Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGUAN


SISTEM INTEGUMEN ACNE VULGARIS

OLEH KELOMPOK 8 :

RUBI YANTI RAHMADANI 1826010052


FREZILYA LINGWE E 1826010058
MARDIANA 1826010072

DOSEN PENGAMPU : Ns. LIZA PUTRI,S.Kep.M. Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2020
A. Konsep Teoritis Penyakit
1. Definisi
Akne vulgaris atau yang sering dikenal dengan sebutan jerawat
merupakan gangguan inflamatorik pada kelenjar sebasea dan masalah kulit
yang paling umum dialami remaja, namun lesi juga bisa muncul saat
penderita berusia 8 tahun. Walaupun lebih sering terjadi dan lebih parah
dialami anak lelaki daripada anak perempuan, akne (jerawat) yang dialami
perempuan biasanya muncul lebih awal dan cenderung berlangsung lebih
lama, kadang-kadang hingga penderita menginjak masa dewasa. Jika
ditangani dengan baik, prognosisnya baik. (William and Wilkins, 2008
hal.1).
Menurut Wikipedia.org (2012), jerawat adalah penyakit kulit yang
cukup besar jumlah penderitanya. Kligmann, seorang peneliti masalah
jerawat ternama dunia berpendapat, "Tak ada satu orang pun di dunia yang
melewati masa hidupnya tanpa sebuah jerawat di kulitnya".
Akne vulgaris ( jerawat ) merupakan kelainan folikel umum yang
mengenai pilosebasea ( polikel rambut ) yang rentan dan paling sering
ditemukan di daerah muka, leher, serta bagian atas. Akne ditandai dengan
komedo tertutup ( white head ), komedo terbuka ( black head ), papula,
pustul, nodus, dan kista ( Brunner & Suddarth, 2001 ).
2. Klasifikasi
a. Jerawat klasik (jerawat biasa): tampilannya mudah dikenali yaitu
tonjolan kecil berwarna pink atau kemerahan , kulit memproduksi
minyak yang menjadi tempat berkembang biaknya bakteri akibatnya
pori-pori tersumbat karena terinfeksi oleh bakteri.
b. Cystic acne (jerawat batu) Bentuknya besar dengan tonjolan yang
meradang hebat, berkumpul hampir diseluruh area wajah , ini terjadi
karena kelenjar minyak yang over aktif yang membanjiri pori-pori
dengan minyak dan terjadi penyumbatan pada duktus pilosebaseus
yang menyalurkan sebum.
c. Komedo
Terdiri atas 2 jenis:
Komedo yang terbuka (blookhead) terlihat seperti pori-pori yang
membesar dan menghitam (yang berwarna hitam tersebut adalah
penyumbatan pori-pori yang berubah warna karena akumulasi lipid,
bakteri serta debris epitel ).
Komedo yang tertutup (whitehead) :adanya penumpukan sebum
dibawah kulit sehingga terlihat seperti tonjolan putih kecil.
Agne dibagi menjadi beberapa derajat :
 Derajat I: memiliki komedo , papula atau pustula yang kurang
dari 10 buah pada salah satu sisi wajah.
 Derajat II: 10 hingga 20 buah komedo, papula atau pustula.
 Derajat III:25 hingga 50
 Derajat IV:lebih dari 50

3. Etiologi
Penyebab yang pasti dari akne vulgaris ini belum diketahui dengan
jelas tetapi banyak factor yang berpengaruh yaitu ;
1. Sebun merupakan factor utama penyebab timbulnya akne .Akne yang
keras selalu disertai pengeluaran sebore yang banyak .
2. Bakteri, Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah
Corynebacterium acnes,staphylococcus epidermis,
3. Herediter, Berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit
( kelenjar sebasea) Bila orang tua mempunyai parut bekas acne
kemungkinan besar anaknya akan menderita acne.
4. Hormon, Hormon androgen memegang peranan yang penting karena
kelenjar palit sangat sensitive terhadap hormon ini .Hormon androgen
berasal dari kelenjar adrenalin yang menyebabkan kelenjar palit
bertambah besar dan produksi sebum meningkat.
5. Iklim, Akne bertambah hebat pada musim dingin sebaliknya
kebanyakanmembaik pada musim panas.
6. Psikis, Pada beberapa penderita ,stress dan gangguan emosi dapat
menyebabkan eksaserbasi acne.
7. Kosmetika, Pemakaian bahan kosmetika tertentu ,secara terus menerus
dapat menyebabkan acne ringan.
4. Patofisiologi
5. Selama usia kanak –kanak, kelenjar sebasea berukuran kecil dan pada
hakekatnya tidak berfungsi, kelenjar ini berada dibawah kendali endokrin,
khususnya hormon - hormon androgen. Dalam usia pubertas, hormon
androgen menstimulasi kelenjar sebasea dan menyebabkan kelenjar
tersebut membesar serta mensekresikan suatu minyak alami ,yaitu sebum
yang merembas naik hingga puncak folikel rambut dan mengalir keluar
pada permukaan kulit.
6. Pada remaja yang berjerawat, stimulasi androgen akan meningkatkan daya
responsive kelenjar sebasea sehingga akne terjadi ketika duktus
pilosebaseus tersumbat oleh tumpukan sebum. Bahan bertumpuk ini akan
membentuk komedo.
7. Manisfestasi Klinis
Manifestasi klinik dari akne fulgaris ditandai dengan empat tipe
dasar lesi : Komedo terbuka dan tertutup, papula, pustule dan lesi nodulo
kistik. Tempat predileksi akne vulgaris yaitu pada muka, bahu, dada
bagian atas, punggung bagian atas, leher, dan lengan atas, kadang terkena
erupsi kulit polimorfi. akne vulgaris dapat disertai gatal dan nyeri.
Komedo merupakan gejala patognomonik bagi akne berupa papul
miliar yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna
hitam mengandung unsur melanin sehingga disebut komedo hitam, sedang
bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak
mengadung unsur melanin disebut sebagai komedo putih atau komedo
tertutup.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas istirahat
Tanda: perasaan klien gelisah akan keadaan kulitnya
b. Integritas ego
Gejala: ansietas, emosi, kesal
Tanda: menolak perhatian terhadap sekitarnya, Depresi karena
memikirkan akan proses penyembuhan
c. Neurosensori
Gejala: dapat meningkatkan emosional seperti rasa tidak nyaman ,dan
gatal
Tanda: perubahan diri, orientasi dan prilaku.
d. Nyeri
Gejala : klien mengeluh nyeri pada akne
Tanda: adanya lesi pada kulit, kemerahan dan edema
e. Interaksi social
Gejala: hubungan dengan orang lain kurang terbina
2. Diagnosa Keperawatan
 Resiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit(terdapat lesi) D.0142
(SDKI hal : 304 )
 Gangguan integritas kulit/jaringan b.d faktor mekanik (terdapat luka)
D.0129 (SDKI hal : 282 )
 Gangguan citra tubuh b.d perubahan stuktur/ bentuk tubuh (perubahan
penampilan dikarenakan jerawat) D.0083 (SDKI hal : 186)
3. Diagnosa Keperawatan dan intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
(SDKI)
1 Resiko infeksi b.d kerusakan Risiko infeksi SLKI Hal : 183 Risiko infeksi SIKI Hal: 505
integritas kulit, malnutrisi, Luaran utama: Tingkat infeksi Intervensi utama : Pencegahan Infeksi
proses inflamasi, dan prosedur L.14137(SLKI:hal 139) I.14539 (SIKI Hal:278)
infasif D.0142 (SDKI hal : Ekspetasi : menurun Tindakan:
304 ) Kriteria hasil: Observasi
 Kebersihan tangan meningkat  Monitor tanda dan gejala infeksi local
 Kebersihan badan meningkat dan sistemik
 Demam menurun
Terapeutik
 Nyeri menurun
 Batasi jumlah pengunjung
 Kemerahan menurun
 Berikan perawatan kulit pada area
 Piuria menurun edema
 Letargi menurun  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
 Kultur area luka membaik dengan pasien dan lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptic pada pasien
beresiko tinggi

Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
 Ajarkan cara memeriksa luka
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi
 Kolaboras pemberian imuninasi,jika
perlu.

2 Gangguan integritas Gangguan integritas kulit/jaringan Gangguan integritas kulit/jaringan SIKI


kulit/jaringan b.d faktor SLKI Hal : 158 Hal: 505
mekanik (terdapat luka) Luaran utama: Integritas Intervensi utama : Perawatan integritas
D.0129 (SDKI hal : 282 ) kulit/jaringan L.14125 (SLKI:hal 33) kulit I.11353 (SIKI Hal:316)
Ekspetasi : meningkat Tindakan:
Kriteria hasil: Observasi
 Elastisitas meningkat  Identifikasi penyebab gangguan integrita
 Hidrasi meningkat kulit
 Perfusi jaringan meningkat Terapeutik

 Kerusakan jaringan menurun  Gunakan produk berbahan petroleum

 Nyeri menurun atau minyak pada kulit kering

 Kemerahan menurun  Gunakan produk berbahan ringan/alami


dan hipoalergik pada sensitif
 Pigmentasi abnormal menurun
Edukasi
 Jaringan parut menurun
 Anjurkan menggunakan pelembba (mis.
 Nekrosis menurun
srum, lotion)
 Tekstur membaik
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan sayur
dan buah
 Anjurkan menghindari paparan suhu
ekstrim
 Anjurkanmenggunakan tabir surya SPF
minimal 30 saat berada diluar rumah
 Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya
3. Gangguan citra tubuh b.d Gangguan citra tubuh SLKI Hal: 157 Gangguan citra tubuh hal : 459
perubahan stuktur/ bentuk Luaran utama: Citra tubuh L.09067 (S Intervensi utama : Promosi citra tubuh I.
tubuh (perubahan penampilan LKI Hal:19) 09305 (SIKI hal 359)
dikarenakan jerawat) D.0083 Ekspektasi : meningkat Tindakan :
(SDKI hal : 186) Kriteria hasil : Observasi
 Melihat bagian tubuh meningkat  Identifikasi harapan citra tubuh
 Menyentuh bagian tubuh meningkat bedasarkan tahap perkembangan
 Verbalisasi perasaan negative tetang  Identifikasi perubahan tubuh yang
perubahan tubuh menurun mengakibatkan isolasi sosial
 Verbalisasi kekhawatiran pada  Monitor frekuensi pernyataan kritik
penolakan/reaksi orang lain terhadap diri sendiri
menurun  Apakah pasien bisa melihat bagian tubuh
 Verbalisasi perubahan gaya hidup yang berubah
menurun Terapeutik
 Menyembunyikan bagian tubuh  Perbedaan penampilan fisik terhadap
berlebihan menurun harga diri
 Menunjukkan bagian tubuh  Diskusikan perubahan akibat pubertas,
berlebihan menurun kehamilan dan penuaan
 Focus pada bagian tubuh berlebihan  Diskusikan kondisi stress yang
menurun mempengaruhi citra tubuh (mis. luka,
 Focus pada penampilan masa lalu penyakit, pembedahan)
menurun  Diskusikan cara mengembangkan
 Focus pada kekuatan masa lalu harapan citra tubuh secara realistis
menurun  Diskusikan persepsi pasien da keluarga
 Respon nonverbal pada perubahan tentang perubahan citra tubuh
tubuh membaik Edukasi
 Hubungan sosial membaik  Jelaskan kepada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
 Anjurkan mengungkapkan gambaran diri
terhadap citra tubuh
 Anjurkan menggunakan alat bantu (mis.
pakaian, wig, kosmetik)
 Latih peningkatan penapilan diri (mis.
berdandan)
 Latih pengungkapan kemampuan diri
kepada orang lain maupun kelompok.
4. Implementasi dan Evaluasi
Setelah melakukan pengkajian, penyusunan diagnosa keperawatan, dan perencanaan intervensi, kita
melakukan implementasi dengan mengaplikasikan intervensi yang sudah disusun.  Setiap tindakan yang dilakukan
didokumentasikan dengan respon dari klien. Hasil respon dari klien menjadi bahan evaluasi untuk dikaji ulang apakah tujuan
sudah tercapai atau masih perlu modifikasi.

Anda mungkin juga menyukai