Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare menurut WHO (1999) secara klinis didefinisikan sebagai

bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga

kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan

atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu

diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut

Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya

perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair

dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih

dalam sehari (Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2009).

Dalam Karmini dkk (2008), menurut WHO (1998), bayi sampai umur 6

bulan tetap tumbuh normal dan sehat dengan hanya diberi ASI. Setelah bayi

berumur 6 bulan MP-ASI harus diberikan karena kebutuhan gizi bayi

semakin meningkat dan tidak dapat dipenuhi hanya dari ASI. Bentuk MP-ASI

harus disesuaikan dengan kemampuan pencernaan bayi dan harus

mengandung cukup energi, protein serta vitamin dan minieral secara cukup

(Marmi, 2012)

Anak-anak, terutama bayi lebih rentan terhadap penyakit dan kondisi

hidup yang tidak sehat. Itulah sebabnya, tujuan keempat MDGs (Milennium

Development Goals) adalah mengurangi jumlah kematian anak. Targetnya

adalah menurunkan angka kematian balita sebesar dua-pertiganya antara

1
2

tahun 1990 sampai dengan 2015. Target yang diharapkan dicapai pada tahun

2015 untuk Angka Kematian Bayi adalah menurun menjadi 23 per 1.000

kelahiran hidup, dan untuk Angka Kematian Balita menjadi 32 per 1.000

kelahiran hidup. Yang salah satu penyebabnya adalah karena bayi mengalami

diare sebesar 17% (Eka, 2012).

Salah satu penyebab utama kematian di Indonesia menurut Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 adalah kejadian diare. Demikian

juga pada tahun 2001, kejadian diare masih merupakan penyebab utama

kematian bayi seperti pada periode sebelumnya. Kejadian diare pada bayi

dapat disebabkan karena kesalahan dalam pemberian makan, dimana bayi

sudah diberi makan selain ASI ( Air Susu Ibu ) sebelum berusia 4 bulan

(Ditjen PP-PL, DepkesRI, 2009).

Di Indonesia Pada tahun 2008 dilaporkan terjadinya KLB (Kejadian Luar

Biasa) diare di 15 Provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 8.443 orang,

jumlah kematian sebanyak 209 orang atau sebesar (2,48%), meningkat dari

tahun 2007 yang hanya terjadi di 8 Provinsi dengan jumlah penderita 3.659

orang, jumlah yang meninggal 69 orang atau sebesar 1,89% (Ditjen PP-PL,

DepkesRI, 2009).

Di Jawa Timur yang salah satunya di Lamongan pada tahun 2006 diare

masih menduduki peringkat kedua dari 10 besar penyakit rawat inap rumah

sakit sebesar 33,58 % (Ditjen PP-PL, DepkesRI, 2009).

Berdasarkan rekam medik di BPM Ny. S Sendang Duwur Paciran

Lamongan pada bulan Mei-Juli 2015 kejadian diare pada bayi 0-6 bulan
3

banyak yang disebabkan oleh adanya pemberian MP-ASI pada bayi yang

berusia 0-6 bulan yakni seperti pada tabel 1.1 Survei Awal Usulan Penelitian.

Frekuensi Kejadian Jumlah Persentase (%)


Diare
Mei 2 12,5 %
Juni 5 31,1 %
Juli 9 56,1 %
jumlah 16 100 %

Mengingat pentingnya permasalahan tentang pemberian ASI eksklusif

dan MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan yang menjadi salah satu penyebab

terjadinya diare.

Faktor penyebab terjadinya diare lainnya yakni karena sanitasi

lingkungan seperti hygiene dan sanitasi yang buruk mempermudah penularan

diare baik melalui makanan, air minum yang tercemar. Pendapatan keluarga

yang berhubungan pada keadaan ekonomi keluarga yang rendah. Faktor

pendidikan, faktor budaya dan faktor gizi. Salah satunya faktor gizi yang

didalamnya berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI yang

mempengaruhi terjadinya diare. Faktor terjadinya diare di BPM Ny.S

Sendang Duwur Paciran Lamongan lebih banyak karena ibu mengatakan

bayinya telah diberi makanan selain ASI saat usia 0-6 bulan.

Dampak diare pada bayi adalah bayi bisa Kehilangan air dan elektrolit

serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, dan asidosis

metabolik. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau

prarenjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah,

perpusi jaringan berkurang sehingga hipoksia dan asidosismetabolik

bertambah berat, kesadaran menurun dan bila tak cepat diobati penderita

dapat meninggal (Ditjen PP-PL, DepkesRI, 2009).


4

Pentingnya pemberian ASI eksklusif telah dituangkan di dalam Instruksi

Presiden No. 14 tahun 1974 tentang perbaikan menu makanan rakyat dan

Kepmenkes No. 450 / MENKES / SK / IV / 2004 tentang pemberian air susu

ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia melalui program ”Sepuluh

Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) atau memberikan ASI

sampai bayi berusia 6 bulan dan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun

dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai. Dengan upaya tersebut

pemerintah bisa bekerja sama dengan Tenaga Kesehatan yaitu memberikan

informasi dan penyuluhan terhadap masyarakat tentang pentingnya pemberian

ASI Eksklusif, pemenuhan Gizi, budaya hidup sehat dan tidak merokok.

(Ditjen PP-PL, DepkesRI, 2009).

Menurut survey awal di BPM Ny. S Sendang Duwur Paciran Lamongan,

penelitian ini belum pernah dilakukan di tempat penelitian dan dimungkinkan

untuk dilakukan penelitian berdasarkan pertimbangan waktu, tenaga, biaya

serta kesesuaian kompetensi penelitian dengan tema pemberian MP-ASI

dengan frekuensi kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di BPM Ny. S

Sendang Duwur Paciran Lamongan. Maka peneliti tertarik untuk meneliti

hubungan antara pemberian MP-ASI dengan frekuensi kejadian diare pada

bayi usia 0-6 bulan di BPM Ny. S Sendang Duwur Paciran Lamongan tahun

2015.
5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan yaitu, “Adakah

Hubungan Antara Pemberian MP-ASI dengan Frekuensi Kejadian Diare pada

Bayi Usia 0-6 Bulan di BPM Ny. S Sendang Duwur Paciran Lamongan tahun

2015 ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pemberian MP-ASI dengan

frekuensi kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di BPM Ny. S Sendang

Duwur Paciran Lamongan tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

1 Mengidentifikasi pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di BPM

Ny. S Sendang Duwur Paciran Lamongan tahun 2015.

2 Mengidentifikasi frekuensi kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di

BPM Ny. S Sendang Duwur Paciran Lamongan tahun 2015.

3 Menganalisis hubungan antara pemberian MP-ASI dengan frekuensi

kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di BPM Ny. S Sendang Duwur

Paciran Lamongan tahun 2015.


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan setiap ibu yang memiliki bayi usia 0-6

bulan mampu memberikan MP-ASI terhadap bayinya agar bayi dapat

terhindar terhadap kejadian diare.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan guna

meningkatkan mutu pendidikan dan sebagai masukan penelitian

selanjutnya

1.4.3 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai dasar masukan informasi bagi BPM di tempat penelitian tentang

hubungan antara pemberian MP-ASI dengan frekuensi kejadian diare pada

bayi usia 0-6 bulan di BPM Ny. S Sendang Duwur Paciran Lamongan.

Anda mungkin juga menyukai