Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Konsep Terapi Herbal Tomat
2.1.1.1 Definisi Tomat
Tomat (solanium lycopersicum) adalah tanaman sejenis dari

keluarga solanacea, yang berasal dari negara Amerika Tengah dan Selatan

dari Meksiko sampai ke Peru. Istilah tomat sendiri bermula dari Bahasa

Aztec, salah satu suku Indian yaitu Xitomate dan Xitotomate. Tumbuhan

ini meluas ke semua benua Amerika terutama ke kawasan yang beriklim

tropis, banyak masyarakat menyebut tanaman tomat sebagai tanaman

penganggu. Peluasan tanaman tomat disebarkan oleh hewan seperti

burung. Burung tersebut memakan buah tomat kemudian kotorannya

terhambur kemana-mana, sedangkan peluasan tanaman tomat di negara

Eropa dan Asia dilakukan oleh orang-orang Spanyol yang membawa

tanaman tomat untuk ditanaman diperkarangan. Tanaman tomat datang ke

negara Indonesia dibawah oleh para penjajah Belanda, dengan seperti ini

tumbuhan tomat banyak menyebar keseluruh belahan dunia, baik yang

memiliki iklim tropis maupun subtropis (Thalia, 2018).

Tomat sendiri berasal dari negara Amerika tropis yang banyak

ditanam di ladang-ladang atau perkarangan rumah dan banyak dijumpai

tumbuh luar diatas ketinggian 1-1600 meter diatas permukaan laut.

Tanaman tomat tidak bisa terkena guyuran air hujan terus menerus, sinar
matahari yang berlebih, tanaman tomat menyukai tanah yang bergembur

dan subur. Tanaman tomat tumbuh dengan tegak, memiliki tinggi kurang

lebih 0,5-2,5 meter, tanaman tomat memiliki cabang banyak dan terdapat

bulu atau rambut halus di batangnya. Tanaman tomat memiliki daun yang

berbentuk oval, tomat memiliki mahkota yang menyerupai bintang, tomat

memiliki banyak bentuk ada yang bulat, oval dan lain-lain. Tomat muda

memiliki warna hijau mudah dan tomat masak akan berwarna merah

(Thalia, 2018).

Tomat memiliki biji yang banyak daun berbentuk pipih, biji tomat

memiliki warna kuning, buah tomat dapat dimakan secara langsung atau

dapat diolah dulu seperti : dibuat jus tomat, dibuat saus tomat, dibuat acar

dan lain-lain. Selain buahnya yang dapat dikonsumsi ada daun yang dapat

dimanfaatkan sebagai sayur mayur, tomat buah yang berbentuk bulat dan

ada yang oval yang berwarna merah jika sudah masak, dan juga memiliki

daging tebal (Thalia, 2018).

2.1.1.2 Klasifikasi Tomat

Tanaman tomat tergolong tanaman semusim (annual). Artinya,

tanaman berumur pendek yang hanya satu kali berproduksi dan setelah itu

mati, secara taksonomi tanaman tomat digolongkan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnolliophyta

Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Asteridae

Ordo : Solonales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Species : Solanum lycopersicum L

Gambar 2.1 Buah Tomat Merah


Sumber : Dokumentasi Liputan6.com

2.1.1.3 Morfologi Tomat


Tanaman tomat merupakan tanaman herbal semusim dari keluarga

Solanaceae. Batang tanaman tomat bervariasi ada yang tegak atau

menjalar, padat dan merambat, berwarna hijau, berbentuk silinder dan

ditumbuhi rambut-rambut halus terutama di bagian yang berwarna hijau.

Daunnya oval dan bergerigi dan termasuk daun majemuk. Daun tanaman

tomat biasanya berukuran panjang sekitar 20-30 cm serta lebarnya 16-20

cm. Daun tanaman tomat memiliki, jarak yang dekat dengan ujung dahan

sementara tangkai berbentuk bulat berukuran 7-10c m. Bunga tomat

berwarna kuning cerah, termasuk hermaprodit dan dapat menyerbuk


sendiri. Tanaman tomat memiliki akar tunggang dengan akar samping

yang menjalar ke samping (Dalimartha, 2020).

Warna buah tomat bervariasi dari kuning, orange sampai merah

tergantung dari pigmen yang dominan. Buah tomat adalah buah buni, yang

masih muda memiliki warna hijau dan memiliki bulu yang keras, setelah

tua buah akan berwarna merah muda, merah atau kuning mengkilat dan

relative lunak. Buah tomat memiliki diameter sekitar 4-15 cm, rasanya

juga bervariasi mulai dari asam hingga kemanisan. Buah tomat berdaging

dan banyak mengandung air, didalamnya terdapat biji berbentuk pipih

berwarna cokelat kekuningan. Buah tomat memiliki panjang 3-5 mm dan

lebar 2-4 mm. Biji tomat saling melekat, diselimuti daging buah dan

tersusun berkelompok dengan dibatasi daging buah. Jumlah biji tomat

setiap buah bervariasi, umumnya adalah 200 biji per buah. Tomat

mengandung vitamin yakni alkaloid, solanin, asam malat, asam sitrat,

adenine, vitamin B1, B2, B6, C dan E yang berfungsi untuk mengobati

beberapa penyakit seperti sariawan, beri-beri, radang syaraf dan

sebagainya (Dalimartha, 2020).

2.1.1.4 Kandungan Gizi Tomat


Tomat memiliki kandungan energi, karbohidrat, dan gula paling

rendah dibandingkan dengan pangan sumber kalium dan magnesium

lainnya (pisang, belimbing dan semangka) (USDA dalam Ilma, 2020).

Tomat merupakan salah satu sumber makanan yang kaya akan kalium,

vitamin C, vitamin E dan serat. Kandungan kalium dalam 100 gr tomat

adalah 245 mg (Blum dalam Sukma, 2019). Buah Tomat mengandung


berbagai vitamin, mineral dan senyawa tumbuhan. Berikut adalah

kandungan tomat yang dapat menurunkan tekanan darah :

1. Vitamin C

Vitamin ini sangat diperlukan untuk tubuh, vitamin C banyak

terdapat di buah dan sayuran yang ada disekitar kita. Didalam vitamin

C terdapat mikrenetrial esensial yang diperlukan oleh metabolisme

pada tubuh yang normal, vitamin ini merupakan antioksidan utama

yang dengan mudah larut kedalam tubuh yang berguna sebagai

menurunkan tekanan darah dan level kolesterol (Thalia, 2018).

2. Vitamin B6

Vitamin B6 memiliki manfaat untuk penyusunan sel-sel darah

merah dan mendukung untuk meringankan tanda hipertensi (Thalia,

2018).

3. Vitamin B9

Vitamin B9 memiliki manfaat untuk membantu perkembangan

pada janin, bermanfaat juga sebagai obat anemia (Thalia, 2018).

4. Likopen

Didalam tomat mengandung likopen yang bemanfaat untuk

antioksidan sehingga dapat berfungsi untuk melumpuhkan radikal

bebas, likopen bermanfaat juga sebagai menyeimbangkan kadar

kolesterol darah dalam tubuh dan bermanfaat untuk mengatur tekanan

darah, serta bermanfaat sebagai meregangkan sel saraf jantung yang

tegang, yang diakibatkan oleh endapan kolesterol dan endapan glukosa

dengan menghambat pelepasan oksigen reaktif terhadap endotel yang


menghalangi dilatasi pembuluh darah, ini adalah salah satu

patofisiologi tomat digunakan menurunkan tekanan darah (Ismalia et

al., 2020).

5. Bioflavonoid

Didalam tomat mengandung bioflavonoid yang berfungsi

sebagai mengurangi bahaya kolesterol didalam tubuh dan berfungsi

juga sebagai mencegah penggumpalan darah. Bioflavonoid mudah

larut didalam air sehingga dapat berfungsi untuk melancarkan keluar

air seni sehingga mengakibatkan antihipertensi. Hal ini memiliki

hubungan dengan ACE sehingga angiotensin I mengakibatkan dapat

diubah sebagai angiotensin II. Mangakibatkan jumlah angiotensin II

berkurang dan mengakibatkan vasokonstriksi dan sekresi aldostern

untuk reabsorbsi natrium dan air. Secara otomatis mengakibatkan

berkurang menjadikan tekanan darah akan menurun (Thalia, 2018).

6. Kalium

Kalium berpengaruh pada sistem renin angiotensin, sehingga

dapat menghalangi pengeluaran renin. Renin berfungsi merubah

angiotensinogen sebagai angiotensin I akibat adanya faktor blok pada

sistem, kemudian pembuluh darah terjadi vasodilator menyebabkan

turunnya tekanan darah (Ismalia et al., 2020).


Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Tomat

Zat Gizi Jumlah


Energi 24 kkal
Air 92,9 gr
Protein 1,3 gr
Lemak 0,5 gr
Karbohidrat 4,7 gr
Serat 0,4 gr
Kalsium 8 mg
Fosfor 77 mg
Besi 0,6 mg
Natrium 10 mg
Kalium 165 mg
Sumber : Kemenkes RI, 2018

2.1.1.5 Pengaruh Kalium Terhadap Hipertensi

Kalium adalah ion bermuatan positif yang dapat diabsorbsi dengan

mudah di usus halus dan dikeluarkan dalam bentuk ion pengganti natrium

melalui proses pertukaran di dalam ginjal. Proses ini bermanfaat untuk

menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa tubuh. Selain itu,

kalium juga berperan sebagai katalisator dalam metabolisme energi

sintesis, glikogen dan protein. Dalam aktivitas sehari-hari, kalium

membantu memperlancar keseimbangan cairan, membuat tubuh lebih

segar, serta membantu pengiriman oksigen ke otak. Secara tak langsung,

juga memicu kerja otot dan simpul syaraf .

Pasokan kalium dan magnesium sangat bermanfaat untuk

mengurangi dampak buruk kelebihan sodium yang mengganggu

keseimbangan elektrolit di tubuh. Cara ini lebih bermanfaat untuk

mengatasi kenaikan tekanan darah. Untuk mendapatkan pasokan elektrolit

yang memadai, harus banyak mengonsumsi sayuran dan buah.


Kalium dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan karena

mampu menyebabkan vasodilatasi yang dapat melebarkan pembuluh

darah, darah dapat mengalir lebih lancar dan terjadi penurunan resistensi

perifer. Selain itu kalium juga dapat menghambat kerja enzim angiotensin

sehingga proses konversi renin menjadi renin-angiotensin terhambat dan

tidak terjadi peningkatan tekanan darah.

2.1.1.6 Pengaruh Serat Terhadap Hipertensi


Serat merupakan bagian dari tanaman yang tidak dapat dipisahkan.

Ada dua jenis serat (crude fiber) yaitu serat kasar dan serat makanan

(dietary fiber). Serat kasar merupakan serat tumbuhan yang tidak larut air.

Serat kasar berfungsi mencegah terjadinya konstipasi, hemoroid, usus

buntu, ambeien, dan divertikulosis. Sedangkan serat larut air berfungsi

sebagai pengikat asam empedu, sehingga dapat menurunkan absorbsi

lemak dan kolesterol sehingga mengurangi, meringankan dan menurunkan

resiko penyakit kardiovaskular.

Beberapa studi menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara

konsumsi serat dengan resiko Coronary Heart Diasease (CHD).

Diilustrasikan bahwa setiap 10 gram penambahan serat pada makanan

akan menurunkan resiko kematian akibat CHD sebesar 17-35%. Faktor

risiko CHD termasuk hiperkolesterolemia, hipertensi, obesitas dan

diabetes mellitus tipe II. Dengan demikian, jika konsumsi serat mencukupi

akan berdampak baik pada tekanan darah yang akan menurunkan risiko

CHD. Serat merupakan substansi dalam makanan yang signifikan dapat

mengurangi risiko tekanan darah tinggi. Serat dapat mengikat


mikronutrien tertentu seperti natrium yang berperan penting pada

mekanisme tekanan darah. Selanjutnya menyebabkan mikronutrien

tersebut dieliminasi dan tidak diabsorbsi ke dalam aliran darah.

2.1.1.7 Jus Tomat

Buah tomat mampu membantu menurunkan tekanan darah karena

memiliki kandungan kalium. Kalium merupakan ion intraseluler yang

paling banyak, dan peranannya dalam pengaturan tekanan darah

(Staruschenko, 2018). Selain kalium, serat yang terdapat tomat juga

berpengaruh dalam penurunan tekanan darah. Buah tomat memiliki sifat

diuretik yang terdiri dari 92% air, sehingga mampu mengeluarkan

kandungan garam yang ada di dalam tubuh. Kandungan mineral yang

terdapat di dalam tomat mampu mengikat garam dan dikeluarkan lewat

urin (Wicaksana, 2019).

Jus digunakan untuk mengendalikan hipertensi. Jus kaya serat,

vitamin C, kalsium, kromium, dan lemak esensial terbukti efektif meredam

tekanan darah. Kandungan serat yang tinggi di dalam sayuran dan buah

akan mengikat lemak dan kelebihan garam. Kelebihan lemak dan garam

ini akan dibuang oleh tubuh bersama dengan kotoran. Kondisi inilah yang

akan mengurangi risiko hipertensi dengan alami. Beberapa buah yang bisa

dijadikan bahan untuk terapi jus untuk mengendalikan hipertensi antara

lain, jambu biji, jeruk, pepaya, mangga, apel, semangka, melon,

belimbing, nanas, markisa, pir, sirsak, delima, stroberi, rambutan,

mengkudu, dan kiwi. Sementara sayuran peredam hipertensi diantaranya

asparagus, seledri, selada air, sawi putih, sayuran hijau, misalnya bayam,
seledri atau brokoli, wortel, kol, tomat, mentimun. Jus juga bisa ditambah

dengan bawang putih, yogurt tawar rendah lemak, (plain yogurt) atau

minyak zaitun yang kaya dengan asam lemak omega 3.

Gambar 2.2
Jus Tomat
Sumber : kesehatan.kontan.co.id

2.1.1.8 Manfaat Tomat


Tomat mempunyai kemampuan membantu menurunkan tekanan

darah karena kandungan kalium (potasium), likopen, dalam buah tomat

efektif dan mampu mengobati hipertensi. Kalium dapat menurunkan

tekanan darah dengan mengurangi natrium dalam urine dan air dengan

cara yang sama seperti diuretik (Sukma, 2020). Tomat juga bersifat

diuretik karena kandungan asam yang tinggi sehingga membantu

menurunkan tekanan darah (Aphrodita dalam Hidayah 2020). Penurunan

tekanan darah dapat dilakukan dengan peningkatan intake kalium dan

penurunan intake natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan

meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga

cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan

tekanan darah.

Tomat memiliki manfaat bagi kesehatan diantaranya adalah :

1. Menurunkan Tekanan Darah


Tomat banyak kalium, kurang mengandung natrium dan juga

lemak, kerja kalium untuk menghalangi pelepasan renin, sehingga

dapat menjadi sistem renin angiotensin. Biaflavonoid yang ada di

tomat bermanfaat untuk mengurangi kolesterol dan bermanfaat juga

untuk mencegah penggumpalan darah. Selain kalium tomat juga

mengandung likopen, yang bermanfaat untuk antioksidan sehingga

dapat berfungsi untuk melumpuhkan radikal bebas, bermanfaat juga

sebagai menyeimbangkan kadar kolesterol darah dalam tubuh dan

bermanfaat untuk mengatur tekanan darah (Thalia, 2018).

2. Melawan Kanker

Di dalam tomat mengandung likopen yang tinggi dan

mengandung serat yang tinggi. Kedua zat ini yang ampuh untuk

berbagai kanker, seperti kanker mulut, kanker prostat, kanker

tenggorokan, lambung, usus besar serta kanker ovarium, zat

antioksidan yang lain dalam tomat dapat digunakan untuk menangkal

radikal bebas (Thalia, 2018).

3. Menyehatkan Jantung

Tomat memiliki kandungan kalium dan mineral yang cukup

tinggi yang berguna bagi jantung. Kalium bermanfaat untuk denyut

jantung dan bermanfaat untuk menjaga supaya stabil, hal ini membantu

terhindar penyakit jantung, hipertensi dan lain sebagainya (Thalia,

2018).
4. Menyehatkan Paru-Paru

Dokter sangat menyarankan agar kita sering mengkonsumsi

tomat, di karenakan buah tomat memiliki banyak manfaat salah

satunya menyehatkan paru-paru, tomat juga membantu membersihkan

paru-paru dari penyakitnya (Thalia, 2018).

5. Menyehatkan Hati

Didalam tomat mengandung zat antioksidan yang memiliki

manfaat menjaga organ hati dari penyakit kanker, kemudian ada

kandungan vitamin, mineral dan serat cukup tinggi (Thalia, 2018).

6. Menyehatkan Mata

Kandungan vitamin A yang ada di dalam tomat cukup tinggi

selain itu juga ada kandungan thiamin, niacin serta folat. Nutrisi-nutrisi

ini mampu untuk menyembuhkan gangguan kesehatan yang ada di

mata (Thalia, 2018).

7. Mencegah Dan Mengobati Diabetes

Kandungan sodium, kromium dan seng yang ada didalam tomat

bermanfaat untuk menstabilkan kadar gula dalam darah. Diabetes atau

glukosa adalah masalah diakibatkan karena tingginya glukosa dalam

darah. Sering buang air kecil, merasa haus termasuk tanda dari glukosa

(Thalia, 2018).

8. Mencegah Sembelit

Tomat banyak memiliki kandungan serat yang baik untuk

penderita sembelit. Serta mampu untuk mengontrol pola buang air


besar agar menjadi lancar. Hal ini dapat mencegah agar terhindar dari

penyakit sembelit (Thalia, 2018).

9. Menurunkan Kolesterol

Tomat kaya akan dengan serat yang memiliki manfaat untuk

bersaing dan usus dan lemak, serat dan lemak berakibat, pada turun

penyerapan LDL (Low Density Likopprotein) atau kolesterol buruk dan

menaikkan produksi serta penyerapan kadar HDL (High Density

Lipoprotein) atau kolesterol baik yang diperlukan tubuh (Thalia, 2018).

2.1.2 Konsep Tekanan Darah

2.1.2.1 Definisi Tekanan Darah


Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh

arteri. Jantung berdetak, lazimnya 60-70 kali dalam 1 menit dalam kondisi

istirahat (duduk atau berbaring), darah dipompa melalui arteri. Tekanan

darah tertinggi terjadi ketika jantung berdetak atau berkontraksi memompa

darah disebut tekanan sistolik. Tekanan darah menurun saat jantung rileks

diantara dua denyut nadi disebut diastolik (Kowalski, 2019).

Tekanan darah angka meningkat apabila seorang itu dalam kondisi

senang, cemas, gelisah atau sedang melaksanakan kegiatan jasmani. Baik

dalam keadaan yang sedang maupun berat, setelah kondisi terlewat

tekanan darah akan mengalami keadaan normal. Dan jika tekanan darah

setelah melewati kondisi tersebut tidak kembali normal maka disebut

sebagai hipertensi atau tekanan darah (Apriliana, 2019).

Tekanan darah adalah kekuatan tekanan lateral pada dinding arteri

oleh darah yang didorong dengan tekanan jantung. Tekanan sistemik


(arteri darah), merupakan tekanan darah dalam sistem arteri tubuh, adalah

indikator yang baik tentang kesehatan kardiovaskuler, aliran darah

mengalir pada sirkulasi karena perubahan tekanan. Darah mengalir dari

daerah yang tekanannya tinggi ke daerah yang tekanannya rendah.

Kontraksi jantung mendorong darah dengan tekanan tinggi aorta. Pucak

dari tekanan maksimum saat ejeksi terjadi adalah tekanan sistolik. Pada

saat ventrikel rileks, darah tetap dalam arteri menimbulkan tekanan

diastolik atau minimum. Tekanan diastolik adalah tekanan minimal yang

mendesak dinding arteri setiap waktu (Potet & Perry, 2018).

2.1.2.2 Klasifikasi Tekanan Darah


Menurut Mayo Clinic, 2018 Tekanan darah tinggi memiliki dua jenis :

1. Hipertensi primer (esensial)

Pada usia dewasa, Tekanan darah tinggi terjadi tanpa gejala

yang tampak. Peningkatan tekanan darah secara terus menerus dan

telah terjadi lama baru dikatakan seseorang menderita hipertensi

meskipun penyebab pastinya belum jelas. Pada kasus peningkatan

tekanan darah ini disebut dengan hipertensi primer (esensial).

2. Hipertensi sekunder

Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi yang disebabkan

oleh beberapa factor tidak terkontrol. Pada kejadian ini disebut dengan

hipertensi sekunder dimana peningkatan darah yang terjadi dapat

melebihi tekanan darah pada hipetensi primer.

Selain itu, Tekanan darah tinggi juga dibagi berdasarkan

bentuknya, yaitu:
1. Hipertensi diastolic, dimana tekanan diastolic meningkat lebih dari

nilai normal. Hipertensi diastolic terjadi pada anak-anak dan

dewasa muda. Tekanan darah tinggi jenis ini terjadi apabila

pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal yang

berakibat memperbesar tekanan terhadap aliran darah yang

melaluinya dan meningkatkan tekanan darah diastoliknya. Tekanan

diastolic berkaitan dengan tekanan arteri ketika jantung berada

pada kondisi relaksasi.

2. Hipertensi sistolik, dimana tekanan sistolik meningkat lebih dari

nilai normal. Peningkatan tekanan sistolik tanpa diiringi

peningkatan tekanan distolik dan umumnya ditemukan pada usia

lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan darah

pada arteri apabila jantung berkontraksi. Tekanan ini merupakan

tekanan maksimal dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan

tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.

3. Hipertensi campuran, dimana tekanan sistolik maupun tekanan

diastolic meningkat melebihi nilai normal (Kemenkes RI, 2018).

Table 2.2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

Kategori Sistolik Diastolik

Normal <130 mmHg <85 mmHg

Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89mmHg

Hipertensi ringan 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Hipertensi sedang 160-179 mmHg 100-109 mmHg

Hipertensi berat 180-209 mmHg 110-119 mmHg

Sumber : medicastore.com
2.1.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Beberapa faktor yang menyebabkan adanya peningakatan tekanan darah :

1. faktor yang tidak dapat diubah

a. Usia

Tekanan darah sangatlah beragam di sepanjang kehidupan,

tekanan darah sistolik mengarah pada remaja dan orang dewasa,

akan tetapi memenuhi rerata 140 mmHg. Sedangkan tekanan darah

diastolik akan terjadi peningkatan pada bertambahnya umur (Susiati

Irna, 2020).

b. Jenis Kelamin

Hormon yang ada di perempuan mengakibatkan perempuan

cenderung lebih tinggi mempunyai tekanan darah yang tinggi

sehingga mengakibatkan perempuan memiliki bahaya lebih tinggi

mengalami penyakit jantung dari pada laki-laki (Susiati Irna, 2020).

c. Olahraga

Olahraga merupakan salah satu kegiatan yang mencolok pada

sistem kardiovaskular, saat melakukan kegiatan olahraga termasuk

meningkatkan curah jantung, ada kenaikan sedang pada tekanan

darah arteri rerata, penurunan resistensi perifer total dan kenaikan

aliran darah otot rangka (Susiati Irna, 2020).

d. Stress

Cemas, khawatir, panik dan keadaan emosi yang tidak stabil

dapat menjadikan stimulus simpatis yang berkelanjutan, sehingga

mengakibatkan kenaikan pada curah jantung, vasokonstruksi,

naiknya produksi pada renin. Naiknya renin dapat menyebabkan


mekanisme angiotensin menjadi aktif dan penambahan sekresi di

aldosterone sehingga memiliki dampak di naiknya tekanan darah

(Susiati Irna, 2020).

e. Ras

Banyak yang beranggapan bahwa populasi orang yang

mempunyai hitam mempunyai tekanan darah lebih tinggi dari pada

orang yang tidak memiliki kulit hitam. Suku atau ras mungkin dapat

mempengaruhi tekanan darah pada tubuh (Susiati Irna, 2020).

Masyarakat Afrika-Amerika sendiri cenderung lebih besar

dari pada masyarakat Amerika-Eropa. Kasus meninggal sering

dikaitkan pada masalah hipertensi banyak menyerang pada

masyarakat Amerika-Afrika. Kecondongan pada masyarakat ini

tentang penyakit hipertensi, diyakini memiliki keterkaitan yang erat

pada faktor genetik dan lingkungan (Susiati Irna, 2020).

f. Medikasi

Pengobatan baik farmakologi dan non farmakologi dapat

berpengaruh kepada tekanan darah. Ada beberapa obat farmakologi

penurunan hipertensi contohnya : obat penurunan hipertensi ada

diuretic, beta adrenergic, ACE inhibitor dan lain-lain (Susiati Irna,

2020).

2. Faktor risiko yang dapat diubah

a. Merokok

Merokok dapat menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya

tekanan darah tinggi. Merokok dapat menyebabkan denyut jantung


dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot jantung mengalami

peningkatan. Pada umumnya, rokok mengandung zat kimia

berbahaya seperti nikotin dan karbon monoksida. Zat nikotin dapat

diserap oleh pembuluh darah kemudian diedarkan melalui darah

keseluruh tubuh, termasuk otak. Akibatnya, otak akan bereaksi

dengan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepaskan

epinefrin (adrenalin). Hormon inilah yang akan membuat pembuluh

darah mengalami penyempitan, sehingga dapat meningkatkan kerja

jantung. Selain itu karbon monoksida yang terdapat dalam rokok

diketahui dapat mengikat hemoglobin dalam darah dan

mengentalkan darah. Hal inilah yang dapat meningkatkan tekanan

darah (Medika, 2018).

b. Obesitas

Obesitas adalah suatu keadaan penumpukan lemak

berlebihan di dalam tubuh. Obesitas dapat memicu terjadinya

hipetensi akibat terganggunya aliran darah. Dalam hal ini, orang

dengan obesitas biasanya mengalami peningkatan kadar lemak

dalam darah (hiperlipidemia) sehingga berpotensi menimbulkan

penyempitan pembuluh darah. Penyempitan tersebut memicu

jantung untuk bekerja lebih kuat agar kebutuhan oksigen dan zat

lain yang dibutuhkan oleh tubuh dapat terpenuhi. Hal inilah yang

menyebabkan tekanan darah meningkat (Medika, 2018).


c. Konsumsi

Konsumsi garam (Natrium) berlebih sudah banyak diketahui

bahwa konsumsi garam berlebih dapat menyebabkan hipertensi.

Hal tersebut dikarenakan garam (NaCl) mengandung natrium yang

dapat menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan sehingga

menyebabkan penumpukan cairan di dalam tubuh. Hal inilah yang

dapat membuat peningkatan volume dan tekanan darah

(Medika,2018).

d. Stress

Stress juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi.

Kejadian hipertensi lebih besar terjadi pada individu yang memiliki

kecenderungan stress emosional. Keadaan seperti tertekan, murung,

dendam, takut dan rasa bersalah dapat merangsang timbulnya

hormon adrenalin dan memicu jantung berdetak lebih kencang

sehingga memicu peningkatan tekanan darah (Medika, 2018).

e. Keseimbangan Hormonal

Keseimbangan hormonal antara esterogen dan progesteron

dapat memengaruhi tekanan darah. Dalam hal ini, wanita memiliki

hormon esterogen yang berfungsi mencegah terjadinya

pengentalan darah dan menjaga dinding pembuluh darah. Jika

terjadi ketidakseimbangan maka dapat memicu gangguan pada

pembuluh darah. Gangguan keseimbangan hormonal ini biasanya

dapat terjadi pada penggunaan alat kontrasepsi hormonal seperti pil

KB (Medika, 2018).
2.1.2.4 Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah umumnya diukur dengan alat yang disebut

sphygmomanometer atau bisa dikenal dengan tensimeter.

Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, sebuah pengukur tekanan,

dan sebuah manset karet. Alat ini mengukur tekanan darah dalam unit

yang disebut milimeter air raksa (mmHg).

Menurut potter dan perry (2018), pengukuran tekanan darah dapat

dilakukan dengan langkah langkah berikut ini :

1. Kaji tempat paling baik untuk melakukan pengukuran tekanan darah.

2. Siapkan sphygmomanometer dan stetoskop serta lembar observasi.

3. Anjurkan pada pasien untuk menghindari kafein dan merokok 30

menit sebelum pengukuran.

4. Bantu pasien mengambil posisi duduk atau berbaring.

5. Posisikan lengan atas setinggi jantung dan telapak tangan menghadap

ke atas.

6. Gulung lengan baju bagian atas.

7. Palpasi arteri brankialis dan letakkan manset yang masih kempis

pasang manset dengan rata dan pas di sekeliling lengan atas.

8. Pastikan sphygmomanometer di posisikan secara vertikal sejajar

dengan mata pengamat dan pengamat tidak boleh lebih jauh dari 1

meter.

9. Letakkan earpieces stetoskop pada telinga dan pastikan bunyi jelas,

tidak redup (muffled).

10. Ketahui letak arteri brakialis dan letakkan belt atau difragma chestpice

diatasnya serta jangan menyentuh manset atau baju pasien.


11. Tutup katup balon tekan searah jarum jam sampai kencang.

12. Gembungkan manset 30 mmHg diatas tekanan sistolik yang dipalpasi

kemudian dengan perlahan lepaskan dan biarkan air raksa turun

dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik.

13. Catat titik pada manometer saat bunyi pertama jelas terdengar.

14. Lanjutkan mengempiskan manset, catat titik pada manometer sampai 2

mmHg terdekat atau saat bunyi tersebut hilang.

15. Kempeskan manset dengan cepat dan sempurna. Buka manset dari

lengan kecuali jika ada rencana untuk mengulang.

16. Bantu pasien kembali ke posisi yang nyaman dan rapikan kembali

lengan atas serta beritahu hasil pengukuran pada pasien.

2.1.3 Konsep Hipertensi

2.1.3.1 Definisi Hipertensi


Hipertensi ialah kejadian ada kenaikan yang tidak normal pada

tekanan darah yang ada pada pembuluh darah, yang kejadian kenaikkan

tidak normal secara terus menurus. Menurut WHO hipertensi ialah salah

satu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih besar dari nilai tekanan

darah normal atau tekanan darah sistolik 160 mmHg keatas (Susiati Irna,

2020).

Hipertensi adalah kondisi seseorang memiliki nilai tekanan darah

lebih besar dari normal, sehingga menyebabkan ada angka morbiditas dan

angka mortalitas. Tekanan darah ada 2 fase yakni sistolik dan diastolik.

Tekanan darah sistolik memperlihatkan fase darah yang dipompa oleh


jantung dan tekanan darah diastolik memperlihatkan fase darah yang

sedang kembali ke jantung (Thalia, 2018).

Hipertensi didefinisikan sebagai kondisi tekanan darah sistolik ≥

130 mmHg atau diastolik ≥ 80 mmHg. Sekitar 80-90% merupakan

hipertensi esensial yang berarti tidak ada penyebab spesifik. Kondisi ini

umumnya jarang menimbulkan gejala dan sering tidak disadari, sehingga

dapat menimbulkan morbiditas lain seperti gagal jantung kongestif,

hipertrofi ventrikel kiri, stroke, gagal ginjal stadium akhir, atau bahkan

kematian (Adrian & Tommy, 2019).

Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140

mmHg dan Tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang dapat

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan, sehingga

memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh yang menimbulkan

kerusakan lebih berat pada target organ bahkan kematian. Penyakit

hipertensi timbul karena berbagai faktor, yaitu faktor risiko yang tidak

dapat diubah seperti jenis kelamin, usia, genetik dan faktor risiko yang

dapat diubah seperti kegemukan, psikososial dan stress, merokok,

olahraga, konsumsi alkohol berlebih, konsumsi garam berlebih, dan

hiperlipidemia (Lisiswanti & Dananda, 2019).

Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika

yang berusia 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga

74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui

penyebabnya. Hipertensi merupakan ‘silent killer‟ dimana gejala dapat


bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala

penyakit lainnya. Gejala-gejalanya berupa sakit kepala/rasa berat di

tengkuk, vertigo, jantung berdeba-debar, mudah lelah penglihatan kabur,

telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes.RI, 2019).

2.1.3.2 Klasifikasi Hipertensi


1. Menurut Smeltzer dan Bare (2019) penyebab hipertensi dibagi menjadi

2, yaitu:

a. Hipertensi Essensial atau Primer

Penyebab pasti dari hipertensi essensial sampai saat ini

masih belum dapat diketahui. Kurang lebih 90% penderita

hipertensi tergolong hipertensi essensial sedangkan 10% nya

tergolong hipertensi sekunder. Hipertensi primer terjadi pada usia

30-50 tahun. Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi

dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan (lewis,

2018). Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit

renovaskuler, aldosteronism, pheochro-mocytoma, gagal ginjal,

dan penyakit lainnya. Genetik dan ras merupakan bagian yang

menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor

lain yang diantaranya adalah faktor stress, intake alkohol,

moderant, merokok, lingkungan, demografi, dan gaya hidup

(Triyanto, 2019).

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya

dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal,

gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal


(hiperaldosteronisme) (Triyanto, 2019).

2. Berdasarkan bentuk hipertensi dikenal 3 jenis hipertensi :

a. Hipertensi diastolik (diastolic Hypertension)

Hipertensi diastolik yaitu peningkatan tekanan diastolik

tanpa di ikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan

pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi

apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal,

sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang

melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya

b. Hipertensi sistolik (systolic hypertension)

Hipertensi sistolik yaitu penungkatan tekanan sistolik tanpa

di ikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya terjadi pada

usia lanjut.

c. Hipertensi campuran

Hipertensi campuran yaitu peningkatan tekanan darah pada

sistol dan diastol (Gunawan, 2018).

Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa

Tekanan Darah Tekanan Darah


Kategori Sistolik Diastolik
Normal Di bawah 130 mmHg Di bawah 85 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
(Hipertensi Ringan ) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadiun 2
(Hipertensi Sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3
(Hipertensi Berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4
(Hipertensi Maligna ) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
Sumber : WHO, 2018
2.1.3.3 Faktor Risiko Hipertensi
Hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat

mempengaruhi satu sama lain. Kondisi masing-masing orang tidak

sama sehingga faktor penyebab hipertensi pada setiap orang sangat

berlainan. Berikut faktor faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi

secara umum :

1. Toksin

Toksin adalah zat-zat sisa pembuangan yang seharusnya

dibuang karena bersifat racun. Dalam keadaan biasa hati kita

mengeluarkan sisa-sisa pembuangan melalui usus dan kulit. Sementara

ginjal mengeluarkan sisa sisa pembuangan melalui saluran kencing.

Apabila hati dan ginjal kita terluka atau terbebani, maka fungsi

pembersihan toksin yang biasanya dapat dilakukan. Akibatnya toksin

didalam tubuh kita akan menyebar ke dalam darah. Darah yang

mengandung toksin tersebut jika tidak dapat dihilangkan atau

dinetralisir akan menyebabkan kematian. Kelenjar adrenal akan

memaksa ginjal memperkuat fungsi penyaringan sehingga dapat

merusak ginjal. Tekanan darah juga dapat meningkat dan

menyebabkan serangan penyakit jantung atau berpengaruh buruk

terhadap sistem penyebaran lainnya. Penyakit yang bisa diderita akibat

penumpukan toksin dalam tubuh adalah flu dan bronkitis. Penumpukan

toksin pada bagian yang berlainan pada tubuh akan menyebabkan

penyakit penyakit yang berbeda-beda, termasuk hipertensi.


2. Faktor Genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga yang akan menyebabkan

keluarga tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu

dan keluarga yang mempunyai resiko hipertensi mempunyai resiko

dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi pada individu yang

tidak mempunyai keluarga dengan hipertensi.

3. Umur

Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan

bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur di atas 60

tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama

dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang

terjadi pada orang yang bertambah usia. Tekanan darah cenderung

meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki meningkat pada

usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada usia

lebih dari 55 tahun.

4. Jenis Kelamin

Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang

berbeda. Demikian juga pada perempuan dan laki-laki berkaitan

dengan hipertensi, laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk

menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko

lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.

Sedangkan pada perempuan lebih rentan terhadap hipertensi ketika

berumur 50 tahun ketika wanita mengalami menopause.


5. Etnis

Setiap etnis memiliki memiliki kekhasan masing masing yang

menjadi ciri khas dan pembeda satu dengan lainnya. Hipertensi

banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada berkulit putih.

Belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi pada orang berkulit

hitam ditemukan kadar renin yang lenih rendah dan sensitivitas

terhadap vasopersin yang lebih besar. Inilah yang menyebabkan

mereka lebih rentan terkena hipertensi.

6. Stress

Stimulasi aktivitas saraf simpatis akan meningkatkan resistensi

pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan berdampak

pada perubahan tekanan darah yaitu peningkatan tekanan darah secara

intermiten atau tidak menentu (Nasution, 2019). Hubungan antara

stress diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah

saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas. Peningkatan aktivitas

saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten

(tidak menentu). Apabila setress berkepanjangan dapat mengakibatkan

tekanan darah meningkat tinggi.

7. Kegemukan (obesitas)

Kegemukan (obesitas) juga merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit berat salah satunya

hipertensi. Penelitian epidemologi menyebutkan adanya hubungan

antara berat badan dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Yang

sangat mempengaruhi tekanan darah adalah kegemukan pada tubuh


bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian perut atau

kegemukan terpusat (obesitas sentral).

8. Nutrisi

Sodium adalah penyebab penting terjadinya hipertensi primer.

Asupan garam tinggi akan mengakibatkan pengeluaran berlebihan dari

hormon natriouritik yang secara tidak langsung akan mengakibatkan

peningkatan tekanan darah. Asupan garam yang tinggi dapat

menimbulkan perubahan tekanan darah yang dapat terdeteksi yaitu

lebih dari 14 gram per hari jika dalam sendok makan 2 sendok makan

yang kita konsumsi dari makanan asin atau gurih yang kita makan

setiap hari.

9. Merokok

Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat

mempengaruhi tekanan darah. Rokok yang dihisap dapat

mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Hal tersebut dikarenakan,

rokok mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan

pembuluh darah di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.

Merokok setiap hari akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah

sistolik 10-20 mmHg dan meningkatkan detak jantung 5-20 kali

permenit (Mangku, 2018).


2.1.3.4 Etiologi Hipertensi
Faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi seperti konsumsi

lemak berlebih dan asupan serat yang rendah (Anggriani & Airlangga,

2019). Konsumsi lemak berlebih berpengaruh pada tingginya simpanan

kolesterol dalam darah. Simpanan ini nantinya akan menumpuk pada

pembuluh darah menjadi plak yang akan menyebabkan penyumbatan pada

pembuluh darah. Penyumbatan ini menjadikan elastisitas pembuluh darah

meningkat dan menyebabkan hipertensi. Asupan serat yang rendah dapat

mengakibatkan asam empedu yang lebih sedikit diekskresi oleh feses,

sehingga banyak kolesterol yang direabsorbsi dari hasil sisa empedu.

Kolesterol yang banyak beredar dalam pembuluh darah akan menghambat

aliran darah sehingga berdampak pada peningkatan tekanan darah.

Prevalensi nasional konsumsi sayur dan buah pada masyarakat di

Bengkulu termasuk rendah (Yuriah, Astuti & Inayah, 2019).

Terjadinya peningkatan tekanan darah dapat disebabkan oleh :

1. Meningkatnya kerja jantung yang memompa lebih kuat sehingga

volume cairan yang mengalir setiap detik bertambah besar.

2. Arteri besar kaku, tidak lentur, sehingga pada saat jantung memompa

darah melalui arteri tersebut tidak dapat mengembang. Darah

kemudian akan mengalir melalui pembuluh yang sempit sehingga

tekanan naik. Menebal dan kakunya dinding arteri pada orang yang

berusia lanjut, dapat terjadi karena arterosklerosis (penyumbatan

pembuluh arteri). Penyumbatan tekanan darah mungkin juga terjadi

karena adanya rangsangan saraf atau hormon di dalam darah, sehingga

arteri kecil mengerut untuk sementara waktu.


3. Pada penderita kelainan fungsi ginjal, terjadi ketidakmampuan

membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah

dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga naik.

2.1.3.5 Komplikasi Hipertensi


Jika hipertensi tidak dikendalikan akan muncul dampak pada

timbulnya komplikasi penyakit lain diantaranya dapat menyebabkan

kerusakan pada ginjal, stroke, infark miokard, gagal jantung. Berikut

adalah komplikasi yang dapat terjadi :

1. Stroke

Tekanan yang tinggi pada pembuluh darah otak mengakibatkan

pembuluh sulit meregang sehingga darah yang ke otak kekurangan

oksigen, biasanya ini terjadi secara mendadak dan menyebabkan

kerusakan otak. Gangguan penyakit yang bisa terjadi adalah serangan

iskemik otak sementara (transient ischaemic attack). Tekanan di dalam

pembuluh darah juga bisa menyebabkan darah merembes keluar dan

masuk ke dalam otak. Hal itu dapat menyebabkan stroke (WHO, 2018).

2. Infark miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arteroslerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium

atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui

pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel,

maka kebutuhan oksigen di miokardium tidak dapat terpenuhi dan

dapat menyebabkan iskemia jantung yang menyebabkan infark.

Demikian juga hipertrovi ventrikel dapat minimbulkan perubahan


perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi

disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan

bekuan (corwin, 2019).

3. Gagal Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomelurus. Dengan

rusaknya glomelurus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional

ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut ke hipoksia bahkan

kematian. Dengan rusaknya memberan glomelurus, protein akan

keluar melalui urin sehingga tekanan osmitik koloid plasma berkurang,

menyebabkan edema yang sering di jumpai pada hipertensi kronik

(Endang, 2018).

4. Gagal Jantung

Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang

kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul

pada paru, kaki dan jaringan lain yang sering disebut dengan edema.

Cairan di dalam paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan

di tungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan odema.

Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang cepat). Tekanan darah yang tinggi pada kelainan ini

menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan

kedalam ruang intertisium di seluruh lapisan syaraf pusat, neuron-

neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma (Endang, 2018).


2.1.4 Lansia
2.1.4.1 Definisi Lansia

Menurut (WHO) lansia adalah seseorang yang berusia lebih dari

60 tahun. Lansia bukan suatu penyakit tetapi merupakan tahap akhir

dari proses kehidupan yang di tandai dengan,penurunan kemampuan

tubuh (Bandiyah,2018). Lanjut Usia (lansia) adalah fase menurunnya

kemampuan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan

dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia

dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak.

Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan

fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati.

(Ratnawati, 2018).

Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses

menjadi tua akan dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa

hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan

mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap

sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari. Penuaan

merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,

jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional.

Penuaan pada manusia dihubungkan dengan perubahan degeneratif

pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan

jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas,

mereka lebih rentan terkena berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan

dibandingkan dengan orang dewasa lain (Kholifah, 2018).


Lansia akan mengalami proses hilangnya kemampuan jaringan

untuk memperbaiki diri secara perlahan sehingga tidak dapat

mempertahankan tubuh dari infeksi dan tidak mampu memperbaiki

jaringan yang rusak. (Sunaryo, 2019). Penggolongan lansia menurut

(Linda 2019) di bagi menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Kelompok lansia dini mulai dari usia 50-65 tahun yang

merupakan kelompok baru memasuki lansia.

2. Kelompok lansia yang berusia 60 tahun ke atas.

3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari

70 tahun.

Batasan Usia menurut (WHO 2017 ) sebagai berikut:

1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59

tahun

2. Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun.

3. Lanjut usia (old), antara 75 sampai 90 tahun.

4. Usia sangat tua (very old),diatas 90 tahun.

2.1.4.2 Proses Penuaan


Proses penuaan adalah proses dimana umur seseorang bertambah

dan mengalami perubahan. Semakin bertambahnya umur maka fungsi

organ juga mengalami penurunan. Faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya penuaan yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor

genetik yang melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap stres dan

pertahanan terhadap antioksidan. Selanjutnya faktor lingkungan

meliputi pemasukan kalori, berbagai macam penyakit dan stres dari


luar, misalnya radiasi atau bahan-bahan kimiawi. Kedua faktor

tersebut akan mempengaruhi aktivitas metabolisme sel yang

menyebabkan stres oksidasi sehingga terjadinya kerusakan sel dan

terjadinya proses penuaan. (Sunaryo, 2017).

2.1.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan


Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Penuaan

yang terjadi sesuai dengan kronologis usia. Fakor yang mempengaruhi

yaitu hereditas atau genetik, nutrisi atau makanan, status kesehatan,

pengalaman hidup, lingkungan, dan stres. (Siyoto 2017).

a. Hereditas atau ketuaan genetik

Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang

dikaitkan dengan peran DNA yang penting dalam mekanisme

pengendalian fungsi sel. Secara genetik, perempuan ditentukan

oleh sepasang kromosom X sedangkan laki-laki oleh satu

kromosom X Kromosom X ini ternyata membawa unsur kehidupan

sehingga perempuan berumur lebih panjang daripada laki-laki.

(Titin, 2017).

b. Nutrisi atau makanan

Berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbangan reaksi

kekebalan. (Arif,,2017).

c. Status kesehatan

Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses

penuaan, sebenarnya bukan disebabkan oleh proses menuanya

sendiri, tetapi lebih disebabkan oleh faktor luas yang merugikan


yang berlangsung tetap dan berkepanjanga. (Andi, 2017).

2.2 Kerangka Konsep dan Kerangka Kerja


2.2.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara

logis faktor yang dianggap penting untuk dijadikan masalah (Hidayat,

2018).

Farmakologis

Lansia Hipertensi Penanganan Hipertensi


Non Farmakologi

Dengan Minum Jus Seperti :

1. Jus Semangka
2. Jus Belimbing
3. Jus Delima
4. Jus Strawberry
Faktor - faktor yang
mempengaruhi hipertensi :
5. Jus Tomat
a. Faktor yang tidak dapat
diubah :
1. Usia
2. Jenis kelamin Tekanan Darah
3. Keturunan
b. Faktor yang dapat di ubah
:
1. Obesitas
2. Kurangnya olahraga. Normal Rendah Tinggi
3. Konsumsi garam
Keterangan :
Berlebihan

: Diteliti

: Tidak Diteliti
Sumber : Notoatmodjo, (2018)

Bagan 2.1

Kerangka Konsep

Tekanan darah dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor yang tidak

dapat diubah dan dapat diubah, untuk faktor yang tidak dapat diubah yaitu

usia, jenis kelamin, keturunan (genetik). Faktor yang dapat diubah yaitu

obesitas, merokok, konsumsi garam yang berlebih, stres, dan keseimbangan

hormonal. Adapun intervensi yang dapat diberikan peneliti yaitu pemberian

jus tomat yang dimakan secara langsung.

2.2.2 Kerangka Kerja

Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan sebelumnya maka

kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ada Pengaruh
Pemberian Jus Penurunan
Hipertensi
Tomat Tekanan Darah

Tidak Ada
Pengaruh
Sumber : Notoatmodjo , (2018)

Bagan 2.2
Kerangka Kerja Pemberian Jus Tomat
Terhadap Penurunan Tekanan Darah
2.2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul (Arikunto, 2019). Hipotesis dalam penelitian ini adalah

Terdapat Pengaruh antara Tekanan Darah sebelum diberikan Jus Tomat

dengan Tekanan Darah sesudah diberikan Jus Tomat.


DAFTAR PUSTAKA

Adrian, S. J. & Tommy (2019) “Hipertensi Esensial : Diagnosis dan Tatalaksana


Terbaru pada Dewasa”, Cermin Dunia Kedokteran, 46(3), pp. 172–178.

Aneng, Laporan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kelompok Rentan :


Lansia dengan Hipertensi : Banjar.

Anggara dalam Prammana, (2018) Pengaruh Pendidikan Terhadap Tekanan Darah


Tinggi (Hipertensi)

Anggriani, L. M., (2019) „Tanah Kali Kedinding Surabaya Social Description Of


The Incidence Of Hypertention At‟. Universitas Airlangga : Surabaya

Apriliana, E. (2019). BAB II Tinjauan Pustaka Antena, (70), 11–20. Diambil dari
http://eprints.polsri.ac.id/4002/3/File III.pdf

Corwin, Elizabeth J. 2019. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta.

Dalimartha, Setiawan dan Felix Adrian. 2020. Fakta Ilmiah Buah dan
Sayur.Jakarta : Penebar Plus.

Endang, (2018) „Komplikasi Hipertensi‟. BANDUNG ALFABETA.

Endang, (2019) Pengaruh Pekerjaan Terhadap Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Hidayah, Nur, & Ambarwati, R. (n.d.). Efektifitas Pemberian Jus Tomat


Ditambah Jeruk Nipis Terhadap Tekanan Darah pada Wanita Dewasa
Effect Tomato Juicewith Extra Lime on Blood Pressure at Women Adults,
7–14.

Hidayah, Nurul, Utomo, A. S., & Denys. (2019). PENGARUH JUS TOMAT
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA, (October
2018). https://doi.org/10.32528/ijhs.v0i0.1525

Hidayat, (2018) “Kerangka Konsep” . Jakarta Salemba Medika

Ismalia, N., Zuraida, R., Lampung, U., Gizi, B. I., Kedokteran, F., & Lampung, U.
(2020). Efek Tomat ( Lycopersion esculentum Mill ) dalam Menurunkan
Tekanan Darah Tinggi Effect Tomato ( Lycopersion esculentum Mill ) for
Decreasing High Blood Pressure. Majority, 5(4), 107–111.

Julianti, (2018) Pengaruh Usia Terhadap Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Kemenkes RI (2019) „Hipertensi Si Pembunuh Senyap‟, Kementrian Kesehatan


RI, pp. 1–5.
Kemenkes RI. (2018) Tabel Komposisi Bahan Makanan. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia

Kemenkes.RI (2021) „Pusdatin Hipertensi‟, Infodatin, (Hipertensi), pp. 1–7. doi:


10.1177/109019817400200403.

Kholifah, (2018) Proses Penuaan Lansia

Kesehatan, K. (2018). HASIL UTAMA RISKESDAS 2018.

Kowalski. (2019). Terapi Hipertensi : Program 8 Minggu Menurunkan Tekanan


Darah Tinggi dan Mengurangi Resiko Serangan Jantung dan Stroke Secara
Alami. Bandung : penerbit Qanita

Linda, (2019) Penggolongan Lansia

Lisiswanti, R. & Dananda, D. N. A. (2019) „Upaya Pencegahan Hipertensi‟,


Jurnal Majority, 5(No 3, September), pp. 50–54. Available at:
http://jukeunila.com/wp-content/uploads/2016/12/Dea-Nur-Aulia-
Dananda.pdf.

Lubis, et al. (2019). Penerapan Jus Tomat Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Di Rt 001 Rw 007 Kelurahan Papanggo Jakarta
Utara Tahun 2019, 5(2).

Maisyaroh, K, D. C. A., & Prihatiningsih, D. (2020). Pengaruh jus tomat terhadap


tekanan darah lansia di dusun niten nogotirto gamping sleman yogyakarta.

Mayo Clinic (2018). Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jurnal


Penyakit Dalam, 7(2), 135-140.

Medika. (2018). Hubungan Terapi Farmakologi Dan Konsumsi Garam Dalam


Pencapaian Target Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Miller, (2017) Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Tekanan Darah Tinggi
(Hipertensi)
Notoatmodjo, S.2019. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam, S. P., & Sri, U. (2018). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi (Doctoral Dissertation, Doctoral
Dissertation, Tesis, Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika).

Nurul. Hidayah. (2018). pengaruh pemberian terapi jus tomat terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi lansia
Nuryadi et al. (2019) Dasar-Dasar Statistika Penelitian. Available at:
http://lppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Buku-
Ajar_Dasar-Dasar-Statistik-Penelitian

Potet & Perry, 2018. “Konsep Tekanan Darah”. Jakarta : EGC

Rachmayanti, Z. & (2021) „Hubungan pengetahuan dan riwayat hipertensi


dengan tindakan pengendalian tekanan darah pada lansia‟, (March 2017),
pp. 174– 184. doi: 10.20473/jbe.v5i2.2017.174-184.

Ratnawati, (2018) Definisi Lansia

Staruschenko, A. (2018) „Beneficial effects of high potassium: Contribution of


renal basolateral k+ channels‟, Hypertension, 71(6), pp. 1015–1022. doi:
10.1161/Hypertensionaha.118.10267.

Sunaryo, (2017) Proses Penuaan

Susiati Irna. (2020). Perbandingan Pengaruh Terapi Musik Tradisional dan Terapi
Tertawa terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di
Panti Werdha Mojopahit Mojokerto, 14–63.

Thalia, E. (2018). Efektivitas pemberian terapi jus tomat dan tomat rebus terhadap
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Temenggungan
Kec. Karas Kab. Magetan.

Triyanto, Endang. 2019. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu.

WHO (2022) Statistics 2022 Monitoring Health for The SDs

Wicaksana, D. G. (2019) „Skripsi efektivitas pemberian jus mentimun terhadap


perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi di desa kersikan
kecamatan geneng kabupaten ngawi‟. Program Studi Keperawatan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2019

Widyarani, L. (2019) „Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Solanum lycopersicum)


Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi Stadium I‟,
7(1).

Yuriah, A., Astuti, A. T. and Inayah, I. (2019) „Hubungan asupan lemak , serat
dan rasio lingkar pinggang pinggul dengan tekanan darah pasien hipertensi di
Puskesmas Gondokusuman I Yogyakarta‟, 02(02), pp. 115–124.

Anda mungkin juga menyukai