Oleh
Klompok 3 :
PRODI S1 KEPERAWATN
KENDARI
2020
KATA PEGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ ASUHAN KEPERAWATAN
KEGAWATDARURATAN MARITIM ENVENOMASI JELLYFISH” ini. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama
islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat
terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih
banyak terdapat kekurangannya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR................................................................................................................2
Daftar Tabel.......................................................................................................................4
BAB I...................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..................................................................................................................5
A. Latar Belakang........................................................................................................5
B. Tujuan....................................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................7
TINJAUAN TEORI................................................................................................................7
A. Pengertian Keracunan Sengatan Ubur-Ubur..........................................................7
1. Jenis Ubur-Ubur.................................................................................................8
2. Tempat Hidup....................................................................................................8
B. Phatofisiologis........................................................................................................9
C. Tanda dan Gejala..................................................................................................10
D. Phatway...............................................................................................................11
E. Penanganan Sengatan Ubur-Ubur.......................................................................11
BAB III...............................................................................................................................13
KONSEP PERAWATAN SEGATAN BINATANG LAUT...........................................................13
A. Pengkajian............................................................................................................13
B. Diagnosa Keperawatan Menurut Nanda (2018-2020)..........................................13
C. Intervensi (NIC)........................................................................................................14
BAB IV..............................................................................................................................15
ASUHAN KEPERAWATN....................................................................................................15
A. Kasus....................................................................................................................15
B. Pengkajian............................................................................................................15
C. Analisa Data.........................................................................................................16
D. Diagnosa...............................................................................................................16
3. Intervensi Keperawatan.......................................................................................17
BAB V...............................................................................................................................20
PENUTUP..........................................................................................................................20
A. Kesimpulan...........................................................................................................20
B. Saran....................................................................................................................20
iii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................21
Daftar Tabel
Nomor Judul Halaman
Tabel 1. phtaway 11
Tabel 2. Analisa data 19
Tabel 3. intervensi 20
Tabel 4. Implementasi dan evaluasi 22
Daftar Gambar
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Physalia physalis memiliki sel-sel berbisa yang disebut cnidocytes,
nematocytes atau cnidoblasts dalam tentakel. Ini digunakan untuk menyuntikkan
racun ke mangsa. Kontak dengan kulit manusia dapat menyebabkan
envenomations dengan gejala lokal (nyeri langsung dan intens, inflamasi kulit
dengan evolusi nekrotik) dan kemungkinan gejala umum (manifestasi jantung dan
/ atau neurologis depresi sistem saraf pusat dan ganggua pernapasan pada kasus
yang lebih parah (Labadie et al., 2012)
5
B. Tujuan
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
Physalia utriculus atau biasa disebut blue bottle yang termasuk dalam
kelas Hydrozoa yang sering disalah artikan sebagai jellyfish
sebenamya melainkan sebuah Siphonophora
7
1. Jenis Ubur-Ubur
2. Tempat Hidup
8
merupakan tentakel yang berbentuk umbai panjang yang digunakaan
sebagai pertahanan diri dan menangkap mangsa. Gonozooid merupakan
tentakel yang digunakan untuk bereproduksi. Gastrizooid merupakan tentakel
yang digunakan untuk mencema makanan (King, 2003). Physalia utriculus
mempunyai tentakel utama yang banyak yakni kurang lebih 7-8 tentakel dan
beberapa tentakel pendek lainnya. Tentakel Physalia utriculus panjang rata-
ratanya mencapai 10 m dan ada yang mencapai 30 m dibawah permukaan air
laut (Yanagihara et al., 2002). Physalia utriculus dapat ditemukan di daerah
Indo-Pasifik, Laut India dan Atlantis Selatan. Physalia utriculus lebih sering
ditemukan di perairan yang panas dan beriklim sedang. Namun, ubur-ubur ini
kadang-kadang dapat pula ditemukan di perairan Atlantik yang dingin, seperti di
Perancis Utara, Belgia, dan Inggris bagian Baratdaya (Cegolon et al., 2013).
B. Phatofisiologis
Tentakel pada ubur-ubur dilapisi oleh deretan alat penyengat khusus yang
disebut nematocyst. Nematocyst sendiri berada dalam suatu struktur yang
disebut cnidoblast yang merupakan kapsul-kapsul terbuat dari collagen-like
protein sehingga terbentuk dinding kuat namun mudah untuk ditembuhs
ketika nematocyst keluar untuk menusuk mangsa (Oppegard et al., 2009).
Cnidoblast berupa rongga yang berisi suatu bentukan benang yang melingkar-
lingkar dengan duri di permukaannya, dan di dalam cnidoblast terdapat titik
picu yang dapat dirangsang oleh stimulus mekanik maupun kimia. Jika
terdapat stimulus yang mengenai titik picu, maka benang melingkar-lingkar
9
C. Tanda dan Gejala
D. Phatway
Nematocyst
Toksin Ubur-Ubur
Gejala Siskemik
Gejala Lokal
Distres
Pernapasan
Tabel 1. phatway
11
berat ketika terjadi atau akan terjadi reaksi sistemik, jika deaktivasi tentakel secara
topikal tidak memberikan hasil, dan ketika transportasi untuk mendapatkan
antiracun spesifik untuk sengatan C. fleckeri telah tersedia. Antiracun diambil dari
serum domba dan kemungkinan dapat menyebabkan risiko terjadinya reaksi alergi
pada individu yang sensitif. Cara yang dipilih adalah intravena, tetapi antiracun
juga dapat diberikan intramuskular. Pada sengatan yang berat telah dibuktikan
dapat menyelamatan nyawa. Penanganan ini juga dapat mengurangi intensitas
nyeri dan inflamasi pada tempat sengatan dan menurunkan kemungkinan
terjadinya skar. Verapamil intravena dapat diberikan sebagai pengobatan dan
profilaksis aritmia. Untuk nyeri pada sengatan yang berat, analgesik narkotik
parenteral dan kompres es, begitu juga dengan antiracun harus dipertimbangkan.
Reaksi lokal dapat diobati dengan anestesi topikal salep, krim, losion, atau spray
untuk mengurangi gatal atau nyeri terbakar. Untuk reaksi hipersensitivitas tipe
lambat, glukokortikoid topikal, antihistamin, dan glukokortikoid sistemik dapat
digunakan jika perlu.(Suling, 2011)
12
BAB III
A. Pengkajian
13
2. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan (00032)
3 kerusakan integritas kulit berhubungan dengan agen cedera
kimiawi(00046).
C. Intervensi (NIC)
14
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATN
A. Kasus
Seoraang pasien bernama Tn.K berusia 25 tahun datang dirumah sakit pada
tanggal 5 januari 2022 jam 10.30 wita dengan keluhan mengalami sengatan ubur-
ubur/ binatang laut di bagian kaki kanan depan. Sengatan sengatan tersebut
terjadi saat pasien hendak menyelam di pantai. Kemudian pasien dikirim kerumah
sakit terdekat guna mendapatkan pertolongan. Saat berada dilokasi kejadian,
warga yang berada dilokasi kejadian sempat memberikan pertolongan pertama
pertama pada Tn. K, dengan cara membersihkan area yang terkena sengatan
dengan sabun dan air untuk menghilangakn partikel yang terkontaminasi oleh
sengatan ubur-ubur sebelum ahirnya pasien dibawa kerumah sakit.
B. Pengkajian
1. Biodata pasien
a. Nama : Tn.K
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Tempat & tanggal lahir : Wundulako, 2 Mei 1997
d. Alamat : Kel. Lamekongga, Kec. Wundulako
e. Pekerjaan : Swasta
f. Agama : Islam
g. Suku/bangsa : Mekongga
h. Pendidikan terakhir : SMA
2. Identitas keluarga/ wali
a. Nama : Tn.D
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Usia : 60 tahun
d. Alamat : Kel. Lamekongga Kec.Wundulako
e. Hubungan dgn pasien : orang tua pasien
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama saat pengkajian : klien mengeluh nyeri, gatal dan
panas dibagian kaki kanan depan
akibat sengatan ubur-ubur.
15
b. Riwayat keluhan utama : Nyeri gatal dan panas akibat
tersengat ubur-ubur, dirasakan
gatal-gatal dan panas di rea kaki
kanan depan skala 6 depan dan
dirasakan terus menerus. Klien
nampak melindungi area yang
terkena sengatan ubur-ubur, serta
klien nampak merngis
c. Riwayat kesehtan sekarang : klien mengalami sengatan binatang
laut ( ubur-ubur ) pada bagian kaki
kanan depan.
d. Riwayat penyakit yang diderita : -
e. Kebiasaan : minum teh
f. Riwayat alergi :-
C. Analisa Data
D. Diagnosa
1. Nyeri akut behubunga dengan agen cedera biologis
2. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan
16
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan& Intervensi
No Diagnosa
Kreteria Hasil (NOC ) (NIC)
1 Domain : 12 kenyamanan Setelah dilakukan Intervensi keperawatan
Kelas : 1 keperawatan 3x24 jam/ Manajemen nyeri (1400)
Kode : 00132 menit : Aktivitas keperawatan:
Tingkat nyeri (2102) 1. Lakukan pengkajian
Nyeri akut behubunga
( Skala 1: berat 2: cukup nyeri komperhensif yg
dengan agen cedera biologis
berat 3:sedang 4: ringan
meliputi lokasi,
DS: klien mengatak nyeri,
5: tidak ada )
Dengan kreteria: karakteristik,
gatal dan panas dibagian 1. Nyeri yang dilaporkan onset/durasi,
kaki kanan depan akibat (skala 3-4)
frekuensi, kualitas
2. Panjang episode nyeri
sengatan ubur-ubur (skala 3-4) intensitas atau
DO: Klien mengeluh nyeri beratnya nyeri dan
dan nampak meringis faktor pencetus.
2. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat.
3. Ajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri
4. Berikan individu
penurun nyeri yg
optimal dengan
peresepan analgesik
17
Ketidak efektifan pola devisiasi cukup berat kesulitan bernapas
dengan kisaran normal 3: 2. Monitor pola napas
napas berhubungan devisi sedang dengan (misalnya, bradipneu,
dengan keletihan otot kisaran normal 4: devisiasi takipneu,
ringan dari kisaran normal hiperventilasi,pernapa
pernapasan 5: tidak ada deviasi dari san kusmaul,
kisaran normal. pernapasan 1:1,
Dengan kreteria: apneustik, respirasi
DS: Klien mengatakan 1. Frekuensi pernapasan biot, dan pola ataxic)
sesak saat tersengat ubu- (skala 3-4) 3. Monitor kelelahan
2. Irama napas (skala 3-4) otot-otot diafragma
ubur. 3. Kedalaman respirasi (3- dengan gerakan
DO: Klien nampak sulit 4) parasoksikal
4. Monitor kleuhan
bernafas, klien dibantu sesak napas pasien,
termasuk kegiatan
berjalan dengan
yang meningkatkan
keluarganya. atau memperburuk
sesak napas tersebut
Tabel 3. intervensi
18
Domain : 4 aktivitas/ 1. memonitor kecepatan, irama, S: klien mengatakan
istirahat kedalaman dan kesulitan
Kelas: 4 respon bernapas
sesaknya berkurang
kardiovaskuler 2. memonitor pola napas (misalnya, O: klien mampu melkukan
/pulmonal bradipneu, takipneu,
Kode: 00032 hiperventilasi,pernapasan aktifitas sendiri
kusmaul, pernapasan 1:1, A: Masalah teratasi
Ketidak efektifan apneustik, respirasi biot, dan
pola ataxic) P: intervensi dihentkan
pola napas 3. memonitor kelelahan otot-otot
berhubungan dengan diafragma dengan gerakan
parasoksikal
keletihan otot 4. memonitor kleuhan sesak napas
pernapasan pasien, termasuk kegiatan yang
meningkatkan atau
memperburuk sesak napas
tersebut
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia ini merupakan salah satu negara yang memiliki faktor resiko yang
tinggi karena letak Indonesia yang terbuka dengan Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik. Envenomasi toksin Physalia physalis ini sangat berbahaya
karena bersifat kardiotoksik, neurotoksik, muskulotoksik, menyebabkan nyeri
kutaneus, dan transpor ion melewati membran plasma menjadi abnormal serta
dapat menimbulkan kematian bagi penderitanya.
B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk menambah
pengetahuan masyarakat baik juga pelajar tentang Sengatan Ubur-Ubur.
20
DAFTAR PUSTAKA
21