YoolimYonwoo
A. Patofisiologi Parkinson
Gangguan N. VIII
Manifestasi otonom
Ragiditas deserebrasi
Manifestasi psikiatrik
5
Tremor ritmi
bradikaresia
Perubahan otot wajah
dan sikap tubuh
Perubahan kepribadian,
psikosis, demensia, dan
konfusi akut.
Kesulitan menelan
Hambatan mobilitas
fisik.
Kognitif menurun,
persepsi menurun.
Kerusakan
komunikasi
verbal
Perubahan gaya
berjalan, kekakuan
dalam beraktifitas.
Harga
rendah
Gangguan
pemenuhan nutrisi
Kurang perawatan
diri
diri
E. Pemeriksaan Penunjang
1. EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
2. CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua eks vakuo). Penyakit Parkinson merupakan penyakit
kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan
penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.
F. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-obatan yang biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau
menggantikan atau meniru dopamin yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness. Perawatan pada penderita penyakit parkinson
bertujuan untuk memperlambat dan menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat
dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari.
1. Terapi Obat-Obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit Parkinson (Muttaqin, 2008; Suzanne & Smaltzer, 2001; Brugham & JoAnn,
2000):
a) Antikolinergik
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk
mengaluskan pergerakan, mengontrol tremor dan kekakuan.
b) Carbidopa/levodopa
Merupakan preparat yang paling efektif untuk menghilangkan gejala.
c) Derivat dopamin-agonis-ergot berguna jika ditambahkan kedalam levodopa untuk mempelancar fluktasi klinis.
d) Obat-obat antihistamin untuk menghilangkan tremor. Preparat antivirus, Amantandin hidroklorida, digunakan untuk mengurangi
kekakuan,tremor dan bradikinestesia.
7
Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan
di rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit Parkinson merupakan
program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada
rigiditas, tremor dan hambatan lainnya. Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga
dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas,
memakai dasi, mengunyah keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.
G.
Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor
menyeluruh, kelemahan otot dan hilangnnya refleks postular
c) Riwayat penyakit sekarang
Pada anamnesis klien sering mengeluhkan adanya tremor, seringkali pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang
lain dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa: lambat, gerakan
membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, serta gerakan ibu jari terhadap jaro-jari lain seolah-olah
memiutar pil di antara jari-jari. Keadaan ini meningkat jika klien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas dan muncul pada saat
klien istirahat.
Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap tubuh dan gaya berjalan. Adanya keluhan
rigiditas deserbrasi, berkeringat, kulit berminyak dan sering dermatis peboroik, sulit menelan, konstipasi, serta gangguan kandung
kemih yang diperberat oleh obat-obatan anti kolinergik dan hipertfofi prostat.
d) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan
obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam waktu yang lama.
e) Riwayat penyakit keluarga
Walaupun penyakit Parkinson tidak ditemukan hubungan sebab genetic yang jelas tetapi pengkajian adanya anggota generasi
terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes mellitus diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat
mempercepat progresifnya penyakit.
f) Pengkajian psikososiospritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakita yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam
keluarga maupun dalam masyarakat.
Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadapa dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Adanya perubahan
hubungan dan peran karna klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri
didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif.
Peubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit Parkinson adalah tanda depresi. Manifestasi mental muncul dalam bentuk
penurunan kognitif, persepsi, dan penurunan memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis,
demensia, konfusi akut) umumnya terjadi pada lansia.
2. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data
yang diperoleh dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dan terarah dengan fokus
pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan dengan keluhan klien.
a. Keadaan umum
Klien dengan penyakit Parkinson umunya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan tanda-tanda vital, meliputi
bradikardia, hipotensi dan penurunan frekuensi pernafasan.
b. B1 Breathing
Gangguan fungsi pernafasan berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi
pembersihan saluran nafas.
1) Inspeksi umum. Didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak
nafas dan penggunaan otot bantu nafas.
2) Palpasi. Taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
3) Perkusi. Adanya suara resonal pada seluruh lapangan paru.
4) Auskultasi. Binyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronki pada klien dengan peningkatan produksi secret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.
c. B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh system
persarafan otonom. Rasa lelah berlebihan dan otot terasa nyeri : otot-otot lelah karena rigiditas.
d. B3 (Brain)
Inspeksi umum : didapatkan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.
10
11
1) Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secaraumum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh
gerakan. Klien seringmengalami rigiditas deserebrasi.
2) Tonus otot ditemukan meningkat.
3) Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karenaadanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya
berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
i. Pengkajian refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri,klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan
berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan(salah satunya kedepan atau
kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh.
j. Pengkajian sistem sensorik
Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif.
Penurunan sensorik yang sadamerupakan hasil dari neuropati.
k. B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin
mengalami inkontinensia urine,ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal
karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periodeini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
l. B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi kurangkarena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan
adanya tremor menyeluruh. Kliensering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.
m. B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor secaraumum pada seluruh otot dan kaku pada
seluruh gerakan menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari.Adanya gangguan keseimbangan
dan koordinasi dalam melakukan pergerakankarena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan
memberikanrisiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
12
H. Analisa Data
Data
Data subjektif:
- Klien mengatakan sulit untuk
Etiologi
Gangguan N. VIII
menggerakkan tubuhnya
- Klien mengatakan merasa lemah
Data objektif:
- Kekuatan otot menurun, dinilai
Ragiditas deserebrasi
dengan 1
Pemeriksaan
kesadaran
GCS
motorik, dinilai 2
- Klien terlihat pucat dan lemah
- Tremor saat melakukan aktivitas
Data subjektif:
- Klien mengatakan tidak dapat
melakukan
aktivitas
sendiri
Klien
mengatakan
badanya menurun
Klien mengatakan
berat
kesulitan
Masalah Keperawatan
Hambatan mobilitas fisik
Gangguan N. VIII
Ragiditas deserebrasi
Perubahan gaya berjalan,
kekakuan dalam beraktifitas.
Kurang perawatan diri
Tremor ritmi bradikaresia
Data objektif:
-
terdengar.
Penurunan berat badan dari
yang sebelumnya.
- Otot wajah tampak kaku.
- Klien tampak pucat dan lemah.
- Porsi makan tidak habis.
Data subjektif:
-
menurun
Manifestasi psikiatrik
Data objektif:
-
Perubahan kepribadian,
psikosis, demensia, dan
konfusi akut.
Kognitif menurun, persepsi
menurun, akut menurun.
Data subjektif:
- Klien mengatakan takut jika
-
terjadi kecacatan
Klien merasa tidak berdaya,
tidak ada harapan
Data objektif:
menurun
Manifestasi psikiatrik
Perubahan kepribadian,
psikosis, demensia, dan
14
orietasi
ditemukan;
gannguan
memori
konfusi akut.
Kognitif menurun, persepsi
menurun, akut menurun.
tahun,
bulan,
Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan tremor dan perlambatan dalam proses makan, serta
kesulitan mengunyah dan menelan.
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan volume bicara, perlambatan bicara, dan ketidakmampuan menggerakan
otot-otot wajah.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan tremor dan gangguan motorik.
5. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan kognitif karena perkembangan penyakit.
15
16
kurang
kebutuhan
berhubungan
tubuh
dari Setelah
Intervensi
1. Observasi atau timbang berat
dilakukan
tindakan
badan.
gangguan
pemenuhan
meliputi
menelan.
Dalam
waktu
kebutuhan
3x24
nutrisi
jam
suara
pergerakan usus.
3. Anjurkan klien
klien
terpenuhi.
Rasional
1. Kekurangan intake nutrisi menunjan
bising
untuk
usus,
makan
badan.
2. Fungsi sistem gastrointestinal sang
penting untuk memasukan makanan.
cadangan
terpenuhi.
4. Meningkatkan
Kriteria hasil:
energi
dalam
kemampuan
tubu
klie
disediakan.
ahli
gizi
mencegah kelelahan.
5. Penggunaan
alat-alat
membantu klien untuk makan.
keadaan
dibutuhkan klien.
14
khusu
nutrisi
yan
BUN/kreatinin
dan
glukosa.
7. Kolaborasi dengan keluarga untuk
memberikan
pengetahuan
klien
1. Observasi
dilakukan
tindakan
meminimalkan
klien
mobilitas
gangguan
meningkatkan
mobilitas fisik.
latihan
kekuatan
otot.
Tujuan khusus:
Setelah
dilakukan
tindakan
melatih
mampu
pergerakan
(ROM).
4. Anjurkankan
melaksanakan
mandi
otot-otot
hangat
kemampuannya.
koordinasi
ketangkasan,
serta
da
mencega
postural
kecenderungan
untuk
kepala
melawa
dan
leh
mengakibatkan kekakuan.
5. Teknik berjalan khusus dapat jug
15
5. Kolaborasi
therapis,
kekuatan
otot
dan
klien
dengan
untuk
Ortopedik
melatih
klien
mobilisasi
ekstremitas
dala
dp
tim fisioterapis.
7. Untuk memelihara fleksibilitas otot.
Defisit
perawatan
berhubungan
tremor
motorik.
dan
dilakukan
gangguan keperawatan
mengalami
dengan
mandiri.
1. Kaji kemampuan klien dalam
dengan Setelah
makan/minum
klien
defisit
tindakan
melakukan ADL
tidak
perawatan
diri.
perawatan diri
3. Dukungan terhadap aktivitas klie
Tujuan khusus:
Setelah
intervensi
beraktivitas
membantu
klien
meningkatka
perawatan diri
4. Lingkungan klien membantu klie
Kriteria:
klien
mampu
menunjukan
kemampuan
beraktivitas
Kerusakan
terpenuhinya
verbal
berhubungan Setelah
dilakuakan
terapi aktivitas.
6. Kolaborasi dengan keluarga untuk
kebutuha
merawat diri
5. Terapi okupasi dapat membantu klie
4.
pemenuhan
tindkan
untuk
berkomunikasi.
mampu
yang
mengalami
penyak
ketidak
mengerakan
wajah.
mampuan
otot-otot Tujuan khusus:
Setelah
dilakukan
seperti
meningkatkan
kemmpuan
berkomunikasi.
mempertahankan
kontak
mereka katakan.
2. Mempertahankan kontak mata aka
membuat
klien
interes
komunikasi.
Jika
mengerakan
kepala,
klien
selam
dap
mengedipka
Kriteria:
-
mengakibatkan
frustasi
emenuhi
yang ada.
kebutuhan
dala
komunikas
memberikan
penjelasan
cara
dengan
segera.
Penuhi
dapat bicara.
Buat rekaman pembicaraan klien.
dengan
klien
selam
memberikan keperawatan.
6. Rekaman pembicaraan klien dala
dalam
memanta
merasakan
akra
selama
pengalaman
berbicara,
ini
dapat
denga
membant
sedang trjadi.
dengan
ahli
wicara/
speech therapis.
dalam
emngembangkan
komunikasi
5.
Koping
efektif
dengan
disfungsi
individu
berhubungan Selama
depresi
dilakukan
dan
hubungan
membentu
dengan
derajat
ketidakmampuan.
2. Dukung kemampuan koping klien.
untuk
metod
memenu
kebutuhan klien.
1. Menentukan bantuan individual dala
menyusun
rencana
perawatan
ata
pemilihan intervensi.
2. Kepatuhan terhadap program latihan da
perkembangan penyakit.
Tujuan khusus:
19
diberikan
melalui
ketekuna
Setelah
dilakukan
tindakan
aktivitas
mampu
menyatakan
ketika
sekarat
klien
atau
menyatakan
mengingkari
dan
menyatakan
pengakuan
penolakan
mengakui,
kembali
fakta
realitas
bahwa
danmenggabungkan
tubuh,
terhadap
partisipasi aktif.
3. Mendukung penolakan terhadap bagia
mempertahanka
dengan
mengingatkan
kejadian
tentang
masih
dapat
rencana
program
aktivitas
kehidupan.
7. Program aktivitas pada keseluruhan ha
koping
dengan
yan
kebutuha
untuk
keamanan
sewak
orang
mengizinkan
terdekat
klien
untuk
melakukan
kemampuan koping.
8. Menghidupkan
kembali
kemandirian
perkembangan
21
dan
harga
perasaa
memban
diri
ser
Depresi
terjadiny
umumnya
terja
lebih lanjut.
11. Dapat memfasilitasi perubahan pera
11. Kolaborasi
rujuk
pada
ahli
yang
penting
perasaan.
ada indikasi
psikoterapi,
untuk
Kerjasam
terapi
perkembanga
fisioterap
obat-obatan,
da
22
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit
Parkinson
merupakan
penyakit
kronis
yang
membutuhkan
penanganan
secaraholistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan
penyakitini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Obat-obatan
yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu
belum bisadihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan
menemanisepanjang hidupnya.Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress
hingga terjadi totaldisabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general,
dan dapat menyebabkan kematian.Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbedaberbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan
lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat
parah.
23
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, Fransisca. B. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan System
Persyarafan. Jakarta : SalembaMedika
Brougham, Diane C. & JoAnn, Hackley. C. (2000). Keperawata Medical Bedah : Buku saku
untuk Bruner dan Suddarth. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arief. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta : SalembaMedika
Muttaqin, Arief. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta : SalembaMedika
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC
24