mukosa vagina sering disebabkan oleh penurunan estrogen yang
berhubangan dengan menopouse, krim esrtogen yang digunakan langsung pada vulva
merupakan penanganan primer.
b. Distrofi vulva
Penyakit ini melibatkan hiperkeratosis dengan penipisan epitel, yang menghasilkan lesi
dalam yang berwarna putih keabu-abuan, ulserasi kulit, atau pengelupasan kulit.
Gejalanya termasuk rasa gatal, kekeringan, dan nyeri pada daerah vulva. Biopsi pda
umumnya dilakukan untuk menentukan apakah lesi tersebut bersifat kanker namun
penyebab pasti dari distrovi vulva ini tidak diketahui. Penanganannya meliputi astrogen
topikal untuk menghilangkan gejala, pengobatan infeksi yang spesifik, dan tindakan-
tindakan higiene perineal.
c. Karsinoma Vulva
Karsinoma vulva mewakili sampai 5% dari semua keganasan genital dan terjadi paling
sering pada orang-orang yang berusia lebih dari 65tahun. Lebih dari 80% kanker vulva
adalah tipe sel skuamosa dan biasanya pertumbuhannya lambat, dan lambat untuk
terjadi metastasis. Gambaran umumnya terdiri dari pruritus jangka panjang dan suatu
benjolan, masa, ulserasi, atau pertumbuhan yang seperti kutil. Semua lesi memerlukan

22
biopsi. Terapi radiasi dapat digunakan pada beberapa wanita namun, pengobatan
primernya adalah dengan pembedahan.
d. Vaginitis Atropik
Vaginitis atropik,inflamasi vagina ,yang disebabkan oleh pengurangan estrogen, yang
mengakibatkan penipisan dan ketidak elastisan epitel vagina.Sekresi vagina
menurun,tetapi suatu rabas cair jernih dapat terjadi.Jaringan menjadi lebih rentan
terhadap implamasi dan ulserasi dari trauma minor atau hubungan seksual .Walaupun
defisiensi estrogen berkaitan dengan vaginitis,factor lain yang turut berperan dapat
berupa defisiensi vitamin , higiyne yang buruk ,alergi,dan infeksi.Gejala-gejala
vaginitis adalah rasa gatal dan perasaan terbakar pada vagina,frekuensi dan urgensi urin
,leukorea dan dispareunia.Estrogen digunakan untuk mengobati kondisi ini ketika
gejala-gejala muncul,yang dapat mengembalikan berbagai perubahan atrofi.
e. Infeksi Vagina
Disebabkan oleh candida atau trichomonas, infeksi vagina dapat terjadi pada wanita
dengan vaginitis atropik. Infeksi candida, jarang terjadi pada sebagian besar wanita
lansia, biasanya dikaitkan dengan diabetes melitus atau efek samping terapi antibiotik.
Perubahan metabolisme karbohidrat pada pasien diabetes dan penurunan flora normal
vagina setelah terapi antibiotik menciptakan suatu media bagi jamur jenis ini untuk
berproliferasi. Gejala-gejala infeksi candida meliputi lecet pada vagina dan vulva
disvareunea rabas dari vagina yang kental dan seperti keju pruritus dan kemungkinan
infeksi saluran kemih. Infeksi candida ditangani dengan cara memberikan obat anti
jamur topikal atau oral, higiene perineal yang tepat, dan terapi antibiotik untuk infeksi
tambahan.
f. Gangguan pada Dasar Panggul
Gangguan dasar panggul dapat menyebabkan prolapsnya dinding anterior vagina, yang
di tampilkan sebagai sistokel atau uretrokel, dan prolaps dinding vagina posterior
mengakibatkan retrokel. Berbagai derajat prolaps uterus dapat menyertai prolaps
vagina, yang mengakibatkan herniasi uterus masuk kemulut vagina. Organ pelvis,
termasuk kandung kemih, uterus, dan rektum, disokong oleh berbagai ligamen fasia,
fasia endopelvis, dan muskulus levator, yang membentuk suatu balutan pelvis.
g. Penyakit Serviks
Kanker serviks adalah gangguan utama pada serviks yang ditemukan pada wanita
lansia. Karena meningkatnya penggunaan Pap semear dan meningkatnya kesadaran

23
pada wanita banyak kasus kanker serviks yang ditemukan pada wanita pasca
menopouse human popiluma virus yang dianggap merupakan penyebab utama kanker
serviks, diperkirakan ditularkan melalui hubungan seksual.
h. Penyakit Uterus
Kenker endometrium adalah penyebab paling umum kelima dari kematian yang
berhubungan dengan kanker pada wanita yang berusia lebih dari 75 tahun. Faktor resiko
untuk penyakit ini adalah obesitas,diabetes melitus,hipertensi,penyakit hati dan tumor
ovarium tertentu.
i. Penyakit Ovarium
Kanker ovarium memiliki insidensi yang rendah tetapi dengan mortalitas yang sangat
tinggi dengan insidensi puncak yang tinggi pada sekita usia 77 tahun. Jenis tumor
ovarium yang paling sering terjadi adalah epitelial,yang terjadi dari permukaan
mesotelial ovarium. Kanker ovarium pada tahap awal biasanya tanpa gejal. Pada saat
terjadinya gejal-gejala seperti distensi abdomen,rasa tidaknyan yang samar-samar pada
abdomen, dan nyeri, kanker ovarium telah berkembang jauh melwati tahap-tahap
awalnya. Penanganan kanker ovarium meliputi pembedahan,radiasi,kemoterapi.
j. Penyakit payudara
Kanker payudara adalah kanker yang paling prevalen diantara wanita lansia,dan
penyebab kematian paling sering kedua pada wanita, insidensi kanker payudara pada
wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dua kali lebih besar dari pada wanita yang
berusia diantar 45 dan 64 tahun bahkan, insidensi kanker payudara yang spesifik dengan
usia terus meningkat sampai diatas usia 80 tahun. Terdapat 6 jenis histologi kaker
payudara,dengan duptus kanker yang menginfiltasi merupakan jenis yang paling sering.
Wanita lansia dibandingkan dengan wanita yang lebih muda cenderung tidak dapat
mengalami farian kanker payudar yang agresif secara bologis dan sering terjadi dengan
pernyakit yang sudah berada pada tahap lanjut.

8. Pelayanan Kesehatan Lansia di Masyarakat


Pada upaya pelayanan kesehatan ini, semua upaya kesehatan yang berhubungan dan
dilaksanakan oleh masyarakat harus diupayakan berperan serta dalam menangani
kesehatan pra lanjut usia. Puskemas dan dokter praktek swasta merupakan tulang punggung
pelayanan di tingkat ini puskesmas berperan dalam bentuk kelompok atau klub lanjut usia.

24
Pada dasaranya layanan kesehatan lansia ditingkat masyarakat seharusnya
mendayagunakan dan menikutsertakan masyarakat ( temasuk para lansia ) semaksimal
mungkin. Yang perlu dikerjakan adalah meningkatkan keperdulian tntang masyarakat,
dengan berbagai cara, nantara lain cerama, simposium, lokakarya, penyuluhan -
penyuluhan. Pelayanan kesehatan yang dapat di lakukan yaitu berupa :
a. Memberikan penjelasan tentang perubahan – perubahan yang terjadi
b. Memberikan nasehat tentang nutrisi dan diet untuk kesehatan sendiri
c. Menganjurkan pengkonsumsian makanan vegetarian sehingga tidak mengganggu
fungsi alat pencernaan nya , orang tua memerlukan banyak serat dalam makanannya.
d. Menghindari perubahan kejiwaan dengan keharmonisan keluarga dan saling pengertian
e. Kemungkinan pemberian terapi hormonal dengan lebih dahulu berkonsultasi dengan
dokter ahli.
f. Melakukan pemeriksaan deteksi dini penyakit seperti pap-smear,sadari .

9. Bentuk Pelayanan Kesehatan Lansia di Masyarakat


Pelayanan kesehatan lansia di masyarakat (Community Based Geriatric Service) yaitu
dapat berupa :
a. Puskesmas Santun Lansia
Puskesmas Santun Lansia merupakan bentuk pendekatan pelayanan proaktif bagi usia
lanjut untuk mendukung peningkatan kualitas hidup dan kemandirian usia lanjut, yang
mengutamakan aspek promotif dan preventif, di samping aspek keratif dan
rehabilitatif. Puskesmas Santun Lansia mempunyai ciri-ciri seperti berikut :
1) Pelayanan yang baik berkualitas dan sopan
2) Memberukan kemudahan dalam pelayanan kepada usia lanjut.
3) Memberikan keringanan atau penghapusan biaya pelayanan kesehatan bagi usia
lanjut dari keluarga miskin atau tidak mampu
4) Memberikan dukungan atau bimbingan pada lansia dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatanya agar tetap sehat dan mandiri
5) Melakukan pelayanan secara proaktif untuk dapat menjangkau sebanyak mungkin
sasaran usia lanjut yang ada di wilayah kerja puskesmas.
6) Melakukan kerjasama dengan lintas program dan lintas program terkait di tingkat
kecamatan dengan asa kemitraan, untuk bersama-sama melakukan pembinaan
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup usia lanjut.

25
b. Pembinaan Kelompok Lansia
Pembinaan kesehatan Lansia melalui Puskesmas dapat dilakukan terhadap sasaran
usia lanjut yang dikelompokkan sebagai berikut, yaitu :
1) Sasaran langsung
a) Pra-usia lanjut 45-59 tahun
b) Usia Lanjut 60-69 tahun
c) Usia lanjut dengan risiko tinggi, yaitu usia lebih dari 70 tahun atau usia lanjut
berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

2) Sasaran tidak langsung


a) Keluarga dimana usia lanjut berada.
b) Masyarakat di lingkungan usia lanjut berada.
c) Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan kesehatan usia lanjut.
d) Masyarakat luas.

c. Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana
mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan.
Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui
pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
1) Tujuan Posyandu Lansia
a) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara
masyarakat usia lanjut.
2) Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia

26
a) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
b) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional.
c) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
d) Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e) Pemeriksaan hemoglobin.
f) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
gula (diabetes mellitus)
g) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginjal.
h) Penyuluhan Kesehatan

27
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Tinjauan teori maka kelompok dapat menyimpulkan Pelayanan kesehatan
bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan
kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pada Balita Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan
intelektual berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period
dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan
mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi
sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan
pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada
anak usia dini menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau
mencegah gangguan ke arah yang lebih berat.
Keluarga berencana adalah salah satu cara untuk menunda perkawinan dan mengurangi
kelahiran bayi kedunia dengan tujuan membuat keluarga yang sederhana dan tercukupi
diantaranya dengan berbagai metode seperti pil KB , IUD , KB suntik dan implant.
Kesehatan reproduki lansia ( lanjut usia ) meliputi kesehatan fisik dan mental setiap
individu sepanjang siklus kehidupannya sehingga pemeliharaan kesehatan pasca
reproduksi ( sering juga disebut dengan kesehatan lansia ) juga perlu mendapat perhatian
kita bersama. Masa pasca reproduksi ini ditandai dengan terjadinya penurunan berbagai
fungsi alat atau organ tubuh

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini. Penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembacanya

28

Anda mungkin juga menyukai