Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Menyendawakan Bayi Setelah Disusui dengan Kejadian Regurgitasi pada Bayi Usia 0 – 6 Bulan

PENGARUH MENYENDAWAKAN BAYI SETELAH DISUSUI DENGAN


KEJADIAN REGURGITASI PADA BAYI USIA 0 - 6BULAN
Mera Delima,Nana Kartina, Ernalinda Rosya
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Perintis Padang
Batipuh Panjang, Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat 25586
meradelima@rocketmail.com

Abstract
Nutrients very well in getting the baby is obtained from breast milk. Malnutrition in infants caused by
diarrhea, constipation, vomiting (regurgitation), regurgitation is a discharge of milk that had swallowed
back baby. The purpose of this study was to determine The effect Of Baby Burping After Feedings With
The Incidence Of Regurgitation In Infants Aged 0 - 6 Months at Lubuk Sikaping Pasaman 2017. Methode
the riset of Pre Experiment approach. The population in this study are all mothers breastfeed mothers
and infants aged 0 - 6 months of Lubuk Sikaping Pasaman, sampling technique is total sampling and
instrument used was the observation format. The results showed infants aged 0-6 months in saltpeter
appropriate Standard Operating Procedures regurgitation occurs 23.8% of 21 respondents, and in
saltpeter not fit the standard operating procedure occurred regurgitation 66.7% from 9 respondent. The
conclusion of the research is No Effect After Breastfed Baby burping Regurgitation With Events In Infants
Age 0 - 6 Months, with the results of statistical tests chi-square p value = 0.042 (α = 0.05). The research
cant to applicated in the work environment of nurses by giving information and the mothers are able to
apply the appropriate procedures burping action.

Keywords: baby, burping, regurgitation instance

Abstrak
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidak seimbangan zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan, Kekurangan gizi pada bayi disebabkan karena tidak tercukupinya
jumlah zat gizi pada makanan yang dikonsumsi oleh seorang bayi atau anak . Zat gizi yang sangat
baik didapatkan oleh bayi yaitu diperloeh dari ASI. Kurang gizi pada bayi disebabkan oleh diare,
sembelit, mkonstipasi, muntah ( regurgitasi), regurgitasi merupakan keluarnya kembali susu yang telah
ditelan bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh menyendawakan bayi setelah
disusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia 0 - 6 bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun 2017. Metode penelitian menggunakan pendekatan Pra Experiment.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu - ibu menyusui dan bayi usia 0 - 6 bulan di wilayah kerja
puskesmas Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman, tekhnik pengambilan sampel yaitu total sampling dan
instrument yang digunakan adalah format observasi. Hasil penelitian menunjukan bayi usia 0 - 6 bulan
disendawakan sesuai SOP terjadi regurgitasi 23,8 % dari 21 responden, dan disendawakan tidak sesuai
SOP terjadi regurgitasi 66,7% dari 9 responden. Kesimpulan penelitian ini ada Pengaruh Menyendawakan
Bayi Setelah Disusui Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi Usia 0 - 6 Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman, dengan hasil uji statistik chi- square nilai p value =
0,042 ( α = 0,05). Penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan oleh perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dan ibu - ibu mampu menerapakan tindakan menyendawakan sesuai prosedur.

Kata kunci : bayi, menyendawakan, kejadian regurgitasi

Pendahuluan Development Goals (SDGs) hingga tahun 2030 yang


World Health Organization (WHO) lebih menekankan kepada 5P yaitu: People, Planet,
merekomendasikan bahwa semua bayi harus Peace, Prosperity, dan Partnership. Sasaran utama
mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif dalam SDGs ini yaitu bayi, balita, anak, wanita, dan
sesegera mungkin sejak lahir sampai usia 6 bulan, lansia.
karena ASI memberi segala yang dibutuhkan bayi, Penyebab utama dari angka kematian bayi
baik secara imunologi, gizi maupun psikologi. diantaranya adalah: kelahiran prematur, infeksi
Provinsi di Indonesia banyak dilaporkan kasus gizi berat, komplikasi selama kelahiran, diare, infeksi
buruk pada anak balita, yang lebih memprihatinkan saluran pernafasan dan kekurangan gizi. Kekurangan
adalah bahwa 11,7% dari gizi buruk terdapat pada gizi pada bayi disebabkan karena tidak
bayi yang berumur kurang dari 6 bulan. Sustainable tercukupinya jumlah zat gizi pada makanan yang

IJONHS Volume 3 Nomor 1, Maret 2018 6


Pengaruh Menyendawakan Bayi Setelah Disusui dengan Kejadian Regurgitasi pada Bayi Usia 0 – 6 Bulan

dikonsumsi oleh seorang bayi atau anak,gangguan Muntah pada bayi disebabkan oleh beberapa
nitrisi pada anak seperti pola makan anak dan faktor yaitu kesalahan dalam memberikan susu atau
kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian jenis makanan, seperti overfeeding ( terlalu banyak
makanan yang seimbang, dan adanya penyakit atau memberi susu), kesalahan dalam posisi menyusui,
kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh tidak dan juga klep penutup jantung yang belum
mampu mencerna dan menyerap makanan secara sempurna. Ibu yang melewatkan untuk
sempurna. Kekurangan gizi pada bayi disebabkan menyendawakan bayinya setelah disusui, tentu saja
karena tidak tercukupinya jumlah zat gizi pada bukan karena faktor kelalaian, melainkan karena
makanan yang dikonsumsi oleh seorang bayi atau faktor ketidaktahuan (Hidayat, 2005). Air Susu Ibu
anak. Selain diare anak umur 0 - 6 bulan juga atau ASI merupakan makanan pokok yang
mudah mengalami sembelit atau konstipasi, muntah dibutuhkan bayi usia 0 - 6 bulan. ASI memiliki zat -
dan lain sebagainya (Rachman, 2011). zat gizi terbaik yang dibutuhkan oleh bayi. ASI
Kebutuhan nutrisi padabayi 0 - 12 bulan sangat penting diberikan kepada bayi. ASI memiliki
memerlukan jenismakanan ASI, susu formula dan banyak manfaat bagi bayi, akan tetapi ASI juga
makananpadat.Kebutuhan kalori bayi antara 100- menimbulkan dampak yang terjadi kepada bayi
200kkal/kgBB. Pada 6 bulan pertama lebih baik bayi salah satunya adalah bayi dapat mengalami
mendapat ASI tanpa diberikan susu formula. Pada regurgitasi sesaat setelah bayi minum ASI ( Sodikin,
Usia 6 bulan mulai diperkenalkan dengan nasi tim 2011).
saring dengan bahan makanan yang lebih bervariasi Regurgitasi merupakan keluarnya sebagian
dengan jenis protein hewani, protein nabati, susu yang telah ditelan kembali melalui
kandungan serat yang kaya akan vitamin dan kerongkongan serta mulut tanpa usaha beberapa saat
mineral diberikan 1x/hari. Zat gizi yang sangat baik setelah bayi minum susu. Regurgitasi dapat dijumpai
didapatkan oleh bayi yaitu diperloeh dari ASI. Bayi pada bayi usia dibawah enam bulan. Regurgitasi
memerlukan zat gizi untuk dapat tumbuh dan adalah kembalinya sejumlah makanan yang belum
berkembang dengan baik. dicerna dari lambung, biasanya disertai sendawa.
Kebutuhan gizi bayi lebih sedikit dari (Sodikin, 2012). Ada beberapa penyebab terjadinya
kebutuhan orang dewasa, namun jika dibandingkan regurgitasi, yaitu posisi saat menyusui yang tidak
per unit berat badan maka kebutuhan gizi bayi jauh tepat, minum terburu-buru, atau anak sudah kenyang
lebih besar dari usia perkembangan lain. Makanan tetapi tetap diberi minum karena orang tuanya
bergizi menjadi kebutuhan utama bayi pada proses khawatir kalau anaknya kekurangan makanan
tumbuh kembangnya, sehingga kelengkapan unsur (Nursalam, dkk, 2005).
pada gizi hendaknya perlu diperhatikan dalam Bayi sering meludahkan (regurgitasi)
makana sehari - hari yang dikonsumsi bayi. Gizi sejumlah kecil susu ketika atau setelah menyusu,
kurang adalah gangguan kesehatan akibat sering kali disertai sendawa, hal ini adalah normal.
kekurangan atau ketidak seimbangan zat gizi yang Regurgitasi yang sangat banyak bisa terjadi akibat
diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir, pemberian susu yang terlalu banyak. Jika susu yang
dan semua hal yang berhubungan dengan diberikan melalui botol, regurgitasi bisa dikurangi
kehidupan.Air Susu Ibu merupakan satu-satunya dengan menggunakan dot yang lebih keras dan
makanan terbaik bagi bayi karena mengandung lubangnya lebih kecil. Lebih sering menyendawakan
unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk bayi selama setelah menyusu juga bisa membantu,
pertumbuhan dan perkembangan bayi guna baik pada bayi yang disusui dengan ASI maupun
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang dengan susu botol. Jika terjadi regurgitasi secara
optimal. Oleh sebab itu, pemberian ASI perlu berlebihan, frekwensi sering dan terjadi dalam waktu
diberikan secara eksklusif sampai umur 6 bulan lama akan menyebabkan masalah tersendiri, yang
(Sulistyoningsih, 2011). bisa mengakibatkan gangguan nutrisi pada bayi
Kekurangan gizi pada bayi disebabkan tersebut. Gangguan pertumbuhan karena asupan gizi
karena tidak tercukupinya jumlah zat gizi pada berkurang karena asupan makanan tersebut keluar
makanan yang dikonsumsi oleh seorang bayi atau lagi dan dapat merusak dinding kerongkongan akibat
anak,gangguan nitrisi pada anak seperti pola makan asam lambung yang ikut keluar dan mengiritasi,
anak dan kurangnya pengetahuan ibu tentang apalagi kalau sampai regurgitasi melalui hidung dan
pemberian jenis makanan yang seimbang, dan bahkan disertai muntah (Rukiyah dan Yulianti,
adanya penyakit atau kondisi tertentu yang 2010).
menyebabkan tubuh tidak mampu mencerna dan Regurgitasi dapat dikurangi dengan
menyerap makanan secara sempurna. Selain diare pengeluaran udara yang tertelan selama dan sesudah
anak umur 0 - 6 bulan juga mudah mengalami minum, penanganan secara halus, menghindari
sembelit atau konstipasi, muntah dan lain sebagainya konflik emosi dan menidurkan bayi dengan posisi
(Rachman, 2011). miring ke kanan segera sesudah minum. Kepala

IJONHS Volume 3 Nomor 1, Maret 2018 7


Pengaruh Menyendawakan Bayi Setelah Disusui dengan Kejadian Regurgitasi pada Bayi Usia 0 – 6 Bulan

tidak boleh lebih rendah dari badan selama masa 1. Diketahui kegiatan menyendawakan bayi setelah
istirahat. Regurgitasi kadang terjadi spontan, disusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
bersamaan dengan produksi air liur berlebih atau Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun 2017.
saat sendawa. Seringkali bayi disendawakan tiap 2. Diketahui kejadian regurgitasi pada bayi usia 0 -
selesai minum susu untuk menghindari regurgitasi 6 bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
untuk mengurangi regurgitasi, salah satunya dengan Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun 2017.
melakukan posisi menyusui yang benar sehingga 3. Diketahui pengaruh menyendawakan bayi setelah
mengurangi masuknya udara ke dalam lambung disusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi
bayi. Lakukan sendawa setiap kali selesai menyusui usia 0 - 6 bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
(Dina & Ardani, 2012). Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun
Makin banyak udara yang masuk makin 2017.
kembunglah perut bayi. Bayi pun jadi rewel, bahkan Diketahui manfaat dari penelitian ini adalah:
terjadi regurgitasi dan muntah karena udara dan 1. Bagi Peneliti
makanan sudah banyak bercampur di dalam Penelitian ini dapat dijadikan Wacana belajar
lambung. Tujuan dari menyendawakan bayi adalah dalam menerapkan ilmu dan teori yang
mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak didapatkan selama kuliah ke dalam lahan praktek
muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan dilingkungan masyarakat, peningkatan daya pikir
bayi diantaranya dengan menggendong bayi tegak dan mengamati suatu masalah sehingga dapat
dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian menambah pengetahuan dan pengalaman
punggung nya di tepuk perlahan-lahan atau bayi khususnya tentang menyendawakan bayi setelah
tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian menyusui dengan kejadian regurgitasi,
punggungnya di tepuk perlahan-lahan (Soetjiningsih, 2. Bagi Lahan
2007). Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
Beberapa hasil penelitian terkait sebelumnya menjadi salah satu cermin pelayanan kesehatan
yaitu : Bernadus ( 2012) tentang Hubungan Antara dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyendawakan ibu - ibu dengan bayi usia 0 - 6 bulan. Penelitian
Bayi Usia 0 - 6 Bulan Dengan Kejadian regurgitasi ini diharapkan kepada lapangan dapat diterapkan
Sesudah Menyusui di Puskesmas Manukan Kulon oleh petugas kesehatan khususnya bidan kepada
dengan jumlah responden 30 orang memiliki keluarga atau masyarakat, dan menjadi bahan
pengetahuan cukup sebanyak 24 orang, pengetahuan masukan dalam rangka meningkatkan mutu atau
baik sebanyak 3 orang, dan pengetahuan kurang kualitas dalam memperbaiki sistem pelayanan
sebanyak 6 orang, kejadian regurgitasi pada bayi khususnya pelayanan kesehatan pada bayi atau
sebanyak 21 bayi, orang tergolong jarang sebanyak anak sehingga tidak terjadi regurgitasi.
3 orang.
Aulia (2016) tentang hubungan Metode Penelitian
menyendawakan setelah menyusui dengan kejadian Pada penelitian ini menggunakan desain
regurgitasi pada bayi usia 0 - 6 bulan di kelurahan kuantitatif yaitu Pra Experiment. Populasi ibu – ibu
Noborejo Kota Salatiga dengan hasil penelitiannya yang menyusui dan bayi yang berusia 0 – 6 bulan Di
menunjukkan dari 30 bayi yang sering Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Sikaping
disendawakan sebagian besar jarang mengalami Kabupaten Pasaman. Sampling dalam penelitian ini
kejadian regurgitasi sebanyak 27 bayi. Dari 20 bayi adalah menggunakan tehnik total sampling. Variabel
yang jarang disendawakan sebagian besar sering Independent: menyendawakan dan Variabel
mengalami kejadian regurgitasi sebanyak 18 bayi, Dependent: kejadian regurgitasi pada bayi usia 0-6
dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat bulan.
hubungan menyendawakan bayi setelah menyusui
dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia 0 - 6 Analisa data
bulan dimana semakin tinggi perilaku Analisa univariat
menyendawakan bayi setelah menyusui maka Analisa Univariat dilakukan terhadap tiap -
kejadian regurgitasi semakin rendah. tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya
Diketahui pengaruh menyendawakan bayi dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
setelah disusui dengan kejadian regurgitasi pada presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005).
bayi usia 0 - 6 bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui
Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman Tahun 2017. pengaruh menyendawakan bayi setelah disusui
Maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia 0 - 6
berikut: bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Sikaping
Kabupaten Pasaman Tahun 2017.

IJONHS Volume 3 Nomor 1, Maret 2018 8


Pengaruh Menyendawakan Bayi Setelah Disusui dengan Kejadian Regurgitasi pada Bayi Usia 0 – 6 Bulan

Analisa bivariat Tabel 2 menunjukan distribusi frekuensi


Analisa bivariat merupakan suatu metode tindakan menyendawakan bayi sebagian besar (70%)
untuk menganalisa pengaruh antara dua variabel, dilakukan sesuai SOP.
yaitu untuk melihat pengaruh sesudah
menyendawakan pada bayi usia 0 - 6 setelah Analisa Bivariat
menyusui. Uji statistik yang digunakan pada
penelitian ini adalah uji Chi – square. Uji chi- Tabel 3
square diterapkan pada kasus dimana akan diuji Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
apakah frekuensi yang akan di amati (data observasi) Pengaruh Menyendawakan Bayi Setelah Disusui
berbeda secara nyata atau kah tidak dengan Dengan Kejadian Regurgitasi Pada Bayi Usia 0 - 6
frekuensi yang diharapkan (expected value) Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Sikaping
(Santoso, 2003). Uji Chi-Square pada penelitian ini Kabupaten Pasaman Tahun 2017
adalah untuk mengetahui pengaruh antara kegiatan
menyendawakan ( dilakukan sesuai SOP dan tidak
dilakukan sesuai SOP) dengan kejadian regurgitasi
(terjadi dan tidak terjadi ) .

Hasil dan Pembahasan


Analisa Univariat
Analisa univariat melihat gambaran
distribusi frekuensi variabel independent yaitu
Menyendawakan bayi setelah disusui dan variabel
dependen yaitu kejadian regurgitasi pada bayi usia 0
- 6 bulan dengan jumlah responden 30 responden. Tabel 3 menunjukan distribusi frekuensi
pengaruh menyendawakan bayi setelah disusui
Tabel 1 dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia 0 -
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 6bahwa dari 21 ibu - ibu yang menyususi sebagian
Kejadian Regurgitasi Pada Bayi Usia 0 - 6 Bulan Di besar (76,2%) menyendawakan bayinya dilakukan
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Sikaping sesuai SOP, dan dari 9 bayi disendawakan tidak
Kabupaten Pasaman Tahun 2017 dilakukan sesuai SOP sebagian besar (66,7%) terjadi
regurgitasi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
0,042 maka jika dibandingkan dengan nilai
kemaknaan (α = 0,05), maka nilai p < 0,05 sehingga
Ho ditolak dan Ha diterima maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh menyendawakan bayi setelah
disusui dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia 0
- 6 bulan dengan nila OR = 6,400, artinya
menyendawakan bayi yang tidak dilakukan sesuai
SOP mempunyai peluang 6,4 kali untuk terjadi
Tabel 1 menunjukan tentang distribusi
regurgitasi pada bayi dibandingkan dengan
frekuensi kejadian regurgitasi sebagian besar (
menyendawakan bayi yang dilakukan sesuai SOP.
63,3%) tidak terjadi regurgitasi.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Tindakan Menyendawkan Bayi Setelah Disusui Di Analisa Univariat
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Sikaping 1. Menyendawakan bayi setelah disusui
Kabupaten Pasaman Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Tahun 2017 dilakukan terhadap 30 responden ibu - ibu menyusui
dan bayi usia 0 - 6 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman
maka didapatkan hasil olahan data menunjukan
bahwa sebagian besar ( 70%) menyendawaka bayi
dilakukan sesuai SOP.
Menyendawakan bayi adalah hal yang
mudah untuk dilakukan, tetapi banyak juga orang
tua yang belum mengetahui cara menyendawakan
bayi. Sendawa merupakan upaya alami untuk
mengosongkan lambung dari udara berlebihan.

IJONHS Volume 3 Nomor 1, Maret 2018 9


Pengaruh Menyendawakan Bayi Setelah Disusui dengan Kejadian Regurgitasi pada Bayi Usia 0 – 6 Bulan

Udara ini umumnya turut tertelan masuk bersamaan Hasil ini sesuai dengan penelitian Ninik A
dengan ASI saat bayi menyusu. Makin banyak udara (2014) dengan judul hubungan teknik menyusui
yang masuk makin kembunglah perut bayi. Si kecil dengan kejadian regurgitasi pada bayi umur 0-12
pun jadi rewel, bahkan muntah karena udara dan bulan menunjukan bahwa dari 11 bayi yang teknik
makanan sudah banyak bercampur di dalam menyusui dengan benar sebagian bayi yang tidak
lambung (Datta, 2004). mengalami regurgitasi sebanyak 72,7% sedangkan
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil yang mengalami regurgitasi sebanyak 27,3%
penelitian Aulia A.S ( 2016) yang berjudul .Menurut asumsi peneliti tingginya angka kejadian
hubungan menyendawakan setelah menyusui regurgitasi pada bayi akan mengakibatkan bayi
Dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia 0 - 6 kekurangan nutrisi tubuhnya, dimana nutrisi bayi
bulan di Kelurahan Noborejo Kota Salatiga tahun didapatkan dari ASI, jika bayi sering mengalami
2016 menunjukan bahwa 60% ibu - ibu regurgitasi maka ASI yang didapatkan oleh bayi
menyendawakan bayinya dari 30 responden bayi berkurang, regurgitasi terjadi 3 - 5 menit setelah
tidak mengalami regurgitasi, yang menyatakan menyusui.
adanya hubungan menyendawakan setelah menyusui
dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia 0 - 6 Analisa Bivariat
bulan. Distribusi frekuensi pengaruh
Menurut analisis peneliti, menyendawakan menyendawakan bayi setelah disusui dengan
bayi setelah disusui di Wilayah Kerja Puskesmas kejadian regurgitasi pada bayi usia 0 - 6bahwa dari
Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman sudah 21 ibu - ibu yang menyususi sebagian besar ( 76,2%)
dilakukan sesuai SOP. Menyendawakan bayi setelah menyendawakan bayinya dilakukan sesuai SOP, dan
disusui sangatlah diperlukan gunanya untuk dari 9 bayi disendawakan tidak dilakukan sesuai
mengeluarkan udara yang tertelan saat bayi SOP sebagian besar ( 66,7% ) terjadi regurgitasi.
menyusu, sehingga perut bayi tidak kembung dan Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,042 maka jika
tidak menyebabkan terjadinya regurgitasi pada bayi. dibandingkan dengan nilai kemaknaan (α = 0,05),
Hambatan untuk dilakukan menyendawakan bayi maka nilai p < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha
berupa bayi yang rewel, bayi sibuk bermain sendiri. diterima maka dapat disimpulkan bahwa ada
Hasil penelitian ini didapatkan dari 30 ibu - ibu yang pengaruh menyendawakan bayi setelah disusui
menyendawakan bayi sebagian besar ibu - ibu dengan kejadian regurgitasi pada bayi usia 0 - 6
menyendawakan bayi dilakukan sesuai SOP (70%) bulan dengan nila OR = 6,400, artinya
dan ibu - ibu menyendawakan bayi tidak dilakukan menyendawakan bayi yang tidak dilakukan sesuai
sesuai SOP. Ibu - ibu yang menyendawakan bayi SOP mempunyai peluang 6,4 kali untuk terjadi
tidak dilakukan sesuai SOP beralasan bayi yang regurgitasi pada bayi dibandingkan dengan
rewel, ibu bayi yang terlau sibuk beraktivitas. menyendawakan bayi yang dilakukan sesuai SOP.
2. Kejadian regurgitasi pada bayi usia 0 - 6 bulan Menurut analisis peneliti bahwa ibu - ibu
Berdasarkan hasil penelitian yang telah menyendawakan bayi setelah disusui Di Wilayah
dilakukan terhadap 30 responden ibu - ibu menyusui Kerja Puskesmas Lubuk Sikaping Kabupaten
dan bayi usia 0 - 6 bulan di Wilayah Kerja Pasaman mayoritas 63,3 % dilakukan sesuai SOP,
Puskesmas Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman, karena ibu - ibu dalam menyendawakan bayi
maka didapatkan hasil olahan data pada tabel 5.1 melakukan sesuai prosedur dalam tekhnik
menunjukan bahwa sebagian besar (63,3%) tidak menyendawakan bayi tidak terjadi regurgitasi pada
terjadi regurgitasi. Menurut jurnal Wulandari, bayi, sedangkan 36,7% ibu - ibu menyendawakan
Devi (2015) Regurgitasi merupakan kejadian normal bayi tidak dilakukan sesuai SOP terjadi regurgitasi
yang umumnya dialami oleh bayi, namun regurgitasi pada bayinya.
yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai Hambatan yang sering terjadi saat
komplikasi. menyendawakan bayi yaitu bayi yang sering rewel,
Terdapat beberapa faktor dari ibu yang sibuk bermain sendiri. Saat menyendawakan bayi
diduga menjadi kejadian regurgitasi abnormal. tindakan yang paling banyak dilakukan oleh ibu -
Sulisdiana ( 2011), regurgitasi merupakan keadaan ibu adalah menyiapkan handuk kecil untuk
normal yang sering terjadi pada bayi usia di bawah 6 menyangga kepala bayi,menyediakan kain bersih
bulan. Seiring bertambahnya usia yaitu sampai sebelum menyendawakan bayi, menyendawakannya
diatas 6 bulan maka regurgitasi semakin jarang bayi jika menggendongnya lebih tinggi, sehingga
dialami oleh anak. Namun hanya 25% orang tua bayi perutnya bersandar di bahu anda, Tepuk-tepuk (5 - 7
yang peduli dan menganggap regurgitasi sebagai kali) daerah di antara kedua tulang belikatnya,
sebuah masalah, hal ini terjadi karena kurangnya Lakukan ini dengan benar-benar lembut. Jika anda
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang tidak ingin menepuk bayi anda, anda bisa mengelus
regurgitasi. punggungnya dengan gerakan memutar

IJONHS Volume 3 Nomor 1, Maret 2018 10


Pengaruh Menyendawakan Bayi Setelah Disusui dengan Kejadian Regurgitasi pada Bayi Usia 0 – 6 Bulan

menggunakan tangan anda ( 5 - 7 putaran ) tunggu 1 ?article=74206&val=4707. diakses 20


- 2 menit hingga bayi bersendawa langkah - langkah februari 2017).
tersebut sangat berpengaruh sekali terhadap proses
untuk mengeluarkan udara dari dalam perut bayi, Dwienda R, Octa, dkk. (2004). Buku Ajar Asuhan
alasannya prosedur tersebut yang mudah dan cepat Kebidanan Neonatus, Bayi / Balita dan
untuk dilakukan sehingga tidak menggangu aktivitas Anak Prasekolah untuk Para Bidan :
bayi. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Kesimpulan Hastono, S.P & Sabri, L. (2006), Statistik


Kegiatan menyendawakan bayi setelah Kesehatan. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
disusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
Sikaping Kabupaten Pasaman sebagian besar 63,3% Hidayat Azis. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan
dilakukan sesuai SOP dan 36,7 % tidak dilakukan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika.
sesuai SOP.
Sebagian 76,2 % tidak terjadi regurgitasi Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Ilmu
pada bayi usia 0 - 6 bulan Di Wilayah Kerja Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Puskesmas Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman. Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Diketahui ada pengaruh menyendawakan
bayi setelah disusui dengan kejadian regurgitasi Indivara. N. (2009). Panduan senam hamil. Jakarta :
pada bayi usia 0 - 6 bulan dengan hasil nilai p value Rineka Cipta.
= 0,042 Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
Sikaping Kabupaten Pasaman . Irianto, T. (2009). Survei Demografi Kesehatan
Indonesia. Available Online:
www.google.comAids-22.12.20016.
Daftar Pustaka
Akhir, D. J. (2015). Sustainable Development Istianto, Giyan. (2013). Mengatasi Bayi Muntah
Goals. Jakarta: Okezone.Com. Akibat ASI. Gi-healty-blogspot.com diakses
25 Desember 2016.
Aulia, E.S. (2016). Hubungan Menyendawakan
Setelah Menyusui Dengan Kejadian Mellinda,D.E., M.Ardani H. (2012). Praktik Ibu
Regurgitasi Pada Bayi Usia 0 - 6 Bulan Di Dalam Mencegah Dan Menangani
Kelurahan Noborejo Kota Salatiga. FIK Regurgitasi Pada Bayi (0-3 bulan) Di
UMS. Kelurahan Pudakpayung Kota Semarang.
p. 205 - 212. Online di : http://ejournal-
Bernadus, L.K., Lestari, I.D. (2012). Hubungan s1.undip.ac.id/index.php/jnursing.
Antara Pengetahuan Ibu Tentang Cara
Menyendawakan Bayi Usia 0 - 6 Bulan Muslihatun Wafi. (2011). Asuhan Neonatus, Bayi
Dengan Kejadian Gumoh Sesudah dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya.
Menyusui Di Puskesmas Manukan Kulon,
Jurnal Kebidanan, Vol 1:1. { diakses 26 Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi
desember 2016). Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi
Budiarto, E. (2004). Metodologi Penelitian Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Kedokteran Sebuah pengantar Masyrakat. Rineka Cipta.
Jakarta: EGC.
Nursalam, dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi
Depkes RI. (2016). Kejadian Gumoh, Tersedia dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
online di http//www.depkes.co.id Tanggal
akses: 15 Desember 2016. Priyono, Yunisa. (2010). Merawat Bayi tanpa Baby
Sitter. Yogyakarta: Media Pressindo.
Dina .E.M & M. Hasib. A (2012). Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Tentang Regurgitasi Pudjiadi. S. (2005). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak.
Terhadap Praktik Ibu Dalam Mencegah Edisi Keempat FKUI. Jakarta.
Dan Menangani Regurgitasi Pada Bayi (0-3
bulan) Di Kelurahan Pudak payung Kota Purnamaningrum Yuliasti. (2010). Penyakit pada
Semarang. Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta:
http://download.portalgaruda.org/article.php Fitramaya.

IJONHS Volume 3 Nomor 1, Maret 2018 11


Pengaruh Menyendawakan Bayi Setelah Disusui dengan Kejadian Regurgitasi pada Bayi Usia 0 – 6 Bulan

Roesli, Utami. (2005). Mitos Menyusui Makalah Vivian. D. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
dalam seminar Telaah Mutakhir Tentang Balita. Jakarta: Salemba Medika.
ASI. JakartaBali: FAOPS-Perinasia.
World Health Organization (WHO). (2014).
Rukiyah, Yulianti. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi .Development of a strategy
dan Anak Balita. Jakarta : Trans Info Media. towardspromoting optimal fetal growth.
http://www.who.int/nutrition/topics/feto_ma
Santoso , S. (2010). Statistik Nonparametik (konsep ternal/en.html . [diakses pada tanggal 10
dan aplikasi dengan SPSS). Jakarta. februari 2017].
Gramedia
Wulandari. D. (2015). Pengaruh Faktor Ibu
Sekaran, Uma. (2006). Metodologi Penelitian Untuk Terhadap Kejadian Regurgitasi Pada Bayi.
Bisnis. Jakarta : Salemba Medika. http://repository.unissula.ac.id/2911/1/cover
_1.pdf. { diakses 20 februari 2017).
Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak:
Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.

Soetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Anak. Ed.


5. Jakarta : EGC.

Sudarti. (2010). Kelainan dan Penyakit pada Bayi


dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Pendidikan.


Bandung: ALFABETA, cv.

Sulisdiana. (2011). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu
Tentang Regurgitasi Pada Bayi Usia 0-6
Bulan Di Bps Muji Winarnik Mojokerto.
http://ejurnalp2m.poltekkesmajapahit.ac.id/i
ndex.php/HM/article/view/84 .{Diakses
februari 2017}.

Sulistyaningsih. (2011). Prinsip Dasar Ilmu Gizi


Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta. Penerbit
Graha Ilmu.

Suririnah. (2009). Buku Pintar Merawat Bayi 0-12


Bulan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Susanti & Heni, H.P. (2014). Hubungan


Menyendawakan Bayi Dengan Kejadian
Gumoh Pada Bayi 0-6 Bulan Di Desa
Manggong Kecamatan Ngadirejo
Kabupaten Temanggung.
http://ejournalnwu.ac.id/article/view/143590
6004 { diakses 14 februari 2017).

Susilangingrum, R., Nursalam., & Utami, S. (2013).


Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak Untuk
Perawat Dan Bidan (2nd ed). Jakarta :
Salemba Medika.

Tukiran dan Hidayati. (2012). Penelitian Kuantitatif


Sebuah Pengantar. Bandung: Alfabeta.

IJONHS Volume 3 Nomor 1, Maret 2018 12

Anda mungkin juga menyukai