Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Jantung

1. Pengertian penyakit jantung


Penyakit jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat

melaksanakan fungsinya dengan baik, sehingga kerja jantung sebagai pemompa

darah dan oksigen ke seluruh tubuh terganggu. Terganggunya peredaran oksigen

dan darah tersebut dapat disebabkan karena otot jantung yang melemah, adanya

celah antara serambi kiri dan serambi kanan yang mengakibatkan darah bersih dan

darah kotor tercampur (Anies, 2017).

Penyakit jantung biasanya terjadi karena kerusakan sel otot-otot jantung dalam

memompa aliran darah keseluruh tubuh, yang disebabkan kekurangan oksigen yang

dibawa darah ke pembuluh darah di jantung atau juga karena terjadi kejang pada

otot jantung yang menyebabkan kegagalan organ jantung dalam memompa darah,

sehingga menyebabkan kondisi jantung tidak dapat melaksanakan fungsinya

dengan baik (Wahyudi dan Hartati, 2017). Penyakit jantung dapat terjadi pada siapa

saja di segala usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan gaya hidup, selain itu penyakit

jantung tidak bisa disembuhkan (Hadi, 2015).

2. Jenis-jenis penyakit jantung

Menurut WHO (2016) dalam ada beberapa jenis penyakit jantung antara lain

adalah :

6
a. Penyakit Jantung Koroner adalah kelainan pada pembuluh darah yang

menyuplai otot jantung yang menjadikan jantung tidak dapat memompa darah

dengan baik karena timbunan plak.

b. Penyakit Serebrovaskular (CVD) adalah kelainan pada pembuluh darah yang

menyuplai otak yang berupa penyumbatan, terutama arteri otak.

c. Penyakit Arteri Perifer adalah sebuah kondisi penyempitan pembuluh darah

arteri yang menyebabkan aliran darah tersumbat. Penyempitan ini disebabkan

oleh timbunan lemak pada dinding arteri yang berasal dari kolesterol atau zat

buangan lain.

d. Penyakit Jantung Rematik adalah kerusakan pada otot jantung dan katup jantung

dari demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus.

e. Penyakit Jantung Bawaan adalah kelainan struktur jantung yang dialami sejak

bayi dilahirkan.

f. Gagal jantung adalah kondisi saat otot jantung menjadi sangat lemah sehingga

tidak bisa memompa cukup darah ke seluruh tubuh pada tekanan yang tepat.

3. Patofisiologi penyakit jantung

Penyakit jantung terutama penyakit jantung koroner terjadi dimulai dari

penyumbatan pembuluh jantung oleh plak pada pembuluh darah. Penyumbatan

pembuluh darah pada awalnya disebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL (low-

density lipoprotein) darah berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri sehingga

aliran darah terganggu dan juga dapat merusak pembuluh darah. Penyakit jantung

memiliki tanda dan gejala yang khas diantaranya adalah penderita sering mengeluh
lemah dan kelelahan. Penderita mengalami nyeri dada dan sesak nafas, dada seperti

tertekan benda berat, bahkan terasa panas dan seperti diremas (Nadianto, 2018).

Selain tes darah dan rontgen dada, tes untuk mendiagnosis penyakit jantung

dapat mencakup, elektrokardiogram (EKG), pemantauan holter, ekokardiogram,

kateterisasi jantung, computerized tomography (CT) scan pada jantung, magnetic

resonance imaging (MRI) pada jantung (Samiadi, 2016).

4. Etiologi penyakit jantung

Menurut Aritonang (2012), faktor- faktor yang menimbulkan penyakit jantung

ada dua faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti riwayat

keluarga, umur, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor resiko yang dapat

dimodifikasi adalah hipertensi, merokok, diabetes militus, dyslipidemia, obesitas,

kurang aktifitas fisik, pola makan, konsumsi alkohol dan stress.

a. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu :

1) Riwayat keluarga

Adanya riwayat keluarga terkena penyakit jantung meningkatkan resiko dua kali

lebih besar dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga resiko

jantung.

2) Umur

Resiko penyakit jantung meningkat pada usia 55 tahun untuk laki-laki, dan 65

tahun untuk perempuan.

3) Jenis kelamin

Laki-laki memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan perempuan.


b. Faktor-faktor yang dapat dimodifikasi yaitu :

1) Hipertensi

Hipertensi merupakan penyebab tersering timbulnya penyakit jantung.

2) Merokok

Resiko penyakit jantung pada perokok dua sampai empat kali lebih besar

daripada yang bukan perokok.

3) Diabetes Militus

Satu dari dua orang penderita DM akan mengalami kerusakan pembuluh darah

dan peningkatan resiko serangan jantung.

4) Dislipidemia

Untuk menurunkan resiko penyakit jantung maka nilai kolestrol total harus <190

mg/dl dan nilai LDL <115 mg/dl.

5) Obesitas

Distribusi lemak tubuh berperan penting dalam peningkatan faktor resiko

penyakit jantung dan pembuluh darah.

6) Kurang aktivitas fisik

Aktivitas fisik akan memperbaiki sistem kerja jantung dan pembuluh darah

dengan meningkatkan efisiensi kerja jantung.

7) Pola makan

Pola makan yang tidak sehat akan memicu berkembangnya penyakit degeneratif

seperti penyakit jantung dan pembuluh darah.

8) Konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko penyakit jantung.


9) Stres

Merupakan reaksi tubuh berupa serangkaian respon yang bertujuan untuk

mengurangi dampak. Resiko stress bertambah apabila ada kelainan fisik atau

faktor organik lain misalnya usia lanjut.

5. Penatalaksanaan penyakit jantung

Penatalaksanaan pada penyakit jantung meliputi :

a. Penatalaksanaan medis / terapi medis

Menurut dr. Tjin Willy (2018), obat yang digunakan untuk mengobati penyakit

jantung tergantung kepada jenis penyakit jantung itu sendiri. Beberapa golongan

obat yang umumnya digunakan dalam pengobatan penyakit jantung, antara lain:

1) ACE inhibitor – berfungsi menghambat tubuh menghasilkan angiotensin

sehingga menurunkan tekanan darah. Contohnya captopril dan ramipril.

2) Angiotensin II receptor blockers – bekerja dengan menghambat efek angiotensin

sehingga menurunkan tekanan darah. Contohnya losartan.

3) Antikoagulan – berfungsi mencegah penggumpalan darah dengan menghambat

kerja faktor pembekuan darah. Contohnya, heparin dan warfarin.

4) Antiplatelet – Sama halnya dengan antikoagulan, antiplatelet berfungsi

mencegah terbentuknya gumpalan darah dengan cara yang berbeda.

Contohnya, aspirin dan clopidrogel.

5) Antagonis kalsium – bekerja dengan mengatur kadar kalsium yang masuk ke

otot jantung dan pembuluh darah, sehingga melebarkan pembuluh darah.

Contohnya amlodipine dan nifedipine.


6) Penghambat beta – bekerja dengan menekan efek adrenalin yang meningkatkan

detak jantung, sehingga jantung tidak bekerja terlalu keras.

Contohnya metoprolol dan bisoprolol.

7) Penurun kolesterol – berfungsi meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) dan

menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL). Contohnya atorvastatin.

8) Obat digitalis – bekerja dengan meningkatkan kadar kalsium pada sel jantung,

sehingga meningkatkan pompa jantung. Contohnya, digoxin.

9) Nitrat - berfungsi melebarkan pembuluh darah. Contohnya, nitrogliserin

dan isosorbide dinitrate.

b. Penatalaksanaan nutrisi / terapi nutrisi

Menurut Almatsier (2005), terapi nutrisi memiliki peranan penting pada

penderita penyakit jantung untuk penyembuhan. Adapun diet pada penyakit jantung

adalah sebagai berikut :

1) Tujuan Diet

a) Memberikan makanan yang tepat, tanpa memberatkan kerja jantung.

b) Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam dan air.

c) Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk.

2) Syarat Diet :

a) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan (BB) atau

status gizi normal

b) Protein 0,8 g/kg BB/hari atau 10-15% dari kebutuhan energy total.

c) Lemak diberikan cukup 25-30% dari total kalori, lemak jenuh 10%, lemak tak

jenuh 10-15%.
d) Kolesterol rendah terutama bila disertai dyslipidemia.

e) Vitamin dan mineral cukup.

f) Serat cukup untuk menghindari konstipasi.

g) Rendah garam 2-3 gram perhari (½ sedok teh), jika disertai hipertensi dan edema

h) Cairan cukup sesuai kebetuhan.

i) Makanan mudah dicerna dan tidak bergas.

j) Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi

kecil

3) Adapun macam diet dan indikasi pemberian diet adalah :

a) Diet Jantung I

Diberikan pada pasien penyakit jantung akut. Diet diberikan berupa1-1,5 liter

cairan/hari selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya.

b) Diet Jantung II

Diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak setelah fase akut dapat

diatasi.

c) Diet Jantung III

Diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa untuk pasien jantung dengan

kondisi yang tidak terlalu berat.

d) Diet Jantung IV

Diberikan dalam bentuk makanan biasa untuk pasien jantung dengan keadaan

ringan.
4) Bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita penyakit jantung antara lain :

a) Sumber karbohidrat, berupa beras ditim atau disaring, roti, kentang, makaroni,

mie, bihun, biskuit, tepung beras, terigu, sagu, kentang, gula pasir, gula merah,

madu, sirup.

b) Sumber protein hewani, berupa daging tanpa lemak 1 kali perminggu, ayam

dibuang kulitnya 3 kali perminggu, bebek, sarden (makanan kaleng) dan kuning

telur 1 kali perminggu, ikan, dan susu rendah lemak.

c) Sumber protein nabati, berupa kacang-kacangan kering seperti kacang hijau,

kacang kedelai dan hasil olahannya (tempe, tahu).

d) Sayuran, berupa sayuran segar yang tidak mengandung gas, seperti bayam,

kangkung, buncis, labu siam, wortel, kacang panjang, tauge.

e) Buah-buahan, berupa semua buah-buahan segar seperti pisang, papaya, jeruk,

apel, melon, jambu, alpukat, belimbing, mangga.

f) Lemak, berupa minyak jagung, minyak kedelai, margarin, mentega dalam jumlah

terbatas, dan tidak untuk menggoreng, tetapi untuk menumis, dan santan encer.

g) Bumbu-bumbu, berupa semua bumbu-bumbu yang segar dan tidak merangsang

pencernaan (tidak pedas, tidak asin, tidak asam)

h) Minuman, berupa teh encer, coklat, dan sirup.

5) Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk penderita penyakit jantung yaitu:

a) Sumber karbohidrat, berupa makanan yang mengandung gas atau alkohol seperti

ubi, singkong, tape singkong, dan tape ketan.

b) Sumber protein hewani, berupa daging yang berlemak, sosis, ham, hati, limpa,

babat, otak, kepiting, kerang-kerangan, keju, dan susu full cream.

c) Sumber protein nabati, berupa kacang-kacangan kering yang mengandung

lemak, cukup tinggi seperti kacang tanah, kacang mete, dan kacang bogor.
d) Sayuran, berupa sayuran yang mengandung gas, seperti kol, kembang kol, lobak,

sawi, nangka muda, serta sayur yang diawetkan.

e) Buah-buahan, berupa buah-buahan segar yang mengandung alkohol atau gas

seperti durian, nanas, cempedak, nangka matang, dan buah yang diawetkan.

f) Lemak, berupa minyak kelapa dan minyak kelapa sawit, santan kental.

g) Bumbu-bumbu, berupa cabai besar, cabai rawit dan bumbu-bumbu yang tajam

(pedas, asin, dan asam), cuka, lada, kecap asin, dan saus tomat.

h) Minuman, berupa teh, kopi kental, minuman yang mengandung soda dan

alkohol, serta bir, dan wiski.

6) Pola hidup yang dianjurkan untuk penderita jantung

Menurut Aritonang (2012), metode memasak yang dianjurkan untuk penderita

jantung adalah mengukus, membakar, merebus, menumis dengan sedikit minyak.

Penderita penyakit jantung diharapkan melakukan perubahan pola hidup yaitu :

a) Mengurangi konsumsi garam

b) Memperbanyak makan sayur dan buah

c) Makan- makanan yang rendah lemak

d) Memelihara agar berat badan dalam rentang normal

e) Olah raga teratur, minimal 30 menit sehari

f) Menghindari atau berhenti merokok

g) Menghindari minuman beralkohol

h) Mengelola stress
B. CAD (Coronary Artery Disease)
1. Pengertian CAD
Coronary Artery Disease (CAD) atau lebih dikenal Penyakit
Jantung Koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi jantung yang
disebabkan karena adanya penyempitan dan tersumbatnya pembuluh darah
jantung. Kondisi ini dapat mengakibatkan perubahan pada berbagai aspek,
baik fisik, psikologis, maupun sosial yang berakibat pada penurunan
kapasitas fungsional jantung dan kenyamanan (Mutarobin dkk, 2019).
Menurut Glassman & Shapiro (2014) penyakit arteri koroner atau
Coronary Artery Disease (CAD) adalah penyempitan atau penyumbatan
arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran
darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal
ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau
lebih dari arteri coroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan
jantung dan kerusakan pada otot jantung.
CAD juga merupakan kondisi patologis arteri koroner yang
ditandai dengan penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan
jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan
perubahan struktur dan fungsi arteri dan penurunan aliran darah ke jantung
(Setyaji dkk, 2018).
2. Etiologi

Penyebab CAD secara umum dibagi atas dua, yakni menurunnya


asupan oksigen yang dipengaruhi oleh aterosklerosis, tromboemboli,
vasopasme, dan meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Dengan kata
lain, ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dengan
masukannya yang dikenal menjadi 2, yaitu hipoksemia (iskemia) yang
ditimbulkan oleh kelainan vaskuler (arteri koronaria) dan hipoksia
(anoksia) yang disebabkan kekurangan oksigen dalam darah.
Perbedaannya ialah pada iskemia terdapat kelainan vaskuler sehingga
perfusi ke jaringan berkurang dan eliminasi metabolit yang
ditimbulkannya (misal asam laktat) menurun juga sehingga gejalanya akan
lebih cepat muncul (Katz, 2015).
Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner disebabkan zat
lemak kolesterol dan trigliserida yang semakin lama semakin banyak dan
menumpuk dibawah lapisan terdalam endothelium dari dinding pembuluh
darah arteri. Hal ini dapat menyebabkan aliran darah ke otot jantung
menjadi berkurang ataupun berhenti, sehingga menggangu kerja jantung
sebagai pemompa darah. Efek dominan dari jantung koroner adalah
kehilangan oksigen dan nutrisi ke jantung karena aliran darah ke jantung
berkurang. Pembentukan plak lemak dalam arteri mempengaruhi
pembentukan bekuan aliran darah yang akan mendorong terjadinya
serangan jantung. Proses pembentukan plak yang menyebabkan
pengerasan arteri tersebut dinamakan arterosklerosis. (Firdiansyah, 2014)
Penyakit jantung koroner adalah salah satu akibat utama
aterosklerosis (pengerasan pembuluh nadi) pada keadaan ini pembuluh
darah nadi menyempit (Naga, 2013). Mekanisme timbulnya penyakit
jantung koroner didasarkan pada lemak atau plak yang terbentuk di dalam
lumen arteri koronaria (arteri yang mensuplai darah dan oksigen pada
jantung). Plak dapat menyebabkan hambatan aliran darah baik total
maupun sebagian pada arteri koroner dan menghambat darah kaya oksigen
mencapai bagian otot jantung. Kurangnya oksigen akan merusak otot
jantung (Kasron, 2012).

3. Gejala
Menurut Pangkalan (2010) Gejala yang umum terjadi pada
seseorang yang terkena CAD atau penyakit jantung koroner, yaitu :
• Nyeri dada (Angina)
Seseorang penderita CAD akan merasa tekanan atau sesak di dada.
Rasa sakit tersebut disebut sebagai angina, biasanya dipicu oleh tekanan
fisik atau emosional. Hal ini hilang dalam beberapa menit setelah
menghentikan aktivitas yang menyebabkan tekanan. Pada beberapa
orang, terutama perempuan, nyeri ini mungkin sekilas atau tajam dan
terasa di perut, punggung atau lengan.
• Sesak Napas
Jika jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, maka seseorang akan mengalami sesak napas atau
kelelahan ekstrem tanpa tenaga.
• Serangan Jantung
Jika arteri koroner benar-benar diblokir, seseorang akan mengalami
serangan jantung.

4. Patofisiologi
CAD atau penyakit jantung koroner berawal dari penimbunan
lemak pada pembuluh darah arteri yang mensuplai darah ke jantung.
Akibat dari proses ini pembuluh darah arteri menyempit dan mengeras,
sehingga jantung kekurangan pasokan darah yang kaya oksigen. Akibatnya
fungsi jantung terganggu dan harus bekerja sangat keras. Penyakit ini
sering juga disebut dengan istilah atherosklerosis (Suiraoka, 2012).
Aterosklerosis merupakan komponen penting yang berperan dalam
proses pengapuran atau penimbunan elemen-elemen kolesterol. Salah satu
hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa kolesterol dalam batas normal juga
sangat penting bagi tubuh. Masalahnya akan berbeda ketika asupan
kolesterol berlebihan. Asupan lemak yang adekuat yang berhubungan
dengan keadaan patologi yaitu Penyakit Jantung Koroner erat
hubungannya dengan peningkatan kadar profil lipid (Suiraoka, 2012).
Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh
pembuluh darah yang mengalami gangguan menyebabkan terjadinya
iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan, dan
menekankan fungsi miokardium. Apabila iskemia ini berlangsung lebih
dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan sel yang sifatnya
irreversible serta nekrosis atau kematian otot jantung. Bagian yang
mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara
permanen. Otot yang mengalami infark mula-mula akan tampak memar
dan sianotik akibat berkurangnya aliran darah regional. Dalam waktu 24
jam akan timbul edema pada sel-sel, respons peradangan disertai infiltrasi
leukosit. Enzim-enzim jantung akan dilepaskan oleh sel-sel yang
mengalami kematian (Fathoni, 2011).
Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh
penumpukan lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan
dalam pembuluh darah. Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa
pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan pendarahan
dibagian dalam pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan klot
darah. Pada akhirnya dampak akut sekaligus fatal dari penyakit jantung
koroner berupa serangan jantung (Fajar, 2015).

5. Faktor Risiko
Menurut Hemingway & Marmot (2015) ada beberapa faktor risiko
yang mengakibatkan terjadinya CAD yaitu :
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
Faktor risiko biologis yang tidak dapat diubah, yang meliputi:
1. Usia
Kerentanan terhadap aterosklerosis meningkat dengan bertambahnya
usia. Pada laki-laki biasanya risiko meningkat setelah umur 45 tahun
sedangkan pada wanita umur 55 tahun.
2. Jenis Kelamin
Aterosklerosis 3 kali lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita.
Wanita agaknya relatif lebih kebal terhadap penyakit ini karena
dilindungi oleh hormon estrogen, namun setelah menopause sama
rentannya dengan pria.
3. Ras
Orang Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis
dibanding orang kulit putih.
4. Riwayat Keluarga CAD
Riwayat keluarga yang ada menderita CAD, meningkatkan
kemungkinan timbulnya aterosklerosis prematur.
b. Faktor yang dapat dimodifikasi
Yaitu faktor risiko yang dapat dikontrol dengan mengubah gaya
hidup atau kebiasaan pribadi, yang meliputi:

1. Hiperlipimedia

Adalah peningkatan lipid serum, yang meliputi: Kolesterol > 200


mg/dl, Trigliserida >200 mg/dl, LDL > 160 mg/dl, HDL < 35 mg/dl.
2. Hipertensi
Adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan atau diastolik.
Hipertensi terjadi jika tekanan darah melebihi 140/90 mmHg.
Peningkatan tekanan darah mengakibatkan bertambahnya beban
kerja jantung. Akibatnya timbul hipertrofi ventrikel sebagai
kompensasi untuk meningkatkan kontraksi. Ventrikel semakin lama
tidak mampu lagi mengkompensasi tekanan darah yang terlalu tinggi
hingga akhirnya terjadi dilatasi dan payah jantung. Dan jantung
semakin terancam oleh aterosklerosis koroner.
3. Merokok.
Merokok akan melepaskan nikotin dan karbonmonoksida ke dalam
darah. Karbonmonoksida lebih besar daya ikatnya dengan
hemoglobin daripada dengan oksigen. Akibatnya suplai darah untuk
jantung berkurang karena telah didominasi oleh karbondioksida.
Sedangkan nikotin yang ada dalam darah akan merangsang
pelepasan katekolamin. Katekolamin ini menyebabkan konstriksi
pembuluh darah sehingga suplai darah ke jantung berkurang.
Merokok juga dapat meningkatkan adhesi trombosit yang
mengakibatkan terbentuknya thrombus.
4. Diabetes Mellitus
Hiperglikemi menyebabkan peningkatan agregasi trombosit. Hal ini
akan memicu terbentuknya trombus. Pasien Diabetes Mellitus juga
berarti mengalami kelainan dalam metabolisme termasuk lemak
karena terjadinya toleransi terhadap glukosa.
5. Obesitas
Obesitas adalah jika berat badan lebih dari 30% berat badan standar.
Obesitas akan meningkatkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
6. Inaktifitas Fisik
Inaktifitas fisik akan meningkatkan risiko aterosklerosis. Dengan
latihan fisik akan meningkatkan HDL dan aktivitas fibrinolisis.
7. Stres dan Pola Tingkah Laku
Stres akan merangsang Hiperaktivitas HPA yang dapat mempercepat
terjadinya CAD. Peningkatan kadar kortisol menyebabkan
ateroklerosis, hipertensi, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah
dan merangsang kemotaksis.

6. Manifestasi klinis

Aterosklerosis coroner menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai


akibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung.
Sumbatan aliran darah berlangsung progresif, dan suplai darah yang tidak
adekuat (iskemia) yang ditimbulkannya akan membuat sel-sel otot
kekurangan komponen darah yang dibutuhkan untuk hidup. Manifestasi
klinis lain penyakit arteri coroner dapat berupa perubahan pola EKG,
aneurisma ventrikel, distritma, dan kematian mendadak.

7. Pemeriksaan diagnostik
a. Tes laboratorium seperti enzim jantung dan kimia darah
b. Elektrokardiogram (EKG), yaitu dengan merekam aktivitas listrik
jantung.
c. Echokardiogram yaitu dengan menggunakan gelombang suara untuk
menghasilkan gambaran jantung.
d. Katerisasi pembuluh koroner. Cairan disuntikkan ke dalam arteri
jantung melalui saluran panja ng, tipis, dan fleksbel (kateter) yang
dimasukkan melalui arteri, biasanya di kaki, ke arteri jantung. Prosedur
ini dinamakan kateterisasi jantung. Dengan foto sinar x bisa terlihat
adanya penyempitan dan penyumbatan pada arteri koroner.jika terdapat
sumbatan yang membutuhkan penanganan, maka bisa dimasukkan
balon pada kateter dan dikembangkan untuk membuka sumbatan,
sehingga aliran darah jantung meningkat. Sebuah stent bisa dipasang
untuk menjaga agar arteri tetap terbuka.
e. CT angiogram koroner, bisa digunakan untuk melihat arteri koroner
dengan menggunakan zat kontras yang disuntikkan secara intravena
saat melkukan pemeriksaan CT scan.
f. Magnetic Resonance Angiogram (MRA). Prosedur ini menggunakan
teknologi MRI dengan pemberian zat kontras untuk memeriksa daerah
penyimpitan atau penyumbatan pada arteri koroner.

8. Komplikasi
Komplikasi penyaakit arteri koroner sangat bergantung pada ukuran
dan lokasi iskemia serta infark yang mengenai miokardium. Menurut price
dan wilson (1995), komplikasi tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Gagal jantung kongestif
b. Syok kardiogenik
c. Edema paru akut
d. Disfungsi otot papilaris
e. Defek septum ventrikel
f. Ruptur jantung
g. Aneurisma ventrikel
h. Tromboembolisme
i. Perikarditis
j. Aritmia

9. Pengobatan
Pada dasarnya pengobatan penyakit jantung koroner adalah sebagai
berikut.
a. Menghentikan, atau mengurangi atau regresi dari proses aterosklorosis dengan
cara mengendalikan faktor-faktor resiko:
- Tidak merokok
- Latihan fisik sesuai dengan kemampuan jantung penderita
- Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang
ideal.
- Mengendalikan tekanan darah tinggi, DM, dan stress mental.
b. Pengobatan farmakologi untuk berbagai bentuk kekurangan oksigen
miokard
c. Penyekat beta : cara kerja penyakit beta untuk mengurangi kekurangan
oksigen miokard
d. Antagonis calcium : cara kerja natagonis calcium untuk mengurangi
iskemnia miokard
e. Angina tidak stabil
f. Angina fariant
g. Infark miokard akut
h. Pengobatan non farmakologi :

10. Diagnosa keperawatan


Berdasarkan patofisiologi dan data pengakjian di atas, diagnosa
keperawatan utama untuk klien tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan
oksigen dengan kebutuhan miokardium sekunder dari penurunan suplai
darah ke miokardium.
b. Aktual / risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan
perubahan frekuensi atau irama koduksi elektrikal.
c. Aktual / risiko gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan
menurunnya curah jantung.

A. Intervensi
Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen
dengan kebutuhan miokardium sekunder dari penurunan suplai darah ke
miokardium.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam terdapat penurunan respons nyeri dada
Kriteria hasil : Secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada,
secara objektif didapatkan TTV dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi
penurunan perfusi perifer.
Intervensi Rasional
Catat karakteristik nyeri, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku
intensitas, lama, dan penyebarannya. klien karena nyeri terjadi sebagai
temuan pengkajian
Berikan oksigen tambahan dengan Meningkatkan jumlah oksigen yang
kanul nasal atau masker sesuai ada untuk pemakaian miokardium
indikasi dan mengurangi ketidaknyamanan
karena iskemia
Atur posisi semi fowler / fowler Dengan posisi semi fowler ekspansi
paru maksimal sehingga
memudahkan pernapasan.
Kolaborasi pemberian terapi farmakologis Nitrat berguna untuk control nyeri
antiangina (nitrogliserin) dengan efek vasodilatasi koroner
Kolaborasi untuk tindakan terapi Transplantasi pintas arteri coroner
nonfarmakologis (CABG). bertujuan untuk meningkatkan
asupan suplai darah ke miokardium
dengan mengganti alur pintas

Aktual / risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan


perubahan frekuensi atau irama koduksi elektrikal.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi penurunan curah jantung.
Kriteria hasil : stabilitas hemodinamik baik (tekanan darah dalam batas
normal curah jantung )
Intervensi Rasional
Pantau frekuensi jantung dan irama Perubahan frekuensi dan irama
jantung menunjukkan komplikasi
distrimia
Pantau data laboratorium enzim Enzim memantau perluasan infark,
jantung, GDA, dan elektrolit elektrolit berpengaruh terhadap
irama jantung
Pertahankan pemasukan total cairan Memenuhi kebutuhan cairan tubuh
2.000 ml/ 24 jam dalam toleransi orang dewasa, tetapi memerlukan
kardiovaskular pembatasan dengan adanya
dekompensasi jantung.
Berikan diet tanpa garam Natrium meningkatkan retensi cairan
dan meningkatkan volume plasma
yang berdampak terhadap
peningkatan beban kerja jantung
sehingga akan meningkatkan pada
kebutuhan miokardium
Aktual / risiko gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan
menurunnya curah jantung.
Tujuan : dalam 2x24 jam perfusi perifer meningkat
Kriteria hasil : klien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, CRT <
3 detik, urine > 600 ml/hari
Intervensi Rasional
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi Mengetahui derajat hipoksemia dan
perifer, dan diaphoresis secara teratur peningkatan tekanan perifer
Pantau urine output Penurunan curah jantung
mengakibatkan menurunnya
produksi urine, pemantauan yang
ketat pada produksi urine < 600
ml/hari merupakan tanda-tanda
terjadinya syok kardiogenik
Catat adanya keluhan pusing Keluhan pusing merupakan
manifestasi penurunan suplai darah
ke jaringan otak yang parah
Pertahankan cara masuk heparin (IV) Jalur yang paten penting untuk
sesuai indikasi pemberian obat darurat

B. Evaluasi
1. Bebas nyeri
2. Menunjukkan peningkatan curah jantung
3. Terhindar dari risiko penurunan perfusi perifer
DAFTAR PUSTAKA

http://medicastore.com/penyakit/11/Penyakit_Jantung_Koroner.html
Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan Serta Pengobatannya.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Mutaqqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakart

Anda mungkin juga menyukai