Anda di halaman 1dari 29

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Air Rebusan Biji Ketumbar

2.1.1 Pengertian

Rebusan adalah sesuatu yang dimasak dengan air sampai mendidih;

hasil merebus: air rebusan, air hasil merebus atau air yang sudah dipakai

untuk merebus sesuatu (Alwi dkk, 2011).

Ketumbar (Coriandrum sativum) merupakan salah satu jenis rempah

yang biasa digunakan sebagai bumbu masakan Indonesia

(AgroMedia, 2008).

Air rebusan biji ketumbar adalah hasil memasak biji ketumbar

dengan air hingga mendidih.

2.1.2 Biologi Tanaman Ketumbar

Ciri-ciri ketumbar adalah bentuknya butiran-butiran kecil mirip

seperti lada, namun ukurannya lebih kecil yang berdiameter 1-2 mm.

Aromanya juga menyengat khas, mudah dibedakan dengan lada. Dalam

perdagangan obat ia dinamakan fructus coriandri. Dalam bahasa

Inggris dikenal sebagai coriander dan di Amerika dikenal sebagai cilantro.

Tumbuhan ini berasal dari Eropa Selatan dan sekitar Laut Kaspia.

Biasanya, tumbuhan ini ditanam di kebun-kebun daerah dataran rendah

dan pegunungan. Daunnya hijau dengan tepian bergerigi. Sedangkan,

untuk bunga mejemuknya berbentuk payung bersusun berwarna putih dan

merah muda. Untuk buah, bentuknya hampir bulat berwarna kuning

7
8

bersusun, Kalau matang, buahnya mudah dirontokkan. Setelah itu,

buahnya dikeringkan (Astawan, 2011).

Gambar 2.1 Biji Ketumbar (Coriandrum sativum)

2.1.3 Kandungan Biji Ketumbar

Biji ketumbar mengandung berbagai macam mineral. Mineral

utama yang terkandung pada biji ketumbar adalah kalsium, phospor,

magnesium, dan besi. Kalsium selain berperan sebagai mineral tulang,

juga berperan menjaga tekanan darah agar tetap normal. Mineral phospor

berperan dalam pembentukan dan pertumbuhan tulang. Selain itu, phospor

juga berperan dalam menjaga keseimbangan asam dan basa tubuh.

Magnesium merupakan mineral yang berperan dalam metabolisme

kalsium dan potasium, serta membantu kerja enzim dalam metabolisme

energi. Potasium membantu keseimbangan cairan elektrolit dalam tubuh.

Besi merupakan mineral yang dibutuhkan dalam pembentukan sel darah

merah, hemoglobin, dan mioglobin otot.

Biji ketumbar juga banyak mengandung vitamin. Vitamin yang

terkandung dalam biji ketumbar adalah vitamin C yang dapat berberan

sebagai antioksidan. Antioksidan berperan dalam mencegah dan

mengurangi bahaya yang ditimbulkan radikal bebas. Radikal bebas adalah

suatu senyawa yang dapat mengganggu metabolisme tubuh yang


9

berbahaya bagi kesehatan. Niasin adalah salah satu jenis vitamin B yang

berperan penting dalam proses metabolisme tubuh, terutama metabolisme

karbohidrat, protein, dan lemak menjadi bentuk energi yang dapat

digunakan oleh tubuh. Kandungan vitamin dan mineral yang dimiliki biji

ketumbar ini sangat berkhasiat sebagai stimulan atau membantu

meningkatkan kesegaran tubuh. Komposisi nilai nutrisi 100 gram biji

ketumbar disajikan pada Tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Kandungan Biji Ketumbar


Komposisi Jumlah Satuan
Energi 298 Kkal
Protein 12,37 G
Lemak 17,77 G
Serat 41,9 G
Kalsium 709 Mg
Phosphor 409 Mg
Magnesium 330 Mg
Sodium 35 Mg
Potassium 1267 Mg
Besi 16,32 Mg
Niasin (B3) 2,13 Mg
Riboflavin (B2) 0,29 Mg
Asam Folat (B9) 1 Mg
Vitamin C 21 Mg
Minyak Atsiri 1 G
(Sumber : Astawan, 2011)

Kadar minyak esensial yang terkandung pada biji ketumbar

sebanyak 0,5-1% mampu menjadi antimikroba atau antibakteri, sehingga

dapat meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit. Minyak

esensial (atsiri) yang dikandungnya berkhasiat sebagai stimulan, penguat

organ pencernaan, merangsang enzim pencernaan, dan peningkatan fungsi

hati, sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. Penambahan biji

ketumbar pada makanan dapat menurunkan produk peroksida lipid dan

kolesterol darah. Komponen aktif pada ketumbar adalah linalool yang

berjumlah sekitar 60-70% total minyak esensial dengan komponen


10

pendukung yang lainnya adalah geraniol (1,6-2,6%), geranil asetat (2-

3%), kamfor (2-4%), dan mengandung senyawa golongan hidrokarbon

berjumlah sekitar 20% (a-pinen, b-pinen, dipenten, p-simen, a-terpinen, g-

terpinen, terpinolen dan fellandren). Komponen-komponen tersebutlah

yang menyebabkan biji ketumbar memiliki reputasi sebagai bumbu atau

rempah biji tanaman yang bernilai medis (Astawan, 2011).

2.2 Konsep Dasar Tekanan Darah

2.2.1 Pengertian

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding

arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut

tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi

saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai

rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa

normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah

normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2012).

2.2.2 Cara Mengukur Tekanan Darah

Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran

tekanan darah secara rutin. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan

secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri

dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi

metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah

kesehatan lain. Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan

dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop.


11

Sphygmomanometer tersusun atas manset yang dapat

dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan

ringga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga

tekanan yang terbaca pada manometer seseuai dengan tekanan dalam

milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis

(Smeltzer & Bare, 2012).

Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan

membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan

dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai

denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan

bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah

tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas

titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan,

dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan

palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan dengan

auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih

akurat (Smeltzer & Bare, 2012).

Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang

berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di

bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana

arteri brakialis muncul diantara kedua kaput otot biseps. Manset

dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara

kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan

darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi
12

bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri

brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik

dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2012).

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah

1. Usia

Penuaan dikaitkan dengan kurangnya adaptasi ke posisi berdiri

dan resiko yang lebih besar dari vegal sinkop. Karena variabilitas

tekanan darah meningkat dengan tingkat tekanan darah, ‘’fisiologis’’

usia terkait peningkatan tekanan darah mungkin menjadi faktor yang

membingungkan dalam penentuan umum efek pada tekanan darah.

Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan.

Tekanan darah bayi berkisar antara 65-115/42-80, tekanan darah

normal anak usia 7 tahun adalah 87-117/48-64. Kisaran normal anak

yang berusia 19 tahun, 90 persennya adalah 124-136/77-84 untuk anak

laki-laki dan 124-127/63-74 untuk anak perempuan. Tekanan darah

dewasa cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia.

Standar normal untuk remaja yang tinggi dan di usia baya adalah

120/80 (Potter & Perry, 2010).

2. Jenis Kelamin

Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan

darah pada laki-laki atau perempuan. Wanita umumnya memiliki

tekanan darah lebih rendah dari pada pria yang berusia sama, hal ini

cenderung akibat variasi hormon. Setelah menopause, wanita

umumnya memiliki tekanan darah lebih tinggi dari sebelumnya


13

(Potter & Perry, 2010).

3. Stres

Ansietas, takut, nyeri dan stress emosi mengakibatkan stimulasi

simpatis, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan

tahanan vaskuler perifer (Potter & Perry, 2010).

4. Medikasi

Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung,

mempengaruhi tekanan darah, seperti diuretik dan vasodilator.

Golongan lain yang mempengaruhi tekanan darah adalah analgesik

narkotik, yang dapat menurunkan tekanan darah

(Potter & Perry, 2010).

2.3 Konsep Menopause

2.3.1 Definisi

Menopause adalah perdarahan terakhir dari uterus yang masih

dipengaruhi oleh hormone dari otak dan sel telur (Pakashi, 2012). Pada

fase ini seorang wanita akan mengalami kekacauan pola menstruasi,

terjadi perubahan psikologis/kejiwaan, terjadi perubahan fisik.

Berlangsung selama antara 4- 5 tahun pada usia 48-55 tahun

(Manuaba, 2009).

Menopause diartikan sebagai berhentinya menstruasi secara

permanen yang menghasilkan hilangnya aktivitas folikel ovarium.

Premenopuase adalah saat awal sebelum menopause ketika bentuk

endokrinologikal, biologikal dan klinikal mengarah pada menopause


14

dimulai dan pengertian ini juga meliputi tahun pertama setelah menopause

(Haines, 2009).

2.3.2 Tanda dan Gejala Menopause

Wanita yang mengalami masa menopause, baik menopause dini, pre-

menopause dan post menopause, umumnya mengalami gejala puncak

(klimakterium) dan mempunyai masa transisi atau masa peralihan. Fase ini

disebut dengan periode klimakterium (climacterium) tahun perubahan,

pergantian tahun yang berbahaya). Periode klimakterium ini disebut pula

sebagai periode kritis yang ditandai dengan rasa terbakar (hot flush), haid

tidak teratur, jantung berdebar dan nyeri saat berkemih. Hal ini

disebabkan karena keluarnya hormon dari ovarium (indung telur)

berkurang, masa haid menjadi tidak teratur dan kemudian hilang sama

sekali. Perubahan-perubahan dalam system hormonal ini mempengaruhi

segenap konstitusi psikosomatis (rohani dan jasmani), sehingga

berlangsung proses kemunduran. Banyaknya perubahan dan kemunduran

tersebut menimbulkan krisis dalam kehidupan psikis pribadi yang

bersangkutan. Pada umumnya, menopause ini diawali dengan suatu

proses “pengakhiran” maka munculah tanda –tanda antara lain:

1. Menstruasi menjadi tidak lancar dan tidak teratur

2. “Kotoran” haid yang keluar banyak sekali,ataupun sangat sedikit.

3. Muncul gangguan-gangguan vasomotoris berupa penyempitan atau

pelebaran pada pembuluh-pembuluh darah

4. Merasa pusing disertai sakit kepala

5. Berkeringat tiada hentinya


15

6. Neuralgia atau gangguan/sakit syaraf.

Semua keluhan ini disebut fenomena klimakteris, akibat dari

timbulnya modifikasi atau perubahan fungsi kelenjar-kelenjar selain

terjadi perubahan-perubahan fisik, pada tahap pre menopause terjadi

pula pergeseran atau erosi dalam kehidupan psikis pribadi yang

bersangkutan. (Proverawati, 2010).

Menurut Manuaba (2009) beberapa keluhan fisik yang terjadi akibat

penurunan hormone pada masa menopause, yaitu :

1. Jantung dan Pembuluh Darah

Keluhan yang mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh

darah meliputi: kulit terasa kering, keriput dari ototnya oleh karena

turunnya sirkulasi menuju kulit, badan terasa panas termasuk wajah,

terjadi perubahan sirkulasi pada wajah yang dapat melebar ke tengkuk

berwarna merah (hot flushes), mudah berdebar-debar, terjadi tekanan

darah tinggi yang berlanjut ke penyakit jantung koroner.

2. Alat Kelamin

Keluhan yang dirasakan mengenai alat kelamin meliputi: liang

senggama terasa kering, sulit menerima rangsangan karena

sensitivitasnya sudah menurun, epitel liang senggama dan sekitarnya

menipis, sehingga mudah terjadi infeksi, dalam melakukan hubungan

seks sering terasa sakit (dispareunia), elastisitas sudah menurun

sehingga terasa longgar.


16

3. Sistem Hormonal

Secara menyeluruh, system hormonal sudah menurun

fungsinya sehingga mempengaruhi metabolism tubuh yang juga

cenderung menurun. Oleh karena itu diperlukan perhatian terhadap

pola makan yang sebaiknya menjurus kea rah vegetarian. Penyakit

metabolism yang dapat terjadi pada masa klimakterium dan

menopause adalah cepat menjadi gemuk, kelebihan bahan makanan

disimpan dalam bentuk lemak di bokong, payudara, dan perut.

4. Fungsi Saraf

Pada lansia, keluhan saraf disebabkan oleh karena terjadi

degenerasi sel saraf dan sel otak sehingga menimbulkan manifestasi

klinis. Keluhan pada panca indera: mengamali kemunduran fungsinya

sehingga memerlukan perhatian, penglihatan dan pendengaran kurang

berfungsi sehingga memerlukan bantuan alat untuk meningkatkan

fungsi, itu sebabnya orang tua sering berbicara keras, bukan karena

marah atau bertengkar.

5. Fungsi Motorik

Keluhan fungsi motorik meliputi: otot sudah mulai lemah untuk

memegang atau mengambil barang, Koordinator sudah kurang tepat

dan pegangan sering lepas, gerakan otot mulai sulit dikendalikan

sehingga sering gemetar, dalam keadaan diam, dengan tidak terasa

tangan, kaki bergerak sendiri (tremor), artikulasi suara mengalami

gangguan sehingga sering keseleo bila berbicara.


17

6. Fungsi Sensoris

Keluhan saraf sensoris, sering dikemukakan terdapat gangguan

pada rasa tidak enak, kram atau sakit, gejala ini saat berdiam diri dan

akan menghilang bila digerakkan, kemunduran fungsi saraf

menyebabkan gangguan sirkulasi darah dan menimbulkan keluhan

klinis, terdapat gangguan rasa perabaan, karena saraf peraba

mengalami kemunduran fungsi.

7. Fungsi Tulang

Tulang sebagai penyangga utama tubuh karena proses penuaan

dapat terjadi pengurusan kalsium tulang, sehingga menjadi kropos dan

patah. Tempat yang paling banyak terjadi patah tulang adalah pada

persendian tulang paha, sekalipun jatuh tidak terlalu keras. Diketahui

bahwa metabolisme kalsium, sebagai bahan tulang dipengaruhi oleh

hormone paratiroid, estrogen, vitamin E dan D, persendian dan

kemampuan menyerap kalsium. Dengan demikian pada lansia perlu

berhati-hati dalam kehidupan sehingga tidak terjadi patah tulang yang

pengobatannya sulit dilaksanakan.

Beberapa keluhan psikologis menurut Yatim (2011) yang

merupakan tanda dan gejala menopause yaitu :

1. Ingatan menurun

Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah,

namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam

mengingat.
18

2. Kecemasan

Kecemasan yang timbul sering di hubungkan dengan adanya

kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah

dikhawatirkan.

3. Mudah tersinggung

Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita

lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya

dianggap tidak mengganggu ini mungkin disebabkan dengan

datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses

mana yang sedang berlangsung dalam dirinya.

4. Stress

Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan

cemas, termasuk para lansia menopause. Di tingkat psikologis, respon

orang terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan, sebagaimana

perbedaan suasana hati dan emosi.

5. Depresi

Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena

kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan

kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik.

Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai

wanita dan harus menghadapi masa tuanya.

2.3.3 Proses Terjadinya Menopause

Tanda pertama menopause kerap berupa datang bulan yang lebih

ringan atau terlambat, daripada biasanya, dan wanita dapat berhenti


19

menstruasi sama sekali. Kadang menstruasi ringan untuk satu bulan dan

berat pada bulan berikutnya, menstruasi yang berat ini dapat mencolok

jika menstruasi terlambat meski dapat ada penyebab lain untuk perdarahan

yang berat dan tidak biasa itu. Tahap demi tahap, berbulan-bulan atau

mungkin bertahun-tahun kemudian menstruasi berhenti sama sekali (pada

beberapa wanita, menstruasi dapat berhenti secara tiba-tiba). Dua belas

bulan sesudah menstruasin terakhir, wanita diatas umur 50 tahun

diperkirakan tidak subur.

Hormone FSH dan LH (yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis

pada pangkal otak) merangsang salah satu ovarium untuk melepaskan telur

yang sudah masak ke tuba fallopi yang terdekat. Kemudian telur siap

untuk dibuahi oleh sperma pria. Sementara itu, polikel didalam yang telah

dikembangkan oleh telur juga memproduksi hormone, pertama estrogen

dan kemudian juga progesterone. Hormon-hormon itu menyebabkan

lapisan rahim menebal untuk menyiapkan implantasi jika telur dibuahi.

Jika telur tidak dibuahi, lapisan yang menebal rontok, dan wanita

mengalami menstruasi.

Diusia pertengahan, ovarium yang menua berhenti merespon

terhadap FSH dan LH, meskipun sekresi dari ini meningkat. Akibatnya

lebih sedikit folikel terbentuk, dan lebih sedikit melepaskan telur; keluaran

esterogen dan progesterone dari ovarium menurun; lapisan rahim berhenti

menebal, dan pendarahan menstruasi berganti pola dan pada akhirnya

berhenti; dan rahim serta ovarium mulai mengerut (Satyanegara, 2009)


20

2.3.4 Perubahan Hormon Selama Menopause

Pada masa reproduktif, sejumlah ovarian primordial follicles terus

mengalami pengurangan, tetapi setelah berusia 40 tahun jumlah folikel

yang hilang mulai mengalami percepatan. Meskipun jumlah folikel

berkurang, ovulasi tetap berlanjut pada lebih dari 98% perempuan yang

berusia 40 tahun yang memiliki sirkulasi menstruasi teratur. Terkadang

tidak terdapat folikel yang dapat merespon peningkatan konsentrasi

gonadotropin dan terdapat konsentrasi estradiol yang rendah diikuti

dengan menopause. Setelah menopause, peningkatan konsentrasi FSH

relatif lebih besar daripada LH , dengan peningkatan level FSH 10 – 15

kali dimana konsentrasi dari LH hanya tiga hingga lima kali lebih tinggi

(Haines, 2009).

2.4 Konsep Hipertensi

2.4.1 Pengertian

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik

lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastole lebih dari 80 mmHg

(Muttaqin, 2014).

Hipertensi dalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan

darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan

tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak

berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah

secara normal (Wijaya & Putri, 2013).


21

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten

dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90

mmHg (Smeltzer & Bare, 2012).

2.4.2 Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan etiologi:

2.4.2.1 Hipertensi Primer

Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95%

kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,

hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam

ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang

meningkatkan risiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

Hipertensi primer biasanya timbul pada umur 30 – 50 tahun

2.4.2.2 Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 %

kasus. Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit

ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom

cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan

dengan kehamilan, dan lain – lain (Wijaya & Putri, 2013)

Tabel 2.1.Klasifikasi Hipertensi menurut JNC 7


Klasifikasi Hipertensi Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah
(mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 > 160 > 100

(Sumber: Muttaqin, 2014)


22

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut ESC


Klasifikasi Hipertensi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal 120-129 80-84
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi Ringan 140-159 90-99
Hipertensi Sedang 160-179 100-109
Hipertensi Berat ≥180 ≥110
Hipertensi Sistolik Terisolasi ≥190 <90

(Sumber: Wijaya & Putri, 2013)

2.4.3 Patofisiologi Hipertensi

Pengaturan tekanan arteri meliputi kontol system saraf yang

kompleks dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam

mempengaruhi curah jantung dan tahanan vascular perifer. Hal lain yang

ikut dalam pengaturan tekanan darah adalah reflex baroreseptor dengan

mekanisme di bawah ini. Curah jantung ditentukan oleh diameter arteriol.

Bila diameternya menurun (vasokonstriksi), tahanan perifer meningkat.

Bila diameternya meningkat (vasodilatasi), tahanan perifer akan menurun

(Muttaqin, 2014).

Pengaturan primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroreseptor

pada sinus karotikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls ke

pusat saraf simpatis di medulla oblongata. Impuls tersebut akan

menghambat stimulasi sistem saraf simpatis. Bila tekanan arteri meningkat

maka ujung-ujung baroreseptor akan teregang dan memberikan respons

terhadap penghambat pusat simpatis, dengan respons terjadinya pusat


23

akselerasi gerak jantung dihambat. Sebaliknya, hal ini akan menstimulasi

pusat penghambat penggerak jantung yang bermanifestai pada penurunan

curah jantung. Hal lain dari pengaruh stimulasi baroreseptor adalah

dihambatnya pusat vasomotor sehingga terjadi vasodilatasi. Gabungan

vasodilatasi dan penurunan curah jantung akan menyebabkan terjadinya

penurunan tekanan darah. Sebaliknya, pada saat tekanan darah turun maka

respons reaksi cepat untuk melakukan proses homeostasis tekanan darah

supaya berada dalam kisaran normal (Muttaqin, 2014).

Mekanisme lain mempunyai reaksi jangka panjang dari adanya

peningkatan tekanan darah oleh faktor ginjal. Renin yang dilepaskan oleh

ginjal ketika aliran darah ke ginjal menurun akan mengakibatkan

terbentuknya angiotensin I, yang akan berubah menjadi angiotensin II.

Angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan mengakibatkan

kontraksi langsung arteriol sehinga terjadi peningkatan resistensi perifer

(TPR) yang secara tidak langsung juga merangsang pelepasan aldosteron,

sehingga terjadi resistensi natrium dan air dalam ginjal serta menstimulasi

perasaan haus. Pengaruh ginjal lainnya adalah pelepasan eritopoetin yang

menyebabkan peningkatan produksi sel darah merah. Manifestasi dari

ginjal secara keseluruhan akan menyebabkan peningkatan volume darah

dan peningkatan tekanan darah secara simultan (Muttaqin, 2014).

Bila terdapat gangguan menetap yang menyebabkan konstriksi

arteriol, tahanan perifer total meningkat dan tekanan arteri rata-rata juga

meningkat. Dalam menghadapi gangguan menetap, curah jantung harus

ditingkatkan untuk mempertahankan keseimbangan sistem. Hal tersebut


24

diperlukan untuk mengatasi tahanan, sehingga pemberian oksigen dan

nutrient ke sel serta pembuangan produk sampah sel tetap terpelihara.

Untuk meningkatkan curah jantung, system saraf simpatis akan

merangsang jantung untuk berdenyut lebih cepat, juga meningkatkan

volume sekuncup dengan cara membuat vasokonstiksi selektif pada organ

perifer, sehingga darah yang kembali ke jantung lebih banyak. Dengan

adanya hipertensi kronis, baroreseptor akan terpasang dengan level yang

lebih tinggi dan akan merespons meskipun level yang baru tersebut

sebenarnya normal (Muttaqin, 2014).

Pada mulanya, mekanisme tersebut bersifat kompesasi. Namun,

proses adaptif tersebut membuka jalan dengan memberikan pembebanan

pada jantung. Pada saat yang sama, terjadilah perubahan degeneratif pada

arteriol yang menanggung tekanan tinggi terus-menerus. Perubahan

tersebut terjadi dalam seluruh organ tubuh, termasuk jantung akibat

berkurangnya pasokan darah ke miokardium. Untuk memompa darah,

jantung harus bekerja keras guna mengatasi tekanan balik muara aorta.

Akibat beban kerja ini, otot ventrikel kiri mengalami hipertrofi atau

membesar. Terjadilah dilatasi dan pembesaran jantung. Kedua perubahan

struktural tersebut bersifat adaptif, keduanya meningkatkan isi sekuncup

jantung. Pada saat istirahat, respons kompensasi tersebut mungkin

memadai, namun dalam keadaan pembebanan jantung tidak mampu

memenuhi kebutuhan tubuh, orang tersebut menjadi cepat lelah dan

napasnya pendek (Muttaqin, 2014).

2.4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi


25

Menurut (Sunanto, 2009) faktor-faktor yang mempengaruhi

hipertensi adalah sebagai berikut:


26

2.2.4.1 Faktor yang dapat dirubah

1. Obesitas

Merupakan ciri khas penderita hipertensi, walaupun belum

diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dengan kegemukan,

namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah

penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada dengan berat

badan normal. Memang tidak semua penderita hipertensi berbadan

gemuk, orang kurus pun tidak tertutup kemungkinan terserang

hipertensi. Kenyataannya orang gemuk menjadi peluang terkena

hipertensi lebih besar.

2. Asupan garam

Seseorang yang terlalu berlebihan mengkomsumsi garam (Nacl)

yang berlebih dapat menahan air (retensi) sehingga meningkatkan

jumlah volume darah, akibatnya jantung harus bekerja keras dan

tekanan darah menjadi naik.

3. Makanan dan gaya hidup

Tekanan darah tinggi erat kaitannya dengan gaya hidup dan

makanan. Sebagian faktor gaya hidup yang menyebabkan hipertensi,

antara lain minum alkohol, kurang olahraga, stres, dan merokok.

Faktor makanan mencakup: kegemukan, konsumsi rendah garam,

konsumsi garam yang berlebihan, tingginya asupan lemak.


27

4. Kebiasaan minum kopi berlebihan

Konsumsi kopi meningkatkan keasaman usus sehingga

menghambat penyerapan elektrolit pengatur tekanan darah. Kafein

dalam kopi menyebabkan seseorang dipaksa terjaga melawan irama

sirkadian yang dapat memicu stress. Stress merupakan kondisi yang

dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah (Lingga, 2012)

2.2.4.2 Faktor yang tidak dapat dirubah

1. Keturunan (genetik)

Seseorang yang memiliki riwayat keturunan penderita

hipertensi memiliki peluang lebih besar terkena hipertensi dari pada

orang yang tidak memiliki riwayat keturunan. Gen yang dibawa dari

riwayat keturunan sedarah sangat besar pengaruhnya terhadap penyakit

ini, meskipun penyakit hipertensi tidak identik penyakit turunan.

2. Usia (umur)

Usia (umur) sering disebut bahwa hipertensi salah satu penyakit

degenerative, yaitu penyakit karena usia. Semakin bertambahnya usia

seseorang, maka akan semakin menurun dengan produktivitas organ

tubuh seseorang.

3. Jenis Kelamin

Laki-laki memiliki resiko angka kejadian penyakit

kardiovaskular yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal ini

disebabkan adanya perbedaan distribusi lemak tubuh antara laki-laki

dan wanita. Pada laki-laki distribusi lemak tubuh terutama pada daerah

abdomen sedangkan pada wanita lebih banyak pada daerah gluteal dan
28

femoral. Secara teoritis penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi

pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan karena

penyakit hipertensi pada wanita meningkat seiring dengan

bertambahnya usia, beban tugas sebagai ibu rumah tangga apalagi ibu

rumah tangga yang bekerja dengan tingkat stress yang tinggi

(Zuraidah dkk, 2012).

2.2.5 Manifestasi Klinik

Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun

selain tekanan darah tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada

retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan

pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil ( edema pada diskus

optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan

gejala sampai bertahun-tahun. Gejala yang muncul yaitu:

1. Kerusakan Vaskuler

2. Penyakit arteri koroner dengan angina

3. Hipertrofi ventikel kiri

4. Gagal jantung kiri

5. Perubahan patologis pada ginjal (Smeltzer & Bare, 2012)

2.2.6 Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lansia

Banyak penelitian menunjukkan bahwa pentingnya terapi

hipertensi pada lanjut usia; dimana terjadi penurunan morbiditas dan

mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Sebelum

diberikan pengobatan, pemeriksaan tekanan darah pada lanjut usia

hendaknya dengan perhatian khusus, mengingat beberapa orang lanjut usia


29

menunjukkan pseudohipertensi (pembacaan spigmomanometer tinggi

palsu) akibat kekakuan pembuluh darah yang berat. Khususnya pada

perempuan sering ditemukan hipertensi jas putih dan sangat bervariasinya

TDS.

2.2.6.1 Sasaran tekanan darah

Pada hipertensi lanjut usia, penurunan TDD hendaknya

mempertimbangkan aliran darah ke otak, jantung dan ginjal. Sasaran yang

diajukan pada JNCVI dimana pengendalian tekanan darah (TDS<140

mmHg dan TDD<90mmHg) tampaknya terlalu ketat untuk penderita

lanjut usia. Sys-Eur trial merekomendasikan penurunan TDS < 160 mmHg

sebagai sasaran intermediet tekanan darah, atau penurunan sebanyak 20

mmHg dari tekanan darah awal.

2.2.6.2 Modifikasi pola hidup

Mengubah pola hidup/intervensi nonfarmakologis pada

penderita hipertensi lanjut usia, seperti halnya pada semua penderita,

sangat menguntungkan untuk menurunkan tekanan darah. Beberapa pola

hidup yang harus diperbaiki adalah: menurunkan berat badan jika ada

kegemukan, mengurangi minum alcohol, meningkatkan aktivitas fisik

aerobik, mengurangi asupan garam, mempertahankan asupan kalium yang

adekuat, mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang

adekuat, menghentikan merokok, mengurangi asupan lemak jenuh dan

kolesterol. Seperti halnya pada orang yang lebih muda, intervensi

nonfarmakologis ini harus dimulai sebelum menggunakan obat-obatan.


30

2.2.6.3 Terapi farmakologis

Umur dan adanya penyakit merupakan faktor yang akan

mempengaruhi metabolisme dan distribusi obat, karenanya harus

dipertimbangkan dalam memberikan obat antihipertensi. Hendaknya

pemberian obat dimulai dengan dosis kecil dan kemudian ditingkatkan

secara perlahan. Menurut JNC VI pilihan pertama

untuk pengobatan pada penderita hipertensi lanjut usia adalah

diuretic atau penyekat beta. Pada HST, direkomendasikan penggunaan

diuretic dan antagonis kalsium. Antagonis kalsium nikardipin dan diuretic

tiazid sama dalam menurunkan angka kejadian kardiovaskuler. Adanya

penyakit penyerta lainnya akan menjadi pertimbangan dalam pemilihan

obat antihipertensi. Pada penderita dengan penyakit jantung koroner,

penyekat beta mungkin sangat bermanfaat; namun demikian terbatas

penggunaannya pada keadaan-keadaan seperti penyakit arteri tepi, gagal

jantung/ kelainan bronkus obstruktif. Pada penderita hipertensi dengan

gangguan fungsi jantung dan gagal jantung kongestif, diuretik,

penghambat ACE (angiotensin convening enzyme) atau kombinasi

keduanya merupakan ptlihan terbaik. Obat-obatan yang menyebabkan

perubahan tekanan darah postural (penyekat adrenergik perifer, penyekat

alfa dan diuretik dosis tinggi) atau obatobatan yang dapat menyebabkan

disfungsi kognitif (agonis a 2 sentral) harus diberikan dengan hati-hati.

Karena pada lanjut usia sering ditemukan penyakit lain dan pemberian

lebih dari satu jenis obat, maka perlu diperhatikan adanya interaksi obat

antara antihipertensi dengan obat lainnya.


31

Obat yang potensial memberikan efek antihipertensi misalnya :

obat anti psikotik tcrutama fenotiazin, antidepresan khususnya trisiklik, L-

dopa, benzodiapezin, baklofen dan alkohol. Obat yang memberikan efek

antagonis antihipertensi adalah: kortikosteroid dan obat antiinflamasi

nonsteroid. Interaksi yang menyebabkan toksisitas adalah: (a) tiazid:

teofilin meningkatkan risiko hipokalemia, lithium risiko toksisitas

meningkat, karbamazepin risiko hiponatremia menurun; (b) Penyekat beta:

verapamil menyebabkan bradikardia, asistole, hipotensi, gagal jantung;

digoksin memperberat bradikardia, obat hipoglikemik oral meningkatkan

efek hipoglikemia, menutupi tanda peringatan hipoglikemia. Dosis

beberapa obat diuretic penyekat beta, penghambat ACE, penyekat kanal

kalsium, dan penyakat alfa yang dianjurkan pda penderita hipertensi pada

lanjut usia adalah sebagai berikut.15 Dosis obatobat diuretic (mg/hari)

msialnya: bendrofluazid 1,25- 2,5, klortiazid 500-100, klortalidon 25-50,

hidroklortiazid 12,5-25, dan indapamid SR 1,5. Dosis obat-oabat penyekat

beta yang direkomendasikan adalah: asebutolol 400 mg sekali atau dua

kali sehari, atenolol 50 mg sekali sehari, bisoprolol 10-20 mgsekali sehari,

celiprolol 200-400 mg sekali sehari, metoprolol 100-2000 mg sekali

sehari, oksprenolol180-120 mg dua kali sehari, dan pindolol 15-45 mg

sekali sehari. Dosis obat-obat penghambat ACE yang direkomendasikan

adalah: kaptopril 6,25-50 mg tiga kali sehari, lisinopril 2,5-40 mg sekali

sehari, perindropil 2-8 mg sekali sehari, quinapril 2,5-40 mg sekali sehari,

ramipril 1,25-10 mg sekali sehari. Dosis obat-obat penyakat kanal kalsium

yang dianjurkan adalah: amlodipin 5-10 mg sekali sehari, diltiazem 200


32

mg sekai sehari, felodipin 5-20 mg sekali sehari, nikardipin 30 mg dua kali

sehari, nifedipin 30-60 mg sekali sehari, verapamil 120-240 mg dua kali

sehari. Dosis obat-obat penyakat alfa yang dianjurkan adalah; doksazosin

1-16 mg sekali sehari, dan prazosin 0,5 mg sehari sampai 10 mg dua kali

sehari (Kuswardhani, 2016).

2.3 Pengaruh Air Rebusan Biji Ketumbar Terhadap Tekanan Darah Pada
Wanita Menopause yang Mengalami Hipertensi

Setelah menopause, wanita umumnya memiliki tekanan darah lebih

tinggi dari sebelumnya (Potter & Perry, 2010). Wanita menopause

mengalami keluhan psikologis berupa stress dimana tidak ada yang bisa

lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para lansia

menopause. Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress

tidak bisa diramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi

(Manuaba, 2009). Stress akan memicu terjadinya vasokronstriksi sehingga

tekanan darah meningkat (Lingga, 2012).

Ketumbar memiliki kandungan kalium dan kalsium yang tinggi

dimana kedua mineral ini sangat penting dalam regulasi tekanan darah.

Konsumsi kalium dan kalsium yang banyak akan meningkatkan

konsentrasinya didalam cairan intraselular, sehingga cenderung menarik

cairan dari bagian ekstraselular dan menurunkan tekanan darah

(Astawan, 2011).

Dalam biji ketumbar juga ditemukan sejumlah senyawa essensial

yang bekerja sebagai fitokimia. Sejumlah di antaranya akan bekerja

sebagai anti oksidan, seperti carvone, geraniol, limonene, borneol,

camphor, elemol, alinaloolquercitin, kaempferol, rhamnetin, dan


33

epigeninactive. Juga terdapat kandungan asam phenolic termasuk caffeic

dan asam klorogenik. Asam klorogenik, sejumlah kandungan lemonede

dan beberapa jenis asam dan anti oksidan membantu mengatasi endapan

kolesterol dalam darah, memperbaiki sirkulasi darah, membesarkan

ukuran pembuluh darah yang akan penting untuk menetralkan tekanan

darah (Jabeen et al, 2009).


SOP (Standar Operasional Prosedur)
KONSUMSI BIJI KETUMBAR

TINDAKAN

PERSIAPAN ALAT : TAHAP KERJA

Biji ketumbar 200 gram


Tahap Terminasi :
Air bersih 400 ml
Melakukan evaluasi tindakan Berpamitan
Lembar observasi Tahap Prainteraksi :
dengan klien Mencuci tangan Mencatat
hasil dalam lembar observasi Mengecek program terapi
Mencuci tangan

Tahap Orientasi :
Memberikan salam dan menyapa nama respondenMenjelaskan tujuan dan
prosedur pelaksanaan
Tahap Kerja : Teknik terapi yang dilakukan adalah pemberian air rebusan biji
1Menyiapkan 200 gram biji ketumbar2Menyiapkan air bersih ketumbar untuk menurunkan tekanan darah
400 ml3Mencuci biji ketumbar dari kotoran yang Prosedur tindakan dilakukan dengan mengkonsumsi air rebusan
menempel4Memasukkan 200 gram biji ketumbar ke dalam air biji ketumbar sebanyak 600 ml/hari untuk diminum sebanyak 3x
bersih masing-masing 200 ml secara teratur pada pukul 05.00, 13.00, dan
400 ml5Masak hingga mendidih sampai air tinggal 200 21.00
ml6Menyaring biji ketumbar dan airnya dimasukkan dalam Air rebusan biji ketumbar di konsumsi selama 4 hariMenanyakan
gelas6Minum secara teratur pada pukul 05.00, 13.00, dan persetujuan/kesiapan klien Memeriksa tekanan darah klien sebelum
21.00 WIB selama 4 hari minum air rebusan biji ketumbar dan sesudah mengkonsumsi air rebusan
biji ketumbar selama 4 hari
7
SOP (Standar Operasional Prosedur)
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

TINDAKAN

PERSIAPAN ALAT : TAHAP KERJA

Spygmomanometer
Tahap Terminasi :
Lembar Observasi
Melakukan evaluasi tindakan Berpamitan
dengan klien Mencuci tangan Tahap Prainteraksi :
Mencatat hasil dalam lembar Mencuci tangan
observasi

Tahap Orientasi :
Memberikan salam dan menyapa nama
respondenMenjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan
Tahap Kerja : Klien akan diperiksa tekanan darahnya dengan
Mempersiapkan klien dalam posisi dudukMemasang manset menggunakan tensimeter
spygomanometer pada lengan sebelah kananMemompa bulb (spygmomanometer)Menanyakan
spygmomanometer sambil mendengarkan suara arteria persetujuan/kesiapan klien
brachialisMenghentikan pompa 10 mmHg di atas suara arteria brachialis
terakhir terdengarMembuka kunci bulb pelan-pelan dan memperhatikan
besarnya tekanan pada saat denyut pertamma terdengar (sistole) dan denyut
paling emah terdengar (diastole)Melepas manset dan merapikan alat

Anda mungkin juga menyukai