Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Diabetes Mellitus adalah penyakit kronik progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolism karbohidrat, lemak dan
protein, mengarah pada hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi). Diabetes
Mellitus (DM) kadang dirujuk sebgai ‘gula tinggi’, baik oleh pasien maupun
penyedia layanan kesehatan.Pemikiran dari hubungan gula dengan DM adalah
sesuai karena lolosnya sejumlah besar urine yang mengandung gula ciri dari DM
yang tidak terkontrol. Walaupun hiperglikemia memainkan sebuah peran
penting dalam perkembangan komplikasi terkait DM, kadar yang tinggi dari
glukosa darah hanya satu komponen dari proses patologis dan manifestasi klinis
yang berhubungan dengan DM. Proses patologis dan factor resiko lain adalah
penting dan terkadang merupakan factor independen. Diabetes mellitus dapat
berhubungan dengan komplikasi serius, namum orang dengan DM dapat
mengambil cara – cara pencegahan untuk mengurangi kemungkinan kejadian
tersebut (Black, 2014, p. 631).
DM mungkin juga akibat dari gangguan – gangguan lain atau
pengobatan. Defek genetic pada sel beta dapat mengarah perkembangan DM.
Beberapa hormone epinefrin merupakan antagonis atau menghambat insulin.
Jumlah berlebihan dari hormone – hormone ini (seperti akromegali, sindrom
cushing, glukagonoma, dan feokromositoma) menyebabkan DM. selain itu obat-
obatan tertentu (glukokortikoid dan triazid) mungkin menyababkan DM (Black,
2014, p. 632)

1.2 Rumusan masalah


1. Konsep dasar diabetes mellitus
2. Rencana asuhan keperawatan diabetes mellitus

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar diabetes mellitus
2. Untuk mengetahui rencana keperawatan paliatif

1
1.4 Manfaat

Berdasarkan tujuan penulisan di atas penulis dapat menyimpulkan manfaat


sebagai berikut :
1. Bagi penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan
makalah mengenai tentang keperawatan dan mampu berfikir logis.
1. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai konsep dan
rencana keperawatan diabetes mellitus.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Diabetes
A. Diabetes
Diabetes berasal dari istilah yunani yaitu artinya pancuran atau
curahan,sedangkan melitus atau mellitus artinya gula atau madu.Dengan
demikian secara bahasa, diabete melitus adalah curahan cairan dari tubuh yang
banyak mengandung gula, yang dimaksud dalam hal ini adalah air kencing.
Dengan demikian,derfinisi diabetes melitus secara umum adalah suatu keadaan
yakni tubuh tidak dapat menghasilkan hormon insulin sesuai kebutuhan atau
tubuh tidak dapat memanfaatkan secara optimal insulin yang dihasilkan. Dalam
hal ini,terjadi lonjakan kadar gula dalam darah melebihi normal.
Diabetes melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata,ginjal,saraf,dan pembuluh darah.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa


penyakit diabetes melitus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan pada
pankreas yang tidak dapat menghasilkan insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh
dan/atau ketidakmampuan dalam memecah insulin . penyakit diabetes melitus
juga menjadi factor komplikasi dari beberapa penyakit lain.

3
B. Klasifikasi
Menurut klasifikasi klinisnya diabetes dibedakan menjadi;
1. Tipe 1 (DM 1) adalah insufisiensi absolute insulin
2. Tipe 2 (DM 2) adalah resistensi insulin yang disertai efek sekresi
insulin dengan derajat bervariasi.
3. Diabetes kehamilan (gestasional) yang muncul pada saat hamil
(kowalak % welsh,2003)
4. Gangguan toleransi glukosa (GTG) kadar glukosa antara normal dan
diabetes dapat menjadi diabetes atau menjadi normal atau tetap tidak
berubah .
C. Etiologi
 Tipe diabetes melitus
1) Tipe 1Insulin-Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM )
IDDM adalah penyakit hiperglikemia akibat
ketidakabsolutaninsulin,pengidap penyakit itu harus mendapat insulin
pengganti. IDDM disebabkan oleh destruksi autoimun karena infeksi,
biasanya virus dan /atau respons autoimun secara genetik pada orang
yang terkena.
a) Factor-faktor Risiko DM Tipe 1
1. Faktor genetic
2. Faktor-faktor imunologi
3. Factor lingkungan:virus/toksin
4. Penurunan sel beta: proses radang, keganasan pankreas,
pembedahan
5. Kehamilan
6. Infeksi lain yang tidak berhubungan langsung
2) Tipe II Non-insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM )
NIDDM disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistansi
insulin. Resistansi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangkum pengambilan glukosa oleh gangguan perifer dan untuk

4
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu
mengimbangi resistansi insulin ini sepenuhnya.
b) Faktor-faktor Risiko DM Tipe II
1. Usia ( resistansi insulin cenderung meningkat pada usia >65 tahun )
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
4. Gaya hidup
( Brunner dan Suddarth,2002 )
3) Diabetes Melitus Tipe Lain
Beberapa diabetes tipe lain seperti defek degetik fungsi sel
beta,defek genetic kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,
endokrinopati, karena obat /zat kimia,infeksi,penyebab imunologi yang
jarang,dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.
4) Diabetes Melitus Gestasional ( DMG )
Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan ini adalah intoleransi
glukosa yang mulai timbul atau menular diketahui selama keadaan hamil.
Oleh karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon disertai
pengaruh metabolik terhadap glukosa, maka kehamilan merupakan
keadaan peningkatan metabolik tubuh dan hal ini berdampak kurang baik
bagi janin.

D. patofisiologi
Sebagian besar patologi diabetes militus dihubungkan dengan efek
utama kekurangan insulin yaitu:
a. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang
mengakibatkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah
smpai tinggi 300-1200 mg/100 mili.
b. Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak
sehingga menyebabka kelainan mekanisme lemak maupun
pengendapan lipid pada dinding vaskuler.
c. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

5
1. Hiperglikemia
Hiperglikemia didifinisikan sebahai kadar glukosa yang tinggi
pada rentang non puasa sekitar 140-160/100 mili darah.
Dalam keadaan insulin normal asupan glukosa atau produksi
glukosa dalam tubuh akan di fasilitasi (oleh insulin) untuk masuk
kedalam sel tubuh. Glukosa itu kemudian di olah untuk menjadi bahan
emnergi.apabila bahan energi yang di butuhkan oleh tubuh masih ada
sisa akan di simpan sebagai glukogen adalah sel-sel hati dan sel-sel otot
(sebagai massa sel otot). Proses glikogenisis (pembentukan glikogen dari
unsur glukosa ini dapat mencegah hiperglikemia). Pada penderita
diabetes militus proses ini tidak dapat berlangsung dengan baik sehingga
glukosa banyak menumpuk di darah (hiperglikemia) (long 1996:I 1)
Secara rinci terjadinya proses glikemia karna defisit insulin
tergambar pada perubahan metabolik sebagai berikut
1) Transport gula yang melintas membran sel-sel berkurang.
2) Glukogenesis (pembentukan glikogen dari glukosa) berkurang dan
tetap kelebihan glukosa dalam darah.
3) Glikolisis (pemecahan glukosa)meningkat sehingga cadanga
glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke darah secara
terus menerus melebihi kebutuhan.
4) Glukogenesis (pembentukan glukosa dari unsur non karbohidrat)
meningkat dan lebih baanyak lagi glukosa hatiyang tercurah
kedalam darah hasil pemecahan asam amino dan lemak
(kong,1999:I 1)
Hiperglikemia akan mengakibatkan pertumbuhan berbagai
mikrooorganisme dengan cepat separti jamur dan bakteri,karena
mikroorganisme tersebut sangat cociok dengan daerah yang kaya akan
glukosa. Setiap timbul peradangan maka akan terjadi mekanisme
peningkatan darah pada jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang
membuat mikroorganisme mendapat peningkatan pasokan nutrisi.

6
Kondisi ini akan mengakibatkan pendetrita diabetes militus mudah
mengalami infeksi oleh bakteri dan jamur.
2. Hiperosmolarisasi
Hiperosmolarisasi adalah adanya kelebihan tekanan osmotik pada
plasma sel karna adanya peningkatan konsentrasi zat. Sedangkan tekanan
osmosis merupakan tekanan yang dihasilkan karena adanya
penningkatan konsentrasi larutan pada zat cair.
Pada penderita diabetes miletus terjadinya hiperosmolaritas
karena peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (yang notabene
komposisi terbanyaknya adalah zat cair). Peningkatan glukosa dalam
darah akan berakibat terjadinya kelebihan ambang pada ginjal untuk
memfiltrasi dan reabsorbsi glukosa (meningkat kurang lebih
225mg/menit). Kelebihan ini kemudian menimbulkan efek pembuangan
glukosa melalui urin (glukosuria). Ekskresi molekul glukosa yang aktif
secara osmosis menyebabkan kehilangan sejumlah besar air (dieresis
asmotik). Dan berakibat peningkatan volume air (poliuria). Proses seperti
ini mengakibatkan dehidrasi dengan ekstra seluler dan juga di ruangan
intraseluler.
Glukosuria dapat mencapai 5-10% dan osmolaritas serum lebih
dan 370-380 mosmols/di dalam keadaan tidak terdapatnya keton darah.
Kondisi ini dapat berakibat koma hiperglikemik hiperosmolar nonketotik
(K.HHN).
3. Starvasi seluler
Starvasi seluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh
sel karena glukosa sulit masuk padahal disekelilingi sel banyak sekali
glukosa. Kalau meminjam istilah peribahasa “kelaparan ditengah
lumbung padi.” Ada banyak bahan makanan tetapi tidak bisa dibawa
untuk diolah. Sulitnya glukosa masuk karena tidak ada yang
memfasilitasi untuk masuk sel yaitu insulin.
Dampak dari strarvasi seluler akan terjadi proses konpensasi
sellurer untuk tetap mempertahankan fungsi sel. Proses itu antara lain :

7
a. Defines insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringan-
jaringan peripheral yang tergantung pada insulin (otot rangka dan
jaringan lemak). Jika tidak terdapat glukosa,sel-sel otot metabolisme
cadangan glikogen yang mereka miliki untuk dibongkar menjadi
glukosa dan energy mungkin juga akan menggunakan asam lemak
bebas (keton). Kondisi ini berdampak pada penurunan massa
otot,kelemahan otot dan rasa mudah lelah.
b. Starvasi selluler juga akan mengakibatkan peningkatan metabolisme
protein dan asam amino yang digunakan sebagai substrat yang
diperlukan untuk glukonegenesis dalam hati. Hasil dari
glukoneogenesis akan dijadikan untuk proses aktivitas sel tubuh.
Protein dan asam amino yang melalui proses glukoneogenesis
akan dirubah menjadi CO2 dan H2O serta glukosa. Perubahan ini
berdampak juga pada penurunan sintesis protein.
Proses glukoneogenesis yang menggunakan asam amino
menyebabkan penipisan simpanan protein tubuh karena unsur nitrogen
(sebagai unsur pemecahan protein) tidak digunakan kembali untuk
semua bagian tetapi diubah menjadi urea dalam hepar dan
diekskresikan dalam urine. Ekskresi nitrogen yang banyak akan
berakibat pada keseimbangan negative nitrogen. Depresi protein akan
berakibat tubuh menjadi kurus,penurunan resistensi terhadap infeksi
dan sulitnya pengembalian jaringan yang rusak (sulit sembuh kalau
ada cidera).
c. Starvasi sel juga berdampak peningkatan mobilisasi dan metabolism
lemak (lipolisis) asam lemak bebas,trigliserida dan gliserol yang
meningkatkan bersirkulasi dan menyediaka substart bagi hati untuk
proses ketogenesis yang digunakan sel untuk melakukan aktivitas sel.
Ketogenesis mengakibatkan peningkatan kadar asam organic (keton),
sementara keton menggunakan cadangan alkali tubuh untuk buffer PH
darah menurun. Pernafasan kusmaull dirangsang untuk
mengkompensasi keadaan asidosis metabolic. Diuresis osmotik

8
menjadi bertambah buruk dengan adanya ketoanemis dan dari
katabolisme protein yang meningkatkan asupan protein ke ginjal
sehingga tubuh banyak kehilangan protein.
Adanya starvasi selluler akan meningkatkan mekanisme
penyesuaian tubuh untuk meningkatkan pemasukan dengan
munculnya rasa ingin makan terus (polifagi). Starvasi selluler juga
akan memunculkan gejala klinis kelemahan tubuh karena terjadi
penurunan produksi energy. Dan kerusakan berbagai organ reproduksi
yang salah satunya dapat timbul impotensi dan organ tubuh yang lain
seperti persarafan perifer dan mata (muncul rasa baal dan mata kabur).
E. Pathway

9
G. Kriteria diagnosis DM
1. Gejala klasik DM disertai dengan hasil kadar glukosa darah sewaktu > 200
mg/dl ( 11,1 mmol/L). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan
sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.
2. Gejala klasik DM disertai dengan hasil kadar glukosa darah > 126 mg/dl (7,0
mmol/L). Glukosa darah puasa adalah hasil pemeriksaan glukos pada pasien
yang tidak mendapat kalori sedikitnya delapan jam.
3. Kadar glukosa darah dua jam PP > 200mg/dl (11,1 mmol/L).
a. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dilakukan dengan standart WHO,
menggunakan beban glukosa anhidrat yang dilarutkan ke dalam air.
b. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM,
maka dapat digolongkan ke dalam kelompok toleransi glukos terganggu
(TGT) atau gula darah puasa terganggu (GDPT) bergantung pada hasil
yg diperoleh, sebgai berikut.
1) TGT : menunjukkan hasil glukosa darah plasma dua jam setelah beban
antara 140-199 mg/dl (7,8,-11,0 mmol/L)
2) GDPT: menunjukkan hasil glukosa darah puas antara rentang 100-125
mg/dl ( 5,6-6,9mmol/L)
H. Manifestas Klinik
Manifestasi klinik yang sering di jumpai pada pasien diabetes militus
yaitu :
1. Poliuria (Peningkatan pengeluaran urine)
2. Polidipsia (Peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar
dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi
intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi
keluar sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi ke plasma yang
hiperttonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran
ADH (antideuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus.

10
3. Rasan lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian
besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energy.
4. Polifagia (peningkatan rasa lapar)
5. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi
mucus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada
penderita diabetes kronik.
6. Kelainann kulit : Gatal,bisul-bisul
Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi didaerah ginjal.
Lipatan kulit seperti diketiak dan dibawah payudara. Biasanya akibat
tumbuhnya jamur.
7. Kelainan genekologis
Keputihaan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama candida.
8. Kesemutan rasa baat akibat terjadinya neuropati.
Pada penderita diabetes miletus regenerasi sel persarafan mengalami
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari usur
protein. Akibatnya banak sel persarafan terutaama perifer mengalami
kerusakan.
9. Kelemahan tubuh
Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energy metabolic
yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung
secara optimal.
10. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein
dan unsure makanan yang lain. Pada penderita diabetes miletus bahan
protein banyak di formulasikan untuk kebutuhan energy sel sehingga
bahan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit
sembuh juga dapat diakibatkan oleh perumbuhan mikroorganisme yang
cepat pada penderita diabetes miletus.
11. Pada laik-laki terkadang mengeluh impotensi

11
Ejakulasi dan dorongan seksualitas laki-laki banyak di pengaruhi oleh
peningkatan hormone toteron. Pada kondisi optimal (periodic hari ke3)
maka secara otomatis akan meningkatkan dorongan sesual. Penderita
diabetes miletus mengalami penurunan produksi hormone seksual akibat
kerusakan testoteron dan system berperanan. Mata kabur yang
disebabkan katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa
oleh hiperglikemia. Mungkin juga disebabkan kelainan pada corpus
vitreum
I. Data Penunjang
1. Pemeriksaan gula darah pada pasien diabetes mellitus antara lain;
a. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl
Kreteria diagnostic untuk DM > 140 mg/dl paling sedikit dalam dua kali
pemeriksaan. Atau >140 mg/dl disertai gejala klasik.
b. Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk skrining
atau evaluasai pengobatan buakn didiagnostik
c. Gula darah sewaktu <140 mg/dl
Digunakan untuk skrining bukan diagnosa
d. Tes toleransi glukosa oral (TTGO)
GD<155 mg/dl 1/2 jam. 1 jam ½ jam > 200 mg/dl, 2 jam <140 mg/dl.
TTGO dilakukan hanya pada pasien yang telah bebas dan diet dan
beraktivitas fisik 3 hari sebelum tes tidak dianjurkan pada (hiperglikemi
yang sedang puasa. (2) orang yang mendapat thiazide, dilatin,
propanolol, lasik, thyroid, estrogen, pil KB, steroid. (3) pasien yang
dirawat atau sakit akut atau pasien inaktif.
e. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI)
Dilakukan jika TTGI merupakan kontraindikasi atau terdapat kelainan
gastrointensinal yang mempengaruhi absobsi glukosa.
f. Tes toleransi kontison glukosa
Digunkan jika TTGO tidak bermakna, kortinos menyebabkan
peningkatan kadar gula darah abdormal dan menurunkan penggunaan

12
gula darah perifer pada orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar
glukosa darah 140 mg/dl pada akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif.
g. Glycosatet hemoglobin
Bangunan dalam memantau kadar glukosa darah rata-rata selama lebih
dari 3 bulan.
h. C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 4-6 kali meningkat setelah pemberian
glukosa.
Untuk mengukur proinsulin (produks samping yang tak aktif secara
biologis) dari pembentukan insulin dapat membantu mengetahui sekresi
insulin.
i. Insulin serum puaasa; 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, tidak
digunakan secara luas dalam klinik, dapat digunakan dalam diagnose
banding hipoglikemia atau dalam penelitian diabetes.
 Kreteria diagnostik menurut WHO
Pada sedikitnya dua kali pemeriksaan didapatkan hasil sebagai
berikut.
1. Glukosa plasma sewaktu > 200mg/dl ( 11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl ( 7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasmadari sempel yang diambil dua jam kemudian sesudah
mengonsumsi 75 gram karbohidrat ( dua jam postprandial [pp]) lebih
dari 200 mg/dl
J. Penatalaksanaan
 Perencanaan Makan
Makan makan yang beraneka ragam yang bisa menjamin terpenuhinya
kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
1. Sumber Zat tenaga
Sumber zat tenaga antara lain beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi
jalar, kentang, sagu, roti, dan mie. Makanan sumber zat tenaga sangat
penting menunjang aktivitas sehari-hari.
2. Sumber zat pembangunan

13
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan nabati antara
lain kacang-kacangan, tempe, tahu, makan sumber zat pembangun sumber
dari hewani antara lain telur, ikan, ayam, daging, dan susu. Zat pembangun
berperan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
seseorang
3. Sumber zat pengatur
Makan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-
buahan. Makanan ini mangandung berbagai vitamin dan mineral yang
sangat berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.
4. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energy
Kebutuhan energy menyandang diabetes bergantung pada umur, jenis
kelamin, berat badan, tinggi badan, dan kegiatan fisik, keadaan penyakit
serta pengobatannya. Energi yang dibutuhkan menyatakan dengan satuan
kalori. Susunan makanan yang baik untuk penyandang diabetes
mengandung jumlah kalori yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing
orang. Komposisi makan terserbut adalah sebagai berikut :
a. 10-15% Protein
b. 20-25% Lemak
c. 60-70% Karbohidrat
5. Makanlah makanan sumber karbohidrat sebagian dan kebutuhan energy
(pilihlah karbohidrat kompleks dan serat, serta batasi karbohidrat
sederhana)
6. Karbohidrat kompleks atau tepung-tepungan
Makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-padian (beras,
jagung, gandum), umbi-umbian (singkong,ubi jalar, kentang), dan sagu.
7. Karbohidrat sederhana
Makanan sumber karbohidrat sederhana adalah gula, sirup, cakes, dan
selai. Karbohidrat sederhana juga terdapat pada buah, sayuran, dan susu.
Bagi penderita diabetes anjuran konsumsi tidak lebih dari 5% total kalori
(3-4 sendok) makan sehari.
8. Serat

14
Serat adalah bagian karbohidrat yang tidak dapat dicerna/ serat banyak
terdapat pada buah-buahan, sayuran, padi-padian, dan produksi sereal.
Makanan cukup serat member keuntungan padsa penderita diabetes,
dengan alasan sebagai berikut;
a. Perasaan kenyang dan puas yang membantu mengendalikan nafsu
makan dan penurunan berat badan.
b. Makanan tinggi serat biasanya rendah kalori.
c. Membantu buang air besar secara teratur.
d. Mempertlambat penyerapan glukosa darah sehingga mempunyai efek
pada penurunan glukosa darah.
e. Menurunkan kadar lemak darah,
9. Batasi konsumsi lemak, minyak, dan santan sampai seperempat
kecukupan energy
Penyandang diabetes mempunyai resiko tinggi untuk terkena penyakit
jantung dan pembuluh darah. Karena itu lemak dan kolesterol dalam
makanan perlu dibatasi. Untuk itu jangan terlalu bnayak makan makanan
gorengan. Apabila ingin, batasi tidak lebih dari satu lauk saja yang di
goreng pada setiap kali makan. Selebihnya dapat dimasak dengan cara
lain semisalnya seperti dipanggang, dikukus, direbus, dan dibakar.
Kurangi mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol seperti otok, kuning
telur, ginjal, hati, daging berlemak, keju dan mentega.
10. Gunakan garam yang beryodium (gunakan garam secukupnya saja)
Penyandang diabetes yang mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi)
sehingga perlu berhati-hati pada asupan nutrisi. Anjuran asupan nutrisi
untuk penyandang diabetes sama sepeti untuk orang normal yaitu ±3.000
mg/hari yaitu kira-kira 6-7 gram satu sendok teh) yang digunakan.
11. Makanlah makanan sumber zat besi (Fe)
Untuk menghindsari anemia yang banyak diderita oleh semua orang
penyandang diabetes maka perlu mengkonsumsi cukup zat besi. Bahan
makanan sumber zat besi antara lain sayuran berwarna hijau dan kacang-
kacangan.

15
12. biarasan makan pagi
Pada penyandang diabetes terutama yang menggunakan obat penurun
glokosa darah ataupun suntikan insulin, tidak makan pagi akan sangat
beresiko. Oleh karena dapat menyebabkan hipoglikemia (penurunan
kadar gula darah).
13. hidrasi minuman beralkohol
Kebiasanan minum-minuman beralkohol dengan mengakibatknan
terhambatnya proses penyerapan zat gizi dan hilangnya zat gizi yang
penting bagi tubuh.
 Obat-obatan penurunan gula darah
Penderita diabetes tipe 1 tidak dapat membuat insulin karena sel-sel
beta prankeas mereka merusak atau hancur. Oleh karena itu, membutuhkan

16
suntikan insulin untuk memungkinkan tubuh mereka untuk memproses
glukosa dan menghindari komplikasi dari hiperglikemia.
Penderita diabetes tipe 2 tidak merespons dengan baik atau resistan
terhadap insulin. Membutuhkan suntikan insulin untuk membantu
memproses gula sehingga mencegah komplikasi jangka panjang dari
penyakit ini. Penderita diabetes tipe 2 mungkin pertama diobati dengan obat
oral, bersama dengan diet dan olahraga. Oleh karena diabetes tipe 2 adalah
kondisi progresif, semakin lama seseorang memiliki itu, semakin besar
kemungkinan mereka akan membutuhkan insulin untuk menjaga kadar gula
darah.
Berbagai jenis insulin yang digunakan untuk mengobati diabetes adalah
sebagai berikut;
1. Rapid-acting insulin
Ini mulai bekerja kira-kira 15 menit setelah injksi dan puncak pada
sekitar 1 jam tapi harus bekerja selama dua sampai empat jam. Obat
ini biasanya diberikan sebelum makan dan di samping insulin long-
acting.
2. Short-acting insulin
Ini di mulai bekerja kira-kira 30 menit setelah injeksi dan puncak pada
sekitar dua sampai tiga jam tapi akan terus bekerja selama tiga sampai
enam jam. Obat ini biasanya diberikan sebelum makan dan di samping
insulin long-acting.
3. Intermediate-acting insulin
Dimulai bekerja sekitar dua sampai empat jam setelah injeksi dan
puncak kira-kira 4-12 jam kemudian dan terus bekerja selama 12-18
jam. Obat ini biasanya diminum dua kali sehari dan disamping insulin
rapid-acting atau short-acting.
4. Long-acting insulin
Ini mulai bekerja beberapa jam setelah injeksi dan bekerja selama
kurang lebih 24 jam. Jika perlu, sering digunakan dalam kombinasi
dengan insulin rapid-acting atau short-acting.

17
j. Komplikasi kronis DM
1. Mata : retinopati diabetic, katarak
2. Ginjal : glomerulosklerosis intrakapiler, infeksi
3. Saraf : neuropati perifer, neuropati kranial, neuopati otonom
4. Kulit: dermopati diabetik, nekrobiosis lipoidika
diabetikorum,kandidiasis, tukak kaki dan tungkai.
5. Sistem kardiovaskular : penyakit jantung dan gangrene paa kaki
6. Infeksi tidak lazim : fasilitis dan miositis nekrotikans, meningitis
mucor, kolesistitis emfisematosa, otitis eksterna maligna.

3.1 Renacana Asuha Keperawatan


Diagnose
 Nyeri akut berhubungan dengan gangguan integrasi kulit
Intervensi (NOC)
 kontrol nyeri
kreteria hasil (NIC)
Menejemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri komperehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus.
2. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan tepat.
3. Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat.kll
Monitor tanda-tanda vital
1. Monitor tekanan darah. Nadi, suhu, dan status pernafasan dengan tepat

18
2. Monitor keberadaan dan kualitas nadi.
3. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital.
Diagnosa
 Kekurangan volume cairan kegagalan mekanisme regulasi
Intervensi (NOC)
 Hidrasi
Kreteria hasil (NIC)
Menejemen cairan
1. Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori cairan
2. Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
3. Monitor status hidrasi (misalnya,mimbran mukosa lembab,denyut nadi
adekuat,dan tekanan darah ortostatik)
Monitor cairan
1. Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan serta kebiasaan eliminasi
2. Monitor asupan dan pengeluaran
3. Monitor tekanan darah,denyut jantung,dan status pernafasan
4. Monitor membrane mukosa,tugor kulit,dan respon haus
5. Monitor tanda dan gejala ansietas

19
BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Diabetes melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata,ginjal,saraf,dan pembuluh darah.
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronik progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolism karbohidrat, lemak dan
protein, mengarah pada hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi).
1.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebaiknya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang lebih


mengenai konsep dan asuhan keperawatan dibettes mellitus.
2. Bagi Mahasiswa
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun ketidak
lengkapan materi mengenai konsep dan asuhan rencana keperawatan dibettes
mellitus.. Kami mohon maaf, kamipun sadar bahwa makalah yang kami buat
tidaklah sempurna. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang
membangun.

20
DAFTAR PUSTAKA
Tholib, Maghfuri Ali,. 2016,. Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Melitus,.
Jogjakarsa Jakarta Selatan.
Sukarmin, Riyadi Sujono,. 2008,. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas,.
Carpenito, Lynda Juall. (1995). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik.
Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta.
Marison Moya,(2004). Manajemen Luka. EGC, Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai