Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA,


DAN ANAK PRASEKOLAH

“Konsep Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita”

Oleh
Kelompok 3
Agustiana Kusma Pratiwi 711530119002
Deiby Defny Pombengi 711530119016

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN ALIH


JENJANG KELAS A

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari anggota kelompok satu yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

   Manado, Januari 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................2

C. Tujuan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Adaptasi BBL terhadap Kehidupan di Luar Uterus.........................3

B. Pencegahan Infeksi..........................................................................7

C. Rawat Gabung..................................................................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................18

B. Saran.................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat-saat dan jam pertama kehidupan di luar rahim merupakan salah


satu siklus kehidupan. Pada saat bayi dilahirkan beralih ketergantungan pada
ibu menuju kemandirian fisiologi. Proses perubahan yang komplek ini dikenal
sebagai periode transisi. Bidan harus selalu berupaya untuk mengetahui periode
transisi ini berlangsung sangat cepat. Adaftasi fisiologis BBL adalah sangat
berguna bagi bayi untuk menjaga kelangsungan hidupnya diluar uterus. Artinya
nantinya bayi harus dapat melaksanakan sendiri segala kegiatan untuk
mempertahankan kehidupannya. Dalam hal ini yang sangat perlu diperhatikan
adalah bagaimana upaya untuk menjaga agar bayi tetap terjaga kesehatannya.
Yang utama adalah menjaga bayi agar tetap hangat, mampu melakukan
pernafasan dengan spontan dan bayi menyusu sendiri pada ibunya. Infeksi pada
neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR.
Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit
dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Dalam hal ini tidak
termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Bayi baru lahir
mendapat imunitas trans. Plasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya.
Sesudah lahir, bayi terpapar pada kuman yang berasal bukan saja dari ibunya
tetapi juga berasal dari ibu lain. Terhadap kuman yang disebut terakhir ini, bayi
tidak mempunyai imunitas.
Sistem rawat gabung merupakan sistem perawatan bayi yang disatukan
dengan ibu, sehingga ibu dapat melakukan semua perawatan dasar bagi
bayinya. Bayi bisa tingga bersama ibunya daam satu kamar sepanjang siang
maupun malam hari sampai keduanya keluar dari rumah sakit atau bayi dapat
dipindahkan ke bangsa neonatus atau ke ruang observasi pada saat-saat
tertentu, seperti pada malam hari atau pada jam-jam kunjungan atau besuk.
Rawat gabung memiiki banyak keuntungan.sistem ini memberikan kesempatan
pada ibu baru, khusunya primipara, untuk mempeajari dengan sungguh-
sungguh bagaimana cara merawat bayinya dan memudahkan staf perawatan
untuk menjawab semua pernyataan yang diajukan oeh ibu tersebut. Dengan
adanya Rooming in, akan membantu memperlancar pemberian ASI. Karena
dalam tubuh ibu menyusui ada hormon oksitosin. Hormon ini sangat
berpengaruh pada keadaan emosi ibu. Jika Ibu tenang dan bahagia karena dapat
mendekap bayinya, maka hormon ini akan meningkat dan ASI pun cepat
keluar. Sehingga bayi lebih puas mendapatkan ASI . Manfaat lain dari
perawatan rooming in bagi bayi akan lebih cepat menyesuaikan dengan waktu
tidur dan bangun dengan ibu. Selain itu jika bayi menangis akan langsung
didekap ibu sehingga bayi akan tenang mendengarkan detak jantung ibu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana adaptasi BBL terhadap kehidupan diluar uterus?
2. Bagaimana pencegahan infeksi pada asuhan neonatus, bayi, dan balita?
3. Bagaimana rawat gabung pada asuhan neonatus, bayi, dan balita?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui adaptasi BBL terhadap kehidupan diluar uterus.
2. Untuk mengetahui pencegahan infeksi pada asuhan neonatus, bayi, dan
balita.
3. Untuk mengetahui rawat gabung pada asuhan neonatus, bayi, dan balita.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Adaptasi BBL Terhadap Kehidupan di Luar Uterus

1. Adaptasi sistem pernafasan


Sistem pernafasan adalah sistem paling tertantang ketika
perubahan dari lingkungan intra uteri ke lingkungan eksra uterin. Organ
yang bertanggung jawab untuk oksigenasi janin sebelum bayi lahir adalah
plasenta janin mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk bernafas
dan menunjukkan gerakan bernafas sepanjang TM II dan TM III cairan
yang mengisi mulut dan trachea keluar sebagian dan udara mulai mengisi
saluran trachea. Pernafasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi
dalam waktu 30 Menit pertama sesudah bayi lahir. Usaha bayi pertama
kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang
dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga
udara tertahan di dalam. Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan
dengan diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya
belum teratur.Apabila surfaktan berkurang maka alveoli akan kolaps dan
paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis. Dalam keadaan anoksia
neonatus masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya
kelanjutan metabolisme anaerob. Proses Pernafasan Pertama Nafas aktif
pertama merangkai peristiwa-peristiwa tanpa gangguan yang membantu
sirkulasi perubahan janin menjadi sirkulasi dewasa, mengosongkan paru
dan cairan menetapkan volume paru neonatus dan karakteristik fungsi paru
pada bayi baru lahir, dan mengurangi tekanan arteri pulmonalis. Ketika
kepala dilahirkan, lendir keluar dari hidung dan mulut, banyak bayi baru
lahir mega-megap dan bahkan menangis saat itu, oleh karena itu
pengisapan mulut dan hidung dengan sebuah suction dari karet tidak
diperlukan. Alat penghisap baru digunakan apabila usaha nafas bayi baru
lahir ber kurang atau ketika mekonium perlu dibersihkan dari jalan nafas.
Stimulasi fisik yang perlu dilakukan untuk membantu proses pernafasan
awal adalah dengan melakukan rangsangan taktil, seperti mengusap
punggung bayi, mengeringkan badan bayi dan menjentikkan dengan
lembut telapak kaki bayi. Jangan lakukan stimulasi fisik yang berlebihan
pada bayi baru lahir

2. Adaptasi sistem sirkulasi darah


Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di klem.
Tindakan ini meniadakan suplay oksigen plasenta dan menyebabkan
terjadinya reaksi-reaksi dalam paru sebagai respons terhadap tarikan nafas
pertama. Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan
oksigen keseluruh jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik,
kehidupan di luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar yaitu:
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
b. Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan oarta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada
seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh
mengubah tekanan dengan cara mengurangi /meningkatkan resistensinya,
sehingga mengubah aliran darah. Dua peristiwa yang merubah sistem
pembuluh darah :
a) Pada saat tali pusat di potong resistensi pembuluh sistemik meningkat
dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena
bekurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut.hal ini
menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri.
Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenisasi ulang.
b) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-
paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan, pada pernafasan
ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya sestem pembuluh darah
paru. Peningkatan sirkulasi keparu-paru mengakibatkan peningkatan
volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan
tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foraman
kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foramen ovali secara
fungsional akan menutup.
Dalam beberapa saat, perubahan yang luar biasa terjadi dalam
jantung dan sirkulasi darah bayi baru lahir. Walaupun perubahan ini tidak
selesai secara anatomis dalam beberapa minggu, penutupan fungsional
foramen ovale dan duktus arteriosus terjadi setelah bayi baru lahir. Sangat
penting bagi bidan untuk memahami bahwa perubahan sirkulasi janin
kesirkulasi bayi baru lahir secara keseluruhan saling berhubungan dengan
fungsi pernafasan dan oksigen yang adekuat.

3. Adaptasi Suhu
Bayi baru lahir memiliki kecenderung menjadi cepat stres karena
perubahan lingkungan dan bayi harus beradaptasi dengan suhu lingkungan
yang cenderung dingin diluar. Terdapat empat mekanisme kemungkinan
hilangnya panas dari bayi baru lahir kelingkungannya, yaitu:
1. Konduksi, panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda disekitarnya
yang kontak langsung dengan tubuh bayi.
2. Konveksi, panas hilang dari tubuh bayi ke udara di sekitarnya yang
sedang bergerak. Contohnya : membiarkan bayi terlentang di ruang
yang relatif dingin.
3. Radiasi, panas dipancarkan dari tubuh bayi, keluar tubuhnya ke
lingkunan yang lebih dingin. Contohnya : bayi baru lahir dibiarkan
dalam keadaan telanjang
4. Evaporasi, panas yang hilang melalui proses penguapan kepada
kecepatan dan kelembaban udara. Contohnya : bayi baru lahir yang
tidak dikeringkan dari cairan amonium.
Untuk itu seorang bidan harus melakukan pencegahan
kehilangan panas dengan segera mengeringkan badan bayi dari cairan
amnion, menyelimuti bayi, menempatkan bayi pada tempat yang hangat
dan jangan menggunakan stetoskop dingin untuk memeriksa bayi.
Mekanisme penggunaan lemak coklat. Sumber termoregulasi yang
digunakan bayi baru lahir adalah dengan penggunakan lemak coklat,
lemak coklat berada di daerah inerskapula,disekitar leher, aksila, sekitar
masuk toraks, disepanjang kolumna vertebralis dan sekitar ginjal. Panas
yang dihasilkan dari aktifitas lipid dalam lemak coklat dapat
menghangatkan bayi baru lahir dengan meningkatkan produksi panas
hingga 100 %. Cadangan lemak coklat lebih banyak terdapat pada bayi
baru lahir cukup bulan di banding dengan bayi lahir prematur, sehingga
badan harus lebih menjaga sistem termoregulasi terutama pada bayi baru
lahir prematur.lemak coklat tidak dapat di produksi kembali oleh bayi baru
lahir. Cadangan lemak coklat akan habis dalam waktu singkat dengan
adanya stress dingin.

4. Adaptasi sistem pencernaan


Pada saat janin masih dalam kandungan melakukan kebiasaan
menghisap dan menekan pada usia kehamilan aterm sedangkan refleks
gumoh dan batuk baru terbentuk pada saat persalinan. Reflek menghisap
dan menelan ASI sudah dapat dilakukan bayi saat bayi diberikan kepada
ibunya untuk menyusu. Reflek ini terjadi akibat adanya sentuhan pada
langit-langit mulut bayi yang memicu bayi untuk menghisap serta adanya
kerja peristaltik lidah dan rahang yang memeras air susu dan payudara ke
kerongkongan bayi sehingga memicu refleks menelan. Kemampuan bayi
baru lahir cukup bulan menelan dan mencerna makanan selain ASI masih
terbatas. Kemampuan sistem pencernaan untuk mencerna protein, lemak
dan karbohidrat belum efektif. Hubungan oesofagus bawah dan lambung
belum sempurna , sehingga sering menimbulkan terjadinya gumoh pada
bayi baru lahir, apabila mendapatkan ASI yang terlalu banyak, lebih dari
kapasitas lambung.

5. Adaptasi Sistem imun


Sistem imun bayi baru lahir masih belum matang , sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imun yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang
didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan
alami meliputi :
a. Perlindungan oleh kulit membran mukosa,
b. Fungsi saringan saluran nafas
c. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus,
d.Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Bayi memiliki immunoglobulin ( lg ) guna meningkatkan sistem
imunitas yang disekresi oleh limfosit dan sel-sel plasma. Berikut antibodi
yang di dapat bayi baru lahir :
1) immunoglobulin C (lg C) lg C didapat bayi sejak dalam kandungan
melalui plasenta dari ibunya. Bayi kurang bulan mendapatkan lg C lebih
sedikit dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan, sehingga bayi kurang
bulan lebih rentan terhadap infeksi.bayi mendapatkan imunitas dari ibunya
( imunitas pasif ) dalam jumlah yang bervariasi dan akan hilang sampai
usia 4 bulan sesuai dengan banyaknya kuantitas lg C yang diterimanya.
Komponen fungsional yang terkandung dalam lg C ialah zat anti yang
terutama terbentuk pada respon umum sekunder, dan merupakan anti
bakteri, anti virus dan anti jamur. Setelah lahir, bayi akan membentuk
sendiri immunoglobulin C berikut ini adalah antibodi lg C : • Virus :
rubella, measles, mumps, Variola, dan Poliomeilitis • Bakteri : Dipteri,
tetanus, dan anti bodi staphylococcus
2) Immunoglobulin M ( lg M ) ( lg M ) tidak mampu melewati plasenta
karena memiliki berat molekul yang lebih besar di bandingkan lg C. Bayi
akan membentuk sendiri ( lg M ) segera setela lahir ( imunitas aktif )
Komponen fungsionalnya terbentuk pada respon imun primer, biasanya
berhubungan dengan reaksi aglutinasi dan fiksasi komplemen. Namun ( lg
M ) dapat di temukan pada tali pusat bila ibu mengalami infeksi selama
kehamilannya, lg M kemudian di bentuk oleh sistem imun janin, sehingga
bila pada tali pusat terdapat lg M menandakan bahwa janin mendapatkan
infeksi selama kehamilan, seperti TORCH yaitu : Toxoplasmosisi, others (
Sipilis ), rubella, Cytomegalic, dan herpes.
3) Immunoglobulin A ( lg A ) Dalam beberapa minggu setelah bayi lahir,
bayi akan memproduksi lg A ( imunitas aktif ). lg A tidak dapat di
transferkan dari ibu ke janin. Terbentuknya lg A pada rangsangan terhadap
selaput lendir dan berperan dalam kekebalan terhadap infeksi dalam aliran
darah, sekresi saluran pernafasan dan pencernaan akibat melawan
beberapa virus yang menyerang daerah tersebut seperti Poliomeilitis dan
E. Coli.
Hasil penelitian dari jurnal :
Persalinan lotus adalah persalinan normal tetapi tidak memotong tali pusat,
jadi tali pusat dan plasenta masih terhubung dengan bayi sampai
mengering dan lepas dengan sendirinya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh metode persalinan lotus terhadap adaptasi fisiologis
bayi baru lahir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara metode persalinan lotus dengan pernafasan,
sirkulasi dan termoregulasi pada bayi baru lahir.(setyorini, 2015)

B. Pencegahan Infeksi

1. Pencegahan Infeksi pada Bayi


Pencegahan infeksi adalah bagian penting setiap komponen perawatan
pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir lebih rentan terhadap infeksi karena sistem
imun mereka imatur, oleh karena itu, akibat kegagalan mengikuti prinsip
pencegahan infeksi terutama sangat membahayakan. Praktik pencegahan
infeksi yang penting diringkas di bawah ini. Defenisi tindakan-tindakan dalam
pencegahan infeksi :
a. Asepsis atau teknik aseptic Asepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha
yang dilakukan dalam mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh
yang mungkin akan menyebabkan infeksi. Caranya adalah menghilangkan
dan/atau menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan dan
benda-benda mati hingga tingkat aman.
b. Antisepsis Antisepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara
membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau
jaringan tubuh lainnya.
c. Dekontaminasi Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk
memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-
benda (peralatan medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang
terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Cara memastikannya adalah segera
melakukan dekontaminasi terhadap benda-benda tersebut setelah
terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
d. Mencuci dan membilas Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan
yang dilakukan untuk menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau benda
asing (debu, kotoran) dari kulit atau instrumen.
e. Disinfeksi Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
hampir semua mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati
atau instrumen.
f. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah
tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme
kecuali endospora bakteri, dengan cara merebus atau cara kimiawi. 7.
Sterilisasi Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
semua mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora
bakteri pada benda-benda mati atau instrumen.
Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan :
a) Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap
dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat
asimptomatik (tanpa gejala).
b)
c) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
d) Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang
akan dan telah bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau
darah harus dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan
harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.
e) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya
telah diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi. 5.
Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi
hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan
pencegahan infeksi yang benar dan konsisten.
Tindakan-tindakan pencegahan infeksi meliputi :
1. Cuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Memakai perlengkapan pelindung
4. Menggunakan asepsis atau teknik aseptic
5. Memproses alat bekas pakai
6. Menangani peralatan tajam dengan aman
7. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah
secara benar.
Patogenesis Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc
membaginya dalam 3 golongan, yaitu :
1. Infeksi Antenatal Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke
plasenta. Di sini kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan
intervilositis. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke
janin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah
a) Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia,
cytomegalic inclusion
b) Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues )
c) Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria
monocytogenes.
Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta. Fokus pada
plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis
melalui inhalasi cairan amnion tersebut.
2. Infeksi Intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion
setelah ketuban pecah. Ketubah pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya
ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam ), mempunyai peranan penting
terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi
walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali
dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor
yang septik sehingga terjadi pneumonia kongenital selain itu infeksi dapat
menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui kontak
langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ”
oral trush ”.
3. Infeksi Pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat
infeksi silang. Infeksi pasacanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat
dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas sekali karena mortalitas
infeksi pascanatal ini sangat tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi
dengan kuman yang sudah tahan terhadap semua antibiotika sehingga
pengobatannya sulit.
Diagnosa infeksi perinatal sangat penting, yaitu disamping untuk
kepentingan bayi itu sendiri tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin
dan ruangan perawatan bayinya. Diagnosis infeksi perianatal tidak mudah.
Tanda khas seperti yang terdapat bayi yang lebih tua seringkali tidak
ditemukan. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang
teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti dan akhirnya dengan
pemeriksaan fisis dan laboratarium seringkali diagnosis didahului oleh
persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan persangkalan itu
diagnosis dapat ditegakkan dengan permeriksaan selanjutnya. Infeksi pada
nonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala
infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat
ditegakkan kalau kita cukup wasdpada terhadap kelainan tingkah laku
neonatus yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum.
Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi
tersebut tidak menderita penyakit atau kelaianan kongenital tertentu, namun
tiba – tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa
kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi. Beberapa gejala
yang dapat disebabkan diantaranya ialah malas, minum, gelisah atau
mungkin tampak letargis. Frekuensi pernapasan meningkat, berat badan tiba
– tiba turun, pergerakan kurang, muntah dan diare. Selain itu dapat terjadi
edema, sklerna, purpura atau perdarahan, ikterus, hepatosplehomegali dan
kejang. Suhu tubuh dapat meninggi, normal atau dapat pula kurang dari
normal. Pada bayi BBLR seringkali terdapat hipotermia dan sklerma.
Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu ” Not Doing Well ” kemungkinan
besar ia menderita infeksi. Pembagian infeksi perinatal. Infeksi pada
neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan besar,
yaitu berat dan infeksi ringan.
1. Infeksi berat ( major in fections ) : sepsis neonatal, meningitis,
pneumonia, diare epidemik, plelonefritis, osteitis akut, tetanus
neonaturum.
2. Infeksi ringan ( minor infection ) : infeksi pada kulit, oftalmia
neonaturum, infeksi umbilikus ( omfalitis ), moniliasis.
Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi Berikan perawatan rutin bayi baru
lahir :
1) Setelah enam jam pertama kehidupan atau setelah suhu tubuh bayi
stabil, gunakan kain katun yang direndam dalam air hangat untuk
membersihkan darah dan cairan tubuh lain ( misal: dari kelahiran )
dari kulit bayi, kemudian keringkan kulit. Tunda memandikan bayi
kecil ( kurang dari 2,5 kg pada saat lahir atau sebelum usia gestasi
37 minggu ) sampai minimal hari kedua kehidupan.
2) Bersihkan bokong dan area perineum bayi setiap kali mengganti
popok bayi, atau sesering yang dibutuhan dengan menggunakan
kapas yang direndam dalam air hangat bersabun, kemudian
keringkan area tersebut secara cermat.
3) Pastikan bahwa ibu mengetahui peraturan posisi penempatan yang
benar untuk meyusui untuk mencegah mastitis dan kerusakan puting.
Upaya lain untuk mencegah infeksi adalah sebagai berikut :
a) Pencegahan infeksi pada tali pusat, Upaya dilakukan dengan cara
merawat tali pusat agar luka tersebut tetap bersih. Dilarang
membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur, dan sebagainya
pada luka tali pusat sebab akan menyebabkan infeksi, tetanus, dan
kematian. Tanda infeksi tali pusat yang harus di waspadai antara lain :
kulit disekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah dan
berbau busuk.
b) Pencegahan infeksi pada kulit, Beberapa cara yang diketahui dapat
mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi baru lahir adalah
meletakkan bayi di dada ibu, agar terjadi kontak kulit langsung antara
ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadinya kolonisasi
mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat patogen, serta adanya zat
antibodi bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam ASI.
c) Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir, Cara mencegah infeksi
pada mata bayi baru lahir adalah dengan memberikan salep mata atau
obat tetes mata dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir untuk mencegah
oftalmia neonatorium, biarkan obat pada mata bayi dan obat yang ada
disekitarnya jangan dibersihkan, keterlambatan memberikan salep
mata pada bayi baru lahir merpakan seringnya kegagalan upaya
pencegahan infeksi pada mata.
d) Imunisasi Pada daerah risiko tinggi infeksi TBC , Imunisasi BCG
harus segera di berikan pada bayi segera setelah bayi lahir, pemberian
dosis pertama tetesan polio dianjurkan pada umur 2 minggu, maksud
pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan
perlindungan awal, imunisasi hepatitis B sudah merupakan program
nasional meskipun pemberiannya secara bertahap.

2. Pencegahan Infeksi pada Balita dan Anak Prasekolah


a. Kebersihan Kulit
Adapun tindakan yang dapat menjaga kebersihan kulit adalah:
a) Mandi Pakai Air Bersih
kulit dan badan harus dijaga dengan mandi pakai sabun dan
air bersih. Kulit adalah salah satu bagian tubuh yang penting. Kulit
melindungi tubuh dari infeksi dan benturan dari benda-benda
tumpul yang membahayakan bagian dalam dari tubuh. Menjaga
kesehatan kulit atau fungsi kulit dengan mandi pakai sabun dan air
bersih paling sedikit 2 kali sehari. Badan digosok-gosok sehingga
badan tidak berdaki. Tidak mandi dengan air kotor seperti mandi di
sungai, kolam dan sebagainya. Mandi dengan air kotor membuat
badan kotor, menimbulkan gatal-gatal, penyakit kulit, diare dan
lain sebagainya.
b) Memakai Baju Bersih
Memakai baju bersih badan terasa nyaman dan enak,
terlindung dari berbagai infeksi penyakit. Pakaian memberi
pengaruh pada kulit. Kulit terlindung dari gesekan, tekanan,
menimbulkan panas dan dalam skala tertentu dapat menahan
radiasi.Dengan memakai pakaian dapat menimbulkan kehangatan
tubuh.Baju atau rok dan celana harus dijaga kebersihannya.
Berganti pakaian minimal 1 kali setiap hari dan tidak tukar
menukar pakaian dengan anak atau orang lain. Mencuci segera
pakaian yang kotor dengan air bersih dan sabun, serta bilas sampai
bersih.
b. Kebersihan Tangan, Kuku dan Kaki
Menjaga kebersihan tangan, kuku dan kaki merupakan salah
satu aspek penting dalam mempertahankan kesehatan badan
perorangan. Oleh karena itu, tangan, kuku dan kaki harus dijaga
kebersihannya.Kuman penyakit dapat terbawa melalui tangan, kuku
dan kaki yang kotor.Tangan, kaki dan kuku yang kotor membawa
bibit penyakit.Bibit penyakit dan telur cacing yang mungkin ada
dalam tangan atau kuku yang kotor ikut tertelan dan masuk ke dalam
tubuh.
a) Kebersihan Tangan dan Kuku
Menjaga kebersihan kuku dan kaki dengan tangan:
i. Mencuci tangan, kuku dan kaki pakai sabun. Mencuci tangan
pakai sabun dilakukan sebelum makan, setelah dari WC, setelah
bepergian atau bekerja, setelah bermain, setelah memegang atau
merawat binatang dan setelah memegang uang.
ii. Memakai sandal atau sepatu. Kuku tangan dan kaki harus sering
dibersihkan dan dibiasakan untuk beralas kaki (sandal, sepatu).
Kuku selalu bersih dan dipotong pendek.Jika mencuci tangan,
tidak terlalu lama dan tidak main air.
iii. Menjaga kebersihan kuku dengan memotong pendek kuku.
b) Cuci Tangan Pakai Sabun
Mencuci tangan pakai sabun yang tepat mengurangi risiko
diare, flu burung, pneumonia dan penyakit yang lain. Mencuci
tangan sangat efektif untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut.
Mencuci tangan pakai sabun dapat mengurangi risiko diare di
antara anak-anak lima tahun kebawah hingga 45% dan mengurangi
kejadian pneumonia hingga 50%. Sebagian besar masyarakat
mengetahui akan pentingnya mencuci tangan pakai sabun, namun
dalam kenyataannya masih sangat sedikit, hanya 5% yang tahu
bagaimana cara melakukannya dengan benar.Mencuci tangan pakai
sabun cukup paling lama 2 menit saja. Motto “cukup 2 menit saja”
menunjukkan untuk cuci tangan tidak memerlukan waktu lama
tetapi memiliki dampak besar terhadap pencegahan penyakit
menular.
c) Kebersihan Kaki
Mencuci kaki secara teratur. Di tempat yang kotor harus
memakai alas kaki atau sepatu. Kaki perlu dilatih berjalan tanpa
alas kaki atau sepatu di lantai yang bersih. Kuku kaki dijaga
kebersihannya. Kuku kaki dipotong pendek dan selalu dibersihkan.
c. Kebersihan mulut dan gigi
Menjaga kebersihan mulut dan gigi dapat dilakukan dengan
melalui berbagai cara. Menghindari kebiasaan buruk seperti
menggigit-gigit sesuatu tanpa sadar (menggigit-gigit jari/ kuku, pensil,
mengerut-ngerutkan gigi dan lain-lain), serta menghindari bernafas
melalui mulut. Menjaga kebersihan mulut dan gigi dilakukan dengan
menggosok gigi dengan air bersih atau matang dengan sikat gigi dan
pakai pasta atau odol secara teratur setiap selesai makan dan pada
waktu akan tidur. Kebersihan mulut dan gigi yang kurang akan
menimbulkan adanya bakteri-bakteri yang akan mempermudah
terjadinya peradangan pada gusi, gigi berlubang, dan bau mulut yang
tidak sedap.
d. Kebersihan Hidung Telinga dan Mata
Hidung, telinga dan mata mengeluarkan kotoran. Hidung,
telinga dan mata harus dijaga kebersihannya. Hidung dan telinga pada
saat mandi selalu dibersihkan. Menutup hidung dan mulut saat bersin
dan saat melewati jalan berdebu. Tidak suka pegang-pegang atau
mengusap-usap mata, mengkorek-korek telinga dan hidung. Hidung
sebagai salah satu dari pancaindra yaitu sebagai indra penciuman.
Kebersihan hidung perlu dijaga agar tetap berfungsi dengan baik
(tidak mampet) dan tetap memiliki daya penciuman yang baik.
Telinga sebagai salah satu dari pancaindera yaitu indra pendengaran.
Telinga perlu dijaga kebersihannya agar tetap memiliki daya dengar
yang baik.
e. Kebersihan rambut
Rambut adalah bagian tubuh yang harus dijaga kebersihannya.
Rambut mempunyai fungsi perlindungan dari panas dan proteksi
kepala. Menjaga kebersihan rambut dengan mencuci rambut secara
teratur paling sedikit 2 kali dalam seminggu atau setiap rambut kotor
dengan air bersih dan menggunakan sabun atau sampho pencuci
rambut. Rambut selalu disisir rapi. Rambut yang bersih terbebas dari
kuman, kutu atau ketombe. Kulit kepala terasa nyaman serta
memperlancar peredaran darah dibawah kulit. Gangguan rambut
berupa ketombe dan kutu jika rambut tidak dijaga kebersihannya.
C. Rawat Gabung
Rawat gabung atau rooming-in ialah suatu sistem perawatan dimana
bayi serta ibu dirawat dalam satu unit. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu
berada di samping ibu sejak sesegera setelah dilahirkan sampai pulang. Ini
bukan suatu hal baru, di Indonesia persalinan 80% terjadi dirumah dan bayinya
langsung dirawat gabung. Setelah proses persalinan bayi harus sesegera
diserahkan kepada ibunya dan melakukan kontak antara kulit ibu dengan kulit
bayi atau melakukan inisiasi menyusu dini sedikitnya 1 jam setelah persalinan
sampai bayi menyusui. Setelah itu bidan akan melakukan perawatan pada bayi
baru lahir, kemudian diberikan kembali kepada ibunya untuk dilakukan rawat
gabung. Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi baru
lahir tidak dipisahkan dari ibunya, melainkan ditempatkan dalam sebuah
ruangan, kamar atau tempat bersama-sama 24 jam penuh sehari, hal ini
bertujuan untuk memudahkan ibu dalam pemberian ASI dan ibu dapat merawat
bayinya, Tujuan rawat gabung yaitu :
1. Memberikan bantuan emosional
a. Ibu dapat memberikan kasih sayang kepada bayinya,
b. Ibu dan keluarga untuk mendapatkan pengetahuan dalam merawat
bayinya,
2. Penggunaan ASI
a. Agar dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum/ ASI
b. Produk ASI akan semakin cepat dan banyak jika diberikan sesering
mungkin.
3. Pencegahan infeksi, mencegah terjadinya infeksi silang
4. Pendidikan kesehatan,dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan
kesehatan kepada ibu.
5. Memberikan stimulasi mental dan tumbuh kembang pada bayi.
Pelaksanaan rawat gabung dilakukan di:
1. Poliklinik kebidanan
a. Penyuluhan tentang ASI
b. Perawatan payudara dan perawaran bayi
c. Tata cara pelaksanaan rawat gabung
d. Melayani konsultasi masalah ibu dan anak
2. Kamar bersalin
a. Jika rumah sakit telah berfungsi sebagai rumah sakit sayang ibu, maka
hampir semua ibu yang masuk kamar bersalin sudah mendapat
penyuluhan manajemen laktasi sejak mereka berada di poliklinik,
b. Kamar ini dipersiapkan bagi ibu yang tidak pernah melakukan ANC di
rumah sakit dimana ibu akan melahirkan. Di dalam ruangan persiapan
diperlukan gambar poster, brosur dsb, untuk membantu konseling ASI.
Di ruangan ini tidak boleh terdapat botol susu, kempengan, apalagi
iklan susu formula yang semuanya akan mengganggu keberhasilan ibu
menyusui.
c. Dalam waktu 30 menit setelah lahir bayi segera disusukan, rangsangan
pada puting susu akan merangsang hormon prolaktin dan oksitoksin
untuk segera memproduksi ASI.
3. Kamar perawatan
a. Bayi diletakkan dekat ibunya
b. Awasi KU dan kenali keadaan-keadaan yang tidak normal
c. Ibu di bantu untuk dapat menyusui dengan baik dan cara merawat
payudara, d. Mencatat keadaan bayi sehari-hari,
d. KIE tentang perawatan tali pusat, perawatan bayi, perawatan payudara,
cara memandikan bayi, imunisasi,dan penanggulangan diare,
e. Jika bayi sakit pindahkan keruang khusus.
Syarat-syarat rawat gabung antara lain :
a) Bayi lahir dengan spontan, baik presentasi kepala dan bokong,
b) Jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan
setelah bayi cukup sehat,refleksi hidup, tidak ada tanda-tanda infeksi dsb,
c) Bayi lahir dengan SC dengan anastesi umum, rawat gabung dilakukan
setelah ibu dan bayi sadar penuh ( bayi tidak ngantuk ) misalnya 4-6 jam
setelah operasi,
d) Bayi tidak asfeksia setelah 5 menit pertama ( nilai APGAR 7 ),
e) Umur kehamilan 37 minggu atau lebih,
f) Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih,
g) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum,
h) Bayi dan ibu sehat.
Kontra indikasi rawat gabung antara lain :
1. Rawat gabung tidak dianjurkan pada keadaan
a. Ibu dengan penyakit jantung derajat III tidak diperbolehkan
menyusui
b. Pasca preekslamsi, kesadaran ibu belum pulh benar
c. Penyakit infeksi akut dan aktif, bahaya penularan pada bayi
dikhawatirkan, TBC paru yang aktif dan terbuka merupakan
kontra indikasi mutlak, hepatitis, HIV, sito megalovirus , herpes
dan simplek,
d. Karsinoma payudara , pasien dengan karsinoma payudara harus
dicegah jangan sampai ASI nya keluar karena mempersulit
penilaian penyakitnya, Apabial menyusui ditakutkan adanya sel-
sel karsinoma yang terminum si bayi,
e. Psikosis , ibu dengan gangguan kejiwaan tidak dapat dicegah ,
meskipun ibu sangat sayang kepada bayinya, tetapi selalu ada
kemungkinan penderita psikosis membuat cedera pada bayi.
2. Pada bayi
a. Bayi kejang, kejang-kejang pada bayi karena cedera persalinan atau
infeksi tidak memungkinkan untuk menyusui, ada bahaya aspirasi
bila kejang timbul saat bayi menyusui. Keadaan bayi yang menurun
juga tidak memungkinkan bayi untuk menyusui,
b. Bayi yang sakit berat, bayi dengan penyakit jantung berat atau paru-
paru atau penyakit lain yang memerlukan perawatan yang intensif
tentu tidak mungkin menyusu dan dirawat gabung,
c. Bayi yang memerlukan observasi atau terapi khusus . Selama
observasi rawat abung tak dapat dilaksanakan, setelah keadaan
membaik tentu dapat dirawat gabung, ini yang disebut rawat gabung
yang tidak langsung,
d. Very low birth weight ( berat badan lahir sangat rendah ) refleks
mengisap dan refleks lain pada VLBW belum baik sehingga tidak
mungkin menyusu dan di rawat gabung,
e. Cacat bawaan, diperlukan persiapan mental si ibu untuk menerima
keadaan bahwa bayinya cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa
si bayi merupakan kontra indikasi mutlak. Cacat ringan seperti
Labioskhisis, palatoskhisis bahkan labiognatopalatoskhisis masih
mungkin untuk menyusui,
f. Kelainan metabolik dimana bayi tidak dapat menerima ASI.
Kesulitan rawat gabung antara lain :
a. Kasus tidak terdaftar belum memperoleh penyuluhan sehingga masih
takut untuk menerima rawat gabung
b. Kekurangan tenaga pelaksana untuk penyuluhan dan pendidikan
kesehatan untuk mencapai tujuan maksimal.
c. Secara terpaksa masih digunakan susu formula untuk keadaan-
keadaan dimana ASI sangat sedikit, tingkat kesadaran ibu belum
pulih benar.
Model Pengaturan Ruangan Rawat Gabung yaitu :
a. satu kamar dengan satu ibu dan anaknya.
b. Empat sampai lima orang ibu dalam 1 kamar dengan bayi pada
kamar yang lain bersebelahan dan bayi dapat diambil tanpa ibu harus
meninggalkan tempat tidurnya.
c. beberapa ibu dalam 1 kamar dan bayi dipisahkan dalam 1 ruangan
kaca yang kedap udara.
d. model dimana ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur yang sama.
e. bayi di tempat tidur yang letaknya disamping ibu.
Keuntungan dan kerugian rawat gabung :
a. Keuntungan
1) Menggalakkan penggunaan ASI
2) Kontak emosi ibu dan bayi lebih dini dan lebih erat
3) Ibu segera dapat melaporkan keadaan-keadaanbayi yang
aneh.
4) Ibu dapat belajar merawat bayi.
5) Mengurangi ketergantungan ibu pada bidan.
6) Membangkitkan kepercayaan diri yang lebih besar dalam
merawat bayi.
7) Berkurangnya infeksi silang.
8) Mengurangi beban perawatan terutama dalam pengawasan.
b. Kerugian
1) Ibu kurang istirahat.
2) Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian makanan karena
pengaruh orang lain.
3) Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung.
4) Pada pelaksanaan ada hambatan tekhnis/fasilitas

Hasil penelitian jurnal :


Ada hubungan antara rawat gabung dengan kelancaran produksi ASI pada
ibu post partum normal di IRINA D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa rawat gabung
ibu post partum normal di IRINA D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado yang dilakukan rawat gabung berjumlah 65 responden
(72,2%), dan yang tidak dilakukan rawat gabung berjumlah 25 responden
(27,8%), sedangkan pada kelancaran produksi ASI pada ibu post partum
normal di IRINA D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada
kategori lancar berjumlah 63 responden (70%), dan kategori tidak lancar
berjumlah 27 responden (30%). (Kontu,dkk. 2014)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adaptasi fisiologis BBL adalah sangat berguna bagi bayi untuk menjaga
kelangsungan hidupnya diluar uterus. Artinya nantinya bayi harus dapat
melaksanakan sendiri segala kegiatan untuk mempertahankan kehidupannya.
Pencegahan infeksi adalah bagian penting setiap komponen perawatan pada
bayi baru lahir. Bayi baru lahir lebih rentan terhadap infeksi karena sistem
imun mereka imatur, oleh karena itu, akibat kegagalan mengikuti prinsip
pencegahan infeksi terutama sangat membahayakan. Rawat gabung atau
rooming-in ialah suatu sistem perawatan dimana bayi serta ibu dirawat dalam
satu unit. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu berada di samping ibu sejak
sesegera setelah dilahirkan sampai pulang. Ini bukan suatu hal baru, di
Indonesia persalinan 80% terjadi dirumah dan bayinya langsung dirawat
gabung.

B. Saran
1. Setelah memahami tentang bayi baru lahir tentunya bisa dilakukan
penerapan yang baik untuk dapat melakukan pemeriksaan yang spesifik
pada bayi baru lahir sehingga dapat menetapkan diagnosis yang benar agar
dapat dilakukan asuhan yang lebih intensif jika ditemukan adanya
masalah.
2. Semua tenaga kesehatan dapat bekerja sama untuk dapat memberikan
perawatan yang benar terkait dengan bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA

Armini, Wayan, dkk. (2017). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Prasekolah. Andi : Yogyakarta
Kontu, Lusye, dkk. Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi
Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R.
D.Kandou Manado. Jurnal Ilmiah Bidan. Volume 2 No.1 Januari- Juni
2014.
Setyorini, Yuyun, Satino. Pengaruh Persalinan Lotus Terhadap Adaptasi
Fisiologis Bayi Baru Lahir. Jurnal terpadu kesehatan. Volume 4 No. 2,
November 2015.
Siswanto, H. (2010). Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini. Pustaka Rihama:
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai