Kep
METODOLOGI PENELITIAN
Hubungan antara Motivasi kerja dengan Kinerja Perawat di Rumah Sakit Benyamin
Guluh Kolaka
2. Komparatif
Penelitian komparatif menurut Sugiyono (2014) dalam Malaka (2019) adalah penelitian yang
membandingkan keadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau dua
waktu yang berbeda.
Contoh : Studi Komparatif Fungsi Perawat Independent Dan Fungsi Perawat Interdependent
Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Puskesmas Latoma
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ataupun studi komparatif dilakukan
untuk membandingkan antara dua atau lebih variabel independent yang di teliti untuk melihat ada
pengaruh terhadap variabel dependent
3. Penelitian asosiatif
Penelitian asosiatif menurut sugiyono (2010) merupakan penelitian yang mempunyai tujuan untuk
mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih.
a. Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua
variabel atau lebih
Contoh : Efektifitas Perawat Dalam Melakukan Asuhan Keperawatan Terhadap Tingkat
Kepuasan Pasien Di RS A
b. Penelitian asosiatif simetris adalah penelitian yaitu dengan mencari dua hubungan antara dua
variabel yang berisifat sama
Contoh : Hubungan Perilaku Perawat Dengan Tingkat Kedisiplinan Dalam Pelaksanaan
Asuhan Keperawatan Di Ruang A.
c. Penelitian asosiatif interaktif adalah penelitian yang bertujuan mngetahui variabel yang sifatnya
saling mempengaruhi (Putra 2012)
Contoh : Hubungan antara Motivasi Kerja dengan kinerja Perawat di Rumah Sakit
Benyamin Guluh Kolaka
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan penelitian asosiatif adal penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh maupun hubungan antar variabel tergantung metode yang digunakan yaitu
dengan menggunakan metode kausal, simetris ataupun interaktif.
4. Komparatif-asosiatif
Penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan keadaan satu variabel atau lebih pada
dua atau lebih sampel yang berbeda, atau dua waktu yang berbeda dan asosiatif merupakan penelitian
yang mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau
lebih.
Contoh : Adakah Perbedaan Produktivitas Kerja Perawat Puskesmas X dengan Produktivitas
Kerja RS. X di Kota X.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasannya penelitian komparatif-asosiatif merupakan
penelitian untuk membandingkan antara pengaruh suatu variabel (independent) ataupun hubungan suatu
variabel (independent) terhadap variabel terikat (dependent) yang diteliti.
MASALAH PENELITIAN
Hubungan antara Motivasi Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Benyamin
Guluh Kolaka
TINJAUAN PUSTAKA
I. Motivasi
A. Pengertian
Motivasi adalah daya penggerak yang menjadi aktif pada saat tertentu bila
motivasi tidak akan ada tujuan suatu tingkah laku yang terorganisasi.
kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan, dan aktualisasi diri,
dorongan atau kekuatan yang berasal dari dalam atau luar individu yang
(Alex Sobur, 2003:294). Termasuk dalam golongan ini adalah haus, lapar,
istirahat, bernafas. Motivasi primer bersifat tidak dipelajari, dan tidak ada
pengalaman yang mendahuluinya. Misalnya anak yang baru saja dilahirkan, dia
merasa haus kemudian menangis. Keadaan haus itu sebelumnya belum pernah
dipelajari dan tidak ada pengalaman bagi bayi. Sehingga hal tersebut membuat
bayi menangis.
tidak tergantung pada proses fisiologis tubuh manusia. Misalnya motivasi takut
(Alex Sobur, 2003:295). Bayi yang baru saja dilahirkan tidak memiliki motivasi
seseorang, makin bertambah pula hal-hal yang dipelajari, berarti makin banyak
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu
suatu saat ditentukan oleh kebutuhan yang paling mendesak. Jika pada suatu saat
kebutuhan primer terpenuhi, maka orang akan memenuhi kebutuhan pada tingkat
Kebutuhan keamanan harus dilihat dalam arti luas, tidak hanya dalam arti
keamanan fisik, akan tetapi juga keamanan psikologis dan perlakuan adil
martabat, status kedudukan, prestasi, hingga orang selalu ingin lebih baik
pertama yaitu faktor motivator dan rangkaian kondisi yang kedua yaitu faktor
yang mampu memuaskan dan mendorong orang untuk bekerja lebih baik, terdiri
dari :
5) Advancement (pengembangan)
Faktor hygiene yang dapat menimbulkan rasa tidak puas kepada
1) Kinerja (Performance)
2) Penghargaan (Recognition)
Penghargaan atau pengakuan atas suatu kinerja yang relatif dicapai seseorang
akan merupakan perangsang yang kuat. Pengakuan atas suatu kinerja, akan
memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi daripada penghargaan dalam
3) Tantangan (Challenge)
untuk mengatasinya, Suatu sasaran yang tidak menantang atau dengan mudah
Adanya rasa takut memiliki akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa
memberikan tekanan pada tenaga kerja, bahkan setiap tenaga keja dalam
tahapan proses produksi sebagai mata rantai dalam suatu sistem akan sangat
5) Pengembangan (Development)
kesempatan untuk maju, dapat merupakan perangsang kuat bagi tenaga kerja
untuk bekerja lebih giat atau lebih bergairah. Apalagi jika pengembangan
Rasa ikut terlibat dalam suatu proses pengambilan keputusan atau bentuknya,
dapat pula ”kotak saran” dari tenaga kerja, yang dijadikan masukan untuk
tenaga kerja.
Rasa terlibat akan menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab, rasa dihargai
menimbulkan mawas diri untuk bekerja lebih baik dan menghasilkan produk
7) Kesempatan (opportunity)
Kesempatan untuk maju dalam jenjang karir yang terbuka, dari tingkat bawah
bagi tenaga kerja. Bekerja tanpa harapan atau kesempatan untuk meraih
Menurut Joko Raharjo (2002:4) ada beberapa ciri motivasi pada diri
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa) dan tidak lekas puas
selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Dalam upaya pencapaian kinerja,
dipandangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut perawat harus juga peka dan
semacam ini dapat membantu manajemen tenaga kerja mengerti mengapa tenaga
kerja terdorong untuk bekerja atau tidak, apa yang merupakan kekuatan motivasi
di berbagai bagian dalam perusahaan atau instansi, dan seberapa jauh berbagai
cara pengubahan dapat efektif dalam memotivasikan kinerja para tenaga kerja
A. Pengertian
Kinerja adalah sebagai suatu catatan keluaran hasil dari fungsi jabatan
kerja atau seluruh aktifitas kerjanya (Hani T. Handoko, 2000:130). Berry dan
dan usaha untuk menghasilkan kinerja yang baik, seseorang harus memiliki
dapat dipenuhi berbagai macam kiat yang bermakna dalam menghasilkan kinerja
Menurut Siagian (1997:113) kinerja dapat dilihat dari tiga aspek yaitu :
proses melalui suatu organisasi. Prestasi kerja karyawan dapat dinilai dengan :
motivasi, kepuasan kerja, tingkat stress, kondisi fisik pekerjaan, aspek ekonomi,
dan teknik.
1.4 Kompensasi
1.7 Perencanaan
1.8 Komunikasi
3. Penilaian Kinerja
1) Metode Rangking
2) Graphic Rating
1 sangat buruk dan angka 5 sangat baik (Tjandra Yoga Aditama, 2002:51).
(As’ad M, 1989:71).
1. Goal Theory
Teori ini dikemukakan oleh Locke atas dasar teori Lewins, Locke berpendapat
bahwa tingkah laku manusia banyak didasarkan untuk mencapai tujuan. Menurut
teori ini bahwa performance kerja itu adalah fungsi dari motivasi untuk
berproduksi dengan level tertentu. Motivasinya ditentukan oleh needs
(kebutuhan).
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Heider. Performance adalah hasil
orang yang motivasinya tinggi tetapi memiliki ability yang rendah akan
ability yang tinggi, tetapi memiliki motivasi yang rendah, akan menghasilkan
Motivasi kerja seseorang sangat berpengaruh terhadap kinerja yang dapat dicapai
kinerja tidak selalu tetap, tetapi akan mengalami perubahan sesuai dengan situasi
nilai-nilai
sikap
KINERJA
kemampuan teknis
kemampuan manajerial
kemempuan interpersonal
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada hubungan antara Motivasi kerja dengan Kinerja Perawat di
Rumah Sakit Benyamin Guluh Kolaka.
Dimana, Hubungan Motivasi Kerja dengan kinerja dipengaruhi oleh :
1. Penghasilan
2. Jabatan
3. Resiko
INSTRUMEN PENELITIAN
1. Construct Validity
item tes mampu mengukur apa-apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan
instrumen untuk mengukur sikap, minat, konsep diri, lokus control, gaya kepemimpinan,
motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi maksimum seperti
penelaahan teoritis dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari
perumusan konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan
sintesis dari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur melalui proses
Menyimak proses telaah teoritis seperti telah dikemukakan, maka proses validasi
konstruk sebuah instrumen harus dilakukan melalui penelaahan atau justifikasi pakar atau
melalui penilaian sekelompok panel yang terdiri dari orang-orang yang menguasai
yang dapat dijadikan dasar pengujian skor alat ukur. Suatu kriteria adalah variabel perilaku
yang akan diprediksikan oleh skor alat ukur. Untuk melihat tingginya validitas berdasar
kriteria dilakukan komputasi korelasi antara skor alat ukur dengan skor kriteria. Koefisien
ini merupakan koefisien validitas bagi alat ukur yang bersangkutan, yaitu r xy, dimana x
3. Equivalence Reliability
akan menggunakan dua instrumen untuk mengukur konsep yang sama pada tingkat
kesulitan yang sama. Reliabilitas atau tidaknya pengujian akan ditentukan dari hubungan
dua skor instrumen, atau lebih dikenal dengan hubungan antara variabel bebas (independen
keandalan yang diperoleh dari dengan melakukan pengukuran ulang pada kelompok / subjek
yang sama. Misalnya sebuah kuesioner yang mengungkap konsep yang sama disebar pada
sekelompok mahasiswa, maka stabilitas pengukuran dapat dihitung dengan menyebar ulang
kuesioner tersebut dalam jangka waktu beberapa bulan ke depan. Semakin tinggi kesamaan
jawaban (atau semakin tinggi korelasi) skor pada jawaban periode pertama dengan pengukuran
periode berikutnya, maka dapat dinyatakan kuesioner tersebut dapat disebut memiliki tingkat
Stabilitas pengukuran juga dapat diperoleh dalam bentuk parallel atau dikenal dengan
parallel-form reliability dilakukan dengan mengubah susunan kata namun memiliki item yang
setara dan format respon yang sama. Bila dua tes tersebut yang sebanding tersebut mengasilkan
skor yang berkorelasi tinggi (misalnya di atas 0.80), maka dapat dinyatatan bahwa ukuran
tersebut secara logis dapat dipercaya, dengan varian kesalahan minimal yang disebabkan oleh
Kerangka Konsep
Variabel Pengganggu
Pendidikan
Masa kerja
Usia
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
A. Motivasi Kerja
Motivasi kerja adalah dorongan atau kekuatan yang berasal dari dalam
atau luar individu yang mempengaruhi individu untuk bertindak, berbuat atau
kuesioner berdasar beberapa indikator dari motivasi kerja yaitu : prestasi dan
(Agus Irianto,2004:45).
B. Kinerja Perawat
1. Kemampuan Teknis
2. Kemampuan Manajerial
perawat, tenaga medis lain, pasien dan keluarganya di Instalasi Rawat Inap
yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat melalui
variabel motivasi kerja perawat dan variabel kinerja perawat diamati atau diteliti
a. Populasi
Instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tugurejo Semarang
b. Sampel
nP xN
Keterangan :
n = Besar sampel
(Lampiran 14)
N = Jumlah populasi
n = 0,31 x 119
2002:61).
2. Masa kerja : perawat yang telah bekerja di Instalasi rawat inap RSUD Tugurejo
3. Usia : perawat yang bekerja di Instalasi rawat inap RSUD Tugurejo Semarang
2. Subjek mau menjadi sampel tetapi pada kenyataannya tidak bisa datang
untuk mengikuti penelitian.
a. Instrumen Penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah
Kuesioner penelitian ini ada dua jenis pertanyaan, yaitu pertanyaan positif
jumlah pertanyaan ada 18 yang terdiri dari 12 pertanyaan positif yaitu nomor 1, 3,
5, 6, 7, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 18 dan 6 pertanyaan negatif yaitu nomor 2, 4, 8, 9,
12, 16. Selanjutnya dalam setiap butir pertanyaan disediakan empat alternatif
jawaban yaitu : sangat setuju diberi nilai 4, setuju nilai 3, kurang setuju nilai 2,
dan tidak setuju nilai 1 untuk pertanyaan positif dan sebaliknya untuk pertanyaan
negatif
Kuesioner untuk variabel kinerja indikatornya meliputi : kemampuan teknis,
yang terdiri dari 15 pertanyaan positif yaitu nomor 19, 20, 21, 24, 26,
27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 38 dan 5 pertanyaan negatif yaitu nomor 22,
23, 25, 30, 37. Selanjutnya dalam setiap butir pertanyaan disediakan empat
alternatif jawaban yaitu : selalu diberi nilai 4, sering nilai 3, kadang – kadang
nilai 2, dan tidak pernah nilai 1 untuk pertanyaan positif dan sebaliknya untuk
pertanyaan negatif.
i. Validitas Instrumen
mengukur apa yang ingin diukur. Demikian halnya bila kita menggunakan
kuesioner. Kuesioner tersebut harus dapat mengukur apa yang ingin diukur. Cara
yang banyak digunakan untuk mengetahui validitas alat pengukur adalah dengan
cara mengkorelasikan skor yang diperoleh dari masing – masing pertanyaan atau
pertanyaan dan skor total. Uji validitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji
product moment dari pearson. Dinyatakan valid, jika korelasi tiap butir
pertanyaan memikiki nilai positif dari nilai rxy > r tabel (Sugiyono, 2002:212).
diujicobakan ternyata 18 butir valid karena memiliki nilai r xy > r tabel = 1,00
butir valid karena memiliki nilai rxy > r tabel = 1,00 pada α =5 % dengan N = 20.
(konsisten), untuk mengetahui reliabel tidaknya suatu instrumen, hasil uji coba
ditabulasi dalam tabel analisis data dicari tiap item. Kemudian dijumlahkan
menjadi varian total. Dinyatakan variabel jika r alpha positif dan r alpha > r tabel
r alpha = 0,889 > r tabel = 0,444 pada α = 5 % dengan N = 20, dengan demikian
dengan N = 20, dengan demikian kuesioner tersebut reliabel dan dapat digunakan
dipertanggungjawabkan.
1. Wawancara
responden yaitu perawat yang bertugas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
2. Dokumentasi
melihat hasil laporan atau evaluasi tahunan di Rumah Sakit Umum Daerah
i. Editing
ii. Coding
lebih mudah.
Entry data adalah memasukan data yang telah diperoleh kedalam komputer.
v. Tabulating
perhitungan.
i. Analisis Univariat
dari karakteristik subjek penelitian dan motivasi kerja serta kinerja perawat
kemaknaan 5 %.
6 D 2
rs 1
n n 2 1
Keterangan :
berikut :
berikut :
Bandung:Pustaka Setia