Anda di halaman 1dari 10

1.

PENDAHULUAN

Singkong merupakan tanaman dikotil berumah satu yang ditanam untuk diambil patinya.
Singkong tumbuh setinggi 1-4 m dengan daun besar yang menjari 5 hingga 9 belahan
lembar daun. Daunnya bertangkai panjang dan memiliki sifat cepat luruh yang berumur
hanya beberapa bulan. Batangnya memiliki pola percabangan yang khas, yang
keragamannnya bergantung pada kultivar. Bentuk singkong kebanyakan berbentuk silinder
dan meruncing. Beberapa diantaranya bercabang (Rubatzky, 1998). Adapun klasifikasi
tanaman singkong adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilisima
(Tjitrosoepomo, 2005).

Daun singkong atau cassava leaves adalah jenis sayuran yang memiliki nama latin Manihot
utilissima atau Manihot esculenta. Daun singkong umumnya berbentuk seperti tangan.
Jumlah belahan helai daun pada satu tangkai berkisar antara 5-9 helai. Permukaan daun
sebelah atas berwarna hijau tua atau muda dan sebelah bawah berwarna hijau kemerahan
dengan panjang antara 5-30 cm (Sastrosoedirjo, 1978). Penampakan umum daun singkong
dapat dilihat pada Gambar 2.

Ada dua jenis daun singkong yaitu daun singkong biasa dan daun singkong semaian. Daun
singkong biasa memiliki tangkai merah tua dengan daun berwarna hijau tua sedangkan
daun singkong semaian atau semen (sebutan di daerah Jawa) memiliki tangkai merah muda
keputihan dengan warna daun hijau muda. Daun singkong biasa berasal dari tanaman
singkong yang ditanam untuk diambil umbinya, sedangkan daun singkong semen
merupakan hasil dari tanaman singkong yang sudah dipanen. Daun singkong semen didapat
dengan batang-batang singkong yang sudah tidak terpakai tersebut disandarkan dan
ditegakkan di atas tanah. Batang-batang tersebut tidak ditanam, tetapi cukup disiram setiap
hari. Daun-daun yang bersemi pada batang itulah yang dikenal sebagai daun singkong
semen (Anonim, 2011).
2. ISI
Daun-daun singkong merupakan sumber protein yang baik yang dimakan sebagai sayuran
atau sebagai ramuan. Daun singkong juga mengandung vitamin dan mineral per 100 gram,
yaitu: kalsium 165,0 mg; zat besi 2,8 mg; thiamin 0,16 mg; riboflavin 0,32 mg; beta-
caroten 0,08 mg; niasin 1,8 mg dan asam askorbin 82,0 mg. (Ayu, 2002). Daun singkong
merupakan sumber vitamin C yang baik, mengandung provitamin A sedang dan
mengandung 30% protein berdasarkan bobot kering (Rubatzky & Yamaguchi, 1995).

Daun singkong memiliki lebih banyak keunggulan nutrisi dibandingkan umbinya.


Keunggulan tersebut antara lain:
 Memiliki kadar protein cukup tinggi
 Sumber vitamin A, dengan kandungan vitamin A mencapai 3300 RE setiap 100
gramnya sehingga kesehatan mata jadi lebih baik
 Kandungan serat tinggi, sehingga dapat membantu buang air besar menjadi lebih teratur
dan lancar, juga dapat mencegah kanker usus dan penyakit jantung
 Kandungan vitamin C per 100 gram daun singkong mencapai 275 mg.

Di antara berbagai sayuran, kandungan gizi daun singkong termasuk baik, terutama karena
kandungan protein dan beta karotennya yang tinggi yaitu sebesar 6,8 gram dan 3.300 mcg
bila dibandingkan dengan kandungan protein dan beta karoten pada sawi yang hanya 2,3
gram dan 1.940 mcg dalam 100 gram bahan (Lakitan, 1995). Daun singkong mengandung
berbagai macam zat gizi yang berfungsi baik untuk tubuh. Daftar kandungan gizi daun
singkong dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan gizi daun singkong segar dalam 100 gram
Zat Gizi Jumlah
Energi kalori 73,00
Protein (gram) 6,80
Lemak (gram) 1,20
Karbohidrat (gram) 13,00
Kalsium (milligram) 165,00
Fosfor (miligram) 54,00
Zat besi (miligram) 2,00
Vitamin A (SI) 11000,00
Vitamin B1 (miligram) 0,12
Vitamin C (miligram) 275,00
Air (gram) 77,20
Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI (1992)

Umumnya daun singkong dikonsumsi dalam keadaan direbus, tetapi kadang juga berupa
lalap matang, ditumis atau ditumbuk untuk dibuat lauk sayur dan bahkan dijadikan bubuk
untuk sup dan saus. Walaupun kandungan gizinya cukup baik namun daun singkong juga
mengandung glikosida dan laustralin yang dapat terhidrolisis menjadi asam sianida. Asam
sianida merupakan racun yang dapat dihilangkan dengan cara perebusan (Sastrosoedirjo,
1978). Penelitian Fasuyi (2005) juga menyatakan bahwa proses pengolahan daun singkong
dapat menurunkan kandungan antinutrien seperti HCN, sehingga aman dikonsumsi oleh
manusia.

Melihat begitu banyak manfaat dari daun singkong dengan harganya yang cukup ekonomis
sehingga daun singkong banyak dimanfaatkan sebagai obat antara lain untuk anti kanker.
Daun singkong juga mengandung zat besi yang dapat mencegah konstipasi dan anemia.
Kandungan vitamin dan mineralnya rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran
daun lain. Vitamin A dan C pada daun singkong berperan sebagai antioksidan yang
mencegah proses penuaan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Kandungan kalsium yang
tinggi sangat baik untuk mencegah penyakit tulang seperti rematik dan asam urat (Anonim,
2011).

Dari berbagai analisis disebutkan, daun singkong dapat membantu mengubah karbohidrat
menjadi energi, membantu pemulihan kulit dan tulang, meningkatkan daya ingat, mood,
kinerja otak dan metabolisme asam amino lain. Dalam setiap 100 gram daun singkong
mengandung 3300 RE vitamin A yang baik untuk kesehatan mata dan vitamin C sebanyak
275 mg yang baik untuk mencegah sariawan, meningkatkan kekebalan tubuh, membantu
menangkal radikal bebas dan melindungi sel dari kerusakan oksidasi. Yang tidak kalah
penting, kandungan serat pada daun singkong yang cukup tinggi sehingga dapat membantu
melancarkan buang air besar (Anonim, 2010). Daun singkong yang dikonsumsi secara rutin
juga dapat mencegah aterosklerosis (penimbunan lemak di dinding pembuluh darah) yang
bisa berdampak pada serangan jantung (Anonim, 2011).
3. MEKANISME

Daun Singkong memiliki banyak manfaat yang baik bagi kesehatan, yaitu sebagai obat
untuk kanker, mencegah konstipasi dan anemia, meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah
proses penuaan, mencegah penyakit tulang seperti rematik dan asam urat, membantu
mengubah karbohidrat menjadi energi, meningkatkan daya ingat dan kinerja otak,
membantu metabolisme asam amino lain, mencegah sariawan, meningkatkan kekebalan
tubuh, membantu menangkal radikal bebas, melindungi sel dari kerusakan oksidasi,
membantu melancarkan buang air besar serta mencegah aterosklerosis (penimbunan lemak
di dinding pembuluh darah) yang bisa berdampak pada serangan jantung.

3.1. Daun Singkong Untuk Mencegah Penyakit Tulang


Dalam keadaan normal sebanyak 30-50% kalsium yang dikonsumsi diabsorpsi di tubuh.
Kemampuan absorpsi lebih tinggi pada masa pertumbuhan, dan menurun pada proses
menua (Almatsier, 2001). Absorpsi kalsium terutama terjadi dibagian atas usus halus yaitu
duodenum. Dalam keadaan normal, dari sekitar 1000 mg Ca++ yang rata-rata dikonsumsi
perhari, hanya sekitar dua pertiga yang diserap di usus halus dan sisanya keluar melalui
feses. Kalsium membutuhkan pH 6 agar dapat berada dalam keadaan terlarut. Absorpsi
kalsium terutama dilakukan secara aktif dengan menggunakan alat angkut protein-pengikat
kalsium (Almatsier, 2001).

Peranan kalsium dalam tubuh pada umumnya dapat dibagi dua, yaitu membantu
membentuk tulang dan gigi dan mengukur proses biologis dalam tubuh. Kebutuhan kalsium
terbesar pada waktu pertumbuhan, dan juga keperluan-keperluan kalsium masih diteruskan
meskipun sudah mencapai usia dewasa. Pada pembentukan tulang, bila tulang baru
dibentuk, maka tulang yang tua dihancurkan secara simultan. Tulang merupakan jaringan
pengikat yang sangat khusus bentuknya. Tulang dibentuk dalam dua proses yang terpisah,
yaitu pembentukan matriks dan penempatan mineral ke dalam matriks tersebut. Mineral
utama di dalam tulang adalah kalsium dan fosfor, sedangkan mineral lain dalam jumlah
kecil adalah natrium, magnesium dan fluor. Penelitian yang dilakukan dengan kalsium
radioaktif menunjukkan bahwa tulang secara terus-menerus dibentuk dan dirombak secara
simultan. Diperkirakan sekitar 20 % kalsium tulang orang dewasa diserap dan diganti lagi
setiap tahun (Winarno, 2002).
4. KESIMPULAN
5. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2010), Daun Ubi Kayu, http://repository.upi.edu/chapter2.pdf. Diakses 24 Maret


2015.

Anonim, (2011), Botani Daun Singkong, http://repository.usu.ac.id/Chapter 20II.pdf,


Diakses 24 Maret 2015.
.
Anonim, (2011), Ketela,Pohon/Singkong, http://www.pusri.co.id/budidaya/ SINGKONG,
Diakses 24 Maret 2015.

Almatsier., S, (2001), Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ayu, C., (2002), Mempelajari Kadar Mineral dan Logam Berat pada Komoditi Sayuran
Segar Beberapa Pasar Di Bogor, Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. (1992). Daftar Komposisi Bahan Makanan.
Bhatara Karya Aksara. Jakarta.

Fasuyi, Ayodeji O. (2005). Nutrient Composition and Processing Effects on Cassava Leaf
(Manihot esculenta, Crantz) Antinutrients. Pakistan Journal of Nutrition, 4 (1) : 37-42.

Lakitan, Benyamin. (1995). HORTIKULTURA: Teori, Budidaya, dan Pasca Panen.


Cetakan I. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Rubatzky E., Vincent, (1998), Sayuran Dunia 1, ITB, Bandung.

Rubatzky, V. E. and M. Yamaguchi. (1995). World Vegetables: Principles Production and


Nutrive Value 2nd Edition (Sayuran Dunia: Prinsip, produksi dan gizi; diterjemahkan oleh
Ir. Catur Herison, M.Sc. ITB Bandung).

Sastrosoedirjo, R. S. (1978). Bercocok Tanam Ketela Pohon. CV Yasaguna. Jakarta.

Tjitroseopomo, Gembong., (2005), Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan, Gadjah mada


University Press,Yogyakarta

Winarno, (2002), Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
6. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai